Anda di halaman 1dari 67

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN

PRAKTIKUM BIOKIMIA

EMPEDU

Disusun oleh :
St. Ijlal AMALIA
NIM. 210105500006

Telah disetujui dan disahkan sebagai Laporan Praktikum Biokimia


Makassar, 06 April 2023

Mengetahui,
Koordinator Asisten Asisten

Citra Ayu Ningsih Palo Patri Wahyuni


NIM. 1913042018 NIM. 1913041007

Mengetahui,
Dosen Penanggung jawab

Sakinah Zubair, S.Pd., M.Pd


NIP.19861128202203 2 007
ABSTRAK
(EMPEDU)

Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan
karena mengandung pigmen bilirubin, biliverdin, dan urobilin, yang disekresikan
oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Dalam Percobaan empedu
dilakukan beberapa test. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik
empedu yang meliputi warna, bau, keadaan wujudnya, derajat keasaman dan berat
jenisnya, mengetahui kandungan musin dan senyawa anorganik pada empedu,
mengetahui zat warna empedu melalui test Gmelin dan Smith dan mengetahui
kandungan asam empedu. Metode yang digunakan yaitu dengan proses pelarutan,
pencampuran dan penyaringan. Hasil yang didapat yaitu pada tes keadaan fisik
empedu yang meliputi warna, bau, keadaan wujudnya, derajat keasaman dan berat
jenisnya adalah empedu berwarna hijau pekat, berbau amis dan berbentuk oval
dengan pH 7 dan berat jenis 1,08 gr/mL. Pada tes kandungan musin dan senyawa
anorganik pada empedu yaitu larutan warna hijau, larutan hijau muda, larutan
hijau jernih, endapan hijau, larutan hijau muda dan larutann hijau muda. Pada tes
zat warna empedu melalui test Gmelin dan Smith adalah test Gmelin terbentuk 3
lapisan yaitu lapisan atas hijau, lapisan tengah orange, lapisan bawah kuning dan
test Smith terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan atas orange dan lapisan bawah hijau.
Terakhir pada tes kandugan asam empedu adalah terdapat lapisan berwarna hijau.

Kata Kunci : Empedu

i
ABSTRACT
(BILE)

Bile is an alkaline liquid that is bitter and yellowish green in color because it
contains the pigments bilirubin, biliverdin, and urobilin, which are secreted by the
liver hepatocytes in most vertebrates. In the bile experiment, several tests were
carried out. This experiment aims to determine the physical condition of bile
which includes color, odor, state of being, degree of acidity and specific gravity,
determine the content of mucin and inorganic compounds in bile, determine bile
dyes through the Gmelin and Smith test and determine the content of bile acids.
The method used is the process of dissolving, mixing and filtering. The results
obtained were tests of the physical state of bile which included color, smell, state
of being, degree of acidity and specific gravity. Bile was dark green in color, had a
fishy smell and was oval in shape with a pH of 7 and a specific gravity of 1.08
g/mL. In the test for the content of mucin and inorganic compounds in bile,
namely a green solution, light green solution, clear green solution, green
precipitate, light green solution and light green solution. In the bile dye test
through the Gmelin and Smith test, the Gmelin test formed 3 layers, namely the
top layer was green, the middle layer was orange, the bottom layer was yellow
and the Smith test formed 2 layers, namely the top layer was orange and the
bottom layer was green. Finally, in the bile acid content test, there is a green layer.

Keywords : Bile

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN.................................................. i
ABSTRAK...........................................................................ii
ABSTRACT.........................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................iv
BAB...................................................................................... I1
PENDAHULUAN................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................2
B. Rumusan Masalah....................................................2
C. Tujuan....................................................................... 2
D. Manfaaf ...................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................3
BAB III
METODE PRAKTIKUM.....................................................8
A. Alat dan Bahan.........................................................9
B. Prosedur Kerja..........................................................9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................10
A. Hasil Pegamatan.......................................................10
B. Analisis Data11
C. Pembahasan..............................................................11
BAB V
PENUTUP............................................................................15
A. Kesimpulan...............................................................15
B. Saran ........................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................16
LAMPIRAN.........................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hati atau hepar merupakan salah satu organ terbesar tubuh yang berperan
penting dalam pengaturan biokimiawi didalam tubuh, yaitu membentuk dan
menyimpan serta membongkar glukosa, protein, dan lemak, fungsi detoksifikasi
dan fungsi ekskresi (pembuangan zat-zat tubuh). Fungsi ekskresi hati misalnya
mengalirkan obat, bilirubin, dan cairan empedu.
Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau
kekuningan karena mengandung pigmen bilirubin, biliverdin, dan urobilin, yang
disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu
digunakan untuk membantu pencernaan lemak di usus dua belas jari. Dalam
manusia, setiap hari sekitar 400-800cc cairan empedu disekresikan oleh hati di
mana sekresinya berjalan terus menerus.Jumlah yang disekresikan akan
meningkat jika sedang mencerna lemak. Pada beberapa spesies, empedu disimpan
dan dikonsentrasikan dalam kantung empedu. Setelah makan, cairan empedu
tersimpan ini akan dilepaskan ke usus dua belas jari untuk membantu proses
pencernaan makanan. Komposisi empedu adalah air 97-98%, garam empedu
0,7%, bilirubin 0,2%, lemak 0,51% dan 200 meq/l garam anorganik.] Dua pigmen
utama untuk empedu adalah bilirubin yang berwarna oranye-kuning, dan
biliverdin, yang terbuat dari oksidasi bilirubin, yang berwarna hijau. Ketika kedua
pewarna tersebut tercampur, campuran tersebut membuat feses berwarna coklat..
Empedu cenderung lebih bersifat basa. pH getah empedu dalam duktus
koledokus (7,50-8,05) itu lebih tinggi daripada getah empedu dalam kandung
empedu (6,80-7,65). Getah empedu dalam kantong empedu menjadi lebih asam
semakin lama orang tersebut tidak makan, meskipun kalau orang itu beristirahat,
penurunan pH ini akan diperlambatkanSebagai basa, ia juga berfungsi untuk
menetralkan kelebihan asam lambung sebelum memasuki usus dua belas jari,
bagian pertama dari usus halus. Garam empedu juga bertindak sebagai
2

