Anda di halaman 1dari 6

Pengambilan Keputusan dalam Kelompok

ejauh ini telah dibahas berbagai dimensi keputusan dari sudut pandang sah orang p banyak keputusan
manajerial jarang sekali bersifat individual, bahkan untuk pengambilan keputusan pada tingkatan
manajemen puncak (top management level) sekalipun.

Manajer yang duduk di manajemen puncak (misal: manajer divisi) dalam mengambil keputusan-
keputusan yang bersifat strategis hampir selalu bersifat antardivisi dalam sebuah forum penyusun
perencanaan strategis.

pelatihan apa saja yang akan dijadwalkan.

Pengambilan keputusan dalam kelompok menjadi penting mengingat:

1. Tidak ada satu orang manajer pun pada berbagai tingkatan yang memahami keseluruhan aspek-aspek
operasional perusahaan. 2. Risiko atas keputusan yang diambil biasanya sedikit banyak bersifat
multidivisi

Kegagalan di satu divisi akan berimbas pada divisi lain. 3. Dampak sebuah keputusan terhadap alokasi
sumber daya perusahaan akan dirasakan sebagai keterbatasan atau kesempatan bagi berbagai divisi

4. Dibutuhkan pengumpulan berbagai keahlian dalam memutuskan sebuah

keputusan yang bersifat strategis. Se hal steptat

Perbedaan pengambilan keputusan dalam kelompok dengan individual bukan pada situasi yang
dihadapi, melainkan pada perbedaan sudut pandang di antara

Metode Delphy
Metode Delphy pertama kali diperkenalkan oleh Parente dan Anderson (1987) dalam persoalan
pendugaan kans situasi masa depan oleh panelis. Mereka menyarankan agar

1. Panelis memberikan pandangan mengenai kondisi alam (state of nature) yang akan terjadi pada masa
depan dan membahasnya tanpa melakukan pemungutan suara hingga disepakatinya kondisi alam yang
diperkirakan akan terjadi pada masa mendatang.

2. Panelis diminta untuk memberi pandangan mengenai kemungkinan terjadinya masing-masing kondisi
alam. 3. Hasilnya dilakukan penghitungan dan umpan balik (feedback) dalam bentuk

median atau rata-rata hitung yang disampaikan kepada para panelis. 4. Hasil rata-rata hitung atau
median merupakan konsensus kelompok atas nilai kemungkinan terjadinya masing-masing kondisi alam.

Secara statistik, logikanya persimpangan pendapat para panelis terhadap median/rata-rata hitung
seharusnya merupakan bilangan yang tidak kecil. Hal ini disebabkan oleh latar belakang para panelis
yang berbeda sehingga kemungkinan untuk memperoleh konvergensi tinggi sangat sulit untuk
dilakukan. Secara praktis, angka simpangan tersebut dapat diperoleh dengan menghitung koefisien
variasi yang merupakan hasil bagi antara standar deviasi dan rata-rata hitung panelis.

CV= rata-rata hitung

di mana

CV = koefisien variasi (variation coefficient)

rata-rata hitung


X= pendapat individual peserta panel

N = jumlah peserta panel

Sebagai contoh, enam panelis dikumpulkan untuk menduga berat sebuah meja. Secara terpisah
(tertutup), mereka memberikan pendapat individual masing- masing tentang probabilitas berat meja
yang berada pada kisaran 3-5 kg, 6-8 kg. atau 9-12 kg. Hasilnya yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel
6.1

Jajak pendapat dianggap memenuhi syarat ketika CV (coefficient variation) tidak melebih 10% (0,1).
Pendapat-pendapat dengan nilai CV melebihi angka 10% seharusnya diulang kembali dengan
mendiskusikan mengapa masing-masingnya memberi penilaian seperti itu, hingga tercapai sebuah
kesepahaman (bukan kesepakatan) mengenai pendapat masing-masing. Hal ini dilakukan terhadap
pendugaan berat dalam kisaran 6-8 kg dan 9-12 kg.

Ketika proses ini mencapai konvergensi maksimal yang ditunjukkan oleh semakin mengecilnya nilai CV,
probabilitas setiap kisaran berat dapat dihitung. yaitu dengan membagi masing-masing rata-rata
probabilitas panel dengan jumlah rata-rata probabilitas panel. Jadi, probabilitas kisaran berat meja
antara 3-5 kg adalah sebesar 0,69 (0,6/0,9); probabilitas berat meja pada kisaran 6-8 kg adalah 0,21
(0,2/0,9); dan probabilitas berat meja pada kisaran 9-12kg adalah 0,1 (0,1/0,9). Dengan disepakatinya
probabilitas masing-masing kisaran berat, panelis dengan manipulasi statistik akan mampu menduga
berat meja. (Perhatikan Tabel 6.2)

MP adalah mid point atau titik tengah masing-masing kisaran berat. Perkiraan berat dilakukan dengan
menggunakan rumus Expected Value (EV) berikut.

ΣΕ N

di mana X, adalah MP dan P, adalah probabilitas masing-masing MP.

Framming dan Groupthink

Framming adalah kecenderungan untuk menggunakan cara berpikir berdasarkan pola lama. Kahneman
dan Tversky (1982) mendefinisikan framming sebagai evaluasi subjektif yang didasari oleh frame of
refference pengambil keputusan. Menurut Svenson (1983), framming menyebabkan penyederhanaan
persoalan ketika sebuah keputusan dihasilkan. Misalnya, ketika sejumlah panelis diminta untuk
memikirkan bagaimana strategi terbaik mengalahkan lawan yang memiliki pangsa pasar yang kuat.
Jawaban yang diperoleh mayoritas memberikan jawaban agar perusahaan melakukan analisis SWOT.
Hampir dapat dipastikan bahwa para panelis dalam hal ini telah melakukan framming, yaitu berpikir
berdasarkan pola yang secara tradisional telah dilakukan dari waktu ke waktu.

Figur 6.1 Mengembangkan pengambilan keputusan dalam kelompok

Sumber: http://visionarymarketing.wordpress.com/.

Groupthink merupakan cara berpikir kelompok yang telah sukses hidup dalam beberapa masa dengan
tingkat kohesivitas kelompok sangat tinggi. Dalam kelompok seperti itu, biasanya telah terbentuk
sebuah pemahaman yang tentang berbagai hal. Itulah sebabnya, menurut Janis (1972), groupthink
merupakan masif

Metode Delphy dalam Keputusan Pemasaran

Menurut Jolson dan Rossow (1971), aplikasi metode Delphy terdahulu digunakan secara luas dalam
peramalan perkembangan teknologi dan lingkungan. Rand Corporation pada 1954 menggunakannya
untuk memprediksi keadaan dunia dalam 25 tahun setelahnya melalui sejumlah panel ahli.

Dalam bidang pemasaran, The Pace Computering Corporation (The Pace). salah sebuah pesaing IBM
yang terbesar pada era 1970-an menggunakan metode ini dalam mempertimbangkan pembukaan
cabangnya di Kota New York. Pembukaan cabang ini hanya akan dipertimbangkan apabila tersedia
permintaan (demand) dalam jumlah yang cukup pada sektor pendidikan. Untuk tujuan peramalan
permintaan, sebuah sesi panel ahli didesain dalam tiga ronde untuk menjawab persoalan. (Perhatikan
Tabel 6.3.)

Jolson dan Rossow melaporkan bahwa validitas pendekatan Delphy ketika diaplikasikan pada The Pace
dapat dianggap baik. Dengan adanya sistem umpan balik, peserta panel menjadi semakin realistik
dengan perkiraannya. Dalam studi yang lain, mereka berdua menunjukkan bahwa validitas ini menjadi
semakin baik ketika peserta panel Delphy adalah orang-orang yang memahami bidang yang sedang
dipermasalahkan. (Secara konsisten, tidak baik ketika peserta panel adalah orang yang tidak memahami
bidang yang dipermasalahkan.)

Kualitas Pengambilan Keputusan Kelompok


Pengambilan keputusan kelompok merupakan upaya untuk menyatukan pemikiran-pemikiran anggota
kelompok terhadap persoalan yang dihadapi. Oleh karena itu, kualitas pengambilan keputusan
kelompok sangat dipengaruhi oleh kualitas individual dalam kelompok, kreativitas kelompok, dan
kesediaan kelompok dalam menerima ide-ide baru. Artinya, untuk meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan kelompok, intervensi pada ketiga hal tersebut dibutuhkan.

karena para eksekutif dalam organisasi tersebut menyukai bersikap seperi halnya "old receipe even on
new environment sehingga ketika ada usulan baru untuk memandang sebuah persoalan, usulan
tersebut dipandang secara skeptis dan dengan serta-merta ditolak. Dapat juga terjadi ketika organisasi
tidak bersedia untuk menanggung risiko akibat ketidakpastian nilai hasil (outcome) dari usulan baru
tersebut. Bagaimanapun, kepastian-walaupun bersifat maya-tetaplah hal yang disukat, sehingga
bagaimana mungkin menghargai sebuah ketidakpastian yang berasal dari sebuah usulan baru?

kreativitas dalam kelompok merupakan hal lain. Bahkan, apabila individu dalam kelompok tersebut
merupakan individu-individu yang kreatif sekalipun,

bahkan kritikan dilontarkan bukan terhadap diri sendiri, melainkan terhadap orang lain. Pada budaya
simbolis yang bersifat konteks yang tinggi, seperti Indonesia, diskusi eksternal yang diharapkan
menghasilkan hal yang lebih baik menghadapi dua kendala, yaitu (1) kritikan adalah menyakitkan dan
tidak sesuai budaya, dengan akibat orang merasa enggan melakukan kritikan yang membangun, (2)
individu merasa tidak tahan dengan kritikan. Untuk menghindari hal tersebut, langkah yang mungkin
ditempuh adalah sebagai berikut.

1. Individu dilarang melakukan kritikan. 2. Individu dipaksa untuk menyajikan alternatif yang berbeda.

3. Evaluasi dilakukan dengan membahas kekuatan dan kelemahan setiap alternatif.

Boks 6.1

Mengapa banyak kelompok/grup yang tidak kreatif?

1. Ketatan pada norma kelompok. Tanpa ketaatan pada norma kelompok, kelompok/grup tidak akan
dapat berfungsi. Akan tetapi, ketaatan itu membuat hambatan pada kreativitas dan menumbuhkan
groupthink. Ketika anggota kelompok menjadi sangat berlebihan dengan aturan- aturan kelompok,
inovasi menjadi sulit dilakukan. Terlebih jika anggota kelompok lebih menyukai kediaman daripada
merangsang anggota untuk menunjukkan perspektif yang berbeda. Dengan demikian, ide-ide baru akan
sulit untuk mengemuka

2. Ketiadaan kolaborasi, Persaingan di antara anggota kelompok jarang menumbuhkan ide baru karena
anggota kelompok akan cenderung menyembunyikan informasi bagi dirinya sendiri. Sering kali,
ditemukan bahwa anggota kelompok memang tidak memiliki keahlian (skim) kolaborasi. Dengan
memfokuskan diri pada kooperasi, anggota kelompok akan lebih mudah mengemukakan gagasan dan
menumbuhkan sesuatu yang kreatif.

3. Iklim komunikasi yang defensif. Ketika karekteristik komunikasi kelompok melibatkan evaluasi,
kontrol, intrik (agenda tersembunyi), dan superioritas, anggota kelompok akan berinteraksi secara
defensif. Komunikasi semacam itu tidak memberi ruang pada ide-ide baru. Contoh ketika anggota A
berkata, "Mari kita gabung ide B dan C dan anggota D berkata, "Percuma saja deh.... Sebuah ide yang
berguna akan menguap. Ini juga akan membuat anggota berani menawarkan ide-ide baru.

4. Perbedaan gaya komunikasi di antara anggota. Beberapa anggota cenderung banyak mengeluarkan
pendapat (banyak omong), extrovert, dan vokal dalam berpendapat, sedangkan anggota yang lain lebih
bersifat introvert dan tidak suka menunjukkan pendapatnya. Anggota yang vokal sering mendominasi
pertemuan,sehingga ide-idenya diperhatikan. Padahal, anggota lain mungkin memiliki informasi yang
berguna, namun düintimidasi dengan gaya anggota yang lebih dominan

5. Norma kultural. Kreativitas dan inovasi muncul ketika orang melihat sesuatu dengan cara

yang unik. Norma kultural, nilai-nilai, dan keyakinan yang demikian agung sehingga sulit untuk ditembus.
Orang-orang yang berusaha melihat dari sudut pandang berbeda dianggap non- conformist (tidak patuh
pada norma-norma sosial). Jadi, ide-ide inovator cenderung didiskreditkan. Untuk memfasilitasi
kreativitas, keseimbangan antara norma kultural dan penghargaan atas inovasi serta kebebasan
berekspresi dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai