Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KELOMPOK

STRATEGI PENENTUAN HARGA PASAR JASA LANJUTAN


Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen
Pemasaran Jasa

Dosen Pengampu: Diana Sri Dewi, S.E., M.Si

Disusun Oleh

Arif Pradana 20530155


Azis Faisal 21530144
Fadillah Sonia Wati 20530113
Intan Oktalianingsih 20530187
M Febri Yogi Irawan 20530281
Nur Insan 20530098
Ratu Arina Wira Kencana 20530086
Vella Annisa 19530234
Wendy Maise Putra 20530183

JURUSAN MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU

PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata`ala yang telah memberikan


rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan observasi dengan tepat waktu. Selawat dan salam semoga tercurah kepada
Nabi Muhammad Shollallohu1alaihu wasallam dengan seluruh kemuliaan
akhlaknya.

Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan berbagai
pihak, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
sumber-sumber dan Dosen Manajemen Pemasaan Jasa STIE Riau yaitu Diana Sri
Dewi, S.E,. M.Si yang telah memberikan tugas makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, keritik dan saran yang dapat membangun demi makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.
Amin

Pekanbaru, Oktober 2022

Penyusun

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………..… i

DAFTAR ISI……………………………………………………….…… ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………….. 1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………….... 2
1.3 Manfaat……………………………………………………..... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Strategi dan Taktik Penentuan Harga Jasa.……….……… 3


2.2 Strategi Penentuan Harga…………………..…………….. 3
2.3 Taktik Penentuan Harga……..………………………….... 4
2.4 Pedoman dalam Memilih Metode Penentuan Harga yang
Tepat..............................……………………………...…. 10
2.4.1 Metode-metode Penetapan Harga……………………….. 10
2.4.2 Perumusan Strategi Penentuan Harga…………………… 15

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan…………………………………………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Harga memainkan bagian yang sangat penting dalam bauran
pemasaran jasa karena penetapan harga memberikan penghasilan bagi
pebisnis. Keputusan-keputusan penetapan harga sangat signifikan dalam
menentukan nilai bagi pelanggan dan memainkan peran penting dalam
pembentukan citra bagi jasa tersebut. Harga juga memberikan presepsi
bagi kualitas. Keputusan-keputusan penetapan harga seringkali dibuat
dengan menambahkan presentase mark-up pada biaya. Perusahaan-
perusahaan jasa sekurang-kurangnya dalam pasar yang diregulasikan perlu
menggunakan penetapan harga secara lebih strategic untuk membantu
memperoleh keunggulan kompetitif. Harga jasa dalam bisnis jasa bisa kita
temui dengan berbagai sebutan. Universitas atau perguruan tinggi
menggunakan SPP, konsultan profesional menggunakan istilah fee, bank
menggunakan istilah service charge, jasa jalan tol atau jasa angkutan
menggunakan istilah tarif, pialang mengunakan istilah komisi, apartemen
menggunakan istilah sewa, asuransi menggunakan istilah premi dan
sebagainya.
Secara umum, penentuan harga biasanya dilakukan dengan
menambah persentase di atas nilai atau besarnya biaya produksi.
Pendekatan ini, bagaimanapun juga, dapat mengakibatkan kehilangan
manfaat dalam strategi pemasaran. Perusahaan-perusahaan yang bergerak
di bidang jasa perlu menggunakan strategi penentuan harga agar mampu
bersaing dalam pasar yang kompetitif.
Singkat kata, berbagai manfaat yang dimiliki oleh suatu produk
jasa harus di bandingkan dengan berbagai biaya pengorbanan yang
ditimbulkan dalam mengkonsumsi layanan jasa tersebut. Keputusan dalam
penentuan harga jasa juga memiliki dampak terhadap pasokan atau saluran

1
distibusi. Penyalur, tenaga penjualan, distributor, pesaing, dan pelanggan
semuanya di pengaruhi oleh sistem penentuan harga.
Keputusan dalam penentuan harga terhadap jenis jasa yang baru
harus mepertimbangkan berbagai aspek yang berkaitan. Juga, harga
tertentu yang dibebankan kepada siapa jasa tersebut di jual. Nilai suatu
jasa tidak ditentukan oleh harga, melainkan oleh manfaat yang pembeli
dapatkan ketika mengonsumsi jasa tersebut relatif terhadap biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh layanan jasa tersebut, dan harga dari jasa
yang bersifat alternatif yang dimiliki kompetitor.
Jasa memikili nilai intristik bagi pelanggan dan hal ini adalah lebih
baik dari sekedar mempertimbangkan biaya dalam meluncurkan produk
jasa tersebut, dimana hal tersebut harus dipertimbangkan dengan lebih
matang dalam kebijakan penentuan harga. Penentuan harga harus
dipandang dari perspektif yang berorientasi ke pasar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana strategi penentuan harga jasa?

2. Bagaimana taktik penentuan harga jasa?

3. Bagaimana pedoman dalam memilih metode penentuan harga jasa?

1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui stategi penentuan harga jasa.
2. Untuk mengetahui taktik penentuan harga jasa.
3. Untuk mengetahui pedoman dalam memilih metode penentuyan harga
jasa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Strategi dan Taktik Penentuan Harga Jasa


Dalam sebuah bisnis model yang baik adalah yang dapat menjawab
pertanyaan Peter F, Drucker tentang siapakah pelanggan itu, dan produk
dan jasa apa yang pelanggan nilai. Pertanyaan selanjutnya adalah
bagaimana bisnis menghasilkan uang. Landasan ekonomi apa yang dapat
menjelaskan cara kita menghantarkan nilai kepada para pelanggan dengan
harga yang pantas, (Lovelock, Wirtz and Mussry, 2010). Untuk
menciptakan suatu jasa yang berkelanjutan bisnis jasa tersebut perlu
memperhatikan konsep bisnis yang mungkin adanya biaya pencitraan dan
proses penghantaran jasa, begitu juga dengan plus margin keuntungan
yang diperoleh dengan menetapkan harga yang sesuai dengan nilai produk
dan strategi manajemen pendapatan di suatu bisnis jasa. Menurut Kotler
dan Gary dalam (Agustina et al., 2019), menyatakan bahwa harga
merupakan sejumlah nilai yang diberikan oleh konsumen setelah
mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk
dan jasa. Dalam proses bauran pemasaran, kegiatan penetapan harga untuk
produk jasa memengaruhi penerimaan suatu perusahaan. Begitu juga
dengan adanya penetapan harga akan menentukan bagaimana penilaian
konsumen akan pelayanan yang telah diterima dari perusahaan yang
menawarkan produk jasa. Serta akan membangun citra dan persepsi
konsumen terhadap kualitas produk jasa. (Lupiyoadi dan Hamdani, 2009).
Secara umum, dalam penetapan harga produk dapat ditetapkan dengan
menaikkan harga di atas nilai besarnya biaya produksi. Tetapi penetapan
harga dengan metode ini memberikan dampak pada hilangnya manfaat
produk jasa dalam strategi pemasaran. Agar dapat bersaing perusahaan
jasa perlu menentukan strategi apa untuk penetapan harga produk jasa.

3
2.2 Strategi Penentuan Harga
Pada tabel 2.2 diuraikan tentang strategi yang digunakan bisnis jasa
untuk menentukan harga suatu produk, yang meliputi:
Table 2.2 : Strategi Penentuan Harga, (Lupiyoadi, 2013)

No. Strategi Keterangan


1. Strategi a. Penentuan harga dengan penggelembungan
berdasarkan biaya harga (mark up pricing) atau penentuan harga
biaya plus (cost plus pricing)
b. Penentuan harga berdasarkan tingkat
pengembalian sasaran (target return pricing)
2. Strategi a. Penentuan harga dasar (floor Pricing)
berdasarkan pasar b. Penentuan harga penetrasi (penetration price)
c. Penentuan harga paritas (parity pricing, going
rate)
d. Penentuan harga premium (premium pricing,
skimming)
e. Price leadership pricing
f. Stay out pricing
g. Penentuan harga paket (bundle pricing)
h. Penentuan harga berdasarkan nilai
[diferensial] (value based pricing
[diferensial])
i. Penentuan harga manfaat kotor (gross benefit
pricing)

2.3 Taktik Penentuan Harga


Terdapat berbagai macam taktik yang digunakan oleh berbagai
perusahaan jasa untuk menetapkan harga jasa kepada konsumen. Berbagai
taktik tersebut adalah sebagai berikut:

4
Tabel 2.3 : Taktik Penentuan Harga, (Lupiyoadi, 2013)

No. Taktik Keterangan


1. Penentuan harga Penentuan harga dilakukan dengan
Biaya Plus (Cost menggembungkan/menaikkan harga (markup) sekian
plus pricing) persen dari total biaya.
2. Penentuan harga Harga ditentukan untuk mencapai tingkat
berdasarkan pengembalian (ROI) atau tingkat pengembalian aset
tingkat (Return on Asset – ROA) yang ditargetkan. Penentuan
pengembalian harga ini disebut juga sebagai “penentuan harga
(rate of return berdasarkan tingkat pengembalian sasaran”.
pricing)
3. Penentuan harga Harga ditentukan berdasarkan harga yang ditentukan
paritas kompetitif oleh pemimpin pasar. Hampir sama dengan taktik ini
(competitive adalah penentuan harga paritas (parity pricing; going
parity pricing) rate), yaitu penentuan harga dibuat sama dengan harga
rata-rata yang ditetapkan oleh pasar.
4. Penentuan harga Harga awal ditetapkan pada harga yang rendah/murah-
rugi (loss leading bahkan, terkadang merugi – dengan tujuan jangka
pricing) pendek, yaitu mendapat posisi di pasar atau
meningkatkan pangsa pasar. Hampir sama denga taktik
ini adalah stay out pricing, yaitu penentuan harga yang
rendah (dibawah titik Break Even Point) dengan tujuan
untuk menurunkan tingkat masuknya pesaing ke dalam
pasar.
5. Penentuan harga Harga ditentukan atas dasar nilai jasa yang dirasakan
berdasarkan nilai (perceived value) oleh segmen konsumen tertentu.
(Value Based Penentuan harga ini disebut pendekatan pendorong
Pricing) pasar (market driven approach), di mana tindakan
untuk memperkuat penentuan posisi jasa dan
memanfaatkan yang diterima konsumen dari jasa

5
tersebut.
6. Penentuan harga Penentuan harga didasarkan pada
relasional pertimbanganpertimbangan atas seluruh jasa yang
(relationship disediakan untuk konsumen dan atas potensi
pricing) keuntungan di masa depan dalam jangka waktu
tertentu, sering kali dalam seluruh hidup konsumen.
Penentuan harga relasional merupakan pendekatan
berorientasi pada pasar (market-oriented approach)
dari penentuan harga berdasarkan nilai. Penentuan
harga berdasarkan nilai bertujuan untuk membantu
memposisikan jasa dan menampilkan fakta di mana
para konsumen mau membayar lebih untuk manfaat
yang dirasakan oleh produk utama dan produk
sampingan. Sebuah pendekatan yang biasanya
digunakan perusahaan untuk meningkatkan produk
sampingan dan mencapai peningkatan harga adalah
dengan jaminan jasa yang tidak bersyarat.
7. Penentuan harga Teknik penentuan harga ini lebih bersifat fleksibel, di
fleksibel (flexible mana dipengaruhi faktor bisnis jasa tersebut. Contoh:
pricing) jasa hotel akan menetapkan harga yang berbeda pada
musim yang berbeda.
8. Penentuan harga Teknik penentuan harga ini membedakan harga dari si
dengan ciri pengambil keputusan pada saat membeli jasa.
tersendiri
(discrete pricing)
9. Penentuan harga Teknik penentuan harga di bawah harga standar. Oleh
dengan diskon karena itu, perusahaan jasa memerlukan adanya jasa
(discount pricing) perantara agen, ataupun broker di mana mereka perlu
mendapatkan komisi.
10. Penentuan harga Penentuan harga dengan adanya perbedaan teknik
dengan dasar adalah dengan menetapkan harga yang murah

6
mengalihkan pada jasa inti. Sementara itu, jasa lain yang bersamaan
(diversionary dengan konsumsi jasa tersebut dibuat standar atau
pricing) lebih tinggi. Hampir sama dengan taktik ini adalah
penentuan harga manfaat kotor (gross-benefit pricing),
di mana harga ditentukan di bawah biaya total untuk
satu produk di dalam lini produk, tetapi relatif tinggi
untuk produk lain yang berfungsi sebagai barang
komplementer langsung dalam lini produk tersebut.
11. Penentuan harga Teknik penentuan harga di mana penyedia jasa
dengan jaminan memberikan jaminan akan produknya, namun dengan
(guarantee harga relatif lebih mahal.
pricing)
12. Penentuan harga Teknik penentuan harga di mana penyedia jasa
dengan memberikan dan berani mempertahankan harga yang
mempertahan kan tinggi. Sebab, jika harga turun maka reputasi akan ikut
harga yang tinggi turun.
(high price
maintenance
pricing)
13. Penentuan harga Penentuan harga di mana penyedia jasa menentukan
saat ramai (peak harga jasa lebih mahal pada saat ramai (peak) karena
load pricing) biaya yang lebih tinggi yang harus ditanggung oleh
produsen ketika masa ramai/sibuk daripada masa sepi.
14. Penentuan harga Teknik penentuan harga dengan adanya beberapa
tersembunyi komponen harga yang “disembunyikan”. Harga yang
(offset pricing) tertera tidak seluruhnya merupakan harga akhir yang
harus dibayar oleh konsumen.
15. Diskriminasi Teknik penentuan harga dengan menjual setiap unit
harga derajat dari sebuah produk jasa dengan terpisah dan
pertama (first- mengenakan harga tertinggi yang memungkin untuk
degree price setiap jasa yang ditawarkan. Contohnya dengan asumsi

7
discrimination) bahwa si penyedia jasa mengenal konsumennya, maka
UI akan menetapkan SPP yang mahal kepada mereka
yang mampu dan memberikan keringanan bagi mereka
yang kurang mampu.
16. Diskriminasi Penentuan harga yang seragam pada jasa diukur dalam
harga derajat satuan kuantitas tertentu dan harga yang lebih murah
kedua (second- (atau lebih tinggi) lagi pada setiap tambahan satuan
degree price kuantitas dalam masa konsumsi yang sama, dan
discrimination) seterusnya demikian. Contoh: tarif progresif pajak dan
adanya perbedaan tarif dasar listrik berdasarkan satuan
kwh.
17. Diskriminasi Penentuan harga yang berbeda pada jasa yang sama
harga derajat dalam pasar yang berbeda hingga pendapatan marginal
ketiga (third- dari layanan/jasa terakhir yang dijual di setiap pasar
degree price yang berbeda sama dengan biaya marginal dari jasa
discrimination) tersebut. Contoh: perbedaan harga yang dikenakan
oleh jasa penerbangan, yaitu adanya tarif regular dan
tarif khusus.
18. Tarif dua bagian Penentuan harga di mana konsumen membayar biaya
(two-part tariff) awal untuk hak mengkonsumsi jasa tersebut dan
membayar pula biaya penggunaan untuk setiap jasa
yang mereka konsumsi. contoh: biaya pemakaian
telepon. Adanya biaya abonemen dan selanjutnya
konsumen membayar pulsa untuk setiap
pemakaiannya.
19. Penentuan harga Strategi penentuan harga di mana menjual satu atau
paket (bundling lebih produk jasa sebagai sebuah paket. Contoh:
pricing) adanya jenis makanan pembuka, makanan utama, dan
makanan penutup yang ditawarkan oleh restoran hotel;
paket perjalanan wisata; dan lain-lain.

8
Selain strategi dan taktik yang telah diuraikan sebelumnya, dalam
pemasaran secara umum terdapat strategi penentuan harga:

1. Skimming pasar (market skimming) Dalam skimming pasar,


menetapkan di awal harga premium untuk produk baru di mana
penetapan tersebut menghadapkan keuntungan yang diperoleh mampu
mengembalikan biaya dari investasi yang dilakukan secepatnya.
Strategi ini akan diterapkan apabila kondisinya seperti berikut:
a. Brand dari produk yang ditawarkan memiliki kelebihan ataupun
keunggulan dari merek yang pernah ada.
b. Brand produk jasa tersebut sudah memiliki hak cipta.
c. Kondisi pasar inelastic.
2. Penentuan harga penetrasi (penetration pricing) Strategi ini ditetapkan
untuk memperluas pangsa pasar dengan menentukan harga yang relatif
murah untuk produk baru. Pendekatan ini sesuai jika pasar bersifat
elastis.
3. Penentuan harga prestise dan ekonomi (prestige and economy pricing)
Strategi menentukan harga dengan cara menaikkan harga dari produk
jasa yang ditawarkan diatas nilai rata-rata, sedangkan penentuan harga
ekonomi menurunkan harga jasa di bawah rata-rata.
4. Penentuan harga majemuk (multiple pricing) yaitu strategi melalui
pemberian harga murah untuk pembelian jumlah produk yang banyak,
biasanya metode ini ditetapkan oleh peritel.
5. Penentuan harga ganjil (odd pricing) Penentuan harga ini didasarkan
pada konsep psikologi, di mana Rp.999 dirasakan secara psikologi,
sangat kurang atau lebih rendah dari Rp.1000 (belum ribuan masih
ratusan).

2.4 Pedoman dalam Memilih Metode Penentuan Harga yang Tepat


2.4.1 Metode-metode Penetapan Harga

9
Apabila tujuan penetapan harga dasar telah dipikirkan dan
telah dilakukan kajian terhadap permintaan, biaya, harga dan biaya
peluang, dan faktor-faktor relevan lainnya, para pemasar jasa perlu
mempertimbangkan metode-metode semacam itu sangat bervariasi
dalam sektor jasa dan umumnya meliputi, (Payne, 1993):
1. Penetapan harga cost-plus, di mana ditentukan persentase mark
up tertentu.
2. Rate of return pricing, di mana harga ditentukan untuk
mendapatkan ROI, ROA tertentu yang dinamakan “target
return” pricing.
3. Competitive parity Pricing, harga yang ditetapkan bersumber
dari harga yang ditetapkan oleh market leader.
4. Loss Leading Pricing, tujuan penetapan harga yaitu agar
menetapkan posisi perusahaan jasa di pasar sehingga
memberikan peluang untuk penjualan silang, metode ini
digunakan dalam jangka pendek.
5. Value based pricing, di mana harga yang ditetapkan
berdasarkan dengan apa yang dipersepsikan oleh konsumen
untuk manfaat dari produk yang ditawarkan. Pendekatan ini
ditentukan oleh market driven yang bertujuan untuk
menguatkan positioning bisnis jasa.
6. Relationship pricing, di mana harga yang ditetapkan melihat
keuntungan potensial di masa mendatang yang mengalir
selama masa hidup pelanggan.

Jelaslah bahwa cost plus pricing tidak dapat diterima, para


pelanggan tertarik dengan biaya mereka sendiri dan tidak tertarik
dengan biaya para pemasoknya. Biaya dalam kebanyakan bisnis
jasa bisa sangat sulit diperkirakan karena perusahaan-perusahaan
menawarkan berbagai jasa yang umumnya memanfaatkan sumber
daya yang sama. Kita berpendapat bahwa relationship pricing

10
merupakan bentuk penetapan harga yang sesuai jika ada kontak
berkesinambungan antara penyedia jasa dengan pelanggannya.
Relationship pricing mirip dengan value-based pricing yang
merupakan pendekatan berorientasi pasar, tetapi memperhitungkan
nilai masa hidup pelanggan. Ini berdasarkan pertimbangan nilai
semua jasa yang disediakan kepada pelanggan dan membuat
penilaian atas keuntungan potensial yang bakal mengalir selama
periode waktu tertentu (masa hidup pelanggan). Sementara value-
value pricing yang menekankan manfaatmanfaat mengarahkan
filosofi penetapan harga ini, dan memungknkan perusahaan untuk
menggunakan loss leader, competitive atau marginal costing pada
saat-saat yang tepat, pada jasa-jasa yang relevan, baik untuk tujuan
strategi maupun tujuan taktis.

Metode penetapan harga oleh Kotler (1997) dibagi menjadi


beberapa bagian, diantaranya adalah:

1. Penetapan Harga Penawaran Tertutup


Tujuan penetapan harga adalah untuk mendapatkan tender
kontrak dan juga diharapkan tidak mengikuti harga yang
ditetapkan tersebut, sehingga sifatnya tertutup. Penetapan harga
yang berdasarkan penawaran tertutup ini antara lain
dipergunakan pada kondisi persaingan dimana perusahaan-
perusahaan berusaha melayani melalui tender.
2. Penetapan Harga Mark-Up
Harga mark-up merupakan biaya per unit dibagi dengan satu
setelah dikurangi pengembalian penjualan. Perusahaan
cenderung menetapkan harga mark-up dengan maksud untuk
mendapatkan laba maksimum. Hal ini terutama dimaksudkan
untuk segera mengembalikan biaya produksi yang telah
dikeluarkannya.
3. Penetapan Harga Berdasarkan Sasaran Pengembalian

11
Rumusan dari titik impas atau titik pengembalian adalah biaya
tetap dibagi dengan harga setelah dikurangi dengan biaya
variabelnya. Jika perusahaan ingin segera mengembalikan
investasi usahanya, maka harga produk yang dihasilkan
cenderung dibuat tinggi. Sebaliknya, jika harga yang ditetapkan
rendah, maka perputaran investasi atau pengembalian investasi
akan lama dan rendah pula.
4. Penetapan Harga Berdasarkan Nilai yang Diyakini
Penetapan harga nilai yang diyakini cenderung melihat pada
persepsi konsumen terhadap produk yang dihasilkan
perusahaan. Jika produk tersebut memiliki persepsi yang baik
dari segi mutu maupun bentuk, maka harga yang ditetapkan
dapat diciptakan berdasarkan persepsi tersebut. Dengan
demikian, produsen mempunyai kecenderungan untuk
mengabaikan biaya produksi, karena persepsi konsumen
tentang produk dapat mewakili segala biaya produksi yang
telah dikeluarkan perusahaan. Penetapan harga dengan
berdasarkan nilai yang diyakini, pada intinya menentkukan
secara tepat persepsi pasar atas nilai penawaran perusahaan.
5. Penetapan Harga Berdasarkan Harga yang Berlaku
Penetapan harga berdasarkan harga yang berlaku, cenderung
membuat perusahaan memperhatikan dengan saksama harga
yang diberlakukan oleh pesaing. Dengan demikian, jika
pesaing tinggi maka pihak perusahaan akan cenderung
mengikuti harga yang terjadi tersebut. Sebaliknya, jika harga
pesaing rendah, maka kebijakan harga perusahaan cenderung
ikut rendah pula. Hal ini dimaksudkan, agar perusahaan akan
tetap mendapatkan keuntungan seeperti yang telah didapat oleh
pesaing-pesaingnya. Dengan demikian, jika harga yang
ditetapkan diluar dari harga pasar meliputi harga pesaingnya
maka akan berakibat pada kerugian perusahaan itu sendiri,

12
karena konsumen akan bertindak secara rasional di dalam
memutuskan produk yang akan dikonsumsi berdasarkan harga
produknya.
6. Memilih Harga Terakhir
Dalam memilih harga akhir terdapat tiga alteratif diantaranya
adalah:
a. Penetapan Harga Psikologis
Untuk penetapan harga psikologis, perusahaan cenderung
memanfaatkan kondisi psikologis konsumen, di samping
kondisi ekonominya. Misalnya yang populer adalah
penggunaan harga yang sifatnya ganjil, tetapi harga tersebut
tidak jauh berbeda dengan harga yang diharapkannya.
Penetapan Rp.49.999 akan lebih menarik konsumen,
daripada harga Rp. 5000. Mengingat dibenak konsumen
harga ynag pertama adalah lebih murah daripada harga
yang kedua tersebut.
b. Penetapan Harga Berdasarkan Kebijakan Perusahaan
Merupakan harga yang didasarkan atas pertimbangan dari
perusahaan sesuai dengan tujuan dan kepentingan
perusahaan. Hal ini dimaksudkan, untuk mengembangkan
kebijakan harga pada khususnya dan kebiajkan pemasaran
pada umumnya.
c. Pengaruh Bauran Pemasaran
Pengaruh unsur bauran pemasaran terhadap harga berakitan
dengan bauran pemasaran yang dimanfaatkan oleh
perusahaan. Dengan demikian harga yang ditetapkan akan
dikaitkan dengan mutu produk, saluran distribusi dan biaya
promosi. Mengaitkan harga dengan variabel bauran
promosi adalah sangat penting, karena setiap variabel
memerlukan biaya. Biaya tersebut tidak lain adalah bagian
dari biaya produksi.

13
Metode atau taktik mana yang akan dipilih perusahaan
daam mentepakan harga jasa sangat tergantung dari banyak hal,
karena memamng tidak ada satupun metode yang tepat untuk
semua kondisi. Hal-Hal tersebut di antaranya:

1. Besarnya Anggaran Iklan atau Promosi yang Diinginkan


Jika anggaran promosi rendah mungkin karena harga barang
atau jasa rendah. Untuk meningkatkan promosi maka harga
harus ditingktakan.
2. Jenis Produk
Harga produk sebaiknya kompetitif.
3. Sasaran Pangsa Pasar
Pangsa pasar dan harga biasnya berbanding terbalik . Jiak ingin
pangsa pasar yang tinggi maka harga harus rendah, begitu juga
sebaliknay.
4. Saluran Pemasraan (Distribusi)
Semakin banyak tingkaykan saluran pemasaran, maka harga
yang diterapkan semakin tinggi.
5. Pandangan tentang Laba
Jika perusahaan ingin menutup biaya maka harga awal
hendaknya tnggi, sementara untuk memlihara penjualan jangka
panjang maka harga hendaknya ditetapkan rendah.
6. Keragaman atau Keunikan Produk
Produk yang mempunyai banyak fungsi dapt dikenakan harga
yang tinggi daripada produk dengan satu fungsi.
7. Ada atau Tidaknya Jasa Tambahan
Dalam produk ada kalanya kita menemukan jasa tambahan.
Contoh: instalasi dan pelatihan.
8. Siklus Hidup Penggunaan Produk
Produk yang tahan lama dapat dikenakan harga yang lebih
tinggi daripada produk sekali pakai.

14
9. Amortisasi Investasi
Penutupan investasi dapat dilakukan secara cepat dengan
menggunakan harga yang tinggi daripada harga yang rendah.
10. Ancaman Pesaing Baru
11. Jika ancaman persaingan muncul, sebaiknya mentapkan harga
yang rendah. Jika tidk ada ancaman, gunakan penentuan harga
skimming.

2.4.2 Perumusan Strategi Penentuan Harga


1. Seberapa Besar Seharusnya Jasa Dihargai
a. Biaya-biaya apa saja yang ingin ditutup perusahaan
b. Seberapa sensitifkah pelanggan terhadap perubahan harga
c. Berapa harga yang ditetapkan pesaing
d. Berapa diskon yang harus dipasang dari harga dan layanan
jasa
e. Apakah diperlukan melakukan penentuan harga
berdasarkan efek psikologis
2. Apakah ang Harus Dijadikan Dasar dalam Penentuan Harga
a. Pelaksanaan terhadap tugas yang spesifik
b. Hak atau izin masuk kedalam pelayanan jasa
c. Sakala unit waktu
d. Persentase komisi dan nilai transaksi
e. Sumber daya fisik yang dikonsumsi
f. Ruang lingkup geografis yang dicakup
g. Berat atau ukuran objek yang di berikan pelayanan
3. Siapa ang Seharusnya Menerima tau Menagih Pembayaran dari
Konsumen
a. Perusahaan penyedia jasa layanan
b. Perantara
c. Bagaimana sistem kompensasi untuk perantara atas
tugasnya ini flat fee atau persentase komisi

15
4. Dimana Seharusnya Pembayaran Dilakukan
a. Dilokasi tempat layanan jasa tersebut berlangsung
b. Sebuah outlet riel yang nyaman atau perantara dibidang
keuangan
c. Kediaman si pembeli jasa
5. Kapan seharusnya pembayaran di lakukan
a. Sebelum atau sesudah terjadinya transaksi layanan jasa
tersebut
b. Pada pagi, siang, sore atau malam hari
c. Pada hari yang manakah dalam seminggu
6. Bagaimanakah Seharusnya Cara Pembayaran Dilakukan
a. Tunai
b. Menggunakan bukti
c. Kartu kredit
d. Cek
e. Electronic funds transfer
f. Voucher
g. Pembayaran kepada pihak ketiga
7. Bagaimana Seharusya Penentuan Harga Dikomunikasikan
Kepada Pasar Sasaran
a. Melalui media komunikasi apa
b. Pesan apa yang dikandung

BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan

16
Strategi penetapan harga adalah tahapan dimana perusahaan
mengklasifikasikan dan menggolongkan produk atau jasa yang
dihasilkannya merupakan ‘produk baru’ yang belum memiliki konsumen
loyal/tetap atau ‘produk yang telah beredar’ yang telah memiliki pangsa
pasar tersendiri. Strategi penetapan harga ini juga berhubungan dengan
siklus kehidupan produk (Product Life Cycle) dimana suatu produk
memiliki empat tahapan utama yakni (1) perkenalan, (2) pertumbuhan, (3)
kematangan, dan (4) penurunan. Secara khusus strategi penetapan harga
ini terdiri dari produk baru dalam menetapkan strategi penetapan harga
yang efektif untuk produk baru atau tahap perkenalan ini terdapat dua
alternatif strategi penetapan harga, yaitu:
1. Harga Mengapung (Skimming Price)
2. Harga Penetrasi
Selain strategi dan taktik yang telah diuraikan sebelumnya, dalam
pemasaran secara umum terdapat strategi penentuan harga:
1. Skimming pasar (market skimming)
2. Penentuan harga penetrasi (penetration pricing)
3. Penentuan harga prestise dan ekonomi (prestige and economy pricing)
4. Penentuan harga majemuk (multiple pricing)
5. Penentuan harga ganjil (odd pricing)
Metode penetapan harga oleh Kotler (1997) dibagi menjadi
beberapa bagian, diantaranya adalah:

1. Penetapan Harga Penawaran Tertutup


2. Penetapan Harga Mark-Up
3. Penetapan Harga Berdasarkan Sasaran Pengembalian
4. Penetapan Harga Berdasarkan Nilai yang Diyakini
5. Penetapan Harga Berdasarkan Harga yang Berlaku
6. Memilih Harga Terakhir
Dalam memilih harga akhir terdapat tiga alteratif diantaranya adalah:
a. Penetapan Harga Psikologis

17
b. Penetapan Harga Berdasarkan Kebijakan Perusahaan
c. Pengaruh Bauran Pemasaran

DAFTAR PUSTAKA

18
Kotler, Philip.1997, Marketing Management: Analisis, Planning, Implementation,
and Control. Seventh Edition, Prentice Hall International, Inc. A. Division
of Simon & Scutter, Englewood Cliffs, Nj07632
Lupiyoadi, Rambat.2006.Manajemen Pemasaran Jasa.Jakarta: Salemba Empat
Nirwana.2004.Prinsip-prinsip Pemasaran Jasa.Dioma: Malang
Halim Fitra, Ardhariksa Zukhruf Kurniullah, Marisi Butarbutar Efendi, Andriasan
Sudarso, Bonaraja Purba, Darwin Lie Sisca, Hengki Mangiring Parulian
Simarmata Lalu Adi Permadi, Vina Novela.2021, Manajemen Pemasaran
Jasa.Sumatera Utara: Yayasan Kita Menulis.

19

Anda mungkin juga menyukai