bakterisida, menghancurkan banyak mikrob yang mungkin berada di dalam


makanan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan fisik empedu yang meliputi warna, bau, keadaan
wujudnya, derajat keasaman dan berat jenisnya?
2. Bagaimana kandungan musin dan senyawa anorganik pada empedu?
3. Bagaimana zat warna empedu melalui test Gmelin dan Smith?
4. Bagaimana kandungan asam empedu?

C. Tujuan
1. Mengetahui keadaan fisik empedu yang meliputi warna, bau, keadaan
wujudnya, derajat keasaman dan berat jenisnya
2. Mengetahui kandungan musin dan senyawa anorganik pada empedu
3. Mengetahui zat warna empedu melalui test Gmelin dan Smith
4. Mengetahui kandungan asam empedu

D. Manfaat
1. Memberikan informasi tentang keadaan fisik empedu yang meliputi
warna, bau, keadaan wujudnya, derajat keasaman dan berat jenisnya
2. Memberikan informasi tentang kandungan musin dan senyawa anorganik
pada empedu
3. Memberikan informasi tentang zat warna empedu melalui test Gmelin dan
Smith
4. Memberikan informasi tentang kandungan asam empedu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada zaman modern ini, dengan banyaknya makanan dan minuman yang
terkontaminasi, suntikan, tato, tusukan jarum yang terkontaminasi, alkohol atau
obat tertentu, makanan dan minuman yang memiliki banyak zat pengawet, dan
sebagainya mengakibatkan kerusakan pada hati. Karena hal ini, hati manusia
modern lebih rentan terhadap penyakit. Walaupun angka pasti prevalensi dan
insidens penyakit hati di Indonesia belum diketahui, tetapi data menunjukkan
bahwa untuk penyakit hati yang disebabkan oleh virus, Indonesia termasuk dalam
peringkat endemik yang tinggi.Sirosis hati merupakan salah satu jenis penyakit
hati. Sirosis hati adalah penyakit umum kronis hati, yang disebabkan oleh
kerusakan pada organ hati. Sirosis adalah suatu kondisi di mana jaringan hati yang
normal digantikan oleh jaringan parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses
bertahap, nekrosis sel hati, lalu terjadinya proliferasi jaringan fibrosa, lalu
tumbuhnya modul-nodul, lama kelamaan hepatik lobus dan sirkulasi darah akan
terganggu, lalu terjadi deformasi organ hati, dan akan menjadi suatu pengerasan
dan juga menjadi suatu sirosis (Setiawan, dkk, 2022 : 32).
Hati merupakan organ vital yang berfungsi sebagai detoksifikasi dan
mensekresikan bahan kimia yang digunakan untuk proses pencernaan. Hati
berperan penting dalam proses metabolisme dan transformasi bahan pencemar
dari lingkungan. Hati merupakan organ yang paling banyak mengakumulasi zat
toksik sehingga mudah terkena efek toksik. Sebagian zat toksik yang masuk ke
dalam tubuh setelah diserap oleh sel akan dibawa ke hati oleh vena porta hati,
sehingga hati berpotensi mengalami kerusakan (Nuraeni, dkk, 2021 : 117). Hati
sebagai organ metabolisme utama dan organ detoksifikasi menempati urutan
pertama yang mendapat pengaruh toksik dari senyawa-senyawa yang masuk ke
dalam tubuh, termasuk bahan obat (Yahya, dkk, 2020 : 11).
Hepar merupakan tempat utama untuk aktivitas sintesis, katabolik, dan
detoksifikasi dalam tubuh. Kerusakan hepar dapat disebabkan oleh berbagai agen
antara lain virus, alkohol, dan obat-obatan (seperti isoniazid, aspirin, tetrasiklin).
4

