Anda di halaman 1dari 11

1.

Pendahuluan
Teknologi informasi semakin berperan dalam setiap aktifitas manusia.
Dengan kemajuan teknologi, dapat semakin mempermudah segala aktifitas yang
kita kerjakan, kita dapat dengan mudah mengolah hingga menyampaikan
informasi. Teknologi informasi yang berkembang pesat mempengaruhi kepuasan
penggunanya, Dengan adanya kemajuan teknologi yang berkembang pesat bukan
berarti berjalan dengan tanpa masalah, justru masalah yang sering muncul yaitu
pengguna yang kurang merasa puas dengan sebuah sistem yang sudah ada. Oleh
karena itu suatu organisasi harus meningkatkan kinerjanya dalam memenuhi
kebutuhan dan kemudahan dalam mengakses teknologi. Dalam hal ini
pemanfaatan teknologi informasi masih kurang menjadi perhatian organisasi.
Padahal pemanfaatan teknologi informasi sekarang ini sangatlah penting karena
mampu menunjang pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, selain itu pemanfaatan
teknologi informasi dalam suatu organisasi juga mampu meningkatkan efisiensi
organisasi sekaligus untuk mencapai tujuan organisasi itu sendiri.
Teori difusi inovasi adalah suatu proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal
yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi secara terus
menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun
waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada
sekelompok anggota dari sistem sosial. Teori difusi inovasi bertujuan untuk
mengadopsi suatu inovasi (ilmu pengetahuan, teknologi, bidang pengembangan
masyarakat) oleh anggota sistem sosial tertentu. Sistem sosial dapat berupa
individu, kelompok informal, organisasi sampai kepada masyarakat.
Otomatisasi teknologi informasi yang berdasarkan pada komputer dapat
melakukan berbagai fungsi secara cepat dan tepat. Teknologi yang berkembang
pesat juga mempengaruhi kita dalam tingkat penggunaan serta pemanfaatan
teknologi informasi. DISDUKCAPIL Kota Salatiga merupakan salah satu
organisasi yang memanfaatkan Teknologi Informasi. Dalam hal ini tingkat
penggunaan sistem yang ada di DISDUKCAPIL kota Salatiga masih rendah.
Padahal tingkat pemanfaatan teknologi informasi sangat besar pengaruhnya bagi
sebuah organisasi. Salah satunya adalah penerapan E-KTP di organisasi. Manfaat
penggunaan teknologi informasi dalam proses penerapan E-KTPdapat diukur
melalui suatu evaluasi yang dapat memberikan gambaran keberhasilan dari sistem
itu sendiri.Teori difusi inovasi mendorong penulis untuk meneliti terhadap
pemanfaatan teknologi yang didasari oleh unsur kebiasaan dan penerimaan di
DISDUKCAPIL Kota Salatiga.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan teori difusi inovasi
yaitu dengan judul: “Difusi Inovasi Teknologi Komunikasi (Internet) Di Kalangan
Pondok Pesantren Muhammadiyah”. Fokus utama penelitian tersebut mengenai
difusi inovasi teknologi komunikasi, yakni internet di kalangan pondok pesantren
Muhammadiyah. Difusi inovasi sendiri adalah proses penyebaran sebuah temuan
baru di masyarakat. Mulai dari pengetahuan awal sampai aplikasi dari temuan
baru tersebut. Target khusus yang ingin dicapai dari penellitian ini adalah
menjadikan hasil penelitian untuk dijadikan acuan (model) adopsi teknologi
komunikasi (internet) di kalangan pondok pesantren Muhammadiyah. Metode

