Anda di halaman 1dari 5

C.

Syirik Dan Kufur Dalam Pandangan Al-Qur’an


a. Syirik
Awal terjadinya kemusyirikan dalam sejarah umat manusia adalah di mulai dari
pengkultusan manusia terhadap orang shalih (menjelang Nabi Nuh as diutus) yang mana
keshalihan mereka sangat luar biasa dan jumlah orang shalih ini ada lima orang. Mengenai orang
shalih yang dimaksud di sini Allah SWT telah mendokumentasikannya ke dalam al-Qur’an Surah
Nuh ayat 23
‫ق َونَ ْسر ًۚا‬ َ ْ‫َوقَالُوْ ا اَل تَ َذر َُّن ٰالِهَتَ ُك ْم َواَل تَ َذر َُّن َو ًّدا َّواَل ُس َواعًا ەۙ َّواَل يَ ُغو‬
َ ْ‫ث َويَعُو‬
“Dan mereka berkata "jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan
tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan
pula suwaa`, yaghuts, ya`uq dan nasr"
Sejarah menceritakan bahwa kelima orang shalih ini meninggal dalam waktu yang sangat
berdekatan. Tabi’at mereka sangat baik sehingga ketika mereka wafat maka orang-orang yang
menyaksikannya merasa sedih dan duka yang mendalam. Untuk mengenang para orang shalih
tersebut mereka pun mendirikan mesjid lengkap dengan gambar-gambar orang shalih. Lama
kelamaan gambar-gambar itu mereka alihkan menjadi sosok yang bertubuh. Kemudian, di antara
mereka ada yang berkata alangkah baiknya jika kita membuat patung kelima orang tersebut
sebagai motivasi untuk beribadah lebih semangat lagi. Seiring berjalannya waktu, niat mereka
pun terealisasi dan setan pun mulai memainkan peranannya yaitu menyesatkan hati nurani
manusia. Pada generasi selanjutnya mulailah setan bereaksi yaitu dengan memberikan bisikan
kepada mereka bahwa nenek moyang mereka dulu sengaja membuat patung tersebut untuk
berdoa memohon. Akhirnya, disembahlah patung orang shalih tersebut dan peristiwa ini
sekaligus menjadi tonggak lahirnya kemusyrikan pertama kali yang ada di dunia. Melihat
semakin parahnya kondisi tauhid ketika itu maka Allah SWT mengutus Rasul-Nya yaitu Nuh as
untuk menyerukan umatnya kembali menyembah Allah SWT yang Maha Esa dan tiada sekutu
bagi-Nya.
Kemusyrikan terus berlangsung seiring berkembangnya peradaban manusia. Setelah
masa kerasulan Nabi Nuh as kemusyrikan menjalar layaknya virus sampai pada masa Nabi Hud
as dalam al-Qur’an Surah Hud ayat 53 dan Nabi Shaleh as dalam al-Qur ’an Surah Hud ayat.
Namun, jika pada awal sejarah, media kemusyrikan hanya berupa patung dan pada masa
berikutnya kemusyrikan merambah ke media-media lain. Maksudnya penyembahan tidak hanya
ditujukan pada patung berbentuk manusia saja akan tetapi juga sudah ke bentuk hewan atau
hewan itu sendiri atau ke benda-benda yang dianggap keramat (memiliki kekuatan luar biasa).
Tujuannya tidak lagi sebatas meminta sesuatu akan tetapi sudah pada tingkat kepercayaan bahwa
benda-benda tersebut mampu memberi sesuatu layaknya seperti tuhan yang dapat memberikan
sesuatu pada manusia.
Prilaku musyrik berlanjut sampai pada masa Nabi Ibrahim as. Ia diutus kepada kaumnya
yang tenggelam dalam penyembahan berhala. Secara persuasif dan lemah lembut Nabi Ibrahim
as mengingatkan kaumnya meskipun tidak dituruti. Bahkan orang tuanya sendiri ikut
menyembah berhala. Mengingat dengan cara halus kaumnya tidak dapat diingatkan maka Nabi
Ibrahim as mengambil keputusan drastik sekaligus dramatis. Dengan berani dan tawakkal,
seorang diri Nabi Ibrahim asmenuju ke pusat berhala. Kemudian ia menghancurkan berhala yang
ada kecuali disisakannya satu berhala terbesar.
Nabi Musa as pun diutus untuk memimpin Bani Israil dalam membebaskan mereka dari
kekejaman Fir’aun. Setelah melewati berbagai rintangan dan kesulitan, akhirnya Bani Israil
menemukan jati dirinya sebagai bangsa merdeka. Namun hasil dari perjuangan kemerdekaan itu
tidak mereka syukuri dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kebebasan mereka dari
penindasan Fir’aun disikapi dengan acuh tak acuh. Mereka bahkan mencari-cari tuhan palsu
untuk disekutukan dengan Allah SWT. Ini tergambar dalam al-Qur’an Surah al-Araf ayat 138
ٓ
َ _َ‫او ْزنَا بِبَنِ ْٓي اِ ْس َر ۤا ِء ْي َل ْالبَحْ َر فَاَتَوْ ا ع َٰلى قَوْ ٍم يَّ ْع ُكفُوْ نَ ع َٰلى اَصْ ن ٍَام لَّهُ ْم ۚقَالُوْ ا ٰي ُموْ َسى اجْ َعلْ لَّنَٓا اِ ٰلهًا َك َما لَهُ ْم ٰالِهَ _ةٌ ۗق‬
‫_ال اِنَّ ُك ْم‬ َ ‫َو َج‬
ُ
َ‫قوْ ٌم تَجْ هَلوْ ن‬ َ
“Dan kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai
kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani Israil berkata "hai Musa,
buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan
(berhala)". Musa menjawab "sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-
sifat Tuhan)"
Kemusyrikan semakin hari semakin merajalela, Tuhan yang dijadikan sekutu bagi Allah
SWT tidak lagi berbentuk benda mati akan tetapi sudah ditujukan kepada benda hidup yaitu
manusia itu sendiri. Contoh konkritnya adalah Fir’aun yang dengan kekuasaannya merasa pantas
dijadikan sebagai tuhan dan ia pun tanpa segan menobatkan dirinya sebagai tuhan. Diperparah
lagi dengan adanya sihir dari para ahli sihir Fir’aun. prilaku syirik memang sudah melekat
sepanjang sejarah di kehidupan mereka, ini di mulai dari Samiri yang menebar benih syirik
dengan menyembah anak sapi. Potret syirik masyarakat juga terlihat ketika sebahagian dari
kalangan mereka mengklaim bangsa Yahudi dan Nashrani adalah dengan menjadikan Nabi
mereka sebagai anak Allah SWT, sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an Surah at-Taubah ayat
30-33