Agen-agen tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsi hepar berupa karsinoma,


sirosis hepatis, fibrosis dan berat hati mengalami peningkatan. Peningkatan berat
hati menandakan bahwa hati masih dalam keadaan degenerasi. Degenerasi sel
sering diartikan sebagai kehilangan struktur normal sel sebelum kematian sel, hal
ini menjadi ciri kerusakan sel yang disebabkan oleh toksin (Sijid, dkk, 2020 :
199).
Empedu adalah cairan yang basah, mengandung natrium bikarbonat,
garam-garam empedu, pigmen empedu, kolesterol, lesitin, dan bilirubin. Empedu
masuk ke duodenum serta membantu dalam pencernaan dan absorpsi lemak.
Bagian terminal dari ileum, garam-garam empedu ini direabsorpsi ke dalam darah
kemudian dialirkan ke dalam hepar melalui vena porta. Didalam hepar, garam
empedu digunakan kembali menyekresi empedu (Baradero, dkk, 2008: 4). Aliran
empedu ke dalam duodenum dikontrol oleh spingter Oddi. Jika sekresi empedu
yang dilepaskan melebihi kebutuhan di dalam duodenum sisanya masuk kembali
ke kandung empedu yang relaksasi (Chuzaemi, 2012 : 73).
Empedu diproduksi hati secara terus-menerus untuk membantu
pencernaan lemak. Hati menghasilkan 500 -1000 cc empedu /hari dan disalurkan
ke dalam kandung empedu untuk disimpan. Di dalam kandung empedu, cairan
empedu dipekatkan sehingga dari warna semula coklat muda menjadi coklat
kehijauan. Pada saat makanan berlemak memasuki usus 12 jari, hormon
kolesistokinin merangsang kandung empedu mengeluarkan cairan empedu untuk
membantu proses pencernaan lemak (Wijayakusuma, 2008 : 3).
Pigmen yang memberi warna pada empedu tidak mempunyai fungsi
pencernaan. Bilirubin diproduksi dari porfirin hemoglobin di dalam sistem
retikkulo - endotelial, yang diekstraksi dari plasma oleh sel-sel hati, dan
bergabung dengan asam glukoronat dan dikeluarkan di dalam empedu. Di dalam
usus besar pigmen-pigmen tersebut diubah oleh mikroba menjadi urobilinogen,
yang memberi warna coklat pada fases. Urobilinogen di absorpsi dalam jumlah
sedikit dan disekresikan di dalam empedu atau dikeluarkan melalui urin
(Chuzaemi, 2012 : 73).
5

Komposisi empedu terdiri atas beberapa komponen yang mempunyai


arti penting dalam tubuh, yaitu garam empedu, bilirubin atau pigmen empedu,
kolesterol, lesitin, asam lemak garam-garam kalsium protein, dan air yang
merupakan bagian terbesar. Garam empedu mampu memecah lemak menjadi
butiran halus sehingga mudah diserap usus. Jika bilirubin berlebihan dalam darah
jaringan tubuh berwarna kuning. Hal ini merupakan petunjuk penting adanya
gangguan pada hati dan saluran empedu (Wijayakusuma, 2008 : 3).
Dalam keadaan normal, cairan empedu yang dihasilkan oleh sel hati
akan dialirkan masuk ke dalam kantong empedu di dalam kantong ini cairan
empedu ditampung untuk sementara waktu. Jadi ada makanan di dalam usus
kantong empedu akan memompa cairan empedu yang ada di dalamnya. Cairan
kemudian akan mengalir lewat saluran empedu dan masuk ke dalam usus halus.
Di usus halus cairan empedu membantu pencernaan lemak. Selain itu, cairan
empedu juga berfungsi memberi warna pada tinja sehingga tempat kekuningan
atau kecoklatan. Sedangkan jika cairan empedu tidak masuk ke usus maka warna
tinja menjadi lebih pucat dan tinja banyak mengandung lemak (Agustina, 2021 :
2016).
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan,
yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus umum saluran ini
kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kantong empedu
(duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum. Duktus pankreatikus
bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam duodenum.
Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kantong empedu dan
hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam suatu duodenum
memicu serangkaian sinyal harmonal dan sinyal saraf sehingga suatu kantong
empedu dapat berkontraksi (Khamim, 2019 : 9).
Empedu secara kontinyu disekresikan oleh hati ke dalam kapiler-kapiler
empedu dan kemudian mengalir ke dalam saluran hepatikus. Komponen utama
yang terkandung di dalam cairan empedu adalah fraksi bikarbonat dan fraksi
garam empedu. Sekresi bikarbonat di dalam saluran empedu pada hati dan kanal
kulit distimulasi oleh sekretin. Garam-garam empedu disekresikan oleh sel-sel
6

parensim hati di mana sebagian besar berasal dari garam-garam empedu yang
diabsorpsi kembali dari ileum dan diekstraksi dari plasma. Proses tersebut
dinamakan siklus enterohepatika dari garam-garam empedu. Sebagian dari garam-
garam empedu mengalir ke dalam usus besar yang kemudian difermentasi oleh
mikroba. Garam dilakukan secaratetap oleh sintesis kolesterol dalam hati
(Chuzaemi, 2012 : 72).
Garam empedu kembali diserap lagi ke dalam usus halus, disulin oleh hati
dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi
enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi
sebanyak 10-12 kali /hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu
masuk ke dalam usus besar kolon. Didalam kolom bakteri memecah garam
empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap
kembali dan sisanya dibuang bersama tinja (Khamim, 2019 : 10).
Usus halus secara fungsional dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu
duodenum atau jejenum dan ileum. Struktur mikroskopis mukosa ketiga bagian
tersebut hampir sama. Permukaan mukosa berbentuk patron berlipat yang tertutup
oleh fili. Sedangkan permukaan vili tertutup oleh sel-sel epitel kolumner yang
pada bagian pinggir apikal tertutup oleh seratus-ratus ujung yang amat kecil yang
disebut mikrovili. Sel-sel piala yang memproduksi mukus disebarkan di antara
sel-sel epitel kolumner. Pada dasar vili terdapat crypts. Di dalam crypts tersebut
berbentuk sel-sel baru melalui mitosis. Sel-sel yang baru terbentuk berpindah
tempat di atas vilus sedangkan sel-sel tua dilepaskan dari bagian ujung
(Chuzaemi, 2012 : 73).
Terhambatnya aliran empedu akan menyebabkan cairan empedu, yang
terdiri dari garam empedu, pigmen empedu (bilirubin) serta lemak menumpuk
dalam darah. Akibatnya timbul berbagai macam gejala. Kadar pigmen empedu
(bilirubin) yang tinggi di dalam darah akan menyebabkan gejala kuning pada kulit
atau mata. Selain itu, pigmen tersebut akan membuat warna urine menjadi seperti
teh pekat dan membuat kulit gatal-gatal (Agustina, 2021 : 2016).
Sebagian besar asam empedu terbentuk dari asam trihidroksi kholat dan
asam dihidroksi khenodeoksikholat, yang keduanya disebut asam empedu primer.
7

Asam-asam primer tersebut sebagian besar di dehidroksilasi oleh mikroba di


dalam saluran pencernaan, sebagai hasilnya terbentuk asam-asam empedu
sekunder yaitu asam deoksikholat dan asam litokholat. Asam empedu primer dan
sekunder yang terdapat di dalam tubuh disebut pool asam-asam empedu. Asam
empedu yang disekresikan oleh hati masing-masing bergabung dengan taurina
atau glisin menjadi garam empedu taurokholat atau glikokholat. Garam empedu
merupakan molekul planar dengan grup hidrofobik pada satu sisi molekul group
hidrofilik pada sisi molekul lain. Molekul-molekul tersebut tertimbun di dalam
permukaan minyak air yang mana menurunkan tekanan di antara kedua fase
tersebut. Garam-garam empedu di sekresikan oleh hati bersama-sama dengan
lesitin dan kolesterol. Bersama dengan lesitin dibentuk misal-misel yang di
dalamnya terdapat kolesterol, yang hampir tidak larut di dalam air. (Chuzaemi,
2012 : 72).
CA dan CDCA dikonjugasi dengan glisin atau taurin sebelum
disekresikan ke empedu oleh pompa ekspor garam empedu (BSEP atau ABCB11)
dan disimpan di kantong empedu. Saat menelan makanan, CA dan CDCA
terkonjugasi dibuang ke lumen usus untuk membantu penyerapan lemak di
saluran usus kecil. Sebagian besar BA secara efisien diserap kembali di ileum oleh
transporter BA yang bergantung pada natrium apikal (ASBT), sementara sejumlah
kecil memasuki usus besar di mana mikrobiota usus dapat mengubah BA primer
menjadi BA sekunder yang lebih hidrofobik, asam deoksikolat (DCA) dan asam
litokolat. LCA). BA sekunder ini dapat secara pasif diserap kembali dari usus
besar. Secara umum, sekitar 95% BA diserap kembali di ileum atau kolon,
kembali ke hati melalui vena portal untuk disekresikan kembali ke dalam empedu,
yang mempertahankan sirkulasi enterohepatik BA (Rumei, dkk, 2021 : 2).
Infeksi merupakan faktor risiko untuk kanker kandung empedu tetapi
dapat diperburuk oleh konsumsi alkohol. Dalam kasus cholelithiasis dan/atau
kolesistitis, antibiotik yang diberikan adalah antibiotik spektrum luas seperti
kuinolon dan sefalosporin. Di sisi lain, ada pendapat bahwa rejimen antibiotik
yang dapat diberikan untuk mengobati Helicobacter spp. infeksi adalah
amoksisilin atau a kombinasi antibiotik seperti klaritromisin dan metronidazol.
8

Sayangnya, masih belum ada bukti antibiotik yang efektif untuk Helicobacter spp.
infeksi pada pasien kolesistitis atau kolelitiasis. Oleh karena itu, perlu dilakukan
uji klinis untuk membuktikan apakah antibiotik spektrum luas, seperti kuinolon
dan sefalosporin, dapat mengobati Helicobacter spp. infeksi. Selain itu, ada
kebutuhan untuk klinis percobaan agar menilai apakah administrasi suatu rejimen
antibiotik untuk dapat digunakan pasien dengan kolesistitis dan cholelithiasis
(Trixie, ddk, 2022 :206).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas ukur 10
mL, gelas ukur 25 mL, tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas kimia 100 mL,
botol semprot, neraca analitik, piknometer 25 mL, pinset, pengering rambut, pipet
tetes, batang pengaduk dan lap kasar.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah empedu
ayam ,CH3COOH (Asam asetat) 10 %, AgNO3 (Perak nitrat) 5 %, BaCl2 (Barium
klorida) 5 % ,(NH4)2Mo7O24 (Ammonium molibdat), HNO3 (Asam nitrat) pekat,
larutan I2 (Iodida) 5 % dalam alkohol, larutan kristal Sukrosa, pereaksi Mollisch,
H2SO4 (Asam sulfat) pekat, aquades, indikator universal, kertas saring biasa, label
dan tissue.

B. Prosedur Kerja

1. Tes keadaan fisik empedu


Empedu diamati warna bau dan bentuk, empedu yang ada dipecahkan dan
cairannya dimasukkan ke dalam gelas kimia. Kemudian piknometer kosong
ditimbang di neraca analitik hasil penimbangan dicatat sebagai massa piknometer
kosong, selanjutnya empedu dimasukkan ke dalam piknometer lalu ditimbang lagi
dalam neraca analitik, hasil penimbangan dicatat sebagai massa piknometer
tambah empedu, lalu massa jenis empedu dihitung. Kemudian keasaman empedu
diukur dengan menggunakan indikator universal.
2. Tes musin dan senyawa anorganik pada empedu
Empedu diukur sebanyak 10 mL lalu diencerkan dengan15 mL aquades di
dalam gelas kimia. Setelah itu ditambah 3 mL asam asetat. Kemudian didiamkan
sebentar. Setelah itu empedu disaring dengan menggunakan kertas saring biasa.
Filtrat kemudian diukur sebanyak 2 mL dan ditempatkan di masing-masing tiga
10

tabung berbeda. Tabung reaksi pertama ditambahkan 20 mL perak nitrat untuk


menguji kandungan klorida. Tabung reaksi kedua ditambahkan 20 mL barium
klorida untuk menguji kandungan sulfat. Tabung reaksi ketiga ditambahkan 20 mL
amonium molibdat untuk menguji kandungan posfat.
3. Tes Zat warna empedu
Tes ini terbagi menjadi 2 yaitu tes gmelin dan Smith. Untuk tes gmelin, 3
ml empedu dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan 3 mL
HNO3. Kemudian untuk tes Smith 3 mL empedu ditambah dengan 3 mL I 2 0,5%
dalam alkohol.
4. Tes Keasaman Empedu
Percobaan ini terdapat dua pengujian yaitu uji sikrosa dan uji molisch,
pada pengujian pertama yaitu uji sukrosa dimana 1 mL empedu kedalam tabung
reaksi ditambahkan dengan 3 mL aquadest kemudian ditambah 3 tetes sukrosa
dan ditambah 3 mL asam sulfat. Selanjutnya untuk pengujian Molisch yaitu 1
mL empedu kedalam tabung reaksi ditambahkan dengan 3 mL aquadest kemudian
ditambah dengan 3 tetes molisch dan ditambah 3 mL asam sulfat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tes keadaan fisk empedu

No. Aktivitas Hasil


1.  Warna Hijau
 Bau Amis
 Wujud Oval
 Derajat keasaman 7
 Berat Jenis 1,08 g/ml

2. Tes kandungan musin dan senyawa anorganik pada empedu

No. Aktivitas Hasil


1.  10 mL empedu + 15 mL aquades Larutan warna hijau
 larutan ditambahkan 3 mL CH3COOH
10% Larutan hijau muda
 Disaring
Pengujian Larutan hijau jernih
a. Uji klorida
2 mL filtrat + 20 tetes AgNO3
Endapan hijau
b. Uji sulfat
2 mL filtrat + 20 tetes BaCl2 Larutan hijau muda
c. Uji fosfat
2 mL filtrat + 20 tetes (NH4)2 Mo7O24 Larutann hijau muda
3. Tes zat warna empedu