6
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode grounded, yaitu sebuah
pendekatan yang refleksif dan terbuka, di mana pengumpulan data,
pengembangan konsep-konsep teoritis, dan ulasan literatur berlangsung dalam
proses yang berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap-tahap
proses difusi inovasi teknologi komunikasi (internet) di Pondok Pesantren
Karangasem Muhammadiyah meliputi dua tahap yaitu tahap inisiasi dan tahap
implementasi. Tahap inisiasi mencakup proses yang disebut agenda setting, atau
penentuan kebutuhan terhadap internet dan matching, penyesuaian-penyesuaian
sebelum adopsi internet dilakukan. Sedangkan tahap implementasi mencakup
proses redefining atau restructuring, yaitu proses implementasi internet di pondok
pesantren yang digunakan sebagai sarana penunjang pembelajaran dan
pemenuhan kebutuhan para santri melalui warnet. Proses selanjutnya adalah
clarifying dan routinizing, yaitu internet sudah digunakan dalam aktifitas sehari-
hari di lingkungan pondok pesantren, untuk belajar bagi santri, dan mencari bahan
ajar bagi para guru. Pada tahap ini internet benar-benar telah menjadi elemen yang
tidak terpisahkan dari pondok pesantren. Berkaitan dengan implementasinya,
internet diaplikasikan ke dalam tiga wilayah. Pertama, di kantor yayasan yang
menggunakan hotspot sebagai fasilitas bagi pengurus yayasan dan para guru.
Kedua, di laboratorium komputer setiap sekolah sebagai sarana atau tempat
pembelajaran bagi santri dan siswa. Ketiga di warnet yang difungsikan sebagai
fasilitas untuk memenuhi kebutuhan terutama para santri terhadap internet.
Adapun Faktor-faktor yang memengaruhi adopsi internet adalah pertama, karena
internet sebagai bentuk sebuah inovasi sangat bermanfaat dan memberikan
banyak keuntungan bagi pondok pesantren. Kedua, adanya kesesuaian antara
internet sebagai bentuk inovasi dengan nilai-nilai atau norma yang dianut oleh
lembaga pondok pesantren ini. Ketiga, adanya pandangan bahwa internet
merupakan masalah duniawi yang urusannya diserahkan sepenuhnya kepada diri
masing-masing.
Difusi inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers
(1983) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara
para anggota suatu sistem sosial (the process by which an innovation is
communicated through certain channels overtime among the members of a social
system). Di samping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan
sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem
sosial.
Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap atau dirasa
baru oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap atau dirasa
baru terhadap suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga
pada sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh
individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Dari kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah suatu proses
penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah
suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat
yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang
tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.

7
Tahapan Proses Difusi
a. Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat
mulai melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya
media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin
membaca koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap
inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit
diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka,
lain halnya jika yang dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka
akan lebih cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus
disosialisasikan melalui komunikasi interpersonal dan kedekatan secara fisik.
b. Pengadopsian: Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang
mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat
ditentukan juga oleh beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin
besar keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi
perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap
kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba hal
baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri mereka sendiri apakah
mereka mampu melakukannya. Jika seseorang merasa mereka bisa
melakukannya, maka mereka akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut.
Selain itu, dorongan status juga menjadi faktor motivasional yang kuat dalam
mengadopsi inovasi. Beberapa orang ingin selalu menjadi pusat perhatian
dalam mengadopsi inovasi baru untuk menunjukkan status sosialnya di
hadapan orang lain. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki
individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika sebuah inovasi dianggapnya
menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia anut, maka ia tidak akan
mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang dikeluarkan untuk
mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya.
c. Pengembangan Jaringan Sosial: Seseorang yang telah mengadopsi sebuah
inovasi akan menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di
sekitarnya, sehingga sebuah inovasi bisa secara luas diadopsi oleh
masyarakat. Difusi sebuah inovasi tidak lepas dari proses penyampaian dari
satu individu ke individu lain melalui hubungan sosial yang mereka miliki.
Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan dekat satu sama
lain mengadopsi inovasi melalui kelompoknya. Dalam proses adopsi inovasi,
komunikasi melalui saluran media massa lebih cepat menyadaran masyarakat
mengenai penyebaran inovasi baru dibanding saluran komunikasi
interpersonal. Komunikasi interpersonal memengaruhi manusia untuk
mengadopsi inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh media massa.

Tahapan Proses Adopsi


a. Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi
mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus
disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui
media elektronik, media cetak, maupun komunikasi interpersonal di antara
masyarakat

8
b. Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat
pemikiran calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan
ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan
evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk
mengadopsi atau menolak inovasi tersebut.
c. Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang membuat
keputusan akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah
inovasi. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini
lantas menutup kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.
d. Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil
mempelajari lebih jauh tentang inovasi tersebut.
e. Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian
akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut
diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan
yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian
mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah
melakukan evaluasi.

