Anda di halaman 1dari 9

Lex et Societatis, Vol. V/No.

2/Mar-Apr/2017

PENELANTARAN TANAH OLEH PEMEGANG Kata kunci: Penelantaran, tanah, pemegang


HAK ATAS TANAH MENURUT PERATURAN hak.
NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG
PENERTIBAN TANAH TERLANTAR1 PENDAHULUAN
Oleh: Handri Hinonaung2 A. Latar Belakang Penulisan
UUPA dalam Pasal 6 menyebutkan bahwa “
ABSTRAK Semua hak atas tanah mempunyai fungsi
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk sosial”, Pasal 10 mewajibkan para pemegang
mengetahui bagaimana implementasi hak atas tanah mengerjakan dan
penertiban tanah terlantar dalam peraturan mengusahakan sendiri secara aktif, Pasal 15
kepala BPN Nomor 4 tahun 2010 dan mewajibkan kepada pemegang hak atas tanah
bagaimana akibat hukum terhadap pemilik Hak untuk memelihara, menambah, dan menjaga
atas Tanah yang diterlantarkan. Dengan kelestarian tanahnya. Hal ini juga diikuti dengan
menggunakan metode penelitian yuridis ketentuan sanksi yaitu pada Pasal 27 huruf a
normatif, disimpulkan: 1. Implementasi angka 3, Pasal 34 huruf e, dan Pasal 40 huruf e
penertiban tanah terlantar yang diatur dalam yang menentukan bahwa semua hak atas tanah
peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional di tersebut akan hapus dan jatuh ke tangan
awali dengan melakukan inventarisasi, negara apabila tanah tersebut ditelantarkan.
penelitian oleh panitia yang terdiri dari Kanwil Upaya yuridis yang dilakukan pemerintah
BPN, Pemerintah Daerah, dan instansi yang untuk menertibkan tanah yang ditelantarkan,
berkaitan dengan peruntukan tanahnya yang dalam arti belum dimanfaatkan sesuai dengan
mempunyai wewenang untuk melakukan sifat dan tujuan pemberian haknya, Pemerintah
identifikasi dan penelitian tanah terindakasi mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11
terlantar . Sedangkan penetapan tanah Tahun 2010 tentang Penertiban dan
terlantar merupakan kewenangan Kepala Pendayagunaan Tanah Terlantar yang
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. diundangkan pada tanggal 22 Januari 2010.
2. Akibat hukum terhadap pemilik Hak atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010
Tanah yang diterlantarkan adalah secara mengatur tentang obyek penertiban tanah
yuridis, dilarang menelantarkan tanah terlantar, identifikasi dan penelitian,
sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan yang peringatan, penetapan tanah terlantar,
mengatur mengenai kewajiban bagi pemegang pendayagunaan tanah negara bekas tanah
hak atas tanah (Pasal 6, 7, 10, 15,19 UUPA) terlantar.
yang merupakan asas-asas yang ada dalam Sudut pandang kaijian hukum normatif,
UUPA. Pelaksanaan hak yang tidak sesuai terjadi kekaburan norma mengenai mekanisme
dengan tujuan haknya atau peruntukannya kewenangan dalam melakukan penertiban
maka kepada pemegang hak akan dijatuhi tanah terlantar yang melibatkan berbagai pihak
sanksi yaitu hak atas tanah itu akan dibatalkan yaitu Badan Pertanahan Nasional dan unsur
dan berakibat berakhirnya hak atas tanah. instansi terkait sebagaimana diatur dalam Pasal
Selanjutnya secara sosiologis tanah sangat erat 5 ayat (1) yang menentukan bahwa identifikasi
melekat dan dibutuhkan oleh rakyat, karena dan penelitian sebagaimana dimaksud dalam
tanah menjadi sumber penghidupan mereka Pasal 4 ayat (2) dilaksanakan oleh Panitia.
yaitu untuk tempat tinggal mereka, untuk Kemudian dalam Pasal 5 ayat (2) ditentukan
tumbuh dan berkembangnya keluarga dan susunan keanggotaan Panitia sebagaimana
tanah dipakai untuk memenuhi kebutuhan dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur Badan
ekonomi mereka, itu sebabnya menelantarkan Pertanahan Nasional dan unsur instansi terkait
tanah dilarang. yang diatur oleh Kepala. Disamping itu
ketentuan tentang pendayagunaan tanah
negara bekas tanah terlantar tidak diikuti
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Merry E. Kalalo,
dengan aturan yang mengatur mengenai
SH, MH; Roy V. Karamoy, SH, MH mekanisme atau prosedur pendayagunaan
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. tanah terlantar, sebagaimana termuat dalam
120711186

115
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

Pasal 15 ayat (2) yang menentukan bahwa Kantor Pertanahan, atau dari laporan
Peruntukan dan pengaturan peruntukan, dinas/instansi lainnya, laporan tertulis dari
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan masyarakat, atau pemegang hak.Inventarisasi
pemanfaatan tanah negara bekas tanah tanah terindikasi terlantar meliputi Hak Milik,
terlantar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak
dilaksanakan oleh Kepala. Pakai, dan Hak Pengelolaan, tanah yang telah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka memperoleh dasar penguasaan dari pejabat
penelitian dalam skripsi ini berjudul yang berwenang sejak diterbitkan
“Penelantaran tanah oleh pemegang hak atas izin/keputusan /surat dasar penguasaan tanah
tanah menurut Peraturan Nomor 4 Tahun 2010 tersebut. Kegiatan inventarisasi ini dilaksanakan
Tentang Penertiban Tanah Terlantar”. melalui9:
1. Pengumpulan data mengenai tanah yang
B. Perumusan Masalah terindikasi terlantar meliputi data tekstual
1. Bagaimana implementasi penertiban dan data spasial. a. Data tekstual meliputi
tanah terlantar dalam peraturan kepala nama dan alamat pemegang hak, nomor dan
BPN Nomor 4 tahun 2010? tanggal keputusan pemberian hak, nomor,
2. Bagaimana akibat hukum terhadap tanggal dan berakhirnya sertifikat, letak
pemilik Hak atas Tanah yang tanah, luas tanah, penggunaan tanah, luas
diterlantarkan ? tanah terindikasi terlantar. b. Data spasial
merupakan data grafis berupa peta yang
C. Metode Penelitian dilengkapi dengan koordinat posisi bidang
Dalam melaksanakan penulisan skripsi tanah terindikasi terlantar.
penulis mempergunakan metode penelitian 2. Pengelompokan data tanah terindikasi
yuridis normatif yang artinya suatu pendekatan terlantar yang telah terhimpun menurut
masalah dengan cara penelitian perpustakaan wilayah kabupaten/kota dan jenis hak/dasar
ataupun studi dokumen disebabkan penulisan penguasaan tanah.
ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang 3. Merekapitulasi data hasil inventarisasi
bersifat sekunder yang ada di perpustakaan. menjadi basis data terindikasi terlantar
1. Identifikasi dan Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Tanah terindikasi terlantar yang telah
A. Implementasi Penertiban Tanah Terlantar diinventarisasi ditindaklanjuti dengan
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan identifikasi dan penelitian. Identifikasi dan
Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2010 penelitian dilakukan 3 (tiga) tahun sejak
Berdasarkan PP No.11 Tahun 2010 tentang diterbitkannya sertipikat Hak Milik, Hak Guna
Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai,
Terlantar yang ditindaklanjuti dengan Peraturan serta tanah yang telah memperoleh
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 izin/keputusan/surat dasar penguasaan atas
Tahun 2010 tentang Tata Cara Penertiban tanah dari pejabat yang berwenang terhitung
Tanah Terlantar, penertiban tanah terlantar sejak berakhirnya dasar penguasaan tersebut.10
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Kakanwil BPN menetapkan target tanah hak
1. Inventarisasi tanah hak atau dasar yang terindikasi terlantar, dengan
penguasaan atas tanah yang terindikasi mempertimbangkan lamanya tanah tersebut
terlantar. ditelantarkan dan / atau luas tanah yang
2. Identifikasi dan penelitian tanah terindikasi terindikasi terlantar. Untuk mempercepat
terlantar. proses identifikasi dan penelitian, Kakanwil BPN
3. Peringatan terhadap pemegang hak menyiapkan data dan informasi tanah
4. Penetapan tanah terlantar terindikasi terlantar yang meliputi:
5. Inventarisasi Tanah Terindikasi Terlantar a. Verifikasi data fisik dan data yuridis meliputi
Informasi tanah terindikasi terlantar jenis hak dan letak tanah.
diperoleh dari hasil pemantauan lapangan oleh
9
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional, Yudhi Setiawan, Op Cit, hlm 32
10
Suriansyah Murhaini, Op Cit, hlm 15

116
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

b. Mengecek buku tanah dan/atau warkah dan c. Anggota : 1. Sekretaris Daerah


dokumen lainnya untuk mengetahui Kabupaten/Kota. 2. Dinas/instansi Provinsi
keberadaan pembebanan, termasuk data, yang berkaitan dengan peruntukan
rencana, dan tahapan penggunaan dan tanahnya. 3. Dinas/instansi Kabupaten/Kota
pemanfaatan tanah pada saat pengajuan yang berkaitandengan peruntukan tanahnya.
hak. 4. Kepala Kantor Pertanahan Panitia C
c. Meminta keterangan dari pemegang hak dan melaksanakan sidang panitia dengan
pihak lain yang terkait, apabila pemegang menggunakan konsep laporan hasil
hak/kuasa/wakil tidak memberikan data dan identifikasi dan penelitian yang telah
informasi atau tidak ditempat atau tidak dilaksanakan oleh Kakanwil BPN, dan apabila
dapat dihubungi, maka identifikasi dan diperlukan Panitia C dapat melakukan
penelitian tetap dilaksanakan dengan cara pengecekan lapangan. Panitia C
lain untuk memperoleh data. menyampaikan laporan akhir hasil
d. Melaksanakan pemeriksaan fisik berupa letak identifikasi dan penelitian serta Berita Acara
batas, penggunaan dan pemanfaatan tanah kepada Kepala Kantor Wilayah BPN.
dengan menggunakan tehnologi yang ada. 2. Peringatan
e. Melaksanakan ploting letak penggunaan dan Apabila berdasarkan hasil identifikasi dan
pemanfaatan tanah pada peta pertanahan penelitian dan saran pertimbangan PanitiaC
berdasarkan hasil pemeriksaan fisik. (Berita Acara Panitia C) disimpulkan terdapat
f. Membuat analisis penyebab terjadinya tanah tanah yang diterlantarkan, Kepala Kantor
terlantar antara lain menyangkut Wilayah BPN memberitahukan kepada
permasalahan-permasalahan penyebab pemegang hak dan sekaligus memberikan
terjadinya tanah terlantar, kesesuaian peringatan tertulis pertama, agar dalam jangka
dengan hak yang diberikan, dan kesesuaian waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal
dengan tata ruang. diterbitkannya surat peringatan tersebut,
g. Menyususn laporan hasil identifikasi dan pemegang hak mengusahakan, menggunakan
penelitian. dan memanfaatkan tanahnya sesuai keadaan
h. Kakanwil BPN memberitahukan secara atau sifat dan tujuan pemberian haknya atau
tertulis kepada pemegang hak yangakan dasar penguasaannya. Dalam surat peringatan
dilakukan identifikasi dan penelitian sesuai pertama, disebutkan hal-hal konkrit yang harus
dengan