‫ُض _ا ِهُئوْ نَ قَ__وْ َل الَّ ِذ ْينَ َكفَ_رُوْ ا ِم ْن قَ ْب_ ۗ ُل‬ َ ‫ك قَوْ لُهُ ْم بِ_َأ ْف َوا ِه ِه ۚ ْم ي‬ َ ِ‫ص َرى ْال َم ِس ْي ُح ابْنُ هّٰللا ۗ ِ ٰذل‬ ‫هّٰللا‬
ِ َ‫ت ْاليَهُوْ ُد ُع َز ْي ٌر ابْنُ ِ َوقَال‬
ٰ َّ‫ت الن‬ ِ َ‫َوقَال‬
‫قَاتَلَهُ ُم هّٰللا ۚ ُ َأ ٰنّى يُْؤ فَ ُكوْ نَاِتَّ َخ ُذوْ ا َأحْ بَا َرهُ ْم َو ُر ْهبَانَهُ ْم َأرْ بَابًا ِّم ْن ُدوْ ِن ِ َو ْال َم ِس ْي َح ا ْبنَ َمرْ يَ ۚ َم َو َما ُأ ِمرُوْ ا ِإاَّل لِيَ ْعبُ_ ُدوْ ا ِإ ٰلهً__ا وَّا ِح_ د ًۚا اَل ِإ ٰل_ هَ ِإاَّل‬
‫هّٰللا‬
ٗ‫_رهَ ْال ٰكفِرُوْ نَهُ_ َو الَّ ِذيْ َأرْ َس_ َل َر ُس_وْ لَه‬ ‫ْأ هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ْ ‫هُ ۗ َو ُسب ْٰحنَهٗ َع َّما يُ ْش ِر ُكوْ نَي ُِر ْي ُدوْ نَ َأ ْن ي‬
ِ _‫ُّطفُِئوْ ا نُوْ َر ِ بَِأ ْف َوا ِه ِه ْم َويَ_ بَى ُ ِإاَّل َأ ْن يُّتِ َّم نُ__وْ َر ٗه َولَ__وْ َك‬
ُ ْ ْ َ ۙ ِّ ُ
َ‫ق لِيُظ ِه َر ٗه َعلى ال ِّدي ِْن كل ٖه َولوْ َك ِرهَ ال ُمش ِركوْ ن‬ َ ْ ْ
ِّ ‫بِالهُدى َو ِد ْي ِن ال َح‬ ٰ ْ
“Orang-orang Yahudi berkata "Uzair itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata "al-
Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru
perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka
sampai berpaling. Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai
tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putera Maryam; padahal
mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Mereka berkehendak
memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak
menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak
menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur'an) dan
agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orangorang musyrik
tidak menyukai”
Nabi Isa as. karena ia memiliki mukjizat mampu menghidupkan orang yang sudah mati,
mematikan orang yang hidup, menyembuhkan kebutaan yang diderita seseorang semenjak lahir,
menyembuhkan penyakit sopak serta mendatangkan makanan dari surga. Maka orang-orang
Nashrani ketika itu menjadikannya sebagai tuhan. Melalui kemampuan Nabi Isa as inilah mereka
jadikan sebagai alasan bahwa ia patut disembah. Padahal Nabi Isa as tidak pernah
memerintahkan perbuatan tersebut bahkan ia mengatakan bahwa yang patut disembah itu adalah
Allah SWT.
Sampai pada Nabi akhir zaman, kemusyrikan masih menjadi bomerang bagi umat
manusia. Di masa Nabi Muhammad SAW (600 tahun setelah masa kenabian Isa as berlalu)
kemusyrikan terus merajalela dan bervariasi. Ka’bah yang semestinya suci dari noda syirik justru
dikelilingi kurang lebih 360 berhala dan Arca yang ditancapkan oleh setiap kabilah untuk
disembah dan dijadikan perantara mereka dengan Allah. Untuk memperbaiki dan meluruskan
kembali ajaran tauhid maka Allah SWT mengutus nabi-Nya yaitu Muhammad SAW. Meski di
awal dakwahnya Rasulullah SAW mendapat penolakan dan penentangan yang amat keras namun
atas rahmat Allah SWT akhirnya Mekkah dan Ka’’bah dapat dibersihkan dari kemusyrikan.1
b. Kufur
‫َولَقَ ْدَأ َخ َذاللَّهُ ِميثَاقَبَنِيِإ ْس َراِئيلَ َوبَ َع ْثنَا ِم ْنهُ ُم ْاثنَ ْي َع َش َرنَقِيبًا َوقَااَل للَّهُِإنِّي َم َع ُك ْملَِئ ْنَأقَ ْمتُ ُمالصَّالة ََوآتَ ْيتُ ُمال َّز َكاةَ َوآ َم ْنتُ ْمبِ ُر ُسلِي َو َع َّزرْ تُ ُموهُ ْم َوَأ ْق َر‬
)١٢:‫ (المائدة‬.‫يل‬ ِ ِ‫ضلَّ َس َوا َءال َّسب‬ َ ‫ضْ تُ ُماللَّهَقَرْ ض‬
