Pandapotan Sidabutar
3
123
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN RI), Jakarta, Indonesia
Koresponden E-mail: budijayasilalahi@gmail.com
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbatasan dengan negara lain baik di darat, laut, maupun di udara. Di laut,
Indonesia berbatasan langsung dengan sepuluh negara yaitu: India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina,
Republik Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua Nugini. Sedangkan untuk daratan, Indonesia berbatasan langsung dengan
tiga negara yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sebagaimana kita ketahui, masyarakat Indonesia yang tinggal
di zona perbatasan umumnya berada dalam kondisi yang memprihatinkan dengan minimnya pelayanan publik, seperti:
pelayanan dan fasilitas sosial, transportasi dan pendidikan. Namun, perubahan paradigma pemerintahan dalam dua dekade
terakhir telah mendorong perhatian yang lebih besar pada bidang ini. Belakangan ini berbagai program pemerintah didorong
ke wilayah perbatasan, terutama di provinsi yang memiliki perbatasan darat, yaitu Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. Makalah ini akan memaparkan tentang kegiatan pertanahan secara umum yang
dilakukan di wilayah perbatasan Indonesia, yakni di Entikong, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, dan Motaain,
Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus utama dalam makalah ini adalah penggunaan data penginderaan jauh
dan drone atau pesawat tak berawak (UAV). Lebih jauh, dengan meningkatkan kerjasama dengan instansi lain dan mendorong
partisipasi masyarakat di zona perbatasan, kegiatan pertanahan tersebut dapat berhasil. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
pemanfaatan data drone dan citra merupakan kunci utama inovasi dalam aspek pertanahan guna mendukung percepatan
pembangunan berkelanjutan di kawasan perbatasan.
Kata kunci : Perbatasan, Pengelolaan Lahan, Drone (pesawat udara tanpa awak), Penginderaan Jauh, Paradigma
ABSTRACT
Indonesia is an archipelagic state, which has border with other states on the land, sea, as well as on the air. In the sea,
Indonesia has direct borders with ten countries, namely: India, Malaysia, Singapore, Thailand, Vietnam, Philippines, Republic
of Palau, Australia, East Timor, and Papua New Guinea. As for the land, Indonesia has direct borders with three countries,
namely Malaysia, Papua New Guinea and Timor Leste. As we know, Indonesian people who live in boundary zone are
generally in poor conditions with lack of public services, such as: social, transportation and education service and facilities.
However, the changing of government paradigm in the last two decades has prompted greater attention to this area. Recently,
various government programs are driven to the border region, notably in provinces that have land borders, that is West
Kalimantan, East Kalimantan, East Nusa Tenggara, and Papua Provinces. This paper will present about the land management
programs in general which carried out in the Indonesia’s border area, for example in Entikong, Sanggau Regency, West
Kalimantan Province, and Motaain, Belu Regency, East Nusa Tenggara Province. The main focus in this paper is the using of
remote sensing and drones or unmanned aerial vehicle (UAV) data for supporting those programs. Furthermore, by promote
12
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 1 Juli 2021 12-22
the cooperation with other agencies and encourage community participation in the border zone, those programs can be
succeeding in result. The conclusion of the study shows that the utilization of drones and imagery data is the key point of
innovation in land management program in order to support the acceleration of sustainable development in the border region.
Keywords : Border, Land Management, Drones (Unmanned Aerial Vehicle), Remote Sensing, Government Paradigms
13
Pemanfaatan Teknologi Citra Satelit dan Drone untuk Pengelolaan Pertanahan di Wilayah Perbatasan Indonesia
Budi Jaya Silalahi, Faus Tinus Handi Feryandi, Pandapotan Sidabutar
14
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 1 Juli 2021 12-22
gian besar pemetaannya didasarkan pada data Gambar 1 Koleksi Citra Satelit dari Tahun 2006 sampai
2012
resolusi spasial rendah hingga sedang seperti
Sebelum tahun 2012, setiap instansi pemer-
Landsat TM dan ETM, SPOT dan IKONOS. Na-
intah di Indonesia dapat memperoleh data
mun, karena resolusi dan akurasi spasial yang
citra dengan resolusi tinggi. Sejak tahun 2006
rendah, data penginderaan jauh ini hampir tidak
hingga 2012 Direktorat Pemetaan Dasar telah
memenuhi standar ketelitian dan keakuratan
mengumpulkan data citra yang dipisahkan dari
peta pendaftaran tanah untuk program legal-
resolusi rendah, sedang dan tinggi seperti Spot,
isasi tanah. Untungnya, belakangan ini keterse-
Ikonos, Quick Bird dan Peta Basis Global. Luas
diaan citra satelit resolusi tinggi semakin men-
total dari data citra tersebut dapat ditunjukkan
ingkat seperti dari Citra Digital Globe Aerial dan
pada Gambar 1 dan Tabel 1.
data Multispektral, yang memungkinkan untuk
menghasilkan peta dasar daratan dalam skala
besar.
