Anda di halaman 1dari 1

Tahun 2020 Indonesia berada di peringkat ke-88 dari 193 negara dalam e-Government Development

Index (EGDI). Hal ini menunjukkan pemeringkatan tingkat adopsi dan implementasi sistem
pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) Indonesia masih tertinggal dibanding dengan negara-negara
ASEAN lainnya. Wapres Ma'ruf Amin menguraikan, untuk mengejar ketertinggalan tersebut
diperlukan percepatan transformasi digital yang difokuskan pada empat hal.

Pertama, percepatan penyelesaian regulasi, pedoman, dan standar teknis implementasi SPBE. Kedua,
penyelesaian pembangunan dan pengembangan infrastruktur digital serta percepatan integrasi
sistem e-government yang terpadu dan terintegrasi secara nasional. Ketiga, pemetaan dan
penyederhanaan struktur proses bisnis kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah. Keempat,
peningkatan kapasitas dan kompetensi ASN, terutama dalam literasi digital.

Dikatakan, literasi digital di lingkup aparatur sipil negara (ASN) menjadi hal penting dalam rangka
mewujudkan digitalisasi pemerintahan melalui pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial
intelligence/AI). Pemanfaatan AI diharapkan dapat mendukung percepatan laju roda pemerintahan
dan pembangunan, sekaligus memperkuat daya saing Indonesia. “Dukungan SDM dan teknologi
informasi yang maju secara bersamaan dan terintegrasi guna menjawab tuntutan dan kebutuhan
akan pelayanan publik serta birokrasi yang dinamis, lincah, efektif, dan efisien,” tutur Wapres Ma'ruf
Amin.

Senada dengan Wapres Ma'ruf Amin, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo mengatakan era digital dan pandemi Covid-19 secara simultan
mendorong percepatan dalam transformasi digital. “Proses bisnis ditantang untuk lebih sederhana
dan elektronis tanpa terkendala perbedaan ruang dan waktu. Cepat dan dinamis,” jelasnya saat
memberikan sambutan sekaligus meluncurkan Sistem Informasi ASN (SIASN) dalam Rakornas BKN
Tahun 2020.

Menteri Tjahjo menggarisbawahi, dalam menghadapi tantangan multidimensi era digital dan
pandemi Covid-19, yang telah mendisrupsi segala aspek kehidupan, termasuk tatanan kerja di sektor
publik, diperlukan transformasi kebijakan dengan pendekatan sistem dan SDM. Antara lain,
transformasi birokrasi digital dengan membentuk smart government, organisasi yang fleksibel, dan
simplifikasi proses bisnis yang kompleks menjadi sederhana.

Selanjutnya, manajemen ASN dalam era new normal melalui flexible work arrangement sehingga
ASN bisa bekerja dari manapun tanpa harus selalu berada di kantor-kantor pemerintahan.
“Digitalisasi manajemen ASN merupakan langkah strategis dalam merespon tantangan transformasi
digital yang dimaksud,” pungkas Menteri Tjahjo. (del/HUMAS MENPANRB)

Dengan demikian, transformasi digital tentu harus diikuti oleh perubahan pola pikir dan perilaku.
“Salah satu kunci penting dalam transformasi digital adalah kesiapan SDM baik dari aspek
pengetahuan, keahlian, maupun budaya kerja,” ujar Wapres Ma'ruf Amin saat membuka secara
virtual Rapat Koordinasi Nasional Kepegawaian Badan Kepegawaian Negara (BKN) Tahun 2020, Kamis
(17/12).

Anda mungkin juga menyukai