Email:carolina@staff.uksw.edu;162016004@student.uksw.edu; 162016007@student.uksw.edu;
162016016@student.uksw.edu
ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah berpengaruh terhadap berbagai aspek
kehidupan manusia. Pergeseran paradigma ini tentunya menuntut kompetensi sumber daya manusia
yang unggul di bidang teknologi informasi. Konsekuensinya, manusia dituntut pula memiliki
kemampuan menganalisis suatu kasus atau berpikir logis. Fenomena yang terjadi di era revolusi
industri 4.0 adalah kedudukan manusia yang akan digantikan oleh teknologi atau mesin apabila
manusia tidak mampu menguasai teknologi tersebut. Kondisi ini menuntut logika berpikir manusia
harus lebih tinggi daripada teknologi tersebut. Tidak heran dewasa ini pekerjaan teknis atau pelaksana
rutin tergantikan oleh mesin yang pada akhirnya terjadi pemutusan hubungan kerja atau PHK.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang akan dihadapi SDM perkantoran di era
revolusi industri 4.0 khususnya kesiapan lulusan administrasi perkantoran dalam dunia kerja.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang peneliti amati pada sumber daya manusia suatu
kantor yayasan pendidikan. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Penentuan
informan menggunakan teknik snowballing dengan teknik analisis triangulasi. Hasil dari penelitian ini
bahwa kompetensi yang diperlukan oleh sumber daya manusia perkantoran untuk menghadapi
revolusi industri 4.0 adalah kompetensi penguasaan teknologi informasi dan komunikasi serta
kompetensi berpikir logis dan daya analisis. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa tidak
menutup kemungkinan lulusan pendidikantinggi memiliki peluang kerja lebih kecil daripada lulusan
pendidikan menengah atau kejuruan apabila tidak dibekali dengan dua kompetensi tersebut.
Kata Kunci: kompetensi teknologi informasi dan komunikasi, kompetensi bepikir logis
karakteristik kepribadian yang mempengaruhi belum tentu memiliki kompetensi yang lebih
kinerja. Kompetensi menjadi aspek penting baik dari lulusan menengah atas atau kejuruan
untuk seseorang memasuki dunia kerja, karena akibatnya pendidikan tinggi akan kalah saing
tanpa kompetensi yang mumpuni akan menjadi dengan lulusan pendidikan menengah atau
kendala dan menyebabkan kedudukan kejuruan jika tidak dibekali dengan kompetensi
seseorang tergeser oleh orang lain yang lebih. Terjadinya pengurangan tenaga kerja
memiliki kompetensi lebih. Michael Zwell baik karena mempertimbangkan dari sisi
2000: 56-68 (dalam Wibowo 2007:102) efisiensi dan efektivitas kinerja mulai
mengungkapkan bahwa dalam tolak ukur digencarkan pada setiap lapangan pekerjaan.
kompetensi seseorang mempunyai beberapa Pekerjaan teknis yang dahulu dikerjakan oleh
faktor yang mempengaruhi seperti, keyakinan tenaga manusia digantikan perlahan oleh
berpikir, keterampilan, pengalaman, tenaga mesin dan teknologi. Hal ini tidak
karakteristik kepribadian, motivasi, isu hanya terjadi pada perusahaan besar tetapi juga
emosional, kemampuan intelektual, serta terjadi pada perusahaan kecil, lembaga
budaya organisasi. nonprofit atau yayasan yang cukup mengambil
Menurut Walsh et al.(2001) dalam peran dalam penyedia lapangan pekerjaan.
Wibowo (2007) bahwa kompetensi dasar Apabila hal ini diabaikan, maka akan berimbas
merupakan keterampilan yang luas tentang pada terbukanya gerbang pengangguran bagi
produksi dan teknologi korporasi yang para lulusan apabila tidak dibekali kesiapan
mendukung organisasi untuk beradaptasi dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.
dengan cepat terhadap peluang-peluang yang Fenomena penggangguran apabila tidak
timbul. Faktor-faktor yang mempengaruhi dicegah akan menjadi permasalahan ekonomi
kompetensi teknis yaitu tingkat pendidikan, nasional.
pengalaman kerja dan kemampuan
menganalisis. Sedangkan kompetensi non METODE PENELITIAN
teknis mengacu pada kemampuan untuk
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif,
mengendalikan diri dan memacu diri dalam
yaitu menggambarkan dan melukiskan keadaan
bekerja (Wibowo, 2007). Kompetensi non
subjek atau obyek penelitian pada saat
teknis meliputi karakteristik individual seperti
sekarang, yang mendasarkan faktor-faktor
motivasi, tingkah laku dan kepribadian
yang nampak atau sebagaimana adanya
seseorang, dipengaruhi oleh pengendalian diri,
(Azwar, 2009: 67). Tujuan dari penelitian ini
kepercayaan diri, fleksibilitas dan membangun
adalah untuk mendeskripsikan secara terperinci
hubungan.
fenomena sosial tertentu, misalnya interaksi
Kemampuan berpikir merupakan kegiatan
sosial, sistem kekerabatan dan lain-lain.
yang membutuhkan penalaran yang spontan,
Pendekatan dari penelitian ini adalah
kritis dan kreatif, yang berorientasi pada
pendekatan kualitatif, yaitu menyusun desain
pemikiran intelektual luas dalam melibatkan
yang secara terus-menerus disesuaikan dengan
pembentukan konsep, aplikasi, analisis,
kenyataan di lapangan sehingga memiliki
menilai informasi yang didapat (sintesis) atau
bentuk desain yang sementara dimana nantinya
yang dihasilkan melalui pengalamatan,
akan dapat dikembangkan atau berkembang di
pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai
lapangan dan menganalisis secara induksi
landasan pada suatu keyakinan dan tindakan
sehingga dapat dipahami bahwa penelitian
yang membutuhkan pemikiran cepat dan tepat
kualitatif lebih mementingkan proses daripada
dalam mengambil keputuasan (Aisyah dan
hasil (Moleong, 2007: 11). Peneliti
Susanti, 2016). Penalaran logis merupakan
menggunakan informan dalam penelitian ini
proses transformasi informasi yang
yaitu pegawai dan pimpinan di kantor Yayasan
disampaikan untuk memperoleh perubahan
Marsudirini. Instrumen dalam penelitian ini
yang konstruktif (Galotti dalam Aisyah dan
yang utama adalah peneliti itu sendiri
Susanti, 2016). Oleh karena itu kemampuan
(Machfoedz, 2007: 79). Sedangkan instrumen
berpikir merupakan kegiatan yang
pendukung lainnya seperti interview guide
membutuhkan pikiran yang spontan sedangkan
yang merupakan panduan peneliti dalam
berpikir logis ialah aturan yang sesuai dan
melakukan wawancara dengan narasumber,
harus memiliki korelasi dengan logika berpikir.
analisis triangulasi yang merupakan alat guna
Fenomena yang terjadi saat ini
menggabungkan data dari berbagai teknik
menunjukan bahwa lulusan pendidikan tinggi
pengumpulan data dan sumber data yang telah studi pustaka. Metode kualitatif seperti pada
ada (Sugiyono, 2010: 330), tape recorder yang penelitian ini, pada umumnya berorientasi
merupakan alat perekam wawancara, serta dalam hal eksplorasi, pengungkapan, dan
pendukung lain yang digunakan oleh peneliti, logika yang bersifat induktif. Peneliti berupaya
baik dalam pengumpulan data, pengolahan menyikapi dengan akal sehat suatu situasi
data, maupun penyimpanan data.Menurut tanpa mengedepankan harapan yang sudah
Lofland & Lofland, sumber data primer dalam diduga sebelumnya perihal latar belakang
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan program. Fokus penelitian merupakan masalah
tindakan, selebihnya adalah data tambahan pokok yang bersumber dari pengalaman
seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, 2007: peneliti atau melalui pengetahuan yang
157). Data dalam penelitian ini diperoleh diperoleh melalui kepustakaan (Moleong,
melalui dokumentasi, interview, observasi, dan 2011: 97)
Analisis triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi
teknik yaitu pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang
sama (Sugiyono, 2010: 330) sedangkan triangulasi sumber yaitu mendapatkan data dari sumber yang
berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2010: 331).
Observasi
Sumber
Wawancara
data
Dokumentasi
Wawancara B
lembaga. Penggolongan ini pun Oleh karena itu perlu bagi para
berimbas pada upah yang diberikan pimpinan untuk memberikan
kepada karyawan. Adanya kebijakan penghargaan yang berbeda sesuai
pimpinan dalam perubahan dengan kompetensi dan beban kerja
penggolongan status kepegawaian yang diterima oleh seorang
memungkinkan timbul penilaian karyawan. Karyawan cenderung
kinerja oleh pimpinan itu sendiri. lebih memilih untuk berkerja tidak
Sayangnya banyak fenomena yang maksimal karena penghargaan yang
terjadi bahwa dasar penilaian diterima antara bekerja secara
tersebut tidak objektif atau sesuai maksimal dan minimal adalah sama.
dengan kompetensi yang dimiliki Beberapa hal yang dijumpai dalam kegiatan
karyawan sehingga hal ini juga perkantoran di lembaga yayasan pendidikan
menimbulkan kesenjangan yang adalah sebagai berikut :
berdampak pada kinerja lembaga 1. Mutasi pekerjaan berdasarkan
secara keseluruhan. kompetensi
Hubungan antara pimpinan dan
7. Prinsip profesionalitas dan karyawan dalam sebuah kantor
persaudaraan adalah hubungan kausalitas yang
Sebuah lembaga nirlaba atau berarti siapapun dapat menjadi
yayasan bukanlah sebuah penyebab dan akibat. Misalnya
perusahaan yang berorientasi profit. apabila seorang karyawan dapat
Maka dari itu sering dijumpai bahwa bekerja dengan baik atau memiliki
yayasan tidak memberikan upah kompetensi yang baik dalam
yang tinggi karena tidak menuntut bekerja, maka pimpinan akan
pekerjaan ekstra bagi para karyawan memberikan penghargaan dalam
untuk mengejar profit perusahaan. pekerjaan kepada karyawan
Prinsip profesionalitas cenderung tersebut bahkan
dikesampingkan oleh para pimpinan mempertahankannya dengan
yayasan. Alhasil prinsip memberikan fasilitas-fasilitas.
persaudaraan dalam bekerja lebih Begitu pula sebaliknya apabila
dijunjung tinggi. Sayangnya di era pimpinan memberikan upah yang
perkembangan teknologi yang pesat tinggi atau fasilitas kepada
ini menuntut seluruh lembaga baik karyawan dalam bekerja, maka
profit maupun nonprofit untuk karyawan memberikan loyalitasnya
berlomba-lomba meningkatkan dalam bekerja dan memaksimalkan
kompetensinya. Hal ini kinerjanya sebab telah
mengharuskan lembaga mendapatkan penghargaan yang
menggunakan prinsip profesionalitas baik dari pimpinan. Akan tetapi hal
dalam kinerja agar menghasilkan ini menjadi masalah apabila satu
pekerjaan yang berkualitas. Ini yang sama lain saling menuntut sebelum
menjadi hal sulit untuk menjalankan melaksanakan kewajibannya.
secara bersama prinsip Seorang karyawan tidak akan
profesionalitas dan persaudaraan. bekerja dengan maksimal sebelum
mendapatkan upah, penghargaan
8. Penghargaan kepada karyawan atau fasilitas dari pemberi kerja.
Prinsip keadilan dalam pemberian Sebaliknya pimpinan tidak akan
penghargaan kepada karyawan memberikan upah, penghargaan
sering digunakan dalam beberapa atau fasilitas sebelum karyawan
lembaga. Hal ini bertujuan agar bekerja dengan baik dan
tidak menimbulkan rasa iri satu menunjukan kompetensinya untuk
sama lain. Akan tetapi apabila menyelesaikan pekerjaannya.
kontribusi yang diberikan oleh Situasi yang seperti ini pada
karyawan terhadap pekerjaan dan akhirnya sudah mendarah daging
beban kinerjanya berbeda, hal ini sehingga di samping kompetensi
akan menimbulkan ketidakadilan. yang minim dimiliki karyawan,