Sistem informasi dapat didefinisikan secara teknis sebagai suatu komponen


yang saling berhubungan yang mengumpulkan (mendapatkan kembali),
memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung
pengambilan keputusan, koordinasi dan pengawasan dalam organisasi (Laudon
dan Laudon, 2005). Selain mendukung pembuatan keputusan, koordinasi dan
pengawasan, sistem informasi dapat membantu manajer dalam menganalisa 24
masalah dan memvisualisasi masalah-masalah kompleks. Informasi yang
diberikan oleh sistem informasi menjelaskan salah satu sistem utama dilihat dari
apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi, dan apa yang
mungkin terjadi di masa depan.
Penggunaan SI dapat memberikan banyak manfaat, baik bagi organisasi
atau perusaahan maupun bagi pengguna individual (user). Manfaat penggunaan SI
bagi perusahaan adalah dapat meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.
Perusahaan dapat memperoleh informasi yang relevan, akurat, tepat waktu, dan
lengkap yang diperlukan oleh perusahaan yang berasal dari lingkungan internal
maupun eksternal perusahaan. Sedangkan bagi pengguna individual (user)
penggunaan SI dapat memberikan manfaat yaitu meningkatkan produktivitas
kerja, kualitas output, dan efektivitas pekerjaan. Selain itu, perusahaan
menginvestasikan sistem informasi (SI) untuk beberapa alasan, seperti untuk
mengurangi biaya, meningkatkan produksi tanpa peningkatan biaya yang besar,
dan meningkatkan kualitas jasa atau produk (Lederer, et al., 1998).
Kesuksesan dari penggunaan sistem informasi sangat dipengaruhi oleh
perilaku pengguna (user’s attitude) dan penerimaan pengguna (user’s acceptance)
atas SI yang baru (Davis, 1989; Venkatesh dan Davis, 1996; Succi dan Walter,
1999). Jika pengguna tidak menginginkan untuk menerima SI yang baru, tentu
saja hal ini tidak akan memberikan manfaat yang penuh pada perusahaan (Davis,
1993; Davis dan Venkatesh, 1996). Sebaliknya, jika lebih besar penerimaan dari
pengguna, lebih banyak keinginan dari mereka untuk membuat perubahan pada 25

9
prakteknya serta untuk menggunakan segala waktu dan usaha guna memulai
menggunakan SI yang baru (Succi dan Walter, 1999).
Kepuasan pengguna (user’s satisfaction) merupakan ukuran kesuksesan SI
yang perceptual dan sangat subjektif. Dengan kata lain, penggunaan sistem adalah
indikator dari kesuksesan dan penerimaan SI. Sebuah sistem itu baik atau buruk
sangat tergantung pada apa yang dirasakan oleh pengguna setelah menggunakan
SI tersebut. Penggunaan sistem bergantung pada evaluasi pengguna dari sistem
tersebut. Apabila sistem tersebut dapat meningkatkan kinerja pekerjaan pengguna,
maka pengguna akan cenderung menggunakan sistem. Begitu juga sebaliknya,
jika sistem dirasa tidak dapat meningkatkan kinerja pekerjaan pengguna, maka
pengguna akan cenderung menghindari untuk menggunakan sistem.
Lembaga Pemerintahan dapat didefinisikan sebagai sebuah perubahan yang
global untuk mempromosikan penggunaan internet oleh pihak pemerintah dan
pihak yang terkait dengannya. Menurut UNDP (United Nation Development
Programme) dalam situs resminya www.undp.org mendefinisikan lembaga
pemerintahan sebagai berikut : “E-government is the application of information
and Comunication Technology (ICT) by government agencies.”
Konsep Lembaga Pemerintahan diiterapkan dengan tujuan bahwa hubungan
pemerintah baik dengan masyarakatnya maupun dengan pelaku bisnis dapat
berlangsung secara efisien, efektif dan ekonomis. Hal ini diperlukan mengingat
dinamisnya gerak masyarakat pada saat ini, sehingga pemerintah harus dapat
menyesuaikan fungsinya dalam negara, agar masyarakat dapat menikmati haknya
dan menjalankan kewajibannya dengan nyaman dan aman, yang kesemuanya itu
dapat dicapai dengan pembenahan sistem dari pemerintahan itu sendiri, dan
lembaga pemerintahan adalah salah satu caranya. Selain itu tujuan penerapan
lembaga pemerintahan adalah untuk mencapai suatu tata pemerintahan yang baik.
Untuk menjalankan Lembaga Pemerintahan diperlukan suatu sistem informasi
yang baik, teratur dan sinergi dari masing-masing lembaga pemerintahan,
sehingga dari kesemuanya itu bisa didapatkan suatu sistem informasi yang terjalin
dengan baik. Karena dengan sistem informasi yang sedemikian akan memudahkan
pemerintah dalam menjalankan fungsinya ke masyarakat. Lembaga Pemerintahan
atau E-government menjadi sangat populer dengan berkembangnya teknologi
informasi dan komunikasi.

