Anda di halaman 1dari 8

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi

(Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

OLEH:
Syahnen, Yenni Asmar dan Ida Roma Tio Uli Siahaan

Laboratorium Lapangan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan


(BBPPTP) Medan
Jl. Asrama No. 124 Medan Kel. Cinta Damai Kec. Medan Helvetia 20126.
Telp. (061) 8470504, Fax. (061) 8466771, 8445794, 8458008, 8466787

Abstrak
Hypothenemus hampei Ferr. atau hama penggerek buah kopi merupakan hama
penting tanaman kopi. Dalam penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pengamatan
menjadi bagian penting untuk memperoleh informasi tentang keadaan populasi dan tingkat
serangan PBKo serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian dapat diambil
suatu kesimpulan untuk pengambilan keputusan pengendalian. Untuk itu telah dilakukan
pengujian rintisan metode pengamatan hama PBKo di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata ketinggian
tempat yang berbeda terhadap persentase serangan hama PBKo. Pengambilan sampel
berdasarkan buah masak (A1), buah muda (A2), dan campuran buah masak+buah muda
(A3 dan A4) tidak berpengaruh nyata terhadap persentase serangan PBKo. Pengambilan
sampel berdasarkan petak lokasi pengambilan sampel (Timur, Barat, Utara, Selatan dan
Tengah) tidak berpengaruh nyata terhadap persentase buah terserang.

Kata kunci: PBKo, pengamatan.

Pendahuluan
Salah satu hama penting tanaman kopi adalah Penggerek Buah Kopi (PBKo)
(Hypothenemus hampei Ferr.) yang menyerang buah kopi mulai dari buah yang
masih hijau, matang susu sampai pasca panen. Serangan berat hama ini dapat
menimbulkan kehilangan hasil sampai 75%. Dalam penerapan PHT, pengamatan
terhadap OPT dan faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan OPT harus
dilakukan secara rutin (periodik) pada suatu areal pertanaman dengan
menggunakan metode tertentu untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan
populasi atau tingkat serangan OPT serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Diperlukan suatu pengujian rintisan metode pengamatan PBKo untuk
mengetahui metode pengamatan serangan PBKo yang praktis dan ekonomis dan
memberikan hasil yang akurat. Untuk itu telah dilakukan kegiatan rintisan metode
pengamatan hama penggerek buah kopi (PBKo) (H. hampei) di Kabupaten Dairi
Propinsi Sumatera Utara.

1
Metodologi
Metode yang digunakan adalah metode surveillance. Surveillance
dilaksanakan pada 4(empat) desa dari 3 (tiga) kecamatan sentra produksi kopi di
Kabupaten Dairi dengan ketinggian mulai dari <1.000 m dpl sampai >1.500 m dpl .
Luas areal pengambilan sampel di lahan pengamatan pada setiap lokasi adalah
±1 ha. Areal pertanaman kopi dibagi atas 5 (lima) petak lokasi pengambilan sampel
berdasarkan arah mata angin yaitu : Timur, Barat, Utara, Selatan dan Tengah.
B = Lokasi petak sampel, terdiri dari:
B1 = Timur B3 = Utara B5 = Tengah
B2 = Barat B4 = Selatan

Dari masing-masing areal pertanaman kopi dilakukan beberapa metode


pengambilan sampel buah kopi yaitu :
A = Sampel buah kopi, terdiri dari :
A1 = 100 buah masak (berwarna merah) dari 1 pohon sampel
A2 = 100 buah muda (matang susu) dari 1 pohon sampel
A3 = 50 buah masak + 50 buah muda (matang susu) dari 1 pohon sampel
A4 = 100 buah masak + buah muda (bercampur) dari 1 pohon sampel

Pengamatan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali yaitu sebelum masa panen raya
(Bulan Agustus), saat panen raya (Bulan September) dan sesudah panen raya
(Bulan Desember) di tahun 2008. Pengambilan sampel dilakukan dari masing-
masing desa berdasarkan jenis sampel buah kopi dan petak lokasi pengambilan
sampel. Sampel kemudian dibawa ke Laboratorium Lapangan BBP2TP Medan
untuk penghitungan keberadaan PBKo di buah dan persentase serangan pada
masing-masing desa.
Pengamatan persentase buah terserang dilakukan dengan cara mengamati
ada atau tidaknya serangan hama PBKo pada buah sampel yang ditandai dengan
adanya lubang bekas gerekan hama PBKo pada buah kopi (discus). Persentase
buah terserang dihitung dengan rumus:
Jumlah buah terserang
Persentase buah terserang = x 100%
Jumlah buah seluruhnya