Tabel 1 Koleksi citra satelit dari tahun 2006 s.d. 2012
No Jenis citra satelit/foto Tahun dan luasan (dalam ribuan Ha) Total
udara
s.d. 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Resolusi Tinggi
a. Foto udara 2,8312 150 0 0 0 0 0 0 2.981,2
b. Citra satelit (Quick 1.490,825 10.000 120 0 900 0 0 0 12.510,825
Bird)
c. Citra satelit /Global 0 0 0 0 0 53.000 0 0 53.000
Base Map (World View
1 & 2)
2 Resolusi menengah
d.SPOT 5 45.000.000 0 200 2.000 2.375 0 0 0 49.575
118.067,025
Sumber: Kompilasi penulis
15
Pemanfaatan Teknologi Citra Satelit dan Drone untuk Pengelolaan Pertanahan di Wilayah Perbatasan Indonesia
Budi Jaya Silalahi, Faus Tinus Handi Feryandi, Pandapotan Sidabutar
Tabel di atas menunjukkan bahwa pengadaan satelit tinggi harus menjadi persyaratan pertama.
citra satelit berlangsung dari tahun 2006 hingga Meskipun banyak jenis citra satelit tersedia dengan
2011, kemudian dihentikan pada tahun 2012. penuh semangat, seperti resolusi rendah untuk akses
Hal ini terjadi karena adanya Peraturan Pres- gratis di internet (Landsat, MODIS) dan resolusi tinggi
iden Nomor 6 Tahun 2012 yang membatasi dan untuk pembelian (World View, Pleiades, dan Quick
membatasi pengadaan citra satelit hanya pada Birds), semuanya terkadang tidak dapat menawarkan
dua lembaga saja, yaitu adalah Lembaga Pen- resolusi yang cukup tinggi, mencakup area tertentu,
erbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan atau menangkap deret waktu, yang diperlukan untuk
Badan Informasi Geospasial (BIG). memenuhi permintaan dari area yang lebih luas.
3. Pengumpulan data setelah Peraturan Presiden Di sisi lain, ada teknik pemetaan alternatif
No 6 Tahun 2012 untuk memenuhi kebutuhan wilayah yang lebih
Ketentuan bagi instansi pemerintah lain untuk luas. Penggunaan kendaraan udara tak berawak
memperoleh data dari LAPAN atau BIG telah (UAV) atau drone untuk pemetaan, akhir-akhir ini
dikeluarkan oleh Peraturan Menteri Keuan- menjadi alternatif yang lebih menjanjikan. Pemetaan
gan Republik Indonesia Nomor 187 / PMK.05 / menggunakan UAV memberikan peluang untuk
2014 tentang Biaya pada Biro Layanan Umum meningkatkan kecepatan dan akurasi, serta biaya
Pusat Pemanfaatan Teknologi Dirgantara di murah untuk survei dan pemetaan kadaster.
LAPAN. Berdasarkan peraturan ini, setiap in- 1. Pembuatan Peta Dasar Pertanahan Skala
stansi pemerintah termasuk Kementerian ATR/ Besar dari Citra Satelit
BPN dapat memperoleh data tanpa dipungut Ada dua jenis data citra satelit berdasarkan
biaya. Namun seringkali data yang dibutuhkan sumber pengumpulan data, yakni data arsip
tidak tersedia atau tidak sesuai dengan tujuan dan data multitasking. Untuk mengesahkan
Kementerian ATR/BPN. Akibatnya, beberapa Agenda Keempat dari Nawacita, dalam 5 tahun
program strategis Kementerian ATR/BPN tidak ke depan, Kementerian ATR/BPN harus menye-
dapat didukung oleh data spasial yang mema- diakan peta dasar pertanahan baik dalam skala
dai dari data citra satelit resolusi tinggi. Kondisi besar maupun cakupan wilayah yang masif.
ini berdampak dalam menjalankan programnya. Sebagai penanggung jawab penyusunan kebi-
jakan tata ruang dan pertanahan di Kemente-
C. PERBANDINGAN ANTARA
rian ATR/BPN, Direktorat Jenderal Infrastruktur
CITRA SATELIT DAN FOTO
Keagrariaan berencana mengembangkan tidak
UDARA UAV
hanya peta dasar pertanahan dalam skala be-
Salah satu tujuan utama Direktorat Pemetaan Dasar
sar, tetapi juga peta tematik dalam skala me-
adalah menghasilkan peta dasar pertanahan berskala
nengah. Rencana waktu pembuatan peta dasar
tinggi yang mencakup 60% kawasan non hutan atau
pertanahan dari tahun 2015 hingga 2019 dapat
sekitar 67 juta hektar. Untuk memenuhi kebutuhan
dilihat pada tabel di bawah ini.
dasar peta dasar pertanahan, ketersediaan data citra
16
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 1 Juli 2021 12-22
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan tanahan skala besar adalah menggunakan
adalah bahwa semua proses pembuatan peta pesawat udara tak berawak (UAV) atau drone.
dasar pertanahan dalam skala besar dengan UAV dapat didefinisikan sebagai “sistem pe-
menggunakan citra satelit sangat bergantung sawat bertenaga yang dioperasikan dari jarak
pada karakteristik datanya sendiri. Karakteris- jauh, baik secara manual atau semi-otonom
tik satelit meliputi keragaman data citra satelit, dengan remote control atau secara otonom
prosedur, resolusi citra, cakupan minimum, dan melalui penggunaan sistem navigasi komputer
estimasi anggaran, seperti terlihat pada tabel di di pesawat atau stasiun kontrol darat yang men-
bawah ini. girimkan perintah secara nirkabel ke pesawat”
17
Pemanfaatan Teknologi Citra Satelit dan Drone untuk Pengelolaan Pertanahan di Wilayah Perbatasan Indonesia
Budi Jaya Silalahi, Faus Tinus Handi Feryandi, Pandapotan Sidabutar
18
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 1 Juli 2021 12-22
19
Pemanfaatan Teknologi Citra Satelit dan Drone untuk Pengelolaan Pertanahan di Wilayah Perbatasan Indonesia
Budi Jaya Silalahi, Faus Tinus Handi Feryandi, Pandapotan Sidabutar
Tabel 7 Penguasaan lahan masyarakat atau individu pertanahan akan semakin akurat menampilkan
di dalam kawasan hutan di Kecamatan Entikong dan
Kabupaten Tasifeto Timur.
penggunaan lahan yang ada di lokasi tersebut.
1. Biaya dan cakupan luas
Luas Luas
tanah tanah
yang yang
No Desa No Desa
terindikasi terindikasi
dikuasai dikuasai
(Ha) (Ha)
Entikong District East Tasifeto
District
20
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 1 Juli 2021 12-22
pemerintah daerah yang mulai menggunakan Alternatif kedua adalah pengadaan peta dasar
teknik ini untuk pemetaan. Banyak juga lem- pertanahan menggunakan UAV oleh pihak keti-
baga non-pemerintah dan lembaga komersial ga. Pada moda ini, proses pemetaan bisa di-
swasta kini dalam tahap pengembangan peng- lakukan pada tahun yang sama sepanjang telah
gunaan teknik ini untuk lingkungan, transporta- direncanakan dalam rencana kerja kementerian
si, infrastruktur, dan banyak keperluan lainnya. pada tahun-tahun sebelumnya. Namun mode
Untuk menunjukkan perbedaan proses pen- ini tidak mudah untuk disiratkan untuk kebutu-
gadaan menurut waktu dan prosedur, grafik di han yang lebih taktis, seperti jika lokasi harus
bawah ini (Gambar 7) menunjukkan perbandin- dialihkan karena perubahan prioritas yang da-
gan antara tiga alternatif proses yang dapat di- pat terjadi karena beberapa alasan.
lakukan untuk membuat peta dasar pertanahan. Alternatif terakhir adalah pengadaan peta
Alternatifnya, hanya ada tiga opsi yang mungkin dasar pertanahan menggunakan UAV secara
dimiliki Kementerian ATR/BPN untuk memenuhi swakelola. Pada mode ini, diperlukan upaya
kebutuhan peta dasar pertanahan di Indonesia. yang cukup besar di awal, seperti pengadaan
Alternatif pertama adalah meminta citra satelit UAV dan pelatihan sumber daya manusia. Na-
dari instansi lain. Modus ini memerlukan pros- mun setelah mengalami kesulitan awal, mode
es permintaan yang mungkin memakan waktu ini akan memberikan proses pembuatan peta
beberapa bulan agar lembaga penyedia dapat dasar tanah yang lebih murah, sekaligus men-
memasang permintaan tersebut pada rencana jawab setiap kebutuhan taktis yang kadang-ka-
pengadaan mereka pada tahun berikutnya. dang terjadi. Modus ini juga membuat Kemen-
Akibatnya, peta dasar pertanahan tidak bisa terian ATR/BPN menjadi lebih mandiri, terutama
langsung dibuat di tahun yang sama. Namun dalam pembuatan peta berbasis bidang tanah
jika proses request ditolak dengan alasan citra yang merupakan salah satu tugas pokoknya.
satelit wilayah yang diminta sudah tersedia dari Selain itu, penggunaan moda ini tentunya mem-
proses pengadaan pada tahun-tahun sebel- berikan penggunaan lahan terkini yang biasan-
umnya, maka citra satelit tersebut dapat lang- ya jarang tersedia dan cukup mahal.
sung diambil dan digunakan untuk proses.
21
Pemanfaatan Teknologi Citra Satelit dan Drone untuk Pengelolaan Pertanahan di Wilayah Perbatasan Indonesia
Budi Jaya Silalahi, Faus Tinus Handi Feryandi, Pandapotan Sidabutar
22