Anda di halaman 1dari 5

PERKEMBANGAN ILMU DI BARAT

Pada abad ke-21, kita melihat bahwa perkembangan dunia ini semakin
pesat dan jauh berbeda dengan beberapa dasawarsa silam. Dahulu, orang hanya
berkomunikasi dengan alat komunikasi yang sederhana, berupa surat merpati
ataupun kode asap, tetapi kini kita tidak hanya sekedar bercakap-cakap
sederhana dari telepon, bahkan kita sekarang bisa komunikasi jarak jauh dengan
suara dan bertatap muka lewat segenggam alat.
Perkembangan IPTEK yang dipelopori oleh negara-negara barat ini
membuat bangsa barat diakui sebagai bangsa yang unggul. Lalu pertanyaan
sederhananya, apa sumbangsih Islam untuk dunia modern ini? Mengapa Islam
cenderung “tersudut” dalam persaingan global saat ini? Islam diturunkan
kepada Rasulullah Muhammad saw. di jazirah Arab, tepatnya di kota Makkah.
Muncul sebuah pertanyaan, mengapa Islam diturunkan di negeri Arab, bukan
tanah Jawa atau di suatu tempat yang lain?. Jawabannya adalah secara geografis
Arab dikelilingi padang pasir yang tandus dan kering, kondisi geografis seperti
ini membuat masyarakatnya harus hidup berpindah-pindah (nomaden).
Kebiasaan masyarakat Arab yang berpindah-pindah ini yang diharapkan turut
mempercepat penyebaran Islam ke seluruh dunia.
Hal tersebut sudah tertulis pada al-Qur’an surah Quraisy.
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,

‫إليالف‬
ِ ‫قُ َزي ٍْش‬
(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
‫شتَا ِء ِر ْحلَةَ إِيالفِ ِه ْم‬
ّ ِ ‫ْف ال‬
ِ ‫صي‬
َّ ‫َوال‬
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Kakbah).
َ ‫ت َهذَا َربَّ ْليَ ْعبُد ُوا‬
‫ف‬ ِ ‫ْالبَ ْي‬
Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan.