2
Hasil dan Pembahasan
A. Keberadaan hama penggerek buah kopi pada masing-masing desa.
Keberadaan hama PBKo pada masing-masing desa dianalisa berdasarkan
persentase serangan hama PBKo. Data rata-rata persentase serangan PBKo
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata persentase serangan PBKo pada masing-masing desa.
% Buah Terserang
Desa Total Rata-rata
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
Dlk. Tolong (1.700 m dpl) 0,74 2,88 18,41 22,03 4,41 a
Pegagan Julu (1.300 m dpl) 25,82 22,39 20,14 68,35 13,67 a
Bangun (1.300 m dpl) 30,54 10,55 19,95 61,04 12,21 a
Huta Rakyat (950 m dpl) 24,74 12,09 28,57 65,40 13,08 a
Total : 81,85 47,90 87,07 216,82 -
Rata-rata : 20,46 11,98 21,77 -- 18,07
Keterangan : Angka-angka yang terdapat pada lajur yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang
sama adalah tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%.

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa persentase serangan hama


PBKo tertinggi terdapat di Desa Pegagan Julu sebesar 13,67%, lalu Desa Huta
Rakyat 13,08%, Desa Bangun 12,21% dan Desa Dolok Tolong 4,41%. Serangan
hama PBKo pada Desa Pegagan Julu (1.300 m dpl), Desa Bangun (1.300 m dpl)
dan Desa Huta Rakyat (950 m dpl) memiliki persentase serangan hama PBKo yang
cukup tinggi dibandingkan Desa Dolok Tolong yang terletak pada daerah dengan
ketinggian tempat 1.700 m dpl.
Hasil analisis sidik ragam terhadap data di atas menunjukkan hasil tidak
berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini berarti bahwa tidak ada
pengaruh ketinggian tempat terhadap persentase serangan hama PBKo. Hama
PBKo masih dapat merusak tanaman kopi sampai ketinggian 1.700 m dpl meskipun
persentase serangannya cukup rendah (4,41%) dibandingkan daerah dengan
ketinggian tempat 950 m dpl dan 1.300 m dpl.
Ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap perkembangan hama PBKo.
Pada ketinggian antara 400–1.000 m dpl dapat terserang berat sedangkan pada
ketinggian 1.500 m dpl tidak mengalami serangan yang berarti (Riyatno, 1990).
Ternyata serangan hama PBKo ini juga cukup tinggi hingga pada daerah dengan
ketinggian 1.300 m dpl. Berarti serangan hama PBKo cukup tinggi pada daerah
dengan ketinggian <1.500 m dpl sedangkan pada daerah dengan ketinggian >1.500
serangan PBKo rendah, meskipun secara statistik tidak ada pengaruh ketinggian
tempat terhadap serangan hama PBKo.

3
Keberadaan serangan hama PBKo pada berbagai waktu pengamatan yaitu
sebelum panen raya (ulangan 1), saat panen raya (ulangan 2) dan setelah masa
panen raya (ulangan 3) dapat dilihat pada gambar 1 berikut :

Keberadaan Serangan Hama PBKo


pada Masing-masing Desa

35
30
Persentase Buah
Terserang (%)

25 D.T
20 P.J
15 B
10 H.R
5
0
1 2 3
Ulangan

Gambar 1. Pengaruh ketinggian tempat dan waktu pengamatan terhadap


persentase serangan PBKo.

Dari gambar di atas diperoleh informasi bahwa di Desa Dolok Tolong


serangan PBKo pada waktu sebelum panen raya sangat rendah namun meningkat
pada waktu panen raya dan semakin tinggi pada sesudah panen raya. Sedangkan
di Desa Pegagan Julu terjadi penurunan serangan hama PBKo dari masa sebelum
panen raya ke masa panen raya dan sesudah panen raya.
Di Desa Bangun dan Huta Rakyat serangan PBKo sebelum panen raya cukup
tinggi sedangkan pada waktu panen raya serangan menurun. Serangan kembali
meningkat pada sesudah panen raya. Hal ini disebabkan karena pengaruh populasi
hama dengan ketersediaan makanan di lapangan, semakin tinggi populasi hama
namun ketersediaan makanan sedikit maka persentase buah yang terserang
menjadi tinggi dibandingkan bila ketersediaan makanan melimpah. Kurangnya
perawatan kebun seperti pemangkasan dan sanitasi kebun semakin mendukung
perkembangan hama di lapangan
Di Desa Pegagan Julu, pemilik kebun sudah melaksanakan perawatan kebun
dengan baik dan rutin dan melakukan pengendalian PBKo dengan cara
menggunakan perangkap dan pemanfaatan jamur entomopatogen Beauveria
bassiana sehingga serangan PBKo semakin menurun. Sedangkan pada desa
lainnya perawatan kebun belum maksimal dan pengendalian PBKo hanya dengan
menggunakan perangkap.