َ ‫ًاح َسنًاأل َكفِّ َرنَّ َع ْن ُك ْم َسيَِّئاتِ ُك ْم َوأل ْد ِخلَنَّ ُك ْم َجنَّاتٍتَجْ ِري ِم ْنتَحْ تِهَااأل ْنهَا ُرفَ َم ْن َكفَ َربَ ْع َد َذلِ َك ِم ْن ُك ْمفَقَ ْد‬
Artinya:Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan Kami
telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka. Dan Allah berfirman, "Aku
bersamamu." Sesungguhnya jika kamu melaksanakan shalat dan menunaikan zakat serta beriman
kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman
yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti akan Aku masukkan ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tetapi, barang siapa kafir di antaramu
setelah itu, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. (Q.S. al-Maidah: 12)
ayat ini mulai menjelaskan dengan kelompok pertama dari ahl al-kitab yaitu orang-orang
Yahudi. Digambarkan betapa kukuh perjanjian yang diambil dari mereka,dan memerintahkan
Nabi Musa untuk memilih di Antara mereka dua belas orang pemimpin kelompok-kelompok
keturunan bani Israil yang bertugas membimbing mereka. Selanjutnya diakhir ayat dijelaskan
bahwa barang siapa yang kafir, yaitu melanggar perjanjian dan pesan-pesan Ku ini. Maka
sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. Seseorang kafir, baik sesudah ataupun
sebelum datangnya rasul Sebenarnya telah tersesat. Hanya sajs dia dapat ditoleransi jika ia kufur
sebelum kedatangan rasul. Itu sebabnya Allah tidak akan menuntut tanggung jawab dari
siapapun sebelum datangnya para rasul. Tetapi sesudah datangnya rasul dan perjanjianpun telaah
dijalin, maka ketika itu kesesatan benar-benar telah mencapai puncaknya.
)٧٣:‫ (المائدة‬.‫لَقَ ْد َكفَ َرالَّ ِذينَقَالُواِإنَّاللَّهَثَالِثُثَالثَ ٍة َو َما ِم ْنِإلَ ٍهِإالِإلَهٌ َوا ِح ٌد َوِإ ْنلَ ْميَ ْنتَهُوا َع َّمايَقُولُونَلَيَ َم َّسنَّالَّ ِذينَ َكفَرُوا ِم ْنهُ ْم َع َذابٌَألِي ٌم‬
Artinya:Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah
satu dari yang tiga, padahal tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Tuhan Yang Esa. Jika
mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kafir di antara
mereka akan ditimpa azab yang pedih. (Q.S. al-Maidah: 73)
Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt, menegaskan dengan sesungguhnya akan
kekafiran orang nasrani yang berkata bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah satu
dari tiga oknum yaitu Bapak, Putera dan Ruhul Kudus. Karenanya pada ayat ini Allah
memperingati orang nasrani supaya meninggalkan kepercayaan yang salah dan hendaklah
mereka kembali kepada ajaran-ajaran Tauhid, dan jika mereka masih tetap pada kekafiran, yaitu
mempersekutukan Allah maka akan dimasukkan ke dalam api neraka.
Kalimat kafir diantara mereka, mengesankan bahwa di antara orang-orang yang
menganut paham Trinitas itu dan yang berkata bahwa Isa adalah Tuhan, diantara mereka ada
yang tidak dinamai kafir.Satu pendapat yang yang menjawab kisan ini, yaitu bahwa ada di antara
mereka yang memenuhi ayat ini agar mereka bertaubat, tetapi banyak juga di antara mereka yang
diajak itu tetap menganut paham Trinitas dan bertahan dalam keyakinannya. Jadi yang bertahan
dan tidak bertaubat itulah yang tetap kafir dan akan disiksa, sedang yang bertaubat itu tidak
disiksa.