ْ َ‫خ َْىفٍ ِم ْن َوآ َمنَ ُه ْم ُجىع ِم ْن أ‬


‫طعَ َم ُه ْم الَّذِي‬ ٍ

Dari dalil di atas, dapat ditafsirkan bahwa orang-orang Quraisy (dan juga
bangsa Arab pada umumnya) memiliki suatu kebiasaan bepergian (rihlah) pada
musim dingin maupun musim panas sehingga memiliki ketahanan fisik yang
kuat. Fisik yang kuat ini membantu bangsa Arab menyampaikan risalah dari
Allah kepada seluruh umat manusia di seluruh dunia.
Bukti akan karakter kuat pada bangsa Arab adalah kekuasaan Islam yang
sangat luas meliputi Andalusia (Spanyol) hingga anak benua India. Selain itu,
Allah memberikan perlindungan dari rasa lapar dengan memiliki kekuatan
ekonomi yang kuat sehingga mampu dengan mudah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Arab. Dan juga perlindungan dari rasa takut dengan
kuatnya kekuatan politik bangsa Arab sehingga mampu menaklukkan wilayah-
wilayah luar. Masa keemasan Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, dan Dinasti
Umayyah selama ± 120 tahun membuktikan kekuatan bangsa Arab. Bangsa
Arab diakui sangat penting dalam perkembangan Islam dan penyebaran ajaran
Allah.
Setelah runtuhnya Umayyah, Islam kemudian “dipegang kendalinya”
oleh orang-orang Ajamatau non-Arab. Persia, Turki, India, dan Mesir adalah
beberapa bangsa yang turut serta dalam perkembangan Islam. Bangsa-bangsa
ini sudah diakui sebagai bangsa berilmu pengetahuan tinggi sehingga
bangsa Ajamberhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dalam Islam baik ilmu
umum (Matematika, Kimia, Kedokteran, dsb.) maupun ilmu agama (Fiqih,
Filsafat Islam, Hadits, dsb.), contoh nyata dari kemajuan ilmu pengetahuan
Islam di masa itu adalah dasar ilmu aljabar yang kita kenal sekarang ini, praktek
bedah dalam medis, atau lainnya. Selain itu, madzhab Fiqih dan pengelompokan
hadits juga berkembang di masa ini. Selama ± 5 abad, ilmu pengetahuan ini
terus berkembang di bawah Dinasti Abbasiyyah hingga kaum Mongol datang
dan menghancurkan Baghdad pada 1258 M.
Orang-orang Eropa mulai mengenal ilmu pengetahuan yang lebih dalam
ketika terjadi perang salib dalam rangka memperebutkan Yerusalem pada abad
11. Orang-orang Eropa mulai mempelajari dan membawa kitab-kitab dari
Yerusalem untuk kemudian ditelaah dan diterjemahkan ke dalam bahasa mereka
masing-masing. Kemudian mereka mampu menyaingi umat Islam yang saat
itu shock dengan peristiwa tahun 1258 M.
Sebenarnya, masalah yang timbul dari persaingan Maghribi(Barat)
dan Masriq(Timur) adalah cara pola pikir mereka yang sudah jauh berbeda.
Gaya pemikiran orang-orang Barat yang cenderung makro (segala sesuatu harus
ada bukti nyata/rasional) sangat kontras dengan pemikiran orang-orang Timur
yang cenderung mikro (segala sesuatu belum tentu berbentuk nyata). Mungkin
secara ilmu pengetahuan, dasar-dasar yang sudah dikembangkan ilmuwan Islam
kemudian diimplementasikan oleh orang-orang Barat dalam bentuk nyata,
namun jika dari segi spiritual mereka cenderung menolak agama karena
pemikiran mereka yang “meminta bukti” bahwa Tuhan itu ada. Maka dari itu,
kebangkitan Renaissance kemudian memunculkan pemikiran ideologi
sekularisme yang memisahkan urusan negara dan duniawi dengan urusan
agama. Sehingga Islam yang semula menang dalam perang salib, justru
mendapat serangan balik dan membuat kondisi Islam semakin terpuruk. Pola
pikirlah yang menyebabkan kaum Muslimin kalah dari Eropa.
Pemikiran Barat tentang alam yang memiliki skema bahwa Tuhan
memberikan alam kepada manusia untuk dikelola sepenuhnya oleh manusia
memicu eksploitasi alam secara berlebihan. Contoh nyata adalah kasus Freeport
di Papua, dalam pelaksanaannya terjadi banyak kerusakan alam di sekitar
penambangan, dan juga Indonesia hanya kebagian 10% jatah keuntungan.
Sungguh tak adil. Berbeda dengan Islam yang memiliki pemikiran bahwa ketika
manusia meminta kepada Tuhan, kemudian Tuhan memberikannya melalui
alam, dan manusia mengambil dengan merawatnya, dan seterusnya. Perputaran
antara Manusia, Tuhan, dan Alam membuat keadaan bumi menjadi lebih
terawat.
Kebangkitan Renaissance juga membangkitkan semangat orang-orang
Barat untuk lebih mengeksplor lebih jauh alam semesta, sehingga mereka mulai
berpikir lebih jauh bagaimana mereka bisa mengetahui seisi semesta ini.
Sedangkan umat Islam masih merasa hidup di Abad Pertengahan, ketika mereka
mampu menaklukkan negara-negara Kristen pada Daulah Umayyah. Nostalgia
inilah yang membuat Islam semakin terpuruk saat ini.
Pemikiran modern Barat ini memunculkan berbagai macam sikap kaum Muslim
dalam menghadapi globalisasi ini, yakni,
 Islam Radikalisme :Islam ini cenderung memerangi bentuk kemodernan
saat ini, penganut aliran radikal cenderung budaya modern
adalah bid’ah dan fasik.
 Islam Modern : Golongan ini cenderung lebih menerima bentuk
kemodernan namun terlalu terbuka dalam menerimanya, sehingga
mengikis pemahaman Islam seseorang.
 Islam Tradisional : Golongan ini lebih memilih mempertahankan tradisi
Islam (Sunnah) yang dikembangkan sejak masa lampau sebagai benteng
menghadapi gempuran globalisasi dan modernisasi dunia. Golongan ini
biasa disebut ahlussunnah wal jama’ah.
Dari sejarah di atas, kita bisa melihat bahwa dari segi sejarah bahwa
kondisi Islam sekarang berbeda dengan kondisi di negara Barat. Bisa kita lihat
bahwa di negara-negara Islam banyak terjadi peperangan dan konflik yang
membuat mereka semakin terpuruk, gelombang pengungsi berlarian menuju
Eropa demi kehidupan lebih baik dengan mempertaruhkan nyawa dan mungkin
juga iman. Sebagai umat Islam yang masih dapat mensyukuri kedamaian yang
ada di tanah air, kita harus menyikapi diri dengan mengubah pola pikir kita
meski tidak sepenuhnya kebarat-baratan. Kita tetap berpegang pada Al-Quran
dan Hadits sebagai pedoman hidup, berpikir maju sehingga secara tidak
langsung kita berkontribusi terhadap kemajuan bangsa dan umat Islam pada
umumnya serta turut serta dalam menjaga kelestarian bumi ini.

Anda mungkin juga menyukai