Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus Hampei Ferr.) Di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.
Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus Hampei Ferr.) Di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.
OLEH:
Syahnen, Yenni Asmar dan Ida Roma Tio Uli Siahaan
Abstrak
Hypothenemus hampei Ferr. atau hama penggerek buah kopi merupakan hama
penting tanaman kopi. Dalam penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pengamatan
menjadi bagian penting untuk memperoleh informasi tentang keadaan populasi dan tingkat
serangan PBKo serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian dapat diambil
suatu kesimpulan untuk pengambilan keputusan pengendalian. Untuk itu telah dilakukan
pengujian rintisan metode pengamatan hama PBKo di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata ketinggian
tempat yang berbeda terhadap persentase serangan hama PBKo. Pengambilan sampel
berdasarkan buah masak (A1), buah muda (A2), dan campuran buah masak+buah muda
(A3 dan A4) tidak berpengaruh nyata terhadap persentase serangan PBKo. Pengambilan
sampel berdasarkan petak lokasi pengambilan sampel (Timur, Barat, Utara, Selatan dan
Tengah) tidak berpengaruh nyata terhadap persentase buah terserang.
Pendahuluan
Salah satu hama penting tanaman kopi adalah Penggerek Buah Kopi (PBKo)
(Hypothenemus hampei Ferr.) yang menyerang buah kopi mulai dari buah yang
masih hijau, matang susu sampai pasca panen. Serangan berat hama ini dapat
menimbulkan kehilangan hasil sampai 75%. Dalam penerapan PHT, pengamatan
terhadap OPT dan faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan OPT harus
dilakukan secara rutin (periodik) pada suatu areal pertanaman dengan
menggunakan metode tertentu untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan
populasi atau tingkat serangan OPT serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Diperlukan suatu pengujian rintisan metode pengamatan PBKo untuk
mengetahui metode pengamatan serangan PBKo yang praktis dan ekonomis dan
memberikan hasil yang akurat. Untuk itu telah dilakukan kegiatan rintisan metode
pengamatan hama penggerek buah kopi (PBKo) (H. hampei) di Kabupaten Dairi
Propinsi Sumatera Utara.
1
Metodologi
Metode yang digunakan adalah metode surveillance. Surveillance
dilaksanakan pada 4(empat) desa dari 3 (tiga) kecamatan sentra produksi kopi di
Kabupaten Dairi dengan ketinggian mulai dari <1.000 m dpl sampai >1.500 m dpl .
Luas areal pengambilan sampel di lahan pengamatan pada setiap lokasi adalah
±1 ha. Areal pertanaman kopi dibagi atas 5 (lima) petak lokasi pengambilan sampel
berdasarkan arah mata angin yaitu : Timur, Barat, Utara, Selatan dan Tengah.
B = Lokasi petak sampel, terdiri dari:
B1 = Timur B3 = Utara B5 = Tengah
B2 = Barat B4 = Selatan
Pengamatan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali yaitu sebelum masa panen raya
(Bulan Agustus), saat panen raya (Bulan September) dan sesudah panen raya
(Bulan Desember) di tahun 2008. Pengambilan sampel dilakukan dari masing-
masing desa berdasarkan jenis sampel buah kopi dan petak lokasi pengambilan
sampel. Sampel kemudian dibawa ke Laboratorium Lapangan BBP2TP Medan
untuk penghitungan keberadaan PBKo di buah dan persentase serangan pada
masing-masing desa.
Pengamatan persentase buah terserang dilakukan dengan cara mengamati
ada atau tidaknya serangan hama PBKo pada buah sampel yang ditandai dengan
adanya lubang bekas gerekan hama PBKo pada buah kopi (discus). Persentase
buah terserang dihitung dengan rumus:
Jumlah buah terserang
Persentase buah terserang = x 100%
Jumlah buah seluruhnya
2
Hasil dan Pembahasan
A. Keberadaan hama penggerek buah kopi pada masing-masing desa.
Keberadaan hama PBKo pada masing-masing desa dianalisa berdasarkan
persentase serangan hama PBKo. Data rata-rata persentase serangan PBKo
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata persentase serangan PBKo pada masing-masing desa.
% Buah Terserang
Desa Total Rata-rata
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
Dlk. Tolong (1.700 m dpl) 0,74 2,88 18,41 22,03 4,41 a
Pegagan Julu (1.300 m dpl) 25,82 22,39 20,14 68,35 13,67 a
Bangun (1.300 m dpl) 30,54 10,55 19,95 61,04 12,21 a
Huta Rakyat (950 m dpl) 24,74 12,09 28,57 65,40 13,08 a
Total : 81,85 47,90 87,07 216,82 -
Rata-rata : 20,46 11,98 21,77 -- 18,07
Keterangan : Angka-angka yang terdapat pada lajur yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang
sama adalah tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%.
3
Keberadaan serangan hama PBKo pada berbagai waktu pengamatan yaitu
sebelum panen raya (ulangan 1), saat panen raya (ulangan 2) dan setelah masa
panen raya (ulangan 3) dapat dilihat pada gambar 1 berikut :
35
30
Persentase Buah
Terserang (%)
25 D.T
20 P.J
15 B
10 H.R
5
0
1 2 3
Ulangan
4
Dari data di atas dapat diinformasikan bahwa pengamatan serangan hama
PBKo dapat dilaksanakan pada semua areal pertanaman kopi. Pengambilan
sampel buah kopi untuk petak pengamatan tetap maupun petak pengamatan tidak
tetap sebaiknya dilaksanakan pada areal pertanaman kopi dengan ketinggian
<1.500 m dpl.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata persentase buah terserang
tertinggi berdasarkan jenis sampel terdapat pada jenis sampel A1 (100 buah masak)
sebesar 22,40% diikuti A3 (50 buah masak+50 buah muda), A4 (buah masak+buah
muda=100) dan A2 (100 buah muda) masing-masing sebesar 20,66%, 17,89% dan
12,90%.