No Aktivitas Hasil
.
12

1.
 Uji Gmelin Terbentuk 3 lapisan
- 3 mL empedu + 3 mL HNO3 - Lapisan atas hijau
- Lapisan tengah orange
- Lapisan bawah kuning

 Uji Smith Terbentuk 2 lapisan


- 3 mL empedu + 3 mL iod 0,5% - Lapisa atas orange
dalam alkohol - Lapisan bawah hijau

4. Tes kandungan asam empedu

No. Aktivitas Hasil


1.  1 mL empedu + 3 mL aquades +3
tetes sukrosa + 3 mL asam sulfat - Larutan berwarna hijau
pekat

 1 mL empedu + 3 mL aquades +3
tetes pereaksi mollisch + 3 mL asam - Larutan berwarna hijau
sulfat pekat

B. Analisis Data
Diketahui : Massa piknometer kosong = 15,6567 gram
Massa piknometer + empedu = 42,5534 gram
Volume cairan empedu = 25 mL
Ditanyakan : Massa jenis empedu (ρ) = ....?
Penyelesain : Massa = 42,5534 gram – 15,6567 gram
= 26,8967 gram
m
ρ =
v
26 ,8967 gram
ρ =
25 mL
ρ = 1,0 8 g/mL

C. Pembahasan
13

Empedu adalah cairan yang basah, mengandung natrium bikarbonat,


garam-garam empedu, pigmen empedu, kolesterol, lesitin, dan bilirubin. Empedu
masuk ke duodenum serta membantu dalam pencernaan dan absorpsi lemak.
Bagian terminal dari ileum, garam-garam empedu ini direabsorpsi ke dalam darah
kemudian dialirkan ke dalam hepar melalui vena porta. Didalam hepar, garam
empedu digunakan kembali menyekresi empedu (Baradero, dkk, 2008: 4).
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan wujud empedu atau
keadaan fisik empedu yaitu warna, bau, derajat keasaman, bentuk dan massa jenis
empedu. Selain itu untuk mengetahui kandungan musin dan senyawa anorganik
dalam empedu, mengetahui pigmen empedu melalui uji gmelin dan smith serta
kandungan asam dalam empedu.

1. Tes Keadaan Fisik Empedu


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik dari empedu yang
melitputi warna, bau, keadaan wujudnya, derajat keasaman (pH) serta berat jenis
empedu. Untuk mengetahui warna, bau, dan wujud empedu terlebih dahulu cairan
empedu di keluarkan dri kantong empedu. Dari pengamatan di peroleh hasil yaitu
empedu berwarna hijau pekat, berbau amis dan berbentuk oval. Kemudian
melakukan pengukuran derajat keasaman dimana pHnya di ukur dengan
menggunakan indikator universal, hasil yang diperoleh yaitu pH empedu adalah 7.
Adapun berat jenis empedu yang di peroleh yaitu 1,08 gram/ml, sedangkan secara
teori yaitu 1,032 gram/ml.

2. Tes Musin Dan Senyawa Anorganik Pada Empedu


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan protein dan
senyawa-senyawa anorganik dalam empedu pada klorids, sulfat dan posfat.
Dimana pada percobaan ini empedu tersebut terlebih dahulu di encerkan agar
mempermudah pengamatan. Empedu encer kemudian di tambahkan dengan asam
asetat. Penambahan asam asetat berfungsi sebagai untuk mengendapkan musin
yang terdapat dalam empedu. Larutan kemudian disaring untuk memisahkan
endapan dengan filtratnya. Kemudian filtratnya dibagi 3 untuk identifikasi
senyawa anorganik pada empedu.
14

Pengujian klorida yang dikandung empedu. Empedu encer ditambahkan


larutan perak nitrat yang berfungsi untuk mengendapkan ion klorida dalam bentuk
AgCl dimana hasil yang didapatkan yaitu terdapat endapan hijau. Endapan ini
menandakan adanya klorida yakni AgCl yang mengendap. Hasil ini sudah sesuai
dengan teori bahwa empedu mengandung klorida. Berikut reaksinya :

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan ion sulfat yang ada
dalam empedu. Empedu direaksikan dengan barium klorida yang berfungsi
mengikat ion SO42- yang ada dalam empedu dan membentuk endapan putih. Hasil
percobaan larutan berwarna hijau dan tidak ada endapan putih. Hal ini
menunjukkan bahwa empedu tidak ada endapan putih. Hasil yang didapat
menunjukkan bahwa empedu tidak mengandung ion sulfat. Adapun reaksinya:

Pengujian adanya fosfat dalam empedu dilakukan dengan penambahan


larutan amonium molibdat. Amonium molibdat berfungsi untuk mengikat fosfat
dan membentuk endapan kuning. Hasil percobaan menunjukkan tidak
terbentuknya endpaan kuning dan hanya mengahsilkan larutan hijau. Adapun
reaksi yang terjadi sebagai berikut:

3. Tes Warna Empedu


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui zat warna empedu dengan
melakukan tes gmelin dan tes smith zat warna empedu yakni bilirubin berwarna
15

orange, kuning, dan coklat, dan biliverdin berwarna hijau. Pada percobaa ini, ada
dua tes yang dilakukan. Yaitu tes Gmelin dan Tes Smith.
Tes gmelin dilakukan dengan mencampurkan asam nitrat pekat dalam
empedu encer, asam nitrat berfungsi mengoksidasi zat warna empedu. Hasil yang
diperoleh yaitu terbentuk tiga lapisan. Lapisan atas berwarna hijau, lapisan tengah
berwarna orange dan lapisan bawah berwarna kuning. Lalu dilakukan
pengocokan, dimana pengocokan berfungsi untuk mempercepat reaksi dan agar
larutan tercampur. Setelah dilakukan pengocokan, larutan berubah warna menjadi
orange kecoklatan. Dari warna tersebut didapatkan uji positif dari warna pigman
empedu yakni bilirubin. Reaksinya yaitu:

Tes smith dilakukan dengan empedu encer ditambahkan larutan iod.


Dimana iod berfungsi sama dengan asam nitrat yakni untuk mengoksidasi zat
warna empedu. Hasil yang diperoleh yaitu terbentuknya dua lapisan. Lapisan atas
berwarna orange kecoklatan dan lapisan bawah berwarna hijau tua. Warna hijau
tua ini positif dari zat warna biliverdin yang berwarna hijau pada empedu
bergantung pada konsentrasi biliverdin yang dikandung. Reaksinya yaitu :

4. Tes asam empedu


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui derajat keasaman empedu, yang
dilakukan dengan menambahkan sukrosa yang berfungsi untuk meningkatkan
tegangan permukaan larutan, dimana sukrosa dihidrolisis oleh asam empedu
16

membentuk fruktosa dan glukosa. Setelah penambahan sukrosa, terbentuk tiga


lapisan yaitu lapisan atas berwarna coklat kekuningan, lapisan tengah berwarna
coklat dan lapisan bawah berwarna hijau. Kemudian penambahan H 2SO4 pekat
berfungsi untuk memberi susana asam. Hasil yang diperoleh yaitu terbentuk dua
lapisan. Lapisan atas berwarna hijau dan lapisan bawah berwarna hijau pucat.
Untuk mengetahui karbohidrat yang telah terhidrolisis dilakukan pengujian
Molisch. Dilakukan penambahan Molisch pada empedu encer. Hasilnya terbentuk
larutan berwarna hijau muda.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Empedu merupakan cairan berwarna hijau pekat berbau amis, berbentuk oval
dan berisi cairan empedu yang kental, memiliki pH 7 dan massa jenis 1,08
gram/mL.
2. Empedu mengandung musin dan senyawa anorganik yaitu ion klorida
3. Empedu mengandung pigmen bilirubin (hijau orange-kuning) melalui tes
gmelin dan pigmen biliverdin (hijau) melalui tes smith.
4. Asam empedu dapat memecahkan sukrosa menjadi bagian-bagian kecilnya
yakni glukosa dan fruktosa oleh karena itu asam empedu bersifat asam yang
cukup kuat untuk memecah sukrosa. Dan dari percobaan diperoleh hasil yaitu
terbentuk tiga lapisan hijau dan hijau pucat.

B. Saran

Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, praktikan lebih berhati-hati saat


proses praktikum. Juga agar selanjutnya, praktikan lebih menguasai uji positif dari
setiap percobaan sehingga tidak terjadi kesalahan saat praktikum.
18

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, R. (2021). Terminologi Medis. Pasuruan: Qiara Media.


Baradero Mare, M. W. (2008). Klien Gangguan Hati : Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbita (KDT).
Chuzaemi, S. (2012). Fisologi Nutrisi Ruminansia. Malang: UB Press.
Khamim. (2019). Seri Sains Sistem Pencernaan. Semarang: Alprin.
Nuraeni Al, A. S. (2021). Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) Pada Hati Ikan
Patin. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, 12, 113-123.
Rumei, S. A.-S. (2021). Mikrobiama Usus dan Asam Empedu Pada Penyakit
Terkait. Jurnal Praktik Terbaik dan Riset Endokrinologi dan Metabolisme
Klinis, 15, 1-10.
Setiawan Debi, D. A. (2022). Aplikasi Prediksi Peyakit Sirosis Hati Menggunakan
Algoritma Genetika. Jurnal Sistem Informasi dan Teknologi Informasi, 2,
32 -35.
Sijid Aisyah, C. M. (2020). Pengaruh Pemberian Tuak Terhadap Gambaran
Histopatologi Hati Mencit (Mus musculus) ICR Jantan. Jurnal Pendidikan
Matematika Dan Ipa, 11, 193-205.
Trixie jou Abraha, K. P. (2012). Spesies Helicobacter sebagai Faktor Risiko yang
Mungkin Terjadi Pada Kanker Kandung Empedu. Jurnal Gerontologi,
Hepatologi, dan Endoskopi Pencernan Indonesia, 23, 200-204.
Yahya Siti Ayu Suhartina, W. H. (2020). Profil Toksikologis Ekstrak Daun
Tumbuhan Baka-Baka. Jurnal Biocelebes, 14, 10-21.
Wijayakusuma, H. (2008). Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal. Jakarta:
Pustaka Bunda (Group Puspa Wara).
20
21
22
23
24
25

MSDS
( Unit 3 Empedu)

1. Barium Klorida (Depkes RI, 1979)


Nama IUPAC : Barium Chloride Dihydrate
Nama trival : Barium Klorida
Pemerian : Hablur, tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air
Fungsi bahan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Piktogram :

2. Asam Sulfanilat (Depkes RI, 1979)


Nama IUPAC : Sulfanilic Acid
Nama trival : Asam sulfinat
Pemerian : Bubuk abu-abu terang; sedikit larut dalam air, alcohol dan eter
dan
larut dalam air panas
Kelarutan : larut dalam air 1 g/100 mL
Fungsi bahan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Piktogram :

2. Alkohol 0,5 %
26

Nama IUPAC : Aethanolum


Nama trival : Alkohol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak; bauk has rasa panas, mudah terbakar dan memberikan nyala biru yang
tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, klorofom P dan dalam eter P
Fungsi bahan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya, ditempat sejuk
jauh dari nayala api
Piktogram :

4. Indikator Universal
Nama IUPAC : Universal Indicator Solution
Nama trival : pH Indikator universal solution
Pemerian : Berupa lembaran (strip)
Kelarutan :-
Fungsi bahan : Memeriksa derajat kesamaan suatu zat secara akurat
Penyimpanan : Ditempat sejuk dan jauh dari nyala api
Piktogram :-
5. Pereaksi Molisch
Nama IUPAC : Molisch’s Reagent
Nama trival : alfa-naftol dalam alcohol 95%
Pemerian : Warna ungu pada turunan furfural
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Fungsi bahan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya, ditempat sejuk
jauh dari nayala api
27

Piktogram :

6. Kristal Sukrosa
Nama IUPAC : Sucrose
Nama trival : Sukrosa
Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk
kubus atau serbuk hablur putih, tidak berbau dan manis
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih
Fungsi bahan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Piktogram :

7. Asam Asetat 10%


Nama IUPAC : Asam Etanoat
Nama trivial : Asam Asetat
Pemerian : Cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C
Kelarutan : Dapat larut dalam senyawa polar dan non polar
Fungsi Bahan : Sebagai pelarut dalam proses-proses produksi di industri
:
Penyimpanan : Disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari sinar matahari
Piktogram :
28

8. Aquadest
Nama IUPAC : Air
Nama trivial : Hidrogen Dioksida
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki
rasa.
Kelarutan : Ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi
kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara
molekul-molekul air
Fungsi Bahan : keperluan minum, mandi, memasak, mencuci, membersihkan
rumah, pelarut obat, dan pembawa bahan buangan industri
Penyimpanan : Disimpan di wadah penampungan air
Piktogram :-

9. Asam Nitrat Pekat


Nama IUPAC : Acidum Nitras
Nama trivial : Asam Nitrat
Pemerian : Cairan berasap, jernih, tidak berwarna
Kelarutan : Asam ini larut dalam air, ketika bereaksi dengan air
menghasilkan panas
Fungsi Bahan : Sebagai pemberi suasana asam.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Piktogram :

10. Ammonium Moblidad


Nama IUPAC : Diammonium dioxido(dioxo)molybdenum
29

Nama trivial : Ammonium molibdat


Pemerian : Kristal berwarna putih
Kelarutan : Larut dalam asam tetapi tidak larut dalam alkohol dengan
ammonia cair
Fungsi Bahan : Untuk membuat bubuk logam molybdenum, sebagai katalis
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Piktogram :

11. Larutan Asam Sulfat Pekat


Nama IUPAC : Asam Sulfat.
Nama trivial :-
Pemerian : Cairan jernih seperti minyak, tidak berwarn, bau sangat tajam
dan korosif
Kelarutan : Larut dalam air pada semua perbandingan
Fungsi Bahan : Sebagai oksidator agar permukaan logam sebelum dilapisi
menjadi bersih dari kotoran-kotoran karat
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang kuat di tempat berventilasi dan
dingin
Piktogram :
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63

Anda mungkin juga menyukai