4
Dari data di atas dapat diinformasikan bahwa pengamatan serangan hama
PBKo dapat dilaksanakan pada semua areal pertanaman kopi. Pengambilan
sampel buah kopi untuk petak pengamatan tetap maupun petak pengamatan tidak
tetap sebaiknya dilaksanakan pada areal pertanaman kopi dengan ketinggian
<1.500 m dpl.

B. Persentase Serangan Hama Penggerek Buah Kopi.


Data rata-rata persentase buah terserang hama PBKo pada masing-masing
desa berdasarkan jenis sampel dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Rata-rata Persentase Serangan PBKo pada Berbagai Lokasi (Desa)
Berdasarkan Jenis Sampel
% Buah Terserang
Jenis Sampel Total Rata-rata
Desa D.T Desa P.J Desa B Desa H.R
A1 8,09 26,62 27,40 27,47 89,58 22,40 a
A2 6,67 17,36 14,44 13,11 51,58 12,90 b
A3 5,89 24,69 28,86 23,18 82,62 20,66 a
A4 8,72 23,39 15,16 24,29 71,56 17,89 a
Total 29,37 92,06 85,86 88,05 295,34 -
Rata-rata: 7,34 23,02 21,47 22,01 - 18,46
Keterangan : Angka-angka yang terdapat pada lajur yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang
sama adalah tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95%.

Dari data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata persentase buah terserang
tertinggi berdasarkan jenis sampel terdapat pada jenis sampel A1 (100 buah masak)
sebesar 22,40% diikuti A3 (50 buah masak+50 buah muda), A4 (buah masak+buah
muda=100) dan A2 (100 buah muda) masing-masing sebesar 20,66%, 17,89% dan
12,90%.
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa pengambilan sampel
berdasarkan buah masak, buah muda dan campuran buah muda dan buah masak
tidak berbeda nyata terhadap persentase serangan PBKo. Serangan PBKo dapat
terjadi mulai pada buah muda sampai buah masak. Imago PBKo yang baru kawin
akan meletakkan telurnya pada lembaga (endosperm) buah kopi. .Larva yang telah
menetas berada dalam buah kopi kemudian akan memakan dan menggerek buah
kopi. Stadia telur, larva, pupa dan imago PBKo dapat berada dalam buah yang
sama.
Rata-rata persentase buah terserang hama PBKo pada masing-masing desa
berdasarkan petak lokasi pengambilan sampel disajikan dalam Tabel 3.

5
Tabel 3. Rata-rata Persentase Serangan Hama PBKo pada Berbagai Lokasi (Desa)
Berdasarkan Petak Lokasi Pengambilan Sampel
% Buah Terserang
Petak Sampel Total Rata-rata
Desa D.T Desa P.J Desa B Desa H.R
B1 10,06 31,92 26,09 22,37 90,44 22,61 a
B2 5,82 22,13 22,73 16,62 67,28 16,82 a
B3 8,13 16,89 18,92 34,59 78,53 19,63 a
B4 3,85 16,17 21,02 25,95 66,99 16,75 a
B5 8,87 27,96 18,57 10,54 65,94 16,49 a
Total 36,71 115,07 107,33 110,07 369,18 -
Rata-rata: 7,34 23,01 21,47 22,01 - 18,46
Keterangan : Angka-angka yang terdapat pada lajur yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang
sama adalah tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 5%

