Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Administrasi Perkantoran (SNPAP) 2018

27 Oktober 2018, Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran FKIP UNS

Kompetensi Sumber Daya Manusia Perkantoran Di Era Milenial


Carolina Lita Permatasari1, Iis Nawati2, Tri Wida Yanti3, Zenitzca Syaputri Kusumawardhany4
1,2,3,4
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Email:carolina@staff.uksw.edu;162016004@student.uksw.edu; 162016007@student.uksw.edu;
162016016@student.uksw.edu

ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah berpengaruh terhadap berbagai aspek
kehidupan manusia. Pergeseran paradigma ini tentunya menuntut kompetensi sumber daya manusia
yang unggul di bidang teknologi informasi. Konsekuensinya, manusia dituntut pula memiliki
kemampuan menganalisis suatu kasus atau berpikir logis. Fenomena yang terjadi di era revolusi
industri 4.0 adalah kedudukan manusia yang akan digantikan oleh teknologi atau mesin apabila
manusia tidak mampu menguasai teknologi tersebut. Kondisi ini menuntut logika berpikir manusia
harus lebih tinggi daripada teknologi tersebut. Tidak heran dewasa ini pekerjaan teknis atau pelaksana
rutin tergantikan oleh mesin yang pada akhirnya terjadi pemutusan hubungan kerja atau PHK.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang akan dihadapi SDM perkantoran di era
revolusi industri 4.0 khususnya kesiapan lulusan administrasi perkantoran dalam dunia kerja.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang peneliti amati pada sumber daya manusia suatu
kantor yayasan pendidikan. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Penentuan
informan menggunakan teknik snowballing dengan teknik analisis triangulasi. Hasil dari penelitian ini
bahwa kompetensi yang diperlukan oleh sumber daya manusia perkantoran untuk menghadapi
revolusi industri 4.0 adalah kompetensi penguasaan teknologi informasi dan komunikasi serta
kompetensi berpikir logis dan daya analisis. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa tidak
menutup kemungkinan lulusan pendidikantinggi memiliki peluang kerja lebih kecil daripada lulusan
pendidikan menengah atau kejuruan apabila tidak dibekali dengan dua kompetensi tersebut.

Kata Kunci: kompetensi teknologi informasi dan komunikasi, kompetensi bepikir logis

PENDAHULUAN informasi melalui berbagai media meliputi


teks, audio, video, grafik dan gambar (Isjoni
Perkembangan teknologi informasi dan
dan Ismail, 2008). Sedangkan menurut Asmani
komunikasi di era milenial menuntut setiap
(2011:99) teknologi informasi dan komunikasi
manusia untuk mampu mengoperasikan dan
dapat diartikan sebagai semua teknologi yang
harus dibekali dengan keterampilan. Tuntutan
berhubungan dengan pengambilan,
ini harus dimiliki sehingga akan menghasilkan
pengumpulan, pengolahan, penyimpanan,
sumber daya manusia yang berkualitas.
penyebaran, dan penyajian informasi.
Sumber daya manusia yang berkualitas
Berdasarkan pendapat tersebut dapat
tentunya mampu untuk bersaing dalam dunia
disimpulkan bahwa teknologi informasi dan
kerja. Namun fenomena yang terjadi sekarang
komunikasi merupakan alat yang digunakan
ini, lulusan perguruan tinggi tidak menjamin
untuk proses penyajian dan pengolahan data
seseorang untuk memiliki pekerjaan yang lebih
dengan menggunakan media. Dalam
baik daripada lulusan menengah atas atau
penggunaan dan penguasaan teknologi
kejuruan. Hal ini terjadi apabila seseorang
informasi dan komunikasi didapat tidak secara
tidak memiliki kompetensi keahlian dalam
instan, namun untuk mendapatkannya
penguasaan teknologi informasi dan
membutuhkan sebuah proses pembelajaran dan
komunikasi serta logika berpikir.
pelatihan secara terus menerus. Adanya
Teknologi informasi dan komunikasi
pelatihan secara terus menerus akan
merupakan perpaduan seperangkat teknologi
memunculkan kompetensi diri.
terutama mikroelektronik komputer,
Menurut Becker and Ulrich dalam
tekonologi komunikasi yang membantu proses
Suparno (2005), kompetensi mengandung
pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan,
aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan
penghantaran dan juga penyajian data
(keahlian) dan kemampuan ataupun

