Anda di halaman 1dari 2

Identitas sosial merupakan sikap ketertarikan seseorang pada lawan jenis, jenis kelaminnya sendiri, atau

keduanya. Dalam masyarakat modern menyebutnya sebagai heteroseksual, homoseksual, dan biseksual.
Penduduk desa Thailand khususnya kaum muda biasanya bermigrasi di Chiang Mai yaitu kota terbesar
kedua di Thailand untuk mencari pendidikan maupun pekerjaan. penelitian ini dilakukan bertujuan
untuk mengetahui keragaman identitas seksual dan/atau gender anak muda yang bias mempengaruhi
gaya hidup, hubungan seksual, serta konsekuensi kesehatan. Penelitian ini melibatkan pemuda yang tak
bersekolah, bersekolah di kejuruan, maupun bersekolah di sekolah umum dan universitas.

Orang Thailand tak membedakan dengan jelas antara heteroseksual, homoseksual, dan biseksual. Dan
tidak pula memakai istilah gay, lesbian, transgender, bisekual, transeksual. Thailand menggunakan istilah
“kathoey” dalam menyebut pria yang berkelakuan dan berpenampilan seperti wanita serta tertarik
seksual pada pria. “Tom” meupakan sebutan dari wanita yang berkelaukan dan berpenampilan seperti
pria dan tertarik secara seksual dengan wanita. “Dii” berasal dari kata lady dan kata dii untuk
menggambarkan wanita yang berkelakuan dan berpenampilan selayaknya wanita tetapi menyukai
sesame wanita.

Hasil survei kuesioner menunjukkan bahwa 90% laki-laki menggambarkan dirinya sebagai heteroseksual;
5% sebagai gay; 2,1% sebagai kathoey; 1,2% sebagai biseksual; dan 3,5% masih mempertanyakan
identitas mereka. Mereka merasa tidak nyaman mendefinisikan mereka sebagai gay atau kathoey
sehingga memilih heteroseksual atau tidak mengakui identitas seksual apapun. Sedangkan hasil survei
perempuan menunjukkan 85% memilih heteroseksual dan lainnya memilih tom, dii, biseksual, atau
masih mempertanyakan identitas mereka.

Aom merupakan pria yang mendefinisikannya sebagai seorang kathoey. Dia berdandan dan memakai
pakaian wanita. Di sekolah, Aom dan teman kathoey lainnya diperkenankan untuk memakai seragam
wanita asalkan berperilaku sopan selayaknya wanita yang anggun. Janis kelamin kathoeynya ini juga
diterima di rumah oleh orang tuanya.

Ink merupakan wanita yang berpenampilan seperti pria. Ink berumur 18 tahun dan bersekolah di
sekolah teknik yang memasuki tahun ketiga ia bersekolah. Dia memiliki rambut pendek karena sebagian
besar siswa disana adalah laki-laki. Selain itu seragam sekolah Ink juga seperti pakaian bengkel dan
celana panjang. Orang tua Ink sangat khawatir dengan penampilan Ink. Mereka membawa Ink untuk
tinggal bersama kakak perempuannya di kota dengan harapan dapat mengembalikan penampilan dan
kelakuan Ink yang seperti seorang laki-laki. Tetapi Ink tetap dengan pendiriannya dan orang tuanya
pasrah ketika Ink tidak bias menjadi gadis yang mereka inginkan.

Linda merupakan gadis yang berumur 18 tahun dan merupakan seorang dii. Linda diasuh oleh bibi dan
neneknya. Bibinya sangat tegas kepada Linda untuk tidak sembarangan berdekatan dengan laki-laki.
Sehingga Linda menjalin hubungan dengan Nat yang merupakan seorang tom. Bibi Linda mengetahui
hubungan Linda dan Nat hanya sebatas sahabat saja. Akan tetapi sebenarnya mereka adalah sepasang
kekasih. Akan tetapi Nat berselingkuh dan mereka putus. Hal itu membuat Linda patah hati.

Ping merupakan laki-laki berumur 19 tahun. Ia mempunyai tubuh tinggi dengan wajah tampan. Ia
mempunyai kekasih bernama Ken dan orang tua Ping setuju dengan hubungan itu. Ia tidak menyebut
dirinya sebagai kathoey maupun gay. Ia menggambarkan dirinya sebagai tokoh kartun Jepang “Sailor
Moon” yang dapat berubah-ubah sesuai dengan keinginannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan
secara kualitatif dan kuantitatif. Lalu mengambil data dengan wawancara, observasi, survei, kuesioner,
dan studi pustaka.

Dalam penelitian lain yang berjudul “Dilegalkan 18 Jenis Kelamin di Thailand Menyebabkan Maraknya
Transgender di Negara Tersebut” menyebutkan bahwa Thailand merupakan negara di Asia Tenggara
yang paling terbuka dengan adanya transgender, dapat dilihat dari maraknya ladyboy disana. Thailand
juga lebih maju dalam mendukung dan melindungi hak transgender. Pada tahun 2015 diterbitkannya
“Gender Equality Act” yang bertujuan menghapuskan keluhan terutama kepada transgender. Dalam
sejarahnya, Thailand tidak ada perbedaan dalam memperlakukan waria dan orang yang beridentitas asli
pria maupun wanita.

Pertanyaan:

1. Bagaimanakah arus globalisasi di Thailand sehingga di negara tersebut mempunyai 18 gender?


2. Apakah penyebaran bermacam-macam gender ini telah menyebar di seluruh Thailand dan
sampai ke perbatasan Thailand-Malaysia yang notabene-nya sebagai suku Melayu?

Daftar Pustaka:

Putri Alizah, A., dkk. (2022). Dilegalkan 18 Jenis Kelamin di Thailand Menyebabkan Maraknya
Transgender di Negara Tersebut. Semnas Bio.

Anda mungkin juga menyukai