Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI PENGUATAN AKIDAH

AKHLAK

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Studi Kritis Aplikatif Akidah dan Teologi
Dosen Pengampu: Dr. Subur, M.Ag.

Satriyo Pambudi
NIM 201766034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
2022
A. Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menimbulkan
beberapa persoalan yang perlu mendapat perhatian khusus. Tak dapat disangkal
bahwa masyarakat modern telah berhasil mengembangkan IPTEK sebagai
alternatif dari permasalahan kehidupan sehari-hari, tetapi dalam kondisi lain,
IPTEK yang maju ini kecil kemungkinannya untuk mengembangkan nilai-nilai
moral yang luhur1. Perkembangan teknologi saat ini yang ditandai dengan
hadirnya era modern, termasuk di Indonesia, membawa gejala nyata
kemerosotan moral dengan laju yang mengkhawatirkan.
Nilai-nilai moral atau akhlak yang luhur seperti kejujuran, kebenaran,
keadilan, gotong royong, tepo selira (toleransi) dan gotong royong mulai
tergerus oleh tindakan eksploitasi, penipuan, permusuhan, penindasan, dan
penindasan, mengambil hak orang lain secara paksa, dan tindakan-tindakan
memilukan lainnya yang sering disebut dengan degradasi atau dekadensi moral.
Degradasi moral yang sering kita dengar saat ini, tidak hanya mempengaruhi
orang dewasa tetapi juga pelajar, generasi masa depan negara. Orang tua, guru,
dan beberapa pemangku kepentingan di bidang pendidikan, keagamaan, dan
sosial sering mengeluhkan perilaku beberapa siswa yang berperilaku tidak pada
tempatnya, misalnya: mabuk-mabukan, perkelahian, kecanduan narkoba,
pergaulan dan seks bebas, gaya hidup hedonistik dan hippie di negara-negara
barat, dan sebagainya. Dengan demikian, bukan tanpa bukti bahwa kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi juga memiliki konsekuensi logis dalam
menciptakan kondisi yang mencerminkan kemerosotan moral2.
Di antara dampak negatif era global ini, yaitu nilai-nilai spiritual
keagamaan menjadi sesuatu yang tabu dalam kehidupan, agama hanya untuk
akhirat, sedangkan urusan duniawi tidak terkait dengan agama. Sebagian
masyarakat jauh dari nilai-nilai agama, nilai sosial budaya, dan nilai filosofis

1
Abdul Munir Mulkhan, dkk., Rekonstruksi Pendidikan dan Tradisi Pesantren, Religiusitas Iptek
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998).
2
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta:
Kencana, 2012).
bangsa. Menurut Mudji Sutrisno3, sisi negatif globalisasi adalah: (1)
kecenderungan massifikasi, yaitu standardisasi manusia dalam kerangka teknis,
sistem industri yang mengubah setiap orang menjadi mesin, sekrup sistem teknis
yang rasional; (2) sekularisme, yakni tidak lagi mengakui adanya ruang bernapas
bagi Yang Ilahi, atau dimensi religius dalam hidup kita; (3) orientasi nilainya
lebih menyukai solusi instan, formula untuk jawaban yang tepat, cepat dan
langsung.
Menurut Zakiah Daradjat4, peristiwa-peristiwa di atas disebabkan oleh
beberapa faktor yang mempengaruhi cara berpikir manusia modern. Faktor-
faktor yang melatarbelakangi keterpurukan tersebut antara lain kebutuhan hidup
yang semakin meningkat, perasaan individualisme dan egoisme, persaingan
hidup, kondisi yang labil, dan lepasnya pengetahuan tentang nilai-nilai agama.
Sedangkan menurut Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf5 berpendapat
bahwa masyarakat saat ini sedang mengalami krisis moral dan psikologis
menyusul gelombang krisis materialisme. Tradisi kehidupan materialistis tidak
berfungsi sebagai model moralitas, tetapi menganggap kekayaan sebagai ukuran
ketenaran dan kesuksesan.
Kemerosotan moral sebagian generasi muda yang masih memiliki
harapan besar di masa depan, meski tidak sebagian besar, juga sangat
disayangkan, bahkan mencoreng harkat dan martabat dunia pendidikan. Siswa
yang seharusnya menampilkan sikap dan tindakan yang mengandung akhlak
mulia justru menunjukkan perilaku sebaliknya. Tidak berlebihan jika dikatakan
bahwa dalam hal ini kita sebagai pelaku dalam dunia pendidikan merasa cemas
dan bertanggung jawab.
Pendidikan memiliki dua fungsi utama, yaitu transformasi nilai (transfer
of values) dan transformasi pengetahuan (transfer of knowledge). Kaitannya
sebagai fungsi transfer nilai, dunia pendidikan dikatakan mampu mentransfer
nilai, norma, dan akidah, serta akhlak yang mulia (akhlakul karimah). Sedangkan

3
Sutrisno Mudji SJ, Dialog Kritis dan Identitas Agama (Bandung: Mizan, 1994).
4
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental (Jakarta: Gunung Agung, 1979).
5
S.S. Husain dan Ashraf, S.A., Krisis Pendidikan dalam Islam (Jakarta: Al-Mawardi Prima,
2000).
fungsinya sebagai transfer ilmu pengetahuan, dunia pendidikan dikatakan
mampu mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik.
Masalah yang muncul kemudian adalah bahwa perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang digembar-gemborkan tidak dibarengi dengan perkembangan
nilai-nilai atau etika yang baik, melainkan justru sebaliknya. Menurut Zamroni6,
untuk menghadapi tantangan pembangunan saat ini diperlukan pendidikan yang
berwawasan global, pendidikan dengan nilai-nilai yang fleksibel dengan
perkembangan zaman namun sarat dengan nilai-nilai etika, agama tetap terpatri
di dalamnya.
Lagi-lagi sebagai kontributor dalam dunia pendidikan, khususnya
Pendidikan Agama Islam (PAI), kita dihadapkan pada kondisi yang sangat perlu
perbaikan (muhasabah). Salah satu bentuk muhasabah adalah menyusun strategi
yang efektif dalam penyelenggaraan pendidikan agama Islam, agar tercipta
bentuk pendidikan agama Islam yang ideal untuk mengangkat akhlak generasi
bangsa, khususnya siswa prasekolah masa depan.
Makalah ini mencoba menegaskan kembali peran strategis Pendidikan
Agama Islam (PAI) dalam mengurangi kebobrokan moral generasi pelajar atau
generasi muda mendatang. Terutama materi akhlak yang biasanya bersanding
dengan materi keyakinan atau akidah, maka penulis bermaksud memaparkan
tentang Strategi Pembelajaran Berorientasi Penguatan Akidah Akhlak.

B. Pembahasan
1. Strategi
Dalam ajaran Islam, strategi digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu secara efisien dan efektif. Hal ini berdasarkan firman Allah ‫ ﷻ‬untuk
membimbing Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan umatnya dalam menerapkan strategi-
strategi dalam dakwah sebagaimana terdapat dalam Al-Quran Surah An-
Nahl ayat 125 yang berbunyi:

6
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan (Yogyakarta: Gigraf Publishing, 2000).
َّ ْ َ َ َْ َ ْ ْ ْ َ ٰ ُ ُْ
‫الحك َم ِة َوال َم ْو ِعظ ِة الح َسن ِة َوج ِادل ُه ْم ِبال ِت ْي ِه َي‬
ِ ‫ادع ِالى َس ِب ْي ِل َر ِبك ِب‬

َ ْ َْ َ ُ َ َّ َ َْ َ ُ َ َّ ْ َ
‫اح َس ُنُۗ ِان َرَّبك ه َو اعل ُم ِب َم ْن ضل ع ْن َس ِب ْي ِل ٖه َوه َو اعل ُم ِبال ُم ْهت ِد ْي َن‬

Artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan


pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.”7
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa umat Islam dalam melakukan
dakwah hendaknya menggunakan strategi dakwah yaitu;
a) Dengan hikmah (bil hikmah). Menurut para ulama, hikmah berarti
perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak
dengan yang batil.8
b) Dengan pengajaran/nasehat yang baik (wal mau’izhatil hasanah).
c) Berdebat dengan cara yang lebih baik/santun (mujadalah bil ahsan).

Tentunya perancangan strategi ini juga menjadi kebutuhan dalam proses


pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan strategi pembelajaran, tujuan
pembelajaran akan tercapai secara efektif.
2. Akidah Akhlak
Pengertian akidah akhlak dapat dipelajari dari dua kata, yaitu akidah
dan akhlak. Kata akidah secara bahasa berarti ikatan kesepakatan, keterikatan
dan keteguhan, sedangkan secara istilah akidah adalah landasan utama
keyakinan atau keyakinan di dalam hati seorang muslim dari ajaran Islam
yang harus dipegang oleh setiap muslim sebagai sumber pengikat keyakinan.
Selanjutnya akhlak secara bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau budi pekerti, sedangkan dari segi etika berarti sifat yang bersemayam
dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan, bertindak tanpa
berpikir dan pertimbangan.

7
Al-Qur’an dan Terjemah Kemenag RI, 2019.
8
Al-Qur’an dan Terjemah Kemenag RI.
Akidah Akhlak merupakan modul wajib yang diajarkan di setiap
jenjang pendidikan madrasah, modul ini akan membentuk perilaku dan sikap
siswa, sehingga sangat efektif dalam meningkatkan semangat belajar siswa
karena banyak faktor yang mendukung keberhasilan pendidikan. Aspek
akidah menekankan pada kemampuan menguasai dan mempertahankan
keimanan yang baik dan menghayati serta mengamalkan nilai-nilai Asmaul Husna..
Sedangkan aspek etika menekankan pada kebiasaan melakukan akhlak terpuji
dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari9. Ruang lingkup
akidah akhlak tidak jauh berbeda dengan lingkungan ajaran Islam itu sendiri,
terutama dalam hal pola interaksi, ruang lingkup di sini difokuskan pada
bidang studi untuk dipelajari dalam ajaran akidah akhlak10. Penanaman nilai
dalam membentuk kepribadian dan sikap siswa tidak lepas dari masalah
penanaman nilai, dengan berpijak pada nilai, siswa dapat meningkatkan
pemahaman dan keterampilan praktis segala sesuatu yang dipelajari11.
Pendidikan akidah akhlak adalah usaha sadar dan terencana untuk
mempersiapkan peserta didik mengenal, memahami, menghayati dan
beriman kepada Allah ‫ ﷻ‬serta mewujudkannya dalam akhlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari melalui pengajaran, pengajaran, latihan, menggunakan
pengalaman, keteladanan dan kebiasaan. Pendidikan ini mengutamakan
aspek emosional, baik nilai-nilai ketuhanan maupun kemanusiaan harus
ditanamkan dan dikembangkan kepada peserta didik agar tidak hanya
membahas masalah teori kognitif tetapi juga mengubah ilmu akhlak aqidah
sehingga menjadi bermakna dan dapat diserap serta diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.12
3. Strategi Pembelajaran Berorientasi Penguatan Akidah Akhlak
Ada beberapa macam strategi pembelajaran yang berorientasi pada
penguatan akidah akhlak, yaitu sebagai berikut:

9
F. Hikmah, “Strategi Direct Instruction dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Pada Jenjang
Pendidikan Madrasah Tsanawiyah,” Jurnal Manajemen Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2020),
https://www.ejournal.unuja.ac.id/index.php/jumpa/article/view/1916/820.
10
Kutsiyyah, Pembelajaran Akidah Akhlak (Pamekasan: Duta Media, 2017).
11
N. Sariani, Belajar & Pembelajaran (Tasikmalaya: EDU PUBLISER, 2021).
12
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).
a. Strategi Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan sesuatu strategi yang
menginginkan siswa menciptakan sesuatu serta mengenali gimana metode
guna membongkar perkara permasalahan dalam suatu riset ilmiah, ada
pula tujuan utama dari stategi inkuiri ialah menumbuhkembangkan
perilaku serta keahlian siswa yang membolehkan mereka jadi pemecahan
yang pribadi. Tujuan utama pendidikan yang berorientasi pada inkuiri
merupakan mengembangkan sikap serta keahlian siswa sehingga mereka
bisa memecahkan masalah secara mandiri. Joice dan Weil berkata bahwa
tujuan umum dari pendekatan inkuiri merupakan menyokong siswa
meningkatkan disiplin dan ketrampilan, serta menjadi intelektual yang
dibutuhkan guna menemukan permasalahan serta mencari jawabannya
sendiri lewat rasa keingintahuannya.
Menurut Marsh keunggulan pendekatan inkuiri dapat diringkas
pada 5 point berikut ini:
1) Ekonomis dalam memakai pengetahuan hanya pengetahuan yang
relevan dengan suatu isu yang diamati
2) Pendekatan ini menjadikan siswa bisa memandang isi dalam suatu
metode yang lebih realistis serta positif sebab mereka bisa menganalisis
serta mengaplikasikan data guna pemecahan masalah.
3) Secara intrinsic pendekatan ini memotivasi siswa, siswa hendak tertrik
untuk mereflksikan isu- isu tertentu, dari mencari informasi sampai
menciptakan keputusan yang baik untuk dirinya sendiri.
4) Pendekatan ini pula membolehkan jalinan antara guru serta siswa lebih
akrab sebab guru lebih berperan selaku fasilitator.
b. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Tom v. avage mengemukakan bahwa pendidikan kooperatif ialah
salah satu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.
Pendidikan kooperatif dalah strategi pembelajaran yang mengaitkan
partisipasi siwa dalam sesuatu kelompok kecil guna melaksanakan
interaksi. Belajar kooperatif belajar yang menggunakan kelompok kecil
dalam sesuatu pembelajaran yang menjadikan siswa berkolaborasi untuk
mengoptimalkan belajar mereka serta belajar anggota yang lain dalam
kelompok tersebut. (Majid, 2017: 175) Model pembelajaran kelompok
merupakan rangkaian aktivitas belajar yang dicoba oleh siswa dalam
kelompok- kelompok tertentu guna menggapai tujuan pendidikan yang
telah diformulasikan.
Strategi pendidikan kooperatif ialah strategi pembelajaran
kelompok yang akhir- akhir ini jadi pehatian serta disarankan para pakar
pembelajaran guna dipergunakan. Slavin mengemukakan 2 penyebabnya
kesatu, terdapat sebagian hasil riset meyakinkan bahwa pemakaian
pembelajaran kooperatif bisa menambah prestasi belajar siswa serta bisa
menambah keahlian jalinan sosial, meningkatkan perilaku menerima
kekurangan diri dari orang lain. serta pula bisa tingkatkan harga diri.
Kedua, pendidikan kooperatif bisa merealisasikan kebutuhan siswa dalam
belajar berfikir, bisa membongkar permasalahan serta menambah
pengetahuan dengan keahlian. Dari kedua penyebabnya tersebut hingga
pembelajaran kooperatif ialah wujud pembelajaran yang bisa diperbaiki
sistem pembelajaran yang sepanjang ini mempunyai kelemahan.
Berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain, perbedaannya
nampak dari proses pembelajaran yang lebih mengutamakan proses kerja
sama dalam kelompok, ada pula tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
keahlian akademik dalam penafsiran kepandaian bahan pelajaran,
melainkan terdapat faktor kerja sama guna penguasaan modul, sebab
terdapatnya kerja sama inilah yang jadi karakteristik khas pembelajaraan
kooperatif.
c. Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian modul secara
verbal dari seseorang guru kepada sekelompok siswa dengan iktikad
supaya siswa bisa memahami modul pelajaran secara maksimal. Strategi
pembelajaran ekspositori ialah wujud dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada guru, dikatakan demikian karena dalam strategi ini
guru memegang kedudukan yang sangat berarti ataupun dominan. Strategi
pembelajaran ekspositori dipengaruhi oleh aliran psikologi belajar
behavioristic. Aliran belajr behavioristic lebih menekankan kepada uraian
jika sikap manusia pada dasarnya keterkaitan Antara stimulus serta respon.
(Darmansyah, 2012: 119).
Keunggulan strategi ekspositori:
1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengendalikan
urutan serta keluasan modul pembelajaran. Dengan demikian siswa bisa
mengenali sepanjang mana siwa memahami modul yang telah di
informasikan guru.
2) Strategi pembelajaran ekspositori diduga sangat efisien apabila modul
pelajaran yang wajib dipahami siswa agak luas.
3) Lewat strategi ekspositori tidak hanya siswa sanggup mendengar lewat
penturan tentang sesuatu modul pelajaran, sekalian siswa dapat
memandang ataupun mengobservasi, lewat penerapan demonstrasi.
4) Keuntungan yang yang ada merupakan strategi pembelajaran ini dapat
digunakan untuk jumlah siswa serta dimensi kelas yang besar. (Sanjaya,
2018: 191)

C. Simpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
strategi pembelajaran yang berorientaasi pada penguatan akidah akhlak yaitu
ada 3; strategi inkuiri, strategi kooperatif, dan strategi ekspsositori.
Demikian yang dapat bahas dan simpulkan. Bila terdapat kekurangan,
maka diharapkan saran dan kritik yang konstruktif sehingga makalah menjadi
lebih baik.

D. Daftar Pustaka

Abdul Munir Mulkhan, dkk. Rekonstruksi Pendidikan dan Tradisi Pesantren,


Religiusitas Iptek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Al-Qur’an dan Terjemah Kemenag RI, 2019.
F. Hikmah. “Strategi Direct Instruction dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Pada
Jenjang Pendidikan Madrasah Tsanawiyah.” Jurnal Manajemen
Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2020).
https://www.ejournal.unuja.ac.id/index.php/jumpa/article/view/1916/820.
Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia. Jakarta: Kencana, 2012.
Kutsiyyah. Pembelajaran Akidah Akhlak. Pamekasan: Duta Media, 2017.
Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004.
N. Sariani. Belajar & Pembelajaran. Tasikmalaya: EDU PUBLISER, 2021.
S.S. Husain dan Ashraf, S.A. Krisis Pendidikan dalam Islam. Jakarta: Al-
Mawardi Prima, 2000.
Sutrisno Mudji SJ. Dialog Kritis dan Identitas Agama. Bandung: Mizan, 1994.
Zakiah Daradjat. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung
Agung, 1979.
Zamroni. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Gigraf Publishing,
2000.

Anda mungkin juga menyukai