ISBN 978-602-73280-1-3 161 www.snpap.fkip.uns.ac.id


Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Administrasi Perkantoran (SNPAP) 2018
27 Oktober 2018, Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran FKIP UNS

karakteristik kepribadian yang mempengaruhi belum tentu memiliki kompetensi yang lebih
kinerja. Kompetensi menjadi aspek penting baik dari lulusan menengah atas atau kejuruan
untuk seseorang memasuki dunia kerja, karena akibatnya pendidikan tinggi akan kalah saing
tanpa kompetensi yang mumpuni akan menjadi dengan lulusan pendidikan menengah atau
kendala dan menyebabkan kedudukan kejuruan jika tidak dibekali dengan kompetensi
seseorang tergeser oleh orang lain yang lebih. Terjadinya pengurangan tenaga kerja
memiliki kompetensi lebih. Michael Zwell baik karena mempertimbangkan dari sisi
2000: 56-68 (dalam Wibowo 2007:102) efisiensi dan efektivitas kinerja mulai
mengungkapkan bahwa dalam tolak ukur digencarkan pada setiap lapangan pekerjaan.
kompetensi seseorang mempunyai beberapa Pekerjaan teknis yang dahulu dikerjakan oleh
faktor yang mempengaruhi seperti, keyakinan tenaga manusia digantikan perlahan oleh
berpikir, keterampilan, pengalaman, tenaga mesin dan teknologi. Hal ini tidak
karakteristik kepribadian, motivasi, isu hanya terjadi pada perusahaan besar tetapi juga
emosional, kemampuan intelektual, serta terjadi pada perusahaan kecil, lembaga
budaya organisasi. nonprofit atau yayasan yang cukup mengambil
Menurut Walsh et al.(2001) dalam peran dalam penyedia lapangan pekerjaan.
Wibowo (2007) bahwa kompetensi dasar Apabila hal ini diabaikan, maka akan berimbas
merupakan keterampilan yang luas tentang pada terbukanya gerbang pengangguran bagi
produksi dan teknologi korporasi yang para lulusan apabila tidak dibekali kesiapan
mendukung organisasi untuk beradaptasi dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.
dengan cepat terhadap peluang-peluang yang Fenomena penggangguran apabila tidak
timbul. Faktor-faktor yang mempengaruhi dicegah akan menjadi permasalahan ekonomi
kompetensi teknis yaitu tingkat pendidikan, nasional.
pengalaman kerja dan kemampuan
menganalisis. Sedangkan kompetensi non METODE PENELITIAN
teknis mengacu pada kemampuan untuk
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif,
mengendalikan diri dan memacu diri dalam
yaitu menggambarkan dan melukiskan keadaan
bekerja (Wibowo, 2007). Kompetensi non
subjek atau obyek penelitian pada saat
teknis meliputi karakteristik individual seperti
sekarang, yang mendasarkan faktor-faktor
motivasi, tingkah laku dan kepribadian
yang nampak atau sebagaimana adanya
seseorang, dipengaruhi oleh pengendalian diri,
(Azwar, 2009: 67). Tujuan dari penelitian ini
kepercayaan diri, fleksibilitas dan membangun
adalah untuk mendeskripsikan secara terperinci
hubungan.
fenomena sosial tertentu, misalnya interaksi
Kemampuan berpikir merupakan kegiatan
sosial, sistem kekerabatan dan lain-lain.
yang membutuhkan penalaran yang spontan,
Pendekatan dari penelitian ini adalah
kritis dan kreatif, yang berorientasi pada
pendekatan kualitatif, yaitu menyusun desain
pemikiran intelektual luas dalam melibatkan
yang secara terus-menerus disesuaikan dengan
pembentukan konsep, aplikasi, analisis,
kenyataan di lapangan sehingga memiliki
menilai informasi yang didapat (sintesis) atau
bentuk desain yang sementara dimana nantinya
yang dihasilkan melalui pengalamatan,
akan dapat dikembangkan atau berkembang di
pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai
lapangan dan menganalisis secara induksi
landasan pada suatu keyakinan dan tindakan
sehingga dapat dipahami bahwa penelitian
yang membutuhkan pemikiran cepat dan tepat
kualitatif lebih mementingkan proses daripada
dalam mengambil keputuasan (Aisyah dan
hasil (Moleong, 2007: 11). Peneliti
Susanti, 2016). Penalaran logis merupakan
menggunakan informan dalam penelitian ini
proses transformasi informasi yang
yaitu pegawai dan pimpinan di kantor Yayasan
disampaikan untuk memperoleh perubahan
Marsudirini. Instrumen dalam penelitian ini
yang konstruktif (Galotti dalam Aisyah dan
yang utama adalah peneliti itu sendiri
Susanti, 2016). Oleh karena itu kemampuan
(Machfoedz, 2007: 79). Sedangkan instrumen
berpikir merupakan kegiatan yang
pendukung lainnya seperti interview guide
membutuhkan pikiran yang spontan sedangkan
yang merupakan panduan peneliti dalam
berpikir logis ialah aturan yang sesuai dan
melakukan wawancara dengan narasumber,
harus memiliki korelasi dengan logika berpikir.
analisis triangulasi yang merupakan alat guna
Fenomena yang terjadi saat ini
menggabungkan data dari berbagai teknik
menunjukan bahwa lulusan pendidikan tinggi

ISBN 978-602-73280-1-3 162 www.snpap.fkip.uns.ac.id


Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Administrasi Perkantoran (SNPAP) 2018
27 Oktober 2018, Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran FKIP UNS

pengumpulan data dan sumber data yang telah studi pustaka. Metode kualitatif seperti pada
ada (Sugiyono, 2010: 330), tape recorder yang penelitian ini, pada umumnya berorientasi
merupakan alat perekam wawancara, serta dalam hal eksplorasi, pengungkapan, dan
pendukung lain yang digunakan oleh peneliti, logika yang bersifat induktif. Peneliti berupaya
baik dalam pengumpulan data, pengolahan menyikapi dengan akal sehat suatu situasi
data, maupun penyimpanan data.Menurut tanpa mengedepankan harapan yang sudah
Lofland & Lofland, sumber data primer dalam diduga sebelumnya perihal latar belakang
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan program. Fokus penelitian merupakan masalah
tindakan, selebihnya adalah data tambahan pokok yang bersumber dari pengalaman
seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, 2007: peneliti atau melalui pengetahuan yang
157). Data dalam penelitian ini diperoleh diperoleh melalui kepustakaan (Moleong,
melalui dokumentasi, interview, observasi, dan 2011: 97)

Tabel 1. Fokus Penelitian


Fokus Komponen Informan Metode Alat
Wawancara Dokumen Observasi
Kompeten  Penguasaan Karyawan √ √ √ Lembar
si Teknologi kantor Observasi
 Kemampuan
analisis dan logika Pedoman
berpikir Wawanca
 Tingkat Pendidikan ra
Pengelolaa  Perekrutan Pimpinan √ √ √
n SDM  Pengembangan kantor Kamssera
SDM
 Reward and
Punishment
 Status kepegawaian
 Penempatan
 Profesionalitas
 Tingkat Pendidikan
 Sistem Informasi
manajemen

Analisis triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi
teknik yaitu pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang
sama (Sugiyono, 2010: 330) sedangkan triangulasi sumber yaitu mendapatkan data dari sumber yang
berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2010: 331).

Observasi

Sumber
Wawancara
data
Dokumentasi

Gambar 1. Triangulasi teknik pengumpulan data (Sugiyono, 2010: 331)

ISBN 978-602-73280-1-3 163 www.snpap.fkip.uns.ac.id


Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Administrasi Perkantoran (SNPAP) 2018
27 Oktober 2018, Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran FKIP UNS

Wawancara B

Gambar 2. Triangulasi sumber pengumpulan data (Sugiyono, 2010: 331)

HASIL DAN PEMBAHASAN agar posisi yang kosong bisa terisi.


Bagi para pemimpin pada
Tidak hanya di dalam perusahaan besar
umumnya, apabila ia mempunyai
ataupun perusahaan profit, manajemen SDM
karyawan yang memiliki
juga sangat diperlukan bagi organisasi kecil
kompetensi yang baik, maka
ataupun lembaga nirlaba seperti yayasan
pimpinan akan berusaha
pendidikan walaupun hanya berisikan sedikit
mempertahankan karyawan tersebut
karyawan dalam sebuah kantor yayasan
dengan berbagai cara misal
tersebut. Namun, karena cakupannya lebih
pemberian fasilitas dan lain-lain.
kecil, terkadang manajemen SDM yang ada di
Tidak dipungkiri pula dalam kasus
lembaga nirlaba secara khusus dalam
ini, penting bagi seorang karyawan
penelitian ini adalah kantor yayasan
untuk memiliki kompetensi yang
pendidikan yang cenderung dikelola oleh
baik.
orang yang bukan pada bidangnya (misalnya
manajer merangkap HRD atau pimpinan yang
2. Tidak mengalokasikan sumber
tidak memiliki kualifikasi sebagai manajer).
daya yang cukup untuk pelatihan
Keadaan ini kemudian mengakibatkan
Tidak selamanya sebuah lembaga
kesalahan pada proses manajemen SDM.
mendapatkan karyawan yang
Beberapa kesalahan yang dijumpai dalam
berkompeten dan mampu
pengelolaan SDM kantor yayasan pendidikan
mengerjakan seluruh pekerjaan yang
adalah sebagai berikut :
ditugaskan. Seiring berjalannya
1. Terlalu cepat merekrut waktu dan berkembangannya
Pada umumnya dalam sebuah zaman, kantor yayasan pendidikan
lembaga sering terjadikeluar masuk dituntut untuk mengembangkan diri
pegawai. Hal ini bisa terjadi karena baik secara kelembagaan maupun
disebabkan ketidaknyamanan individu. Kompetensi-kompetensi di
pegawai bekerja dalam lembaga era revolusi industri 4.0 yang mana
tersebut atau ketidakcocokan mendorong manusia untuk mampu
penghasilan yang diterimanya. menguasai teknologi memaksa
Apabila sebuah pekerjaan dapat manusia tidak lagi hanya bekerja
memberikan kenyamanan bagi menjadi tenaga pelaksana saja,
pekerjanya dan memberikan upah tetapi mampu menciptakan ide-ide
yang sesuai dengan indeks kreatif. Era revolusi industri 4.0 ini
kebutuhan hidup suatu wilayah akan menggeser kedudukan dan
tersebut, maka pekerja tersebut akan fungsi tenaga kerja pelaksana atau
lebih bisa mempertahankan teknis digantikan dengan mesin atau
loyalitasnya. Sayangnya banyak teknologi. Umumnya pimpinan
pimpinan dalam melakukan yayasan yang kurang
perekrutan mendapat tekanan besar memperhatikan alokasi baik
sehingga tidak teliti dalam anggaran maupun waktu yang cukup
mempekerjakan seseorang. Besar untuk memberikan pelatihan dan
kemungkinan orang tersebut tidak pendidikan atau mengembangkan
sesuai dengan kebutuhan,tidak pengetahuan dan wawasan para
berkualitas atau tidak sesuai pekerja. Hal ini menyebabkan
bidangnya namun diterima hanya tergesernya para karyawan yang

ISBN 978-602-73280-1-3 164 www.snpap.fkip.uns.ac.id


Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Administrasi Perkantoran (SNPAP) 2018
27 Oktober 2018, Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran FKIP UNS

tidak memiliki kompetensi teknologi terhadap karyawan yang sesuai


atau kemampuan akademik yang dengan UU Ketenagakerjaan. Hal
cukup untuk menyesuaikan dengan ini menyebabkan turunnya
tuntutan pekerjaan yang ditugaskan. semangat karyawan dalam bekerja.
Mereka cenderung bekerja apa
3. Gagal mengatasi masalah kinerja adanya dan biasa-biasa saja karena
Setiap proses pekerjaan dalam tidak termotivasi akan hal tertentu.
sebuah kantor tidak mungkin akan Karyawan cenderung tidak mau
terbebas dari segala permasalahan. mengembangkan diri karena hal itu
Permasalahan yang muncul di dalam adalah kesia-siaan bagi mereka.
pekerjaan atau pekerja sudah
sepantasnya diatasi oleh pimpinan 5. Tidak melakukan prinsip “The
lembaga.Permasalahan karyawan right man in the right place”
akan kinerja dan perilaku menjadi Pada dasarnya ketika para pimpinan
masalah bagi lembaga manapun. memutuskan untuk menempatkan
Kegagalan untuk mengatasi masalah karyawan pada suatu pekerjaan
kinerja dan perilaku secara tidak tertentu, mereka berharap karyawan
langsung akan membenarkan tersebut akan dapat menyelesaikan
perbuatan karyawan yang tidak pekerjaan tersebut dengan baik
benar atau menyalahkan perbuatan sesuai dengan tuntutan pekerjaan.
karyawan yang tidak salah. Hal ini Akan tetapi, sering dijumpai dewasa
kemudian memunculkan perasaan ini bahwa banyak karyawan tidak
tidak puas oleh karyawan yang bekerja pada pekerjaan yang sesuai
bekerja dengan baik sehingga akan keahliannya atau bidangnya. Bahkan
memunculkan karyawan yang malas tuntutan era revolusi industri 4.0
untuk bekerja dan mengembangkan yang menuntut manusia mahir
diri sampai berdampak pada mengoperasikan teknologi
pengunduran diri karyawan. menambah satu kompetensi lagi
bagi karyawan untuk mahir
4. Tidak mematuhi hukum menguasai teknologi. Ketika
ketenagakerjaan seorang karyawan yang tidak
UU Ketenagakerjaan berlaku untuk memiliki kemampuan menguasai
semua bisnis apapun tanpa teknologi dan kemampuan analisis
terkecuali yayasan pendidikan. ditempatkan pada bagian yang
Sementara itu UU lainnya berlaku penting dalam pengambilan
dengan bisnis minimal 12 orang keputusan maka akan menyebabkan
atau lebih dan selanjutnya. Setiap kesalahan pekerjaan. Begitu pula
lembaga wajib mempelajari hukum apabila seorang karyawan yang
tersebut dan mengambil langkah- memiliki kemampuan menguasai
langkah yang diperlukan untuk teknologi dan kemampuan analisis
mematuhi semua hukum yang ditempatkan pada bagian yang tidak
berlaku. Pimpinan lembaga harus membutuhkan kemampuan yang
menyadari hukum ketenagakerjaan lebih maka akan terjadi kesia-siaan
mengenai: pekerjaan, sehingga cenderung
 Diskriminasi mematikan kreativitas karyawan.
 Cuti keluarga
 Persyaratan upah minimum 6. Penggolongan Karyawan
 Pensiun Pada dasarnya dalam suatu
 Lembur pekerjaan terdapat penggolongan
 Standar keamanan karyawan atau jenjang status
 Cacat kepegawaian dari percobaan,
 Jenjang karir kontrak, calon pegawai sampai pada
Sayangnya pada beberapa yayasan pegawai tetap. Penggolongan status
pendidikan masih ditemukan belum kepegawaian ini memudahkan untuk
memberikan kewajibannya proses ketenagakerjaan dalam suatu

ISBN 978-602-73280-1-3 165 www.snpap.fkip.uns.ac.id


Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Administrasi Perkantoran (SNPAP) 2018
27 Oktober 2018, Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran FKIP UNS

lembaga. Penggolongan ini pun Oleh karena itu perlu bagi para
berimbas pada upah yang diberikan pimpinan untuk memberikan
kepada karyawan. Adanya kebijakan penghargaan yang berbeda sesuai
pimpinan dalam perubahan dengan kompetensi dan beban kerja
penggolongan status kepegawaian yang diterima oleh seorang
memungkinkan timbul penilaian karyawan. Karyawan cenderung
kinerja oleh pimpinan itu sendiri. lebih memilih untuk berkerja tidak
Sayangnya banyak fenomena yang maksimal karena penghargaan yang
terjadi bahwa dasar penilaian diterima antara bekerja secara
tersebut tidak objektif atau sesuai maksimal dan minimal adalah sama.
dengan kompetensi yang dimiliki Beberapa hal yang dijumpai dalam kegiatan
karyawan sehingga hal ini juga perkantoran di lembaga yayasan pendidikan
menimbulkan kesenjangan yang adalah sebagai berikut :
berdampak pada kinerja lembaga 1. Mutasi pekerjaan berdasarkan
secara keseluruhan. kompetensi
Hubungan antara pimpinan dan
7. Prinsip profesionalitas dan karyawan dalam sebuah kantor
persaudaraan adalah hubungan kausalitas yang
Sebuah lembaga nirlaba atau berarti siapapun dapat menjadi
yayasan bukanlah sebuah penyebab dan akibat. Misalnya
perusahaan yang berorientasi profit. apabila seorang karyawan dapat
Maka dari itu sering dijumpai bahwa bekerja dengan baik atau memiliki
yayasan tidak memberikan upah kompetensi yang baik dalam
yang tinggi karena tidak menuntut bekerja, maka pimpinan akan
pekerjaan ekstra bagi para karyawan memberikan penghargaan dalam
untuk mengejar profit perusahaan. pekerjaan kepada karyawan
Prinsip profesionalitas cenderung tersebut bahkan
dikesampingkan oleh para pimpinan mempertahankannya dengan
yayasan. Alhasil prinsip memberikan fasilitas-fasilitas.
persaudaraan dalam bekerja lebih Begitu pula sebaliknya apabila
dijunjung tinggi. Sayangnya di era pimpinan memberikan upah yang
perkembangan teknologi yang pesat tinggi atau fasilitas kepada
ini menuntut seluruh lembaga baik karyawan dalam bekerja, maka
profit maupun nonprofit untuk karyawan memberikan loyalitasnya
berlomba-lomba meningkatkan dalam bekerja dan memaksimalkan
kompetensinya. Hal ini kinerjanya sebab telah
mengharuskan lembaga mendapatkan penghargaan yang
menggunakan prinsip profesionalitas baik dari pimpinan. Akan tetapi hal
dalam kinerja agar menghasilkan ini menjadi masalah apabila satu
pekerjaan yang berkualitas. Ini yang sama lain saling menuntut sebelum
menjadi hal sulit untuk menjalankan melaksanakan kewajibannya.
secara bersama prinsip Seorang karyawan tidak akan
profesionalitas dan persaudaraan. bekerja dengan maksimal sebelum
mendapatkan upah, penghargaan
8. Penghargaan kepada karyawan atau fasilitas dari pemberi kerja.
Prinsip keadilan dalam pemberian Sebaliknya pimpinan tidak akan
penghargaan kepada karyawan memberikan upah, penghargaan
sering digunakan dalam beberapa atau fasilitas sebelum karyawan
lembaga. Hal ini bertujuan agar bekerja dengan baik dan
tidak menimbulkan rasa iri satu menunjukan kompetensinya untuk
sama lain. Akan tetapi apabila menyelesaikan pekerjaannya.
kontribusi yang diberikan oleh Situasi yang seperti ini pada
karyawan terhadap pekerjaan dan akhirnya sudah mendarah daging
beban kinerjanya berbeda, hal ini sehingga di samping kompetensi
akan menimbulkan ketidakadilan. yang minim dimiliki karyawan,

ISBN 978-602-73280-1-3 166 www.snpap.fkip.uns.ac.id


Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Administrasi Perkantoran (SNPAP) 2018
27 Oktober 2018, Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran FKIP UNS

mereka yang sebenarnya memiliki kompetensi berpikir logis dan daya


kompetensi lebih memilih untuk analisis. Seluruh pekerjaan teknis
tidak mengembangkan dirinya atau rutin perlahan digantikan oleh
karena prinsip yang salah. Hal ini teknologi dan mesin. Manusia
menyebabkan pribadi yang tidak bukan lagi pelaksana melainkan
berkembang yang pada akhirnya pencipta, konseptor, dan pengendali
terjadi mutasi pekerjaan atau turun teknologi dan mesin. Apabila
jabatan. manusia tidak mau belajar, berlatih
menguasai teknologi dan
2. Penghargaan berdasarkan mengembangkan kompetensi diri,
kompetensi maka dipastikan kedudukan
Ada fenomena dalam dunia manusia atau karyawan dalam
perkantoran bahwa prinsip bekerja dunia perkantoran akan tergusur
sebaik-baiknya dan semaksimal baik dalam bentuk penurunan
mungkin tanpa mengutamakan jabatan, mutasi, sampai pemutusan
upah, penghargaan atau fasilitas hubungan kerja.
yang didapat juga sering dijumpai
dalam pribadi seseorang. Seorang 4. Tingkat Pendidikan
karyawan mengerahkan seluruh Selain kemampuan menganalisis,
kemampuan dan kompetensinya menurut Walsh et al.(2001) dalam
serta selalu mengembangkan diri Wibowo (2007), faktor yang
dalam pekerjaan sebelum meminta mempengaruhi kompetensi teknis
hak baik berupa upah, penghargaan seseorang adalah tingkat
atau fasilitas dalam pekerjaan. pendidikan. Dalam kantor yayasan
Kinerja yang baik ini tentunya akan pendidikan, tingkat pendidikan
diberi balas jasa yang baik pula dari bukan hal yang utama. Pemahaman
pimpinan. Prinsip selalu bahwa tidak adanya jenjang karir
mengembangkan diri dan mau seperti pada perusahaan besar
belajar menjadi kunci utama cenderung menutup diri seseorang
seseorang tersebut sukses dalam untuk mengembangkan diri melalui
pekerjaannya. Situasi yang seperti pendidikan. Hal ini seperti dua
ini yang mengantarkan seorang mata pisau bagi karyawan dan
karyawan pendapatkan pimpinan. Pimpinan lembaga kecil
penghargaan bahkan kenaikan cenderung tidak
jenjang karir. Hal ini tidak terlepas mengkualifikasikan pendidikan
dari kemauan belajar dan berlatih yang tinggi bagi karyawannya
terus-menerus, mengasah logika karena upah yang diberikan pun
berpikir dan daya analisis serta mau tidak besar. Akan tetapi satu sisi
beradaptasi dengan perkembangan menghadapi era revolusi industri
teknologi. 4.0, lembaga seperti yayasan pun
membutuhkan kompetensi
3. Penggunaan teknologi dalam karyawan yang baik. Hal ini
berbagai bidang pekerjaan kemungkinan besar didapat pada
Tidak hanya pada instansi seseorang dengan pendidikan
pemerintah dan perusahaan besar tinggi. Semakin tinggi pendidikan
yang terkena dampak seseorang maka cenderung semakin
perkembangan teknologi, baik kompetensi dirinya. Bagi
melainkan pula perusahaan kecil karyawan sendiri, persepsi bekerja
dan lembaga nirlaba atau dalam di kantor seperti lembaga kecil atau
kasus ini yayasan pendidikan. yayasan tidak memerlukan
Sehingga tuntutan era revolusi pendidikan tinggi karena upah yang
industri 4.0 dirasakan oleh hampir diberikan pun kecil dan tidak
seluruh aspek termasuk dunia memiliki jenjang karir. Akan tetapi,
perkantoran. Penguasaan teknologi dalam kondisi sekarang yang mana
dan penggunaan nyata menuntut seluruh organisasi berlomba-lomba

ISBN 978-602-73280-1-3 167 www.snpap.fkip.uns.ac.id


Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Administrasi Perkantoran (SNPAP) 2018
27 Oktober 2018, Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran FKIP UNS

untuk berkembang sesuai telah diketahui. Kompetensi tidak hanya


perkembangan jaman, bergerak mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi
untuk menciptakan sebuah inovasi melakukan apa yang diketahui.Permatasari
dan sistem informasi manajemen (2016) menyatakan bahwa kepemilikan
berbasis teknologi, pekerja yang kompetensi berdampak pada kemudahan
tidak memiliki pendidikan tinggi seseorang terkait dengan pekerjaannya.
atau kompetensi yang berkualitas Teknologi informasi dan komunikasi
perlahan akan tersingkirkan. memiliki beberapa komponen utama yang
Seseorang dengan lulusan mendukungnya. Komponen-komponen yang
pendidikan tinggi pun belum tentu mendukung teknologi informasi dan
memiliki kesiapan kompetensi yang komunikasi diantaranya adalah komputer
baik apalagi lulusan pendidikan (sistem komputer), komunikasi, dan
dasar atau menengah. keterampilan bagaimana menggunakannya
(Asmani, 2011:107). Dalam hal keterampilan
Menurut Nawawi (2000: 97) salah satu penggunaan, semua kemajuan dan
dimensi sebagai tolak ukur kinerja adalah perkembangan teknologi yang ada akan sia-sia
kompetensi kerja yang terdiri dari apabila sumber daya manusia yang ada tidak
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan. mampu menguasainya. Sebaliknya
Kompetensi diperlukan untuk mengidentifikasi kebermanfaatan teknologi informasi dan
pekerjaan sesuai dengan prestasi kerja yang komunikasi akan semakin terasa apabila
diharapkan.Dalam teori Manajemen Sumber sumber daya manusia yang ada mengetahui
Daya Manusia, menurut Rivai (2003) salah apa, kapan, dan bagaimana teknologi informasi
satu faktor terpenting dalam sebuah organisasi dan komunikasi tersebut dapat digunakan
adalah sumber daya manusianya. Baik secara optimal.
tidaknya manusia tersebut dalam organisasi Hasil penelitian dengan mengkaji
dapat diukur dari kinerja.Bagaimanapun juga, permasalahan-permasalahan yang muncul pada
teknologi dan mesin adalah buatan manusia, SDM perkantoran di yayasan pendidikan
sudah sepantasnya manusialah yang menguasai menggugah pentingnya dalam membangun
teknologi dan mesin bukan sebaliknya. manusia berpengetahuan yang memiliki
keterampilan: (1) melek teknologi dan media;
Pengetahuan
(2) melakukan komunikasi efektif; (3) berpikir
kritis; (4) memecahkan masalah; dan (5)
berkolaborasi (Wahyono dan Pujiriyanto,
2010). Pada abad 21 ini, marakpersaingan
Keahlian Etos Kerja dalam berbagai bidang kehidupan, di antaranya
dunia perkantoran. Perkantoran dihadapkan
pada tuntutan akan pentingnya sumber daya
manusia yang berkualitas serta mampu
Gambar 3. Konsep Kompetensi Sumber Daya berkompetisi. Sumber daya manusia yang
Manusia (Spencer & Spencer, 1993) berkualitas dan berkompeten dapat menjadi
kekuatan utama untuk mengatasi masalah-
Kompetensi adalah sesuatu yang masalah yang dihadapi. Salah satu cara yang
seseorang tunjukan di tempat kerja setiap hari ditempuh adalah melalui peningkatan mutu
yang mencakup perilaku, bukan sifat-sifat SDM melalui pengembangan daya nalar, cara
kepribadian maupun keterampilan dasar yang berpikir logis, sistematis, analitis, kritis, dan
ada di dalam ataupun di luar tempat kerja. kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Kompetensi mencakup melakukan sesuatu, Kompetensi tersebut diperlukan agar SDM
bukan hanya pengetahuan yang pasif. Seorang dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mungkin pandai namun jika mereka tidak mengelola, dan memanfaatkan teknologi
menggunakan kepandaiannya tersebut ke informasi untuk bertahan hidup pada keadaan
dalam perilaku yang efektif, kepandaian yang selalu berubah, tidak pasti, dan
tersebut akan menjadi tidak berguna. kompetitif. Kompetensi teknologi dan
Kompetensi tak hanya untuk mengetahui apa- kompetensi berpikir logis memiliki hubungan
apa saja yang harus dilakukan, melainkan juga kausalitas, dimana seseorang yang memiliki
berencana untuk melakukan atas apa yang kemampuan penguasaan teknologi cenderung

ISBN 978-602-73280-1-3 168 www.snpap.fkip.uns.ac.id


Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Administrasi Perkantoran (SNPAP) 2018
27 Oktober 2018, Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran FKIP UNS

memiliki kemampuan berpikir logis. Begitu KESIMPULAN


pula sebaliknya seseorang yang memiliki
Mempersiapkan SDM perkantoran di era
kemampuan berpikir cenderung memiliki
milenial adalah bagaimana membangun
kemampuan penguasaan teknologi.
manusia berpengetahuan yang memiliki
Sejak dari pra sekolah, para siswa perlu
keterampilan: (1) melek teknologi dan media;
dipersiapkan untuk memahami hakekat
(2) melakukan komunikasi efektif; (3) berpikir
kehidupan sebagai proses, produk dan sikap,
kritis; (4) memecahkan masalah; dan (5)
agar mereka memiliki bekal pengetahuan
berkolaborasi. Pada abad 21 ini, marak
konsep dan keterampilan berpikir kritis dan
persaingan dalam berbagai bidang kehidupan,
pemecahan masalah untuk diterapkan sebagai
di antaranya dunia perkantoran. Perkantoran
life skill dalam kehidupan. Tantangan masa
dihadapkan pada tuntutan akan pentingnya
depan yaitu era revolusi industri 4.0 menuntut
sumber daya manusia yang berkualitas serta
pekerjaan yang mampu mengembangkan
mampu berkompetisi. Sumber daya manusia
keterampilan berpikir kritis dan pemecahan
yang berkualitas dan berkompeten dapat
masalah.Kemampuan berpikir kritis sangat
menjadi kekuatan utama untuk mengatasi
penting untuk mengembangkan kemampuan
masalah-masalah yang dihadapi organisasi
menyelesaikan masalah. Menurut Rusiyanti
tanpa terkecuali yayasan pendidikan. Salah
(2009), berpikir kritis adalah kemampuan
satu cara yang ditempuh adalah melalui
untuk berpikir kompleks, menggunakan
peningkatan mutu SDM melalui
proses-proses berpikir mendasar berupa
pengembangan daya nalar, cara berpikir logis,
penalaran yang logis sehingga dapat
sistematis, analitis, kritis, dan kreatif, serta
memahami, menganalisis dan mengevaluasi
kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut
serta dapat menginterpretasikan suatu argumen
diperlukan agar SDM dapat memiliki
sesuai dengan penalarannya, sehingga dapat
kemampuan memperoleh, mengelola, dan
menentukan apa yang harus diyakini dan
memanfaatkan teknologi informasi dan
dilakukan.Penelitian Santosa (2015)
komunikasi untuk bertahan hidup pada
menunjukan bahwa antusiasme merupakan hal
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan
kunci yang perlu ada di dalam pengembangan
kompetitif khususnya era revolusi industri 4.0.
keterampilan. Lebih lanjut, Rina dan Nurhaeni
Kompetensi teknologi dan kompetensi berpikir
(2016) menekankan perlunya peningkatan
logis memiliki hubungan kausalitas, dimana
kapasitas diri dalam bentuk keterampilan
seseorang yang memiliki kemampuan
sebagai tujuan akhir program-program.
penguasaan teknologi cenderung memiliki
Berpikir logis dan pemecahan masalah
kemampuan berpikir logis. Begitu pula
dianggap menjadi dasar baru untuk belajar
sebaliknya seseorang yang memiliki
abad ke-21. Menggunakan pengetahuan dan
kemampuan berpikir logis cenderung memiliki
menerapkan keterampilan seperti berpikir
kemampuan penguasaan teknologi.
logis, pemecahan masalah, dan kreativitas
Diharapkan melalui penelitian ini dapat
untuk motivasi pengetahuan dapat
membantu manajer perkantoran dalam
meningkatkan kinerja. Dalam suatu proses
mengelola SDM untuk mempersiapkan era
bekerja, kemampuan berpikir logis dapat
revolusi industri 4.0 melalui pengembangan
dikembangkan dengan memperkaya
dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
pengalaman yang bermakna melalui persoalan
penguasaan teknologi dan berpikir logis serta
pemecahan masalah.
daya analisis pemecahan masalah. Kesiapan
untuk mengembangkan mutu diri juga dapat
dilakukan dalam dunia pendidikan agar lulusan
Kompetensi pendidikan baik menengah maupun tinggi siap
Kompetensi
Teknologi
Berpikir menghadapi era revolusi industri 4.0.
Logis Diharapkan pula penelitian ini dapat
dikembangkan kembali untuk memberikan
kontribusi bagi ilmu pengetahuan.
Gambar 3. Konsep Kompetensi Sumber Daya DAFTAR PUSTAKA
Manusia Era Milenial
[1] Aisyah, dkk. 2016. Analisis Kemampuan
Penalaran Logis Siswa yang Memiliki

ISBN 978-602-73280-1-3 169 www.snpap.fkip.uns.ac.id


Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Administrasi Perkantoran (SNPAP) 2018
27 Oktober 2018, Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran FKIP UNS

Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak. [15] Sugiyono. 2010.Metode Penelitian


Proseding Seminar Nasional Matematika Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Dan Pendidikan Matematika Universitas Alfabeta.
Negeri Yogyakarta. [16] Suparno. 2005. Membangun Kompetensi
[2] Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tifs Efektif Belajar. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Pendidikan Tinggi Depdiknas.
Komunikasi dalam Dunia Pendidikan, [17] Wahyono, SB dan Pujiriyanto. 2010.
Cetakan ke-1, Jogjakarta: DIVA Press. Analisis Jalur Terhadap Tingkat Melek
[3] Azwar, Saifuddin. 2009. Metode Tekonologi Informasi dan Komunikasi
Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (ICT Literacy) Pada Mahasiswa FIP
[4] Isjoni, Arif, M., Mahmud, I. R. 2008. ICT UNY, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Untuk Sekolah Unggul, Pengitegrasian Universitas Negeri Yogyakarta, Tidak
Teknologi Informasi dalam Pembelajaran. disebutkan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. [18] Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja.
[5] Machfoedz, Ircham. 2007. Metodologi Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya.
[6] Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
[7] Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
[8] Nawawi, Hadari. 2000. Manajemen
Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang
Kompetitif. Yogyakarta :Gajah Mada
University Press.
[9] Permatasari, CL. 2016. Penerimaan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Oleh Pengelola Keuangan Yayasan
Pendidikan : Analisis Technology
Acceptance Model. Journal Of Economic
Education. Volume 5 (1).
[10] Rina, L., Nurhaeni. 2016. Women’s
Participation in Strategic Decission
Making Opportunity and Obstruction. The
2nd Journal of Goverment and Politics
[11] Rivai, Veithzal. 2003. Manajemen
Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
[12] Rusiyanti, R. 2009. Pengembangan
perangkat pembelajaran matematika
berbasis konstruktivisme untuk melatih
kemampuan berpikir kritis siswa SMA
kelas X. PPs Unsri.
[13] Santosa, DS. 2015. Antusiasme Guru
Dalam Program Pengembangan
Kompetensi Pedagogik dan
Determinannya. Prosiding Seminar
Pendidikan Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Sebelas Maret
[14] Spencer, L.M & Spencer, S.M. 1993.
Competence at Work. New York : Wiley

ISBN 978-602-73280-1-3 170 www.snpap.fkip.uns.ac.id

Anda mungkin juga menyukai