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa pengambilan sampel
berdasarkan buah masak, buah muda dan campuran buah muda dan buah masak
tidak berbeda nyata terhadap persentase serangan PBKo. Serangan PBKo dapat
terjadi mulai pada buah muda sampai buah masak. Imago PBKo yang baru kawin
akan meletakkan telurnya pada lembaga (endosperm) buah kopi. .Larva yang telah
menetas berada dalam buah kopi kemudian akan memakan dan menggerek buah
kopi. Stadia telur, larva, pupa dan imago PBKo dapat berada dalam buah yang
sama.
Rata-rata persentase buah terserang hama PBKo pada masing-masing desa
berdasarkan petak lokasi pengambilan sampel disajikan dalam Tabel 3.
5
Tabel 3. Rata-rata Persentase Serangan Hama PBKo pada Berbagai Lokasi (Desa)
Berdasarkan Petak Lokasi Pengambilan Sampel
% Buah Terserang
Petak Sampel Total Rata-rata
Desa D.T Desa P.J Desa B Desa H.R
B1 10,06 31,92 26,09 22,37 90,44 22,61 a
B2 5,82 22,13 22,73 16,62 67,28 16,82 a
B3 8,13 16,89 18,92 34,59 78,53 19,63 a
B4 3,85 16,17 21,02 25,95 66,99 16,75 a
B5 8,87 27,96 18,57 10,54 65,94 16,49 a
Total 36,71 115,07 107,33 110,07 369,18 -
Rata-rata: 7,34 23,01 21,47 22,01 - 18,46
Keterangan : Angka-angka yang terdapat pada lajur yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang
sama adalah tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 5%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata persentase buah terserang
berdasarkan petak lokasi pengambilan sampel pada masing-masing desa, urutan
tertinggi terdapat pada bagian Timur (B1) dengan rata-rata persentase buah
terserang sebesar 22,61%, diikuti oleh bagian Utara (B3), Barat (B2), Selatan (B4)
dan Tengah (B5) dengan rata-rata persentase buah terserang masing-masing
sebesar 19,63%, 16,82%, 16,75% dan 16,49%.
Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh data bahwa petak lokasi
pengambilan sampel tidak berbeda nyata, hal ini berarti bahwa petak lokasi
pengambilan sampel tidak mempunyai pengaruh terhadap persentase buah
terserang. Pengambilan sampel dari bagian Timur (B1), Barat (B2), Utara (B3),
Selatan (B4) maupun bagian Tengah (B5) kebun kopi memberikan hasil yang sama
terhadap pengamatan terhadap persentase serangan hama PBKo pada buah kopi
(Hasil analisa statistik terdapat pada Lampiran 3).
Apabila ditinjau dari masing-masing desa diketahui bahwa rata-rata
persentase buah terserang bervariasi, Desa Pegagan Julu memiliki rata-rata
persentase buah terserang tertinggi yaitu sebesar 23,01% diikuti oleh Desa Huta
Rakyat (22,01%) dan Desa Bangun (21,47%) sedangkan Desa Dolok Tolong
memiliki rata-rata persentase buah terserang paling rendah yaitu sebesar 7,34%.
Hal ini diduga disebabkan karena hama PBKo pada kebun kopi telah
menyebar secara merata pada kebun kopi milik petani. Hal ini juga disebabkan
karena serangan PBKo pada kebun kopi sudah berlangsung lama sehingga hama
tetap bertahan di lapangan. Berdasarkan kondisi kebun kopi milik petani yang
cenderung rimbun, pemangkasan yang belum sempurna dan banyaknya gulma
semakin mendukung keberlangsungan hidup dan peningkatan populasi hama PBKo
6
di lapangan karena agroekosistem kebun yang sesuai dengan kebutuhan hidup
PBKo.
40
35
Persentase Buah
B1
30
Terserang
25 B2
20 B3
15 B4
10
B5
5
0
D.T P.G B H.R
Lokasi (Desa)
7
Kesimpulan
1. Tidak ada pengaruh yang nyata ketinggian tempat yang berbeda terhadap
persentase serangan hama PBKo.
2. Pengambilan sampel berdasarkan buah masak (A1), buah muda (A2), dan
campuran buah masak+buah muda (A3 dan A4) tidak berpengaruh nyata
terhadap persentase serangan PBKo.
3. Pengambilan sampel berdasarkan petak lokasi pengambilan sampel (Timur,
Barat, Utara, Selatan dan Tengah) tidak berpengaruh nyata terhadap persentase
buah terserang.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertanian. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi.
Jakarta. 53 hal.
Harjaka, T., dan S. Sudjono. 2005. Petunjuk Praktikum Dasar-dasar Ilmu Hama
Tanaman. Jurusan Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crop in Indonesia. Ichtiar Baru. Jakarta. 633 p.
Srinajiyati dan Danarti. 1990. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Penebar Swadaya. Jakarta. 100 hal.