Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fiqh Siyasah Pada
Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah Syar’iyyah) Fakultas Syariah Dan
Hukum Islam IAIN Bone
Oleh :
Muhammad Ikmal
742352021087
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, atas rahmat
dan ridho-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dan
salawat beriring salam disampaikan kepada nabi besar kita yakni Nabi
Pembuatan makalah ini bertujuan memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Fiqh Siyyasah II yang membahas mengenai “Ghanimah, Jizyah, Fai’, Usyur al-
beberapa jurnal yang membahas tentang materi yang berkaitan. Kami menyadari
bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitupun dengan kami yang masih
mahasiswa.
masukan dan kritik sangat diharapkan dari para pembaca sekalian demi
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Ghanimah .................................................................................................. 2
B. Jizyah......................................................................................................... 4
C. Fai’ ........................................................................................................... 8
D. Usyur al-Tijarah ........................................................................................ 9
Kesimpulan ........................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada beberapa sumber keuangan publik yang dikenal dalam nash al-
Qur’an. Awalnya sumber keuangan itu dikelompokkan menjadi dua, yaitu
yang berasal dari kaum muslimin terdiri dari zakat/shadaqah. Sementara itu
sumber keuangan yang berasal dari non-muslimin didapatkan dari
ghanimah. Dari kedua sumber ini, selanjutnya berkembang berbagai macam
sumber lainnya yang merupakan turunan dari kedua sumber tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ghanimah?
2. Apa yang dimaksid dengan Jizyah?
3. Apa yang dimaksud dengan Fai’?
4. Apa yang dimaksud dengan Usyur al-Tijarah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan dari Ghanimah
2. Untuk mengetahui penjelasan dari Jizyah
3. Untuk mengetahui penjelasan dari Fai’
4. Untuk mengetahui penjelasan dari Usyur al-Tijarah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ghanimah
1. Definisi Ghanimah
2
jalan perang ini terdapat dalam sabda Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdillah yang
artinya:
“Allah memberi saya lima hal, yang nabi-nabi sebelum saya tidak
mendapatkannya. Dijadikan bagiku bumi ini sebagai tempat sujud dan
suci, maka di mana saja seseorang dari umatku dipanggil salat, maka
salatlah dan dihalalkan bagiku ghanimah, sementara bagi umat
sebelumku tidak dihalalkan…”
3
Adapun, alasan yang dianut jumhur ulama adalah firman Allah SWT
pada surat Al-Anfaal ayat 41 dan 69. Ayat 41 surat itu secara jelas
memuat siapa saja yang akan mendapatkan ghanimah tersebut.
“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai
rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul,
kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan ibnu sabil
(orang yang terlantar di perjalanan)…”
Alasan yang dianut jumhur ulama adalah firman Allah SWT pada surat
Al-Anfaal ayat 69 yang artinya: “Maka makanlah dari sebagian
rampasan perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang
halal lagi baik dan bertakwalah kepada Allah…”
Sejalan dengan itu Ibnu Umar berkata, “Dalam salah satu peperangan
kami memperoleh madu dan anggur, kemudian kami makan dan tidak
kami bagi-bagi.” (HR. Bukhari)
B. Jizyah
1. Definisi Jizyah
4
sejumlah harta yang dibebankan pada orang yang berada di bawah
tanggungan kaum Muslimin dan melakukan perjanjian dengan mereka
(muslimin) dari Ahlul Kitāb. Jizyah adalah hak yang diberikan Allah
kepada kaum Muslimin dari orang-orang kafir sebagai tanda tunduknya
mereka kepada Islam. Apabila orang-orang kafir itu telah memberikan
jizyah, maka wajib bagi kaum Muslim melindungi jiwa dan harta
mereka. Ketentuan jizyah ini berlandaskan firman Allah yang berbunyi:
5
Jizyah juga di pungut dari orang-orang selain ahlu Kitab seperti Majusi,
Shābi‘ah, Hindu dan orang-orang komunis, karena Rasulullah SAW
telah mengambil jizyah dari orang Majusi Hajar. Bukhari dan Tirmizi
meriwayatkan dari Abdurrahman bin ‘Auf, bahwa Nabi SAW
mengambil jizyah dari orang-orang Majusi Hajar. Dan Tirmizi
meriwayatkan bahwa Nabi SAW memungut jizyah dari orang Majusi
Bahrain dan Umar RA memungutnya dari orang Persia dan Usman
memungutnya dari orang Persia dan Barbar.
Jizyah di ambil dari orang laki-laki yang sehat akalnya, mukallaf (sudah
balig) dan merdeka. Artinya, dari orang yang mampu dan kaya. Maka,
jizyah tidak wajib atas wanita, anak kecil, hamba sahaya, dan orang gila.
Sebagaimana juga jizyah tidak wajib bagi orang miskin yang perlu di
beri sedekah, orang yang tidak mampu bekerja, orang buta, orang yang
tidak bisa bangun dari tempat duduk dan lain-lainnya yang cacat berat.
Jizyah juga tidak wajib atas pendeta-pendeta di gereja kecuali jika
mereka termasuk orang kaya.
6
keadaannya”. Tidak dibenarkan seseorang dibebankan di atas
kemampuannya.
4. Penghentian Jizyah
Jizyah tidak di pungut lagi bagi yang telah masuk Islam. Jadi,
siapa saja yang memeluk Islam maka gugurlah kewajiban jizyah dari
dirinya, baik ia masuk Islam pada awal tahun, pertengahannya, akhir
tahun maupun telah lewat satu tahun. Tidak ada lagi kewajiban jizyah
atasnya sedikit pun, karena Allah SWT berfirman yang artinya;
7
Menurut kalangan Hanafiyah, Malikiyah dan Zaidiyah Jizyah gugur
karena kematian. Karena, jizyah menurut pandangan mereka adalah
hukuman. Sedang menurut golongan Syafi‘iyah dan Hanabilah jizyah
tidak gugur karena kematian. Maka harus di ambil dari harta
peninggalannya. Karena, jizyah seperti halnya hutang yang harus di
bayar
C. Fai’
1. Definisi Fai’
“Fai” secara bahasa bermakna naungan ()الظل, kumpulan ()الجمع,
kembali ()الرجوع, ghanimah, kharaj, dan sesuatu yang diberikan oleh
Allah kepada pemeluk agama-Nya yang berasal dari harta-harta orang
yang berbeda agama tanpa peperangan. Secara istilah harta Fai’ adalah
harta-harta yang didapatkan dari non muslin dengan cara damai tanpa
peperangan. Sedangkan harta yang diperoleh dari musuh Islam dalam
peperangan disebut ghonimah.
Harta fai’ dengan harta ghanimah ada kesamaan dari dua segi
dan ada perbedaan dari dua segi pula. Segi persamaanya
adalah: Pertama, kedua harta itu didapatkan dari kalangan orang non-
muslim, Kedua, penerima bagian seperlima adalah sama. Adapun segi
perbedaannya adalah: Pertama, harta fai’ diberikan dengan suka rela,
sementara ghanimah dengan paksaan, Kedua, penggunaan empat
8
perlima bagian dari harta fai’ berbeda penggunaannya dengan empat
perlima bagian dari ghanimah.
2. Landasan Hukum
Fai disyariatkan melalui firman Allah
ُسلَه ُ س ِل
ُ ط ُر َّ ب َو ٰلَك
َ َّ ِن
َ ُّٰللا ي َ سو ِل ِه مِ ْن ُه ْم فَ َما أ َ ْو َج ْفت ُ ْم
ٍ علَ ْي ِه مِ ْن َخ ْي ٍل َو َل ِركَا ُ علَ ٰى َر َّ َو َما أَفَا َء
َ ُّٰللا
َّ ِ َ سو ِل ِه مِ ْن أَ ْه ِل ْالقُ َر ٰى
ِِلَف ُ علَ ٰى َر َّ َّما أَفَا َء.ِير
َ ُّٰللا ٌ ش ْيءٍ قَد َ علَ ٰى ُك ِل َّ علَ ٰى َمن يَشَا ُء ۚ َو
َ ُّٰللا َ
َس ِبي ِل َك ْي َل يَ ُكونَ دُو َلةً بَيْنَّ ِين َواب ِْن ال ِ ساكَ سو ِل َو ِلذِي ْالقُ ْربَ ٰى َو ْاليَت َا َم ٰى َو ْال َم
ُ ِلر
َّ َول
ْاْل َ ْغ ِن َياءِ مِ ن ُكم
Artinya: “Dan apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah
kepada Rasul-Nya (dari harta benda) mereka, maka untuk
mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kudapun dan
(tidak pula) seekor untapun, tetapi Allah yang memberikan
kekuasaan kepada Rasul-Nya terhadap apa saja yang dikehendaki-
Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Apa saja harta
rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk
Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu”. (QS. Al-Hasyr: 6-7)
D. Usyur al-Tijarah
1. Definisi Usyur
9
bea cukai). Dalam konteks perekonomian modern, ‘usyūr identik
dengan pajak ekspor-impor atau bea cukai.
‘Usyūr hanya dipungut satu kali dalam setahun untuk satu jenis
barang dagangan, walaupun pedagang tersebut berkali-kali melewati
perbatasan dengan barang dagangannya itu. Maka ‘Āsyir tidak boleh
memungut lebih dari satu kali.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ghanimah adalah harta yang dirampas dari orang-orang Islam dari harja
kafir dengan jalan perang. Harta rampasan yang sudah dikuasai dan belum dibawa
ke wilayah Islam yaitu berupa barang konsumsi (makanan dan minuman), boleh
dimanfaatkan, termasuk kayu bakar.
Jizyah sejumlah harta yang dibebankan pada orang yang berada di bawah
tanggungan kaum Muslimin dan melakukan perjanjian dengan mereka (muslimin)
dari Ahlul Kitāb. Jizyah adalah hak yang diberikan Allah kepada kaum Muslimin
dari orang-orang kafir sebagai tanda tunduknya mereka kepada Islam. Jizyah tidak
di pungut lagi bagi yang telah masuk Islam. Jadi, siapa saja yang memeluk Islam
maka gugurlah kewajiban jizyah dari dirinya, masuk Islam pada awal tahun,
pertengahannya, akhir tahun maupun telah lewat satu tahun.
Fai’ berarti harta yang diperoleh dari musuh non-muslim bukan dari
peperangan, tetapi orang-orang non-muslim memberikannya secara suka rela dan
ikhlas (tanpa ada unsur paksaan dari mereka setelah adanya perjanjian dengan
pemerintah Islam). Termasuk kedalam harta fai’ adalah harta jizyah (pajak yang di
pungut dari non muslim). Dan (pajak tanah), hibah, harta warisan kaum dzimmi
yang tidak mempunyai ahli waris dan sebagainya.
Usyur adalah harta perdagangan yang di ambil dari kaum Zimmah dan kaum
Harbi yang melewati perbatasan negara Khilafah. Orang yang bertugas
memungutnya di sebut ‘Āsyir (petugas bea cukai).
11
DAFTAR PUSTAKA
https://alamisharia.co.id/kamus-keuangan-syariah/ghanimah/
https://bctemas.beacukai.go.id/usyr-mirip-bea-cukai/
12