3. Metodologi Penelitian
Metode pengambilan data dilakukan dengan metode pengambilan data
kualitatif. Tujuan dari metode ini ialah pemahaman secara lebih mendalam
terhadap suatu permasalahan yang dikaji, dan data yang dikumpulkan lebih
banyak kata ataupun gambar-gambar daripada angka. Maka dari itu, dapat
disimpulkan bahwa penelitian kualitatif dimulai dari lapangan yang berdasarkan
pada lingkungan alami, bukan pada teori. Data dan informasi yang diperoleh dari
lapangan ditarik makna dan konsepnya, melalui pemaparan secara deskriptif
analitik dan tanpa menggunakan angka, karena lebih mengutamakan prosesnya.

10
Sedangkan tahapan dalam penelitian terbagi menjadi beberapa aktivitas yaitu
antara lain sebagai berikut:

Studi Pendahuluan

Identifikasi Penerapan TI

Pengumpulan Data

Analisis Data

Pengujian Hipotesa

Gambar 2. Tahapan Penelitian

a) Tahap pertama dalam penelitian ini adalah memperlajari tentang obyek studi
kasus yang diteliti yaitu profil aplikasi e-KTP.
b) Tahap kedua melakukan analisi terhadap penerapan TI di DISDUKCAPIL
Kota Salatiga khususnya dalam penerapan aplikasi e-KTP.
c) Tahap selanjutnya proses pengumpulan data yang berkaitan dengan
penerapan aplikasi e-KTP untuk melihat sejauh mana penerimaan teknologi
informasi yang ada di organisasi.
d) Pada tahap analisis data dilakukan identifikasi hipotesa dalam menilai apakah
penerimaan teknologi informasi khususnya dalam penerapan e-KTP sudah
maksimal.
e) Tahap akhir dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesa berdasarkan hasil
temuan di lapangan.

Pengumpulan Data
Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data dengan menyebarkan
kuesioner pertanyaan dengan responden DISDUKCAPIL Kota Salatiga. Dari data
ini diharapkan diperoleh informasi sebesar-besarnya tentang responden. Data-data
yang dikumpulkan merupakan pertanyaan fakta mengenai obyek yang diteliti.
Hasil dari kuesioner tersebut akan menjelaskan permasalahan yang terjadi.

Analisis
Analisis merupakan tahap akhir dari penelitian ini, dimana pada tahap ini
penulis mengevaluasi data-data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan
dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis. Setelah kita
mendapatkan data yang telah dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah

11
bagaimana cara kita mengolah data yang ada agar menampilkan hasil yang ingin
kita ungkapkan.

Responden Penelitian
Populasi responden dalam penelitian ini adalah masyarakat umum yang
mengunjungi DISDUKCAPIL Kota Salatiga dan metode yang digunakan adalah
purposive sampling yaitu dengan pemilihan secara acak yang informasinya
didapat dikondisikan dengan dua hal yaitu: 1) usia responden; dan 2)
memanfaatkan E-KTP.

Hipotesis Penelitian
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan positif Persepsi Kemudahan
Penggunaan (Perceived Ease Of Use) terhadap Persepsi Kemanfaatan
(Perceived Usefulness).
H2: Terdapat pengaruh yang signifikan positif Persepsi Kemudahan
Penggunaan (Perceive Ease Of Use) terhadap Sikap Penggunaan (Percieve
Ease Of Use) terhadap Sikap Penggunaan (Attitude Toward Using).
H3: Terdapat pengaruh yang signifikan positif Persepsi Kemanfaatan
(Perceived Usefulness).
H4: Terdapat pengaruh yang signifikan positif Sikap Penggunaan (Attitude
Toward Using) terhadap Perilaku Menggunakan (Behavioral Intention
Use).
H5: Terdapat pengaruh yang signifikan positif Minat Perilaku untuk
Menggunakan (Behavioral Intention Use) terhadap Kondisi Nyata
Penggunaan Sistem (Actual System Usage).

12
4. Hasil dan Pembahasan

Hasil Pengujian Hipotesa


Tabel 1. Variabel, Indikator dan Item
Variabel Indikator Item
Persepsi Mempelajari E-KTP mudah 1. Fitur – fitur yang ada dalam E-
Kemudahan KTP tidak asing saat mencoba
Penggunaan pertama kali.
(Perceived Ease Menggunakan E-KTP mudah 1. Kemudahan mendaftar E-KTP.
Of Use) 2. Mudah dalam mencari informasi
yang diinginkan.
Keseluruhan E-KTP mudah 1. Secara keseluruhan, E-KTP
digunakan mudah digunakan.

Persepsi Menyederhanakan proses kinerja 1. Fitur dalam E-KTP lebih simple.


Kemanfaatan
(Perceived
Usefulness)
Sikap Senang menggunakan 1. Fitur – fitur dan tampilan visual
Penggunaan dalam E-KTP sangat menarik.
(Attitude Toward
Using)
Perilaku untuk Mempunyai fitur yang membantu 1. Memudahkan untuk pengenalan.
Tetap 2. Fitur – fitur yang ada dalam E-
Menggunakan KTP dapat mempermudah
(Behavioral pengguna lain.
Intention To Berlanjut di masa datang Fitur – fitur dalam E-KTP dapat
Use) dikembangkan lagi untuk kepentingan
lain dalam penggunaannya.

Kondisi Nyata Frekuensi dan durasi waktu 1. Apakah hampir setiap hari
Penggunaan penggunaan terhadap TIK membuka E-KTP
Sistem (Actual 2. Menghabiskan waktu berapa menit
System Usage) tiap mengoperasikannya.
Penggunaan teknologi E-KTP merupakan salah satu bentuk
sesungguhnya dalam praktek sosial teknologi canggih.
(Actual System Usage)

Hasil Analisis
a) Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Usefulness)
terhadap Persepsi Kemanfaatan (Perceived Ease Of Use)

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa Persepsi Kemudahan


Penggunaan (Perceived Usefulness) berpengaruh signifikan positif terhadap
Persepsi Kemanfaatan (Perceived Ease Of Use), artinya semakin positif
persepsi masyarakat terhadap Kemudahaan Penggunaan (Perceived
Usefulness) aplikasi E-KTP maka persepsi yang dimiliki masyarakat tentang
Kemanfaatan (Perceived Ease Of Use) juga akan semakin baik. Artinya

13
bahwa variabel Persepsi Kemudahan Penggunaan mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap persepsi Kemanfaatan.

b) Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceive Ease Of Use)


terhadap Sikap Penggunaan (Attitude Toward Using)

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa Persepsi Kemudahan


Penggunaan (Perceive Ease Of Use) berpengaruh signifikan positif terhadap
Sikap Penggunaan (Attitude Toward Using), artinya semakin baik Persepsi
Kemudahan Penggunaan (Perceive Ease Of Use) dalam menggunakan
aplikasi E-KTP maka dapat meningkatkan Sikap Penggunaan (Attitude
Toward Using). Artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceive Ease Of Use) terhadap Sikap
Penggunaan (AttitudeToward Using).

c) Pengaruh Persepsi Kemanfaatan (Perceived Usefulness) terhadap Sikap


Penggunaan (Attitude Toward Using)

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa Persepsi Kemanfaatan


(Perceived Usefulness) berpengaruh signifikan positif terhadap Sikap
Penggunaan (Attitude Toward Using), artinya semakin baik Persepsi
Kemanfaatan (Perceived Usefulness) maka dapat meningkatkan Sikap
Penggunaan (Attitude Toward Using). Artinya bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara Persepsi Kemanfaatan (Perceived Usefulness)
terhadap Sikap Penggunaan (Attitude Toward Using). Selain itu, juga bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara Persepsi Kemanfaatan (Perceived
Usefulness) terhadap Sikap Penggunaan (Attitude Toward Using).

