Disusun Oleh
JURUSAN MANAJEMEN
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan berbagai
pihak, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
sumber-sumber dan Dosen Manajemen Pemasaan Jasa STIE Riau yaitu Diana Sri
Dewi, S.E,. M.Si yang telah memberikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, keritik dan saran yang dapat membangun demi makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.
Amin
Penyusun
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………..… i
DAFTAR ISI……………………………………………………….…… ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Simpulan…………………………………………………….. 17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
distibusi. Penyalur, tenaga penjualan, distributor, pesaing, dan pelanggan
semuanya di pengaruhi oleh sistem penentuan harga.
Keputusan dalam penentuan harga terhadap jenis jasa yang baru
harus mepertimbangkan berbagai aspek yang berkaitan. Juga, harga
tertentu yang dibebankan kepada siapa jasa tersebut di jual. Nilai suatu
jasa tidak ditentukan oleh harga, melainkan oleh manfaat yang pembeli
dapatkan ketika mengonsumsi jasa tersebut relatif terhadap biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh layanan jasa tersebut, dan harga dari jasa
yang bersifat alternatif yang dimiliki kompetitor.
Jasa memikili nilai intristik bagi pelanggan dan hal ini adalah lebih
baik dari sekedar mempertimbangkan biaya dalam meluncurkan produk
jasa tersebut, dimana hal tersebut harus dipertimbangkan dengan lebih
matang dalam kebijakan penentuan harga. Penentuan harga harus
dipandang dari perspektif yang berorientasi ke pasar.
1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui stategi penentuan harga jasa.
2. Untuk mengetahui taktik penentuan harga jasa.
3. Untuk mengetahui pedoman dalam memilih metode penentuyan harga
jasa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Strategi Penentuan Harga
Pada tabel 2.2 diuraikan tentang strategi yang digunakan bisnis jasa
untuk menentukan harga suatu produk, yang meliputi:
Table 2.2 : Strategi Penentuan Harga, (Lupiyoadi, 2013)
4
Tabel 2.3 : Taktik Penentuan Harga, (Lupiyoadi, 2013)
5
tersebut.
6. Penentuan harga Penentuan harga didasarkan pada
relasional pertimbanganpertimbangan atas seluruh jasa yang
(relationship disediakan untuk konsumen dan atas potensi
pricing) keuntungan di masa depan dalam jangka waktu
tertentu, sering kali dalam seluruh hidup konsumen.
Penentuan harga relasional merupakan pendekatan
berorientasi pada pasar (market-oriented approach)
dari penentuan harga berdasarkan nilai. Penentuan
harga berdasarkan nilai bertujuan untuk membantu
memposisikan jasa dan menampilkan fakta di mana
para konsumen mau membayar lebih untuk manfaat
yang dirasakan oleh produk utama dan produk
sampingan. Sebuah pendekatan yang biasanya
digunakan perusahaan untuk meningkatkan produk
sampingan dan mencapai peningkatan harga adalah
dengan jaminan jasa yang tidak bersyarat.
7. Penentuan harga Teknik penentuan harga ini lebih bersifat fleksibel, di
fleksibel (flexible mana dipengaruhi faktor bisnis jasa tersebut. Contoh:
pricing) jasa hotel akan menetapkan harga yang berbeda pada
musim yang berbeda.
8. Penentuan harga Teknik penentuan harga ini membedakan harga dari si
dengan ciri pengambil keputusan pada saat membeli jasa.
tersendiri
(discrete pricing)
9. Penentuan harga Teknik penentuan harga di bawah harga standar. Oleh
dengan diskon karena itu, perusahaan jasa memerlukan adanya jasa
(discount pricing) perantara agen, ataupun broker di mana mereka perlu
mendapatkan komisi.
10. Penentuan harga Penentuan harga dengan adanya perbedaan teknik
dengan dasar adalah dengan menetapkan harga yang murah
6
mengalihkan pada jasa inti. Sementara itu, jasa lain yang bersamaan
(diversionary dengan konsumsi jasa tersebut dibuat standar atau
pricing) lebih tinggi. Hampir sama dengan taktik ini adalah
penentuan harga manfaat kotor (gross-benefit pricing),
di mana harga ditentukan di bawah biaya total untuk
satu produk di dalam lini produk, tetapi relatif tinggi
untuk produk lain yang berfungsi sebagai barang
komplementer langsung dalam lini produk tersebut.
11. Penentuan harga Teknik penentuan harga di mana penyedia jasa
dengan jaminan memberikan jaminan akan produknya, namun dengan
(guarantee harga relatif lebih mahal.
pricing)
12. Penentuan harga Teknik penentuan harga di mana penyedia jasa
dengan memberikan dan berani mempertahankan harga yang
mempertahan kan tinggi. Sebab, jika harga turun maka reputasi akan ikut
harga yang tinggi turun.
(high price
maintenance
pricing)
13. Penentuan harga Penentuan harga di mana penyedia jasa menentukan
saat ramai (peak harga jasa lebih mahal pada saat ramai (peak) karena
load pricing) biaya yang lebih tinggi yang harus ditanggung oleh
produsen ketika masa ramai/sibuk daripada masa sepi.
14. Penentuan harga Teknik penentuan harga dengan adanya beberapa
tersembunyi komponen harga yang “disembunyikan”. Harga yang
(offset pricing) tertera tidak seluruhnya merupakan harga akhir yang
harus dibayar oleh konsumen.
15. Diskriminasi Teknik penentuan harga dengan menjual setiap unit
harga derajat dari sebuah produk jasa dengan terpisah dan
pertama (first- mengenakan harga tertinggi yang memungkin untuk
degree price setiap jasa yang ditawarkan. Contohnya dengan asumsi
7
discrimination) bahwa si penyedia jasa mengenal konsumennya, maka
UI akan menetapkan SPP yang mahal kepada mereka
yang mampu dan memberikan keringanan bagi mereka
yang kurang mampu.
16. Diskriminasi Penentuan harga yang seragam pada jasa diukur dalam
harga derajat satuan kuantitas tertentu dan harga yang lebih murah
kedua (second- (atau lebih tinggi) lagi pada setiap tambahan satuan
degree price kuantitas dalam masa konsumsi yang sama, dan
discrimination) seterusnya demikian. Contoh: tarif progresif pajak dan
adanya perbedaan tarif dasar listrik berdasarkan satuan
kwh.
17. Diskriminasi Penentuan harga yang berbeda pada jasa yang sama
harga derajat dalam pasar yang berbeda hingga pendapatan marginal
ketiga (third- dari layanan/jasa terakhir yang dijual di setiap pasar
degree price yang berbeda sama dengan biaya marginal dari jasa
discrimination) tersebut. Contoh: perbedaan harga yang dikenakan
oleh jasa penerbangan, yaitu adanya tarif regular dan
tarif khusus.
18. Tarif dua bagian Penentuan harga di mana konsumen membayar biaya
(two-part tariff) awal untuk hak mengkonsumsi jasa tersebut dan
membayar pula biaya penggunaan untuk setiap jasa
yang mereka konsumsi. contoh: biaya pemakaian
telepon. Adanya biaya abonemen dan selanjutnya
konsumen membayar pulsa untuk setiap
pemakaiannya.
19. Penentuan harga Strategi penentuan harga di mana menjual satu atau
paket (bundling lebih produk jasa sebagai sebuah paket. Contoh:
pricing) adanya jenis makanan pembuka, makanan utama, dan
makanan penutup yang ditawarkan oleh restoran hotel;
paket perjalanan wisata; dan lain-lain.
8
Selain strategi dan taktik yang telah diuraikan sebelumnya, dalam
pemasaran secara umum terdapat strategi penentuan harga:
9
Apabila tujuan penetapan harga dasar telah dipikirkan dan
telah dilakukan kajian terhadap permintaan, biaya, harga dan biaya
peluang, dan faktor-faktor relevan lainnya, para pemasar jasa perlu
mempertimbangkan metode-metode semacam itu sangat bervariasi
dalam sektor jasa dan umumnya meliputi, (Payne, 1993):
1. Penetapan harga cost-plus, di mana ditentukan persentase mark
up tertentu.
2. Rate of return pricing, di mana harga ditentukan untuk
mendapatkan ROI, ROA tertentu yang dinamakan “target
return” pricing.
3. Competitive parity Pricing, harga yang ditetapkan bersumber
dari harga yang ditetapkan oleh market leader.
4. Loss Leading Pricing, tujuan penetapan harga yaitu agar
menetapkan posisi perusahaan jasa di pasar sehingga
memberikan peluang untuk penjualan silang, metode ini
digunakan dalam jangka pendek.
5. Value based pricing, di mana harga yang ditetapkan
berdasarkan dengan apa yang dipersepsikan oleh konsumen
untuk manfaat dari produk yang ditawarkan. Pendekatan ini
ditentukan oleh market driven yang bertujuan untuk
menguatkan positioning bisnis jasa.
6. Relationship pricing, di mana harga yang ditetapkan melihat
keuntungan potensial di masa mendatang yang mengalir
selama masa hidup pelanggan.
10
merupakan bentuk penetapan harga yang sesuai jika ada kontak
berkesinambungan antara penyedia jasa dengan pelanggannya.
Relationship pricing mirip dengan value-based pricing yang
merupakan pendekatan berorientasi pasar, tetapi memperhitungkan
nilai masa hidup pelanggan. Ini berdasarkan pertimbangan nilai
semua jasa yang disediakan kepada pelanggan dan membuat
penilaian atas keuntungan potensial yang bakal mengalir selama
periode waktu tertentu (masa hidup pelanggan). Sementara value-
value pricing yang menekankan manfaatmanfaat mengarahkan
filosofi penetapan harga ini, dan memungknkan perusahaan untuk
menggunakan loss leader, competitive atau marginal costing pada
saat-saat yang tepat, pada jasa-jasa yang relevan, baik untuk tujuan
strategi maupun tujuan taktis.
11
Rumusan dari titik impas atau titik pengembalian adalah biaya
tetap dibagi dengan harga setelah dikurangi dengan biaya
variabelnya. Jika perusahaan ingin segera mengembalikan
investasi usahanya, maka harga produk yang dihasilkan
cenderung dibuat tinggi. Sebaliknya, jika harga yang ditetapkan
rendah, maka perputaran investasi atau pengembalian investasi
akan lama dan rendah pula.
4. Penetapan Harga Berdasarkan Nilai yang Diyakini
Penetapan harga nilai yang diyakini cenderung melihat pada
persepsi konsumen terhadap produk yang dihasilkan
perusahaan. Jika produk tersebut memiliki persepsi yang baik
dari segi mutu maupun bentuk, maka harga yang ditetapkan
dapat diciptakan berdasarkan persepsi tersebut. Dengan
demikian, produsen mempunyai kecenderungan untuk
mengabaikan biaya produksi, karena persepsi konsumen
tentang produk dapat mewakili segala biaya produksi yang
telah dikeluarkan perusahaan. Penetapan harga dengan
berdasarkan nilai yang diyakini, pada intinya menentkukan
secara tepat persepsi pasar atas nilai penawaran perusahaan.
5. Penetapan Harga Berdasarkan Harga yang Berlaku
Penetapan harga berdasarkan harga yang berlaku, cenderung
membuat perusahaan memperhatikan dengan saksama harga
yang diberlakukan oleh pesaing. Dengan demikian, jika
pesaing tinggi maka pihak perusahaan akan cenderung
mengikuti harga yang terjadi tersebut. Sebaliknya, jika harga
pesaing rendah, maka kebijakan harga perusahaan cenderung
ikut rendah pula. Hal ini dimaksudkan, agar perusahaan akan
tetap mendapatkan keuntungan seeperti yang telah didapat oleh
pesaing-pesaingnya. Dengan demikian, jika harga yang
ditetapkan diluar dari harga pasar meliputi harga pesaingnya
maka akan berakibat pada kerugian perusahaan itu sendiri,
12
karena konsumen akan bertindak secara rasional di dalam
memutuskan produk yang akan dikonsumsi berdasarkan harga
produknya.
6. Memilih Harga Terakhir
Dalam memilih harga akhir terdapat tiga alteratif diantaranya
adalah:
a. Penetapan Harga Psikologis
Untuk penetapan harga psikologis, perusahaan cenderung
memanfaatkan kondisi psikologis konsumen, di samping
kondisi ekonominya. Misalnya yang populer adalah
penggunaan harga yang sifatnya ganjil, tetapi harga tersebut
tidak jauh berbeda dengan harga yang diharapkannya.
Penetapan Rp.49.999 akan lebih menarik konsumen,
daripada harga Rp. 5000. Mengingat dibenak konsumen
harga ynag pertama adalah lebih murah daripada harga
yang kedua tersebut.
b. Penetapan Harga Berdasarkan Kebijakan Perusahaan
Merupakan harga yang didasarkan atas pertimbangan dari
perusahaan sesuai dengan tujuan dan kepentingan
perusahaan. Hal ini dimaksudkan, untuk mengembangkan
kebijakan harga pada khususnya dan kebiajkan pemasaran
pada umumnya.
c. Pengaruh Bauran Pemasaran
Pengaruh unsur bauran pemasaran terhadap harga berakitan
dengan bauran pemasaran yang dimanfaatkan oleh
perusahaan. Dengan demikian harga yang ditetapkan akan
dikaitkan dengan mutu produk, saluran distribusi dan biaya
promosi. Mengaitkan harga dengan variabel bauran
promosi adalah sangat penting, karena setiap variabel
memerlukan biaya. Biaya tersebut tidak lain adalah bagian
dari biaya produksi.
13
Metode atau taktik mana yang akan dipilih perusahaan
daam mentepakan harga jasa sangat tergantung dari banyak hal,
karena memamng tidak ada satupun metode yang tepat untuk
semua kondisi. Hal-Hal tersebut di antaranya:
14
9. Amortisasi Investasi
Penutupan investasi dapat dilakukan secara cepat dengan
menggunakan harga yang tinggi daripada harga yang rendah.
10. Ancaman Pesaing Baru
11. Jika ancaman persaingan muncul, sebaiknya mentapkan harga
yang rendah. Jika tidk ada ancaman, gunakan penentuan harga
skimming.
15
4. Dimana Seharusnya Pembayaran Dilakukan
a. Dilokasi tempat layanan jasa tersebut berlangsung
b. Sebuah outlet riel yang nyaman atau perantara dibidang
keuangan
c. Kediaman si pembeli jasa
5. Kapan seharusnya pembayaran di lakukan
a. Sebelum atau sesudah terjadinya transaksi layanan jasa
tersebut
b. Pada pagi, siang, sore atau malam hari
c. Pada hari yang manakah dalam seminggu
6. Bagaimanakah Seharusnya Cara Pembayaran Dilakukan
a. Tunai
b. Menggunakan bukti
c. Kartu kredit
d. Cek
e. Electronic funds transfer
f. Voucher
g. Pembayaran kepada pihak ketiga
7. Bagaimana Seharusya Penentuan Harga Dikomunikasikan
Kepada Pasar Sasaran
a. Melalui media komunikasi apa
b. Pesan apa yang dikandung
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
16
Strategi penetapan harga adalah tahapan dimana perusahaan
mengklasifikasikan dan menggolongkan produk atau jasa yang
dihasilkannya merupakan ‘produk baru’ yang belum memiliki konsumen
loyal/tetap atau ‘produk yang telah beredar’ yang telah memiliki pangsa
pasar tersendiri. Strategi penetapan harga ini juga berhubungan dengan
siklus kehidupan produk (Product Life Cycle) dimana suatu produk
memiliki empat tahapan utama yakni (1) perkenalan, (2) pertumbuhan, (3)
kematangan, dan (4) penurunan. Secara khusus strategi penetapan harga
ini terdiri dari produk baru dalam menetapkan strategi penetapan harga
yang efektif untuk produk baru atau tahap perkenalan ini terdapat dua
alternatif strategi penetapan harga, yaitu:
1. Harga Mengapung (Skimming Price)
2. Harga Penetrasi
Selain strategi dan taktik yang telah diuraikan sebelumnya, dalam
pemasaran secara umum terdapat strategi penentuan harga:
1. Skimming pasar (market skimming)
2. Penentuan harga penetrasi (penetration pricing)
3. Penentuan harga prestise dan ekonomi (prestige and economy pricing)
4. Penentuan harga majemuk (multiple pricing)
5. Penentuan harga ganjil (odd pricing)
Metode penetapan harga oleh Kotler (1997) dibagi menjadi
beberapa bagian, diantaranya adalah:
17
b. Penetapan Harga Berdasarkan Kebijakan Perusahaan
c. Pengaruh Bauran Pemasaran
DAFTAR PUSTAKA
18
Kotler, Philip.1997, Marketing Management: Analisis, Planning, Implementation,
and Control. Seventh Edition, Prentice Hall International, Inc. A. Division
of Simon & Scutter, Englewood Cliffs, Nj07632
Lupiyoadi, Rambat.2006.Manajemen Pemasaran Jasa.Jakarta: Salemba Empat
Nirwana.2004.Prinsip-prinsip Pemasaran Jasa.Dioma: Malang
Halim Fitra, Ardhariksa Zukhruf Kurniullah, Marisi Butarbutar Efendi, Andriasan
Sudarso, Bonaraja Purba, Darwin Lie Sisca, Hengki Mangiring Parulian
Simarmata Lalu Adi Permadi, Vina Novela.2021, Manajemen Pemasaran
Jasa.Sumatera Utara: Yayasan Kita Menulis.
19