D. Syirik Dan Kufur Dalam Pandangan Para Sufi


1
1. Pemikiran Ibnu Taimiyah Tentang Syirik
Menurut Ibnu Taimiyah, orang-orang musyrikin di masa lampau mengakui Dia adalah
Rabb segala sesuatu, namun mereka memiliki tuhan, dengannya mereka konon mendapatkan
berbagai kebaikan, denganya pula mereka menolak bala, menjadikan tuhan tersebut sebagai
perantara utnuk penolong mereka. Ibnu Taimiyyah mengklasifikasi syirik terbagi menjadi dua:
syirik pada rububiyyah Allah dan syirik pada uluhiyyah-Nya
Kedua model syirik tersebut hukumnya haram, tidak diampuni pelakunya jika ia tidak
bertaubat, sebab kesyirikan seperti itu dipraktekkan juga oleh orang-orang musyrik terdahulu,
mereka meyakini adanya tandingan-tandingan bagi Allah pada urusan rububiyyah dan
uluhiyyahNya. Padahal inilah bentuk kesyirikan yang diharamkan oleh Allah dalam banyak
firman-Nya dan hadits-hadits Nabi. Sebab kedua model syirik tersebut adalah merupakan
keistimewaan dan hak istimewa Allah yang tidak boleh diganggu-gugat.