Dari data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata persentase buah terserang
berdasarkan petak lokasi pengambilan sampel pada masing-masing desa, urutan
tertinggi terdapat pada bagian Timur (B1) dengan rata-rata persentase buah
terserang sebesar 22,61%, diikuti oleh bagian Utara (B3), Barat (B2), Selatan (B4)
dan Tengah (B5) dengan rata-rata persentase buah terserang masing-masing
sebesar 19,63%, 16,82%, 16,75% dan 16,49%.
Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh data bahwa petak lokasi
pengambilan sampel tidak berbeda nyata, hal ini berarti bahwa petak lokasi
pengambilan sampel tidak mempunyai pengaruh terhadap persentase buah
terserang. Pengambilan sampel dari bagian Timur (B1), Barat (B2), Utara (B3),
Selatan (B4) maupun bagian Tengah (B5) kebun kopi memberikan hasil yang sama
terhadap pengamatan terhadap persentase serangan hama PBKo pada buah kopi
(Hasil analisa statistik terdapat pada Lampiran 3).
Apabila ditinjau dari masing-masing desa diketahui bahwa rata-rata
persentase buah terserang bervariasi, Desa Pegagan Julu memiliki rata-rata
persentase buah terserang tertinggi yaitu sebesar 23,01% diikuti oleh Desa Huta
Rakyat (22,01%) dan Desa Bangun (21,47%) sedangkan Desa Dolok Tolong
memiliki rata-rata persentase buah terserang paling rendah yaitu sebesar 7,34%.
Hal ini diduga disebabkan karena hama PBKo pada kebun kopi telah
menyebar secara merata pada kebun kopi milik petani. Hal ini juga disebabkan
karena serangan PBKo pada kebun kopi sudah berlangsung lama sehingga hama
tetap bertahan di lapangan. Berdasarkan kondisi kebun kopi milik petani yang
cenderung rimbun, pemangkasan yang belum sempurna dan banyaknya gulma
semakin mendukung keberlangsungan hidup dan peningkatan populasi hama PBKo

6
di lapangan karena agroekosistem kebun yang sesuai dengan kebutuhan hidup
PBKo.

Rata-rata Persentase Buah Terserang


Berdasarkan Petak Lokasi Pengambilan Sampel

40
35
Persentase Buah

B1
30
Terserang

25 B2
20 B3
15 B4
10
B5
5
0
D.T P.G B H.R
Lokasi (Desa)

Gambar 2. Rata-rata persentase buah terserang pada masing-masing desa


berdasarkan petak lokasi pengambilan sampel.

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa persentase buah terserang pada


masing-masing desa bervariasi dimana pada Desa Dolok Tolong persentase
serangan banyak terdapat pada pengambilan sampel di petak lokasi sebelah Timur
(B1), Utara (B3) dan Tengah (B5) sedangkan pada bagian Barat (B2) dan Selatan
(B4) persentase buah terserang lebih sedikit. Di Desa Pegagan Julu persentase
buah terserang paling banyak dijumpai pada bagian Timur (B1) dan Tengah (B5)
sedangkan pada bagian Barat (B2), Utara (B3) dan Selatan (B4) tidak setinggi pada
bagian B1 dan B5 tersebut.
Di Desa Bangun persentase buah terserang paling banyak dijumpai di bagian
Timur (B1) diikuti bagian Barat (B2), Selatan (B4), Utara (B3) dan Tengah (B5).
Sedangkan di Desa Huta Rakyat persentase buah terserang tertinggi terdapat pada
bagian Utara (B3) diikuti oleh bagian Selatan (B4), Timur (B1), Barat (B2) dan
Tengah (B5).
Maka untuk pengamatan terhadap serangan hama PBKo pengambilan
sampel buah kopi dapat dilakukan dari setiap arah mata angin baik dari bagian
Timur, Barat, Utara, Selatan maupun pada bagian tengah kebun.

7
Kesimpulan

1. Tidak ada pengaruh yang nyata ketinggian tempat yang berbeda terhadap
persentase serangan hama PBKo.
2. Pengambilan sampel berdasarkan buah masak (A1), buah muda (A2), dan
campuran buah masak+buah muda (A3 dan A4) tidak berpengaruh nyata
terhadap persentase serangan PBKo.
3. Pengambilan sampel berdasarkan petak lokasi pengambilan sampel (Timur,
Barat, Utara, Selatan dan Tengah) tidak berpengaruh nyata terhadap persentase
buah terserang.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi.
Jakarta. 53 hal.

Harjaka, T., dan S. Sudjono. 2005. Petunjuk Praktikum Dasar-dasar Ilmu Hama
Tanaman. Jurusan Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crop in Indonesia. Ichtiar Baru. Jakarta. 633 p.

Purnomo. 2003. Pengaruh Jenis Tanaman dan Ketinggian Tempat Terhadap


Populasi dan Tingkat Serangan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei
Ferrari) Pada Pertanaman Kopi di Lampung. Laporan Hasil Penelitian
Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Riyatno. 1990. Materi Pelatihan Perkembangbiakan dan Aplikasi Cendawan


Beauveria bassiana. Direktorat Perlindungan Tanaman Perkebunan Direktorat
Jenderal Perkebunan. Jakarta. 20 hal.

Srinajiyati dan Danarti. 1990. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Penebar Swadaya. Jakarta. 100 hal.

Sulistyowati, E. 1986. Masalah Hama Bubuk Buah Kopi Hypothenemus hampei


Ferr. dan Usaha Pengendaliannya. Pelita Perkebunan 2(1) : hal 10 – 18.

Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai