Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa adalah salah satu alat untuk berkomunikasi antar manusia untuk
meyampaikan pesan, pendapat atau gagasannya. Pada manusia, bahasa merupakan
suatu sistem simbol untuk berkomunikasi dengan orang lain, meliputi daya cipta
dan sistem aturan (Nurbiana, 2015:1.3). Dalam berbahasa akan memunginkan
individu untuk dapat hidup bersama dengan orang lain, membantu memecahkan
masalah, dan memposisikan diri sebagai makhluk yang berbudaya.
Linguistik adalah sebuah ilmu yang mempelajari bahasa. Mikrolinguistik
dan makrolinguistik adalah dua kajian dasar kajian linguistik. Mikrolinguistik
mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa, sedangkan
makrolinguistik kajiannya pada struktur eksternal suatu bahasa itu sendiri.
Sosiolinguistik adalah salah satu cabang kajian makrolinguistik yang mengkaji
hubungan antara bahasa dan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Thierry
Bulot dan Philippe Blanchet (2013:6) La sociolinguistique est de dire qu'elle
étudie la co-variance entre langue et société. Dengan kata lain, sosiolinguistik
menyangkut dengan interaksi sosial antar bahasa dan konteks bahasa itu sendiri.
Bahasa dalam peradabannya memiliki perubahan hal ini karena bahasa
digunakan oleh berbagai macam kelompok masyarakat di berbagai negara.
Banyaknya masyarakat dengan latar belakang bahasa yang berbeda menyebabkan
munculnya beragam bahasa, baik bahasa nasional maupun bahasa daerah. Namun,
tidak hanya dengan latar belakang suku bangsa atau negara hal ini juga dapat
muncul pada berbagai bidang keilmuan. Pada bidang keilmuan, bahasa muncul
akibat adanya perbedaan penggunaan pada manusia dalam bidang keilmuan yang
diampunya.
Dalam bahasa ada istilah variasi bahasa. Variasi bahasa dari segi
pemakainya merupakan keberagaman bahasa yang dilihat dari segi pemakai
bahasa, misalnya bahasa yang digunakan oleh kelompok pekerjaan atau
kelompok masyarakat (Agus Budi & dkk, 2017:18). Variasi bahasa yang sesuai
dengan pemakaiannya, penggunaannya, atau fungsinya disebut dengan istilah
register.
Register adalah suatu bentuk variasi atau ragam bahasa yang
penggunaannya disebabkan oleh perbedaan bidang yang juga merupakan suatu
hasil dari penggunaan kosakata yang khusus berkaitan dengan jenis bidang
keilmuan atau pekerjaan dalam sekelompok masyarakat sosial. Menurut Abdul
Chaer (2004: 90), menyatakan bahwa register yaitu pemakaian bahasa yang
digunakan untuk keperluan atau bidang tertentu. Bidang yang dimaksud dapat
berupa bidang jurnalistik, militer, dan ilmiah. Masing- masing bidang tersebut
akan menampakkan ciri utama penggunaan kosakatanya.
Pada dasarnya setiap bidang keilmuan memiliki istilah khusus yang
sesuai atau berhubungan dengan bidang keilmuan itu sendiri yang dimana maka
akan menghasilkan sebuah variasi bahasa. Sebagai contoh pada bidang ekonomi
terdapat istilah laba, untung, bunga, devisa, valuta asing, dll. Begitu juga pada
bidang kecantikan yang pada masa ini sangat populer dikalangan remaja wanita
namun tidak hanya itu bidang kecantikan juga menjadi salah satu bidang keilmuan
atau pekerjaan. Berdasarkan hal ini maka lahirlah istilah khusus didalam
penggunaan bahasa nya. Istilah ini dapat mencakup produk, alat, teknik
pemakaian, dan proses pemakaian.
Munculnya penggunaan bahasa pada bidang kecantikan maka membuat
juga munculnya leksikon-leksikon khusus yang hanya dapat digunakan untuk
bidang kecantikan itu sendiri. Leksikon khusus pada bidang kecantikan juga
memungkinkan adanya ragam kategori leksikal. Contohnya, pada leksikon alat
dan produk mumungkinkannya terdapat kategori leksikal nomina dan pada
leksikon cara pemakaian, teknik, dan proses terdapat kategori leksikal verba dan
adjektiva.
Selain adanya kategori leksikal pada bidang kecantikan dapat
memungkinkan lagi adanya fungsi penggunaan register tersebut. Menurut
Halliday (dalam Tarigan, 1986: 11) membagi fungsi bahasa menjadi tujuh fungsi
dengan menggunakan istilah-istilah sebagai berikut: instrumental, regulatory,
representational, interactional, personal, imaginative dan heuristic.
Dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Vikki Nur Vebrianzah
“Register Sepak Bola Berbahasa Prancis” pada tahun 2013 dimana dalam hal
ini terdapat leksikon khusus bahasa prancis pada sebuah bidang persebakbolaan
dan dibalik penggunaannya terdapat fungsi yang berbeda-beda. Penelitian
berikutnya oleh Amelia Purwaningrum tahun 2016 dengan fokus ”Register
Parfum Dalam Bahasa Prancis” mengungkapkan sebuah makna denotatif dan
konotatif dibalik penggunaan register parfum bahasa prancis. Selanjutnya, Dita
Rahayu Dwiastuti “Register Pâtisserie Bahasa Prancis” tahun 2016, dalam
kajian pada arikel ini, register merupakan leksikon-leksikon khusus dalam suatu
bidang pekerjaan tertentu dimana penuturnya memiliki keperluan dan tujuan yang
sama. Hasil daripada penelitian yang dilakukan oleh Pilanti “ Register Bahasa
Prancis Bidang Tata Boga dalam Majalah Journal des Femmes” pada tahun
2019 mengungkap bahwa register bahasa prancis bidang tata boga ada dalam
ranah pengkategorian leksikal dan menemukan makna leksikal dan kontekstual
suatu leksem. Selanjutnya pada artikel yang ditulis oleh Gina Hanan Zakiyyah,
Nani Kusrini, Endang Ikhtiarti (2019) “Register Bahasa Prancis Bidang
Kecantikan dalam Majalah L6mag” menunjukkan hasil bahwa register bahasa
Prancis bidang kecantikan ditemukan dalam beberapa kategori leksikal seperti
nomina, verba dan adjektiva. Kemudian, beberapa kategori leksikal tersebut
berbentuk la siglaison dan l’anglicisme. Register tersebut juga memiliki dua
makna yaitu makna leksikal dan makna kontekstual.
Berdasarkan fakta dan dukungan penelitian-penelitian yang telah dilakukan,
ditemukan bahwa ketiganya membahas tentang penggunaan register Bahasa
prancis dalam bidang yang berbeda dan mengungkap kategori leksikal dan makna
sebuah register. Namun, dirasa perlu untuk mengungkap fungsi register suatu
bidang tertentu agar memahami untuk apa register tersebut digunakan, maka
pembaharuan pada penelitian ini adalah tidak hanya menjelaskan tentang kategori
leksikal suatu register bidang kecantikan namun juga menjelaskan fungsi suatu
register bidang kecantikan. Sumber data yang digunakan adalah sebuah playlist
video pada kanal YouTube Vogue France. Maka judul yang diberikan adalah
“Register Bahasa Prancis Bidang Kecantikan Pada Kanal YouTube Vogue
France”.

B. Fokus dan Subfokus Penelitian


Penelitian ini mengkaji salah satu cabang makrolinguistik yaitu
sosiolinguistik. Dalam sosiolinguistik ada yang disebut variasi bahasa. Variasi
bahasa menurut pemakaiannya adalah register. Maka dalam studi bahasa ini
difokuskan untuk mendeskripsikan register bahasa prancis bidang kecantikan.
Untuk mendeskripsikan untuk apa suatu register digunakan maka terdapat
fungsi yang terkandung di dalam leksikon-leksikon khusus bidang kecantikan,
seperti fungsi instrumental, regulasitoris, pesonal, heuritik, dll. Dengan demikian
fungsi-fungsi tersebut adalah subfokus penelitian ini.

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan fokus dan subfokus di atas, maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah:

1. Bagaimana kategori leksikal yang dapat digolongkan pada register


Bahasa prancis bidang kecantikan?
2. Fungsi apa saja yang ada pada leksikon khusus yang merupakan register
bahasa prancis bidang kecantikan?

D. Manfaat Penelitian

Dengan hasil yang akan dicapai, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi mahasiswa, pengajar bahasa prancis, lembaga sekolah
menengah kejuruan, serta lembaga perguruan tinggi yang bersangkutan dengan
perkembangan pembelajaran linguistik. Adapun manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan untuk memberikan penjelasan yang luas
mengenai leksikon-leksikon khusus bahasa prancis bidang kecantikan
atau yang disebut register atau variasi bahasa prancis bidang kecantikan.
b. Penelitian ini sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi pengembangan
bidang keilmuan yaitu bidang kecantikan.

2. Secara Praktis
a. Bagi Satuan Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk
memberikan pengalaman yang baik dalam pembelajaran linguistik
atau FOS bidang tata rias atau kecantikan.
b. Bagi Dosen
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untu
menambah wawasan bagi para pengajar bahasa prancis dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar dan mengajar. Penelitian ini juga
diharapkan dapat dijadikan alat evaluasi dan bahan pertimbangan bagi
pengajar bahasa prancis untuk menambah pengalaman proses
pembelajaran linguistik atau FOS.
c. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan menunjukan dan memberikan masukan bagi
mahasiswa sebagai bahan acuan ketika kelak akan menjadi pengajar
bahasa prancis agar dapat mengimplementasikan pengalaman belajar
linguistic atau FOS bidang tata rias atau kecantikan.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Variasi Bahasa
Dalam sosiolinguistik terdapat variasi bahasa, wujud variasi bahasa
salah satunya dapat dilihat dari segi pemakai bahasa. Variasi bahasa dari segi
pemakainya merupakan keberagaman bahasa yang dilihat dari segi pemakai
bahasa, misalnya bahasa yang digunakan oleh kelompok pekerjaan atau
kelompok masyarakat (Agus Budi & dkk, 2017:18). Terjadinya keragaman
dan kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang
tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka
lakukan sangat beragam (Chaer & Agustina, 2004:61). Dengan demikian,
variasi bahasa ada karena banyaknya sekelompok pekerjaan dan masyarakat
yang menggunakan bahasa dalam bidang atau keperluannya. Lebih lanjut
Abdul Chaer (2004: 62-72) menjelaskan variasi bahasa berdasarkan
penggunaannya, sebagai berikut:

a. Variasi dari Segi Penutur


Variasi bahasa dari segi penuturnya terbagi dalam 4 variasi yaitu,
idiolek, dialek, kronolek, dan sosiolek. Masing-masing memiliki latar
belakang kelompok penutur yang berbeda. Perbedaan tersebut yang
membuat penutur mudah dikenali sekaligus menjadi identitas atau ciri-ciri
seorang atau sekelompok penutur.
Variasi bahasa pertama menurut penuturnya disebut idiolek yakni
variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Variasi idiolek ini berkenaan
dengan “warna” suara, piliha kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan
sebagainya. Namun yang pling dominan adalah “warna” suara yang
membuat kita cukup akrab dengan seseorang, hanya dengan mendengar
suaranya tanpa melihat orangnya, kita dapat mengenalnya.
Variasi bahasa kedua berdasarkan penuturnya adalah dialek, yakni
variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang
berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Para penutur dalam
suatu dialek, meskipun mereka mempunyai idiolek nya masing-masing,
memiliki kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka berada pada satu
dialek, yang berbeda dengan kelompok penutur lain. Misalnya, bahasa
jawa dialek Banyumas mempunyai ciri tersendiri yang berbeda dengan
ciri yang dimiliki bahasa jawa dialek Pekalongan, Semarang, atau
Surabaya.
Variasi bahasa ketiga berdasarkan penutur adalah kronolek atau dialek
temporal, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada
masa tertentu. Pada masing-masing zaman perubahan bahasa terdapat
perbedaan baik dari segi lafal, ejaan, morfologi, maupun sintaksis.
Variasi bahasa yang keempat berdasarkan penutur adalah sosiolek atau
dialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status,
golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi ini menyangkut semua
masalah pribadi penuturnya, seperti usia, pendidikan, pekerjaan, tingkat
kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya.
b. Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau
fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register. Variasi ini biasanya
dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat
keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang
penggunaan ini adalah bahasa itu digunakan untuk keperluan bidang apa.
Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran,
perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan.
Pada setiap bidang keilmuan akan muncul sejumlah istilah-istilah
khusus sebagai variasi bahasa pada bidang keilmuan tertentu.
Sebagai contoh, sejumlah istilah-istilah khusus yang digunakan di
bidang kecantikan mungkin tidak akan dijumpai pada bidang keilmuan
yang lain. Apabila terdapat kesamaan istilah besar kemungkinan
maknanya akan berbeda. Hal tersebut dapat terjadi karena disesuaikan
pada konteks masing-masing bidang keilmuan yang berbeda.
c. Variasi dari Segi Keformalan
Abdul Chaer (2004: 70-71) membagi variasi bahasa dari segi
keformalan menjadi lima, yaitu:
1) Ragam Beku (frozen)
Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang
digunakan dalam situasi-situasi khidmat, atau upacara-upacara
resmi. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah
ditetapkan secara baik dan tidak dapat diubah. Sebagai contoh
ketika pembawa acara peringatan hari besar Indonesia
menggunakan bahasa resmi dan baku. Akan berbeda dengan
pembawa acara untuk hari ulang tahun anak kecil, ia akan
menggunakan bahasa yang lebih santai.
2) Ragam Resmi atau Formal
Pola dan kaidah ragam resmi sudah ditetapkan secara mantap
sebagai suatu standar. Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan
ragam bahasa baku atau standar yang hanya digunakan dalam
situasi resmi, dan tidak dalam situasi yang tidak resmi. Contoh
ragam ini dapat digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas,
surat- menyurat dinas, ceramah keagamaan, dan sebagainya.
3) Ragam Usaha atau Ragam Konsultatif

Variasi ini adalah variasi bahasa yang lazim digunakan


dalama pembicaraan biasa di sekolah, rapat-rapat atau pembicaraan
yang beorientasi kepada hasil atau produksi. Jadi dapat dikatakan
ragam usaha karena ragam bahasa ini yang paling operasional.
Wujud ragam usaha ini berada di antara ragam formal dan ragam
informal atau ragam santai.
4) Ragam Santai atau Ragam Kasual

Variasi bahasa ini digunakan dalam situasi tidak resmi untuk


berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu
beristirahat, berolahraga, berekreasi, dan sebagainya. Kosakata
banyak dipenuhi unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah.
5) Ragam Akrab atau Ragam Intim

Variasi bahasa ini biasa digunakan oleh para penutur yang


hubungannya sudah akrab, seperti anggota keluarga, atau antar
teman yang sudah akrab. Ragam ini ditandai dengan penggunaan
bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi
yang seringkali tidak jelas.
d. Variasi dari Segi Sarana
Abdul Chaer (2004: 72) variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi
sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya
ragam lisan dan ragam tulis, atau juga ragam dalam berbahasa dengan
menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya dalam bertelepon dan
bertelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan bahasa tulis didasarkan pada
kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur
yang tidak sama.

2. Register

Register adalah salah satu cabang ilmu sosilonguistik yang muncul pada
setiap kelompok masyarakat khusus yang memiliki tujuan, keperluan dan
penggunaan bahasa yang sama dalam berkomunikasi satu sama lain.
Abdul Chaer (2004: 90), menyatakan bahwa register yaitu pemakaian
bahasa yang digunakan untuk keperluan atau bidang tertentu. Bidang yang
dimaksud dapat berupa bidang jurnalistik, militer, dan ilmiah. Masing-masing
bidang tersebut akan menampakkan ciri utama penggunaan kosakatanya.
Wardhaugh dalam (Agus Budi, 2017:18) registers are sets of language items
associated with discreate occupational or social grups. Ngalim dalam (Agus
Budi, 2017:18) menambahkan penjelasan mengenai wujud register berupa
pembendaharaan kata, kalimat, maupun wacana yang sifatnya khusus berkaitan
dengan kelompok masyarakat tertentu atau profesi tertentu.
Gadet dalam Yaguello (2003: 91-152), registres est une même personne,
quelle qui soit son origine sociale, parle différement selon la situation de
communication (contexte de communication, âge du locuteur, support écrit
ou oral...). Dengan demikian, di dalam register terdapat leksikon-leksikon
khusus yang memiliki makna khusus dan hanya digunakan pada bidang tertentu
untuk melihat perbedaan pada penggunaan bahasa di bidang lain. Setiap bidang
profesi memiliki register atau variasi bahasa yang digunakan sehari-hari.
Perbedaan penggunaan register tersebut dapat ditimbulkan oleh konteks
komunikai dan usia penutur secara tulis maupun lisan.
Dubois (2002: 406) menyatakan bahwa les registres de la parole sont les
utilisations que chaque sujet parlant fait des niveaux de langue existant dans
l’usage social d’une langue (familier, populaire, soutenu, courant, vulgaire).
Pendapat Dubois tersebut menjelaskan bahwa penggunaan bahasa di masyarakat
disebabkan oleh adanya masyarakat yang heterogen berdasarkan status sosial.

Menurut pengertian register dari parah ahli diatas maka sangat jelas
bahwa pengertian register adalah menyangkut bahasa yang khas atau khusus
yang digunakan oleh kelompok sosial masyarakat tertentu atau kelompok
profesi dalam berinteraksi satu sama lain. Hal tersebut yang menyebabkan
leksikon khusus pada register satu berbeda dengan register yang lain, karena
disebabkan adanya perbedaan tujuan dan keperluan. Misalnya, dalam kelompok
yang berprofesi sebagai dokter maka mereka akan menggunakan kata atau
kalimat yang khas sesuai profesi dokter untuk berkomunikasi antar sesama
rekan seprofesinya. Kata-kata yang diucapkan akan disepakati karena adanya
pemahaman yang sama. Berbeda jika seorang dokter berbicara dengan seorang
polisi, mungkin akan ada perbedaan pemahaman atau persepsi.

3. Leksem, Kata, dan Leksikon


Dalam kajian linguistik istilah leksem digunakan dalam dua bidang
subkajian, yaitu kajian morfologi dan kajian semantik (Chaer, 2007:2). Leksem
merupakan sebuah kata yang memiliki makna. Matthews dalam (Chaer 2007:2)
melanjutkan bahwa dalam kajian morfologi, leksem diartikan sebagai bentuk
yang akan menurunkan sebuah atau sejumlah kata. Sedangkan secara semantik
yang disebut leksem bisa berupa kata dasar, kata gabung, kata berimbuhan,
maupun bentuk-bentuk yang disebut ungkapan/idiom. Martin (2013:454)
memiliki pendapat bahwa Le premier objet des études lexicologiques est
toutefois le lexème dans sa combinaison forme-signifié et accompagné des
autres paramètres. Dengan demikian leksem adalah objek pertama dari studi
leksikologi yank merupakan kombinasi bentuk dan tanda sebuah kata nya
sendiri.
Pendekatan kajian morfologi meyatakan bahwa kata adalah satuan
terbesar dalam kajian morfologi yang terbentuk atau dibentuk melalui proses
pembentukan kata (Chaer, 2007:10). Sedangkan pendekatan kajian sintaksis
menyatakan bahwa kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang mempunyai
kemungkinan mobilitas dalam kalimat (Chaer, 2007:10). Dengan kata lain,
pembentukan kata melalui proses morfologi dan kata adalah turunan dari
leksem yang telah mengalami proses morfologi.
Dalam peristilahan sekarang barangkali istilah leksikon ini bisa
disepadankan dengan istilah kosakata. (Chaer, 2007:6) memperjelas lagi bahwa
terdapat beberapa padanan kata untuk leksikon, yaitu kosa kata, perbendaharaan
kata, dan vokabuler. Leksem merupakan sebuah kata yang memiliki makna.
Maka hal ini dapat disimpulkan bahwa leksem turunannya adalah kata yang
tersusun secara alfabetis dan lengkap dengan artinya yang kemudian menjadi
sebuah kumpulan leksikon.
Menurut Parera (1993:86) Leksikon adalah satu himpunan kata-kata
dan idiom sebuah bahasa; ada pelbagai macam sesuai dengan bidang pemakaian
kata-kata dan idiom-idiom tersebut. Penjelasan ini merujuk pada pengertian
register dimana terdapat leksikon khusus yang hanya digunakan pada bidang
keilmuan atau profesi tertentu. Leksikon khusus dapat dikatakan khusus jika
memiliki makna tertentu di bidangnya dan memiliki makna yang berbeda pada
bidang lainnya.
4. Kelas Kata (Kategori Leksikal)
Setiap leksikon memiliki bentuk dan ciri khusus yang berbeda dari
leksikon lain. Leksikon yang memiliki bentuk atau ciri yang berbeda akan
dibagi ke dalam kelas kata yang berbeda juga. Kelas kata adalah golongan atau
kategori kata dalam satuan bahasa berupa bentuk, fungsi, dan makna dalam
sistem gramatikal.
Menurut Martin Haspelmath (2001) Words can be classified by various
criteria, but as a technical term ‘word class’ (or ‘part of speech’). There are
two main types of word classes: content words (nouns, verbs, adjectives, and
adverbs) and function words (adpositions, conjunctions, pronouns, and others).
Kelas kata dapat disebut juga sebuah bagian dari kelas bicara, yang di dalam
nya terdapat dua tipe yaitu kata berupa konten dan kata sebagai fungsi.
Sedangkan Kridalaksana (1986:49) mengelompokan kelas kata sesuai fungsi
dan peranan masing-masing, yaitu verba adalah kelas kata yang menyatakan
proses, pembuatan, atau keadaan. Nomina adalah kelas kata yang mengacu pada
bentuk suatu benda bersifat abstrak ataupun konkret. Adjectiva adalah kelas kata
yang menjelaskan atau menerangkan kuantitas atau kualitas dari kelas kata
lainnya. Pronomina adalah kelas kata yang dipakai untuk menggantikan benda
atau sesuatu yang dibendakan. Adverbia adalah kelas kata yang memberikan
keterangan pada kelas kata yang lain, bahkan dapat juga memberikan penjelasan
pada seluruh kalimat. Numeralia adalah kelas kata yang menyatakan jumlah,
kumpulan, ataupun urutan sesuatu yang dibendakan. Kata tugas adalah kelas
kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal, sehingga
sulit mengalami perubahan bentuk.
Kelas kata juga dapat disebut sebagai kategori leksikal. Hal ini sesuai
pendapat yang dinyatakan oleh Payne (1997:32) grammatical categories are
distinct from formal relational categories such as subject, object, and predicate,
or functional categories such as agent, topic, or definite. They are sometimes
called lexical categories since many forms can be specified for their
grammatical category in the lexicon.
Selanjutnya, Fairon & Simon (2018:172-770) menyatakan bahwa kategori
leksikal (les classes grammaticales) dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kata
bervariasi (mots variables) dan kata tidak bervariasi (mots invariables). Kata
bervariasi (mots variables) terdiri dari lima jenis, yaitu nomina (Le nom),
determinan (Le déterminant), adjektiva kualifikatif (L’adjectif qualificatif),
pronomina (Le pronom), dan verba (Le verbe). Kata tidak bervariasi (mots
invariables) terdiri dari 4 jenis, yaitu adverbia (l’adverbe), preposisi (la
préposition), konjungsi (la conjunction), interjeksi (L’interjection). Lebih lanjut
dijelaskan seperti berikut :

a. Les Mots Variables

1) Nomina (Le Nom)


Fairon & Simon (2018:176-177) menyatakan bahwa « Le nom ou
substantif est un mot qui sert à désigner les êtres, les choses, les idées.
Les noms possèdent un genre (dauphin est masculin, baleine est
féminin) et sont susceptibles de varier en nombre. » Singkatnya nomina
adalah kata yang digunakan untuk menunjuk makhluk, benda, gagasan.
Nomina juga adalah kata yang mengandung jenis (genre) yang dapat
bervariasi dalam jumlah dan jenis nya. Jenis atau genre dalam bahasa
prancis dibagi menjadi dua, yaitu maskulin dan feminin.
2) Le Déterminant
Fairon & Simon (2018:250) menyatakan bahwa «   Le
déterminant est un mot que l’on place devant le nom pour lui apporter
différentes informations et préciser son sens. Il peut marquer le genre
(masculin, féminin) et le nombre (singulier, pluriel) et ajouter des
informations telles que l’appartenance, l’identification ainsi que sur le
nombre précis ou imprécis des êtres ou objets désignés par le nom. »
Dapat disimpulkan bahwa Déterminant memiliki peran sebagai
penanda atau identitas bagi nomina yang juga akan menunjukkan
jenis dan jumlahnya.
3) Adjektiva (l’adjectif qualificatif)
Fairon & Simon (2018:326) menyatakan bahwa « L’adjectif
qualificatif exprime une manière d’être, une qualité de l’être ou de
l’objet désigné par le nom (ou le pronom) auquel il est joint. Il
s’accorde en genre et en nombre avec ce nom et peut servir d’épithète
ou d’attribut. » Kata sifat adalah kata yang bervariasi dalam genre dan
nombre dari kata benda yang tekait. Kata sifat menduduki posisi guna
mengekpresikan keberadaan, kualitas keberadaan atau objek yang
dituju.
4) Pronomina (Le Pronom)

Menurut pernyataan Fairon & Simon (2018:403) « Le pronom


est un mot grammatical qui, en général, est équivalent à un syntagme
nominal. Il peut se substituer à lui ou éventuellement désigner son
référent (c’est-à-dire la personne ou la chose désignée par le nom)»
bahwa kata ganti setara dengan frase kata benda yang dapat
menggantikannya atau menunjuk rujukannya, yaitu orang atau benda
pada kata benda.

5) Verba (Le Verbe)

Menurut Fairon & Simon (2018:511) « Le verbe est un mot


qui se conjugue : sa forme varie en fonction du mode, du temps, de la
personne, du nombre et de la voix (active ou passive). » Verba adalah
kata yang dikonjugasi sesuai dengan mode, waktu, orang, nomor dan
suara (aktif atau pasif).

b. Les Mots Invariables

1) Adverbia (L’adverb)

Menurut Fairon & Simon (2018:668) « L’adverbe est un mot


invariable qui sert généralement de complément à un verbe, à un
adjectif ou à un autre adverbe et en modifier le sens. » Maka kata
keterangan atau adverbia adalah kata yang tidak berubah dan dapat
berfungsi sebagai pelengkap untuk kata kerja, kata sifat atau kata
keterangan lainnya dan mengubah artinya.

2) Preposisi (La Preposition)

Fairon & Simon (2018:720) menyatakan bahwa « La préposition


est un mot invariable qui établit un lien de subordination entre des
mots ou des syntagmes. » Preposisi adalah kata yang tidak berubah atau
kata yang tetap dan membentuk hubungan subordinasi antara kata atau
sintagma. Preposisi biasanya akan ditemukan di depan nomina atau
kata lainnya dan menghubungkan unsur kalimat satu dengan yang
lainnya.

3) Konjungsi (La Conjonction)

Menurut pernyataan Fairon & Simon (2018:742) « La


conjonction est un mot invariable qui sert à joindre et à mettre en
rapport deux (groupes de) mots ou deux phrases. Les conjonctions de
coordination unissent deux éléments en les mettant au même niveau
tandis que les conjonctions de subordination unissent un élément en le
subordonnant à un autre. » Konjungsi adalah kata tetap yang berfungsi
untuk menggabungkan dan menghubungkan dua (kelompok) kata atau
dua kalimat. Konjungsi koordinatif menyatukan dua elemen dengan
menempatkannya pada level yang sama sementara konjungsi
subordinasi menyatukan satu elemen dengan mensubordinasikannya ke
elemen lainnya.

4) L’Interjection
« L'interjection est un mot (souvent invariable) inséré dans le
discours pour marquer l’irruption d’une sensation ou d’un sentiment
personnel, exprimés avec vivacité. » (Fairon & Simon (2018:763).
Interjeksi adalah sebuah kata (seringkali tidak berubah-ubah) yang
disisipkan ke dalam kalimat untuk menandai perasaan pribadi, yang
diekspresikan dengan keaktifan pembicara.

5. Fungsi Bahasa
Fungsi Bahasa yang utama adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi
antar manusia dan berperan penting atas keberlangsungan sebuah komunikasi
yang lancar hingga mencapai tujuan.
Halliday (dalam Tarigan, 2019) menjelaskan bawa terdapat 7 fungsi
bahasa dengan istilah seperti: instrumental, regulatory, representational,
interactional, personal, imaginative, dan heuristic.
1. Instrumental
Instrumental yaitu fungsi bahasa yang berorientasi pada pendengar atau
lawan bicara. Fungsi ini bertindak untuk menggerakan serta memanipulasi
lingkungan, menyebabkan peritiwa-peristiwa tertentu tejadi. Untuk
menerapkan fungsi ini, penutur dapat menggunakan kalimat-kalimat yang
menyatakan permohonan, permintaan, perintah, atau himbauan.
2. Regulatory
Regulatory yaitu fungsi Bahasa yang merupakan pengaturan dan
pengawasan terhadap peristiwa-peristiwa. Bahasa digunakan untuk
mengontrol tingkah laku orang lain. Pengontrolan tersebut dapat dilakukan
oleh penutur dengan memberikan larangan, ancaman, konsekuensi terhadap
aturan-aturan yang diterapkan.
3. Representational
Representational yaitu fungsi bahasa merupakan penggunaan bahasa
untuk membuat pernyataan-pernyataan dalam menyampaikan fakta-fakta
dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan. Dengan kata lain
menggambarkan (represent) realitas yang sebenernya.
4. Interactional
Interactional yaitu fungsi bahasa yang bertindak untuk menjamin
pemeliharaan sosial. Bahasa berfungsi untuk menjalin dan memelihara serta
memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-
ungkapan yang digunakan biasanya sudah berpola tetap dan biasanya juga
disertai unsur paralinguistik. Ungkapan-ungkapan tersebut tidak mempunyai
arti, dalam arti memberikan informasi, tetapi membangun kontak sosial
antar partisipan di dalam penuturan itu.
5. Personal
Personal yaitu fungsi bahasa yang membolehkan seorang penutur
menyatakan perasaan, emosi, kepribadian, reaksi-reaksi yang terkandung
dalam hati sanubarinya sehingga pendengar dapat menduga apakah si
penutur itu sedih, marah, heran, gembira dan sebagainya.
6. Imaginative
Imaginative yaitu fungsi bahasa yang bertindak untuk menciptakan
sistem-sistem atau gagasan-gagasan imajiner. Bahasa digunakan untuk
mengungkapkan dan menyampaikan pikiran atau gagasan dan perasaan baik
yang sebenarnya maupun omong kosong belaka (khayalan).
7. Heuristic
Heuristic yaitu fungsi bahasa yang dipergunakan untuk memperoleh
pengetahuan, mempelajari lingkungan. Fungsi-fungsi ini seringkali
disampaikan dalam bentuk pertanyaan- pertanyaan yang menuntut jawaban-
jawaban. Fungsi ini sebagai alat untuk mempelajari segala hal, menyelidiki
realitas,mencari fakta dan penjelasanya (rasa ingin tahu).

6. Beauté

Kecantikan adalah suatu keadaan wajah seseorang yang parasnya


menawan, memikat, atau baik untuk dipandang. Kecantikan lazim dikaitkan
dengan wanita karena mereka menginginkan pesona tersendiri yang
menggambarkan dirinya melalui kecantikannya agar menarik bagi orang yang
melihatnya. Namun tidak hanya dikaitkan dengan wanita, seorang pria pun
memiliki kecantikannya atau ketampanan yang dimilikinya dengan definisi yang
berbeda. Untuk mengilangkan rasa diskriminasi antara kecantikan antar wanita
dan pria, Amadieu (2002) menjelaskan bahwa il faut que la beauté ne soit pas
également distribuée entre tous. Il faut, en outre, que tout le monde donne, peu
ou prou, la meme definition du beau. Maka, kecantikan tidak harus
didistribusikan secara merata di antara wanita dan pria. Selain itu setiap orang
harus memiliki definisi cantik yang sama. Langkah pertama yang harus
dilakukan untuk merawat kecantikan adalah memperbaiki penampilan. Untuk
memperbaiki penampilan kosmetik atau kosmetika adalah peran utamanya.
Kosmetika adalah unsur-unsur yang mendukung metode perawatan
melalui sentuhan pada tubuh, sesuatu yang bisa dioleskan untuk memperbaiki,
bahkan kalau perlu menghilangkan berbagai kelemahan dan kekurangan
sekaligus elemen untuk mempertegas dan memperindah berbagai kelebihan
yang dimiliki oleh seorang (Martha Tilaar, 1999:55). Menurut definisi ini, maka
kosmetika bertujuan unuk memperbaiki kekurangan dan memperindah
kelebihan yang dimiliki seseorang dapat dalam tubuh, kulit, dan wajahnya.
Kosmetika pada wajah dapat dikatakan sebagai tata rias.
Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan rias untuk merubah bentuk
wajah alamiah menjadi wajah yang artistik (Wien Pudji, 2004:71). Adapun
tujuan dari tata rias wajah menurut Martha Tilaar (1995:59) adalah untuk
memperindah wajah, menonjolkan bagian-bagian muka yang sudah bagus dan
menyembunyikan bagian-bagian wajah yang kurang indah agar terlihat
cantik dan alami.
Menurut pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kecantikan seseorang dapat ditunjang dari perawatan penampilan dengan
adanya ilmu tata rias dan ilmu kosmetika agar dapat memperbaiki kekurangan
dan memperindah kelebihan bagian-bagian wajah seseorang.
B. Penelitian Relevan
C. Kerangka Berpikir
1. Deskripsi Kerangka Berpikir
Penelitian terhadap register bahasa prancis bidang kecantikan ini memiliki
kerangka berpikir untuk dijadikan acuan dalam melakukan penelitian. Dengan
menggunakan kerangka berpikir ini diharapkan baik peneliti maupun pembaca
dapat lebih mudah untuk memahami dan menganalisis register bidang
kecantikan itu sendiri. Berikut adalah alur kerangka berpikir yang digunakan
dalam penelitian ini.
Bentuk register yang diungkap dalam penelitian ini adalah register bidang
kecantikan yang terdapa pada kanal YouTube Vogue France. Vogue France
sendiri adalah kanal YouTube yang mengemas video tentang mode dan
kecantikan. Alasan pemilihan sumber data ini terkait dengan minal peneliti
terhadap bidang kecantikan khususnya tata rias. Dengan demikian pada
penelitian ini diharapkan mendapatkan jawaban atas dasar rasa keingintahuan
seperti apa register bidang kecantikan bahasa prancis, bagaimana
pengkategorian leksikal suatu register dan fungsi apa dibalik penggunaannya.
Untuk memperkuat temuan jawaban dari ketiga tujuan tersebut, maka
terdapat teori-teori yang digunakan. Untuk mengungkap register bahasa prancis
maka digunakan teori tentang register oleh Chaer (2004) Setelah mencatat
register yang terkandung, maka dilakukan pengkategorian menurut kategori
leksikal sebuah register dengan menggunakan teori Grevisse (2019). Setelah
mengelompokan kedalam kategori leksikal, maka langkah berikutnya adalah
dengan mencari tahu alasan penggunakan sebuah register dengan menganut
teori dari Halliday.
Selanjutnya ialah melakukan interpretasi terhadap data-data yang sudah
dikumpulkan dengan menggunakan teori yang sudah dijelaskan pada bab dua.
Kesimpulan yang didapat dari interpretasi yang dilakukan diharapkan dapat
digunakan oleh pembaca untuk lebih mengenal tentang register bidang
kecantikan dan kaitannya dengan unsur leksikal bahasa prancis serta
mengetahui fungsi penggunaan register tersebut.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Tujuan daripada penelitian ini yaitu untuk:

1. Menjelaskan kategori leksikal yang terdapat pada register bahasa prancis


bidang kecantikan
2. Mendeskripsikan fungsi bahasa penggunaan leksikon khusus yang merupakan
register bahasa prancis bidang kecantikan
B. Lingkup Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di sudah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
tujuan secara garis besar adalah untuk mendeskripsikan salah satu cabang
makrolinguistik yaitu sosiolinguistik. Dalam sosiolinguistik ada yang disebut
variasi bahasa. Variasi bahasa menurut pemakaiannya adalah register. Maka
lingkup penelitian ini difokuskan untuk mendeskripsikan register bahasa prancis
bidang kecantikan. Untuk mendeskripsikannya adalah dengan mengkategorikan
leksikon khusus dengan kategori leksikalnya dan juga untuk mengungkapkan
fungsi yang menjadikan alasan penggunaan leksikon-leksikon khusus bidang
kecantikan. Dengan demikian kedua hal tersebut merupakan lingkup utama
penelitian ini.

C. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian bahasa dapat dilakukan di lapangan atau perpustakaan.
Keduanya dianggap sebagai lokasi penelitian (Abdullah, 2013:7). Dengan
demikian waktu penelitan ini sangat fleksibel mensesuaikan dengan waktu yang
diinginkan oleh peneliti. Tempat yang menjadi lokasi penelitian juga dapat di
berbagai tempat. Namun, peneliti akan memilih tempat di lapangan atau dapat
berupa rumah dan juga perpustakaan.

D. Prosedur Penelitian
Tahap awal penelitian ini adalah dengan menyimak sumber data berupa
video. Kemudian melakukan pencatatan pada tabel data dengan mengklasifikasi
atau membagi leksikon-leksikon yang menunjukkan register bahasa prancis bidang
kecantikan dalam kanal YouTube Vogue France sesuai dengan kategori leksikal.
Selanjutnya, untuk mendeskripsikan fungsi sebuh register kecantikan, maka
menggunakan bantuan komponen tutur (PARLANT).

E. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah semua kata, frasa, makna, dan kalimat
dalam bidang kecantikan (beauté) bahasa prancis. Sedangkan objek dalam
penelitian ini adalah semua kata dan frasa yang menujukan atau merupakan sebuah
register bidang kecantikan (beauté) bahasa prancis.
F. Data dan Sumber Data
Data dari penelitian ini berupa leksikon yang mengandung register bidang
kecantikan (beauté) bahasa prancis dan sumber data yang dapat digunakan pada
penelitian ini adalah sebuah playlist video “Beauty Secret” pada kanal YouTube
Vogue France.
G. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan metode
simak, yaitu metode yang dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak
penggunaan bahasa (Masyhur, 2017:52). Metode simak berarti menyimak secara
cermat dalam hal ini leksikon-leksikon khusus yang menunjukkan register bidang
kecantikan (beauté) bahasa prancis.
Dalam pengumpulan data selanjutnya peneliti menggunakan teknik lanjutan
yaitu mencatat hal-hal yang relevan dengan register kecantikan. Menurut Masyhur
(2017:54) Teknik catat dilakukan dengan pencatatan pada kartu data yang segera
dilanjutkan dengan klasifikasi. Maksud dari hal-hal yang relevan dengan register
kecantikan adalah sebuah leksikon khusus yang menunjukkan register kecantikan
(beauté). Semua leksikon yang ditemukan akan diklasifikasikan ke dalam tabel data
berdasarkan kategori leksikal.
Berikut adalah contoh tabel data :

Objek Kategori Leksikal Fungsi Register


No Data Keterangan
Penelitian 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7

Keterangan:
Kategori Leksikal
1. Nomina 5. Verba
2. Adjektiva 6. Adverbia
3. Déterminant 7. Preposisi
4. Pronomina 8. Mot-phrase
Fungsi Register
1. Fungsi Instrumental 5. Fungsi Personal
2. Fungsi Regulasi 6. Fungsi Imaginatif
3. Fungsi Representasional 7. Fungsi Heuristik
4. Fungsi Interaksional

H. Metode dan Teknik Analisis Data


Penelitian ini memiliki dua tujuan, yang pertama adalah menjelaskan
kategori leksikal yang terdapat pada register bahasa prancis bidang kecantikan
(beauté) dengan menggunakan metode agih. Metode agih mempergunakan alat
penentu unsur bahasa itu sendiri (bahasa yang diteliti) (Masyhur, 2017:59).
Pada tahap awal, teknik dasar yang digunakan adalah teknik Bagi Unsur
Langsung (BUL). Menurut Sudaryanto (1993:31) cara kerja analisis pada teknik
BUL ialah dengan membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau
unsur. Teknik ini digunakan untuk menganalisis bentuk register bahasa prancis
bidang kecantikan (beauté). Kemudian teknik lanjutan yang digunakan adalah
teknik baca markah (TBM). Menurut Sudaryanto (1993: 95), penggunaan TBM
sangat khas, karena tidak menggunakan bantuan alat melainkan dengan melihat
langsung pemarkah yang bersangkutan.

Tujuan kedua pada penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan fungsi


register kecantikan (beauté) bahasa prancis. Dengan demikian, untuk
mendeskripsikan makna tersebut peneliti menggunakan metode padan referensial.
Menurut Sudaryanto (2015:15), metode padan referensial merupakan metode yang
alat penentunya ialah kenyataan yang didapatkan oleh bahasa atau referen
bahasa itu sendiri.

Selanjutnya, untuk mendukung penggunaan metode padan referensial maka


dengan menggunakan tujuh komponen tutur (PARLANT) sebagai bahan
pertimbangan. Sebuah identifikasi dan diskusi yang didapat dari komponen tutur
PARLANT dapat disamakan dengan kalimat yang mengandung register
kecantikan.

Anda mungkin juga menyukai