2 Pemikiran Ibnu Abdulwahhab Tentang Syirika


Secara definitif, menurut Ibnu Abdulwahab syirik adalah jika seseorang yang berdoa
kepada Allah disekutukan dengan selain-Nya, dengan kata lain memaksudkan jenis-jenis ibadah
yang diperintahkan oleh Allah kepada selain-Nya. Ditinjau dari besar dan tidaknya, Ibnu
Abdulwahhab mengklasifikasi syirik terbagi menjadi tiga; syirk akbar, syirk asghar dan syirk
khafiy.
Menghukumi syirik dan pelaku kesyirikan Ibnu Abdulwahhab menyebutkan bahwa,
sebuah ibadah tidak disebut ibadah melainkan disertai tauhid, sebagaiman salat tidak disebut
salat melainkan disertai taharah. Sehingga sebuah kesyirikan yang menyelimuti sebuah ibadah
bagaikan hadats yang merusak taharah. Jadi ketika engkau mengetahui bahwa kesyirikan yang
terlumuri kesyirikan dapat menggugurkan sebuah ibadah dan menjadikan pelakunya kekal dalam
neraka, maka hendaklah engkau menuntut ilmu untuk mengetahui Tuhanmu.2
3. Pandangan Al-Qusyairi Tentang Kufur
Dalam al-Risalah al-Qusyairiyah dipaparkan:
“Seorang ulama besar, al-Wasiti suatu saat ditanya tentang arti kufur pada Allah. Ia
menjawab bahwa kufur dan iman, dunia dan akhirat adalah dari, menuju, dengan, dan bagi Allah.
Dari Allah segala permulaan dan susunan; kepada-Nya tempat kembali dan berakhir; bersama-
Nya sesuatu yang tetap dan lenyap; dan bagi-Nya semua kerajaan dan ciptaan.”
Kufur berarti mengingkari suatu bagian dari ajaran Islam di mana tanpa bagian itu
keislaman seseorang menjadi batal atau tidak sempurna. Maka mengingkari makna syahadat
adalah kufur. Mengingkari bagian penting ajaran Islam yang diharamkan, seperti salat adalah
kufur. Mengingkari salah satu hukum pidana Islam, seperti hukum bagi pencuri, pezina dan
lainnya adalah kufur.
Kufur itu ada dua jenis: Pertama, kufur besar yaitu mengingkari bagian tertentu dari
Islam yang tanpa bagian itu keislaman seseorang menjadi batal. Kedua, kufur kecil yaitu
mengingkari bagian tertentu dari Islam yang tanpa bagian itu keislaman seseorang menjadi tidak
sempurna.
Perbedaan antara kedua jenis kufur itu sebagai berikut: Pertama, kufur besar
membatalkan amal. Sedang kufur kecil tidak sampai membatalkan amal. Kedua, kufur besar
menyebabkan keabadian dalam neraka. Sedangkan kufur kecil tidak mengharuskan pelakunya
masuk neraka. Mereka, menurut satu pendapat, diserahkan kepada kehendak Allah, boleh disiksa
boleh diampuni menurut kehendak Allah. Menurut pendapat lain, mengharuskan pelakunya
2
masuk neraka selamanya. Tetapi kedua pendapat itu sepakat bahwa kufur kecil menyebabkan
pelakunya mendapatkan ancaman siksaan dari Allah swt. Ketiga, jika seseorang mati dalam
keadaan masih kufur besar maka ia tidak akan diampuni, sedang jika ia mati dalam keadaan
kufur kecil maka ia diserahkan kepada kehendak Allah, boleh diampuni atau disiksa, terserah
kepada kehendak Allah swt.3

Anda mungkin juga menyukai