d) Pengaruh Sikap Penggunaan (Attitude Toward Using)Aplikasi E-KTP


terhadap Perilaku untuk Menggunakan (Behavioral Intention Use) E-
KTP

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sikap Penggunaan (Attitude


Toward Using) aplikasi E-KTP berpengaruh signifikan positif terhadap
Perilaku untuk Menggunakan (Behavioral Intention Use) e-KTP , artinya
semakin baik Sikap Penggunaan (Attitude Toward Using), maka Perilaku
untuk Menggunakan (Behavioral Intention Use) juga akan semakin besar.
Artinya bahwa adanya hubungan positif signifikan antara Sikap Penggunaan
(Attitude Toward Using) terhadap Perilaku untuk Menggunakan (Behavioral
Intention Use).

e) Pengaruh Perilaku untuk Mengggunakan (Behavioral Intention Use)


Aplikasi E-KTP terhadap Kondisi Nyata Penggunaan Sistem (Actual
System Usage)

14
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perilaku untuk
Mengggunakan (Behavioral Intention Use) aplikasi E-KTP berpengaruh
signifikan positif terhadap Kondisi Nyata Penggunaan Sistem (Actual System
Usage), artinya semakin tinggi kecenderungan masyarakat menggunakan
aplikasi E-KTP maka akan semakin tinggi pula kenyataan penggunaannya.
Artinya bahwa Minat Perilaku untuk Mengggunakan (Behavioral Intention
Use) yang dapat meningkatkan Kondisi Nyata Penggunaan Sistem (Actual
System Usage).

f) Pengaruh tidak langsung Persepsi Kemanfaatan (Perceived Usefulness),


terhadap Perilaku untuk Menggunakan (Behavioral Intention to Use)
melalui Sikap Penggunaan (Attitude Toward Using)

Dari hasil penelitian ini diketahui terdapat pengaruh tidak langsung


Persepsi Kemanfaatan (Perceived Usefulness), terhadap Perilaku untuk
Menggunakan (Behavioral Intention to Use) melalui Sikap Penggunaan
(Attitude Toward Using). Artinya, jika Persepsi Kemanfaatan (Perceived
Usefulness) tinggi tetapi terdapat unsur tidak suka dalam diri pengguna maka
akan dapat menurunkan pengaruh Persepsi Kemanfaatan (Perceived
Usefulness) terhadap Perilaku untuk Menggunakan (Behavioral Intention to
Use).

5. Simpulan
Pentingnya studi kelayakan dalam pengembangan sistem informasi sangat
berpengaruh terhadap penerapan inovasi teknologi informasi. Peningkatan
pemahaman tentang pemanfaatan teknologi informasi yang terdapat dalam suatu
organisasi, dan juga memiliki pemahaman terhadap teori yang dipakai tentang
bagaimana aspek kebiasaan atau perilaku pengguna yang terdapat pada pengguna
teknologi informasi dapat mempengaruhi penggunakan teknologi informasi dan
dibidang teknologi informasi, aspek kebiasaan dan perilaku pengguna dapat
menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan suatu teknologi informasi.
Dengan memperhatikan persepsi mengenai sifat-sifat inovasi seperti keuntungan,
kesesuaian, tingkat kerumitan, keteramatan dan mampu untuk dicoba, dapat
dijadikan sebagai dasar yang cukup menunjang dalam penerapan sebuah inovasi
teknologi informasi. Adopsi teknologi informasi akan dapat dengan cepat diterima
oleh lingkup sosial apabila memiliki karakteristik berupa tingkat penggunaan
yang mudah,memberi manfaat dan memberi nilai tambah bagi individu maupun
organisasi. Sedangkan saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah
perlunya peningkatan sosialisasi kepadamasyarakat atau terlebih khusus kepada
para pengguna sisteminformasi terkaitteknologi informasi yang melibatkan
masyarakat sebagai user dan melakukan pengembanganterhadap e-KTP sehingga
dapat memberikan output yang maksimalkepada masyarakat.

15
6. Daftar Pustaka

[1] Romadlan, Said.Difusi Inovasi Teknologi Komunikasi (Internet)Di Kalangan


Pondok Pesantren Muhammadiyah, Jakarta: FISIP UHAMKA.
[2] Zainal A.Hasibuan, PhD. 2007.Metodologi Penelitian Pada Bidang Ilmu
Komputer Dan Teknologi Informasi.
[3] Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kualitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta. Winkel, W. S.
[4] Handayani, Rini. 2007.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Pemanfaatan Sistem Informasi dan Penggunaan Sistem Informasi. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, 9(2): 76-87.

16

Anda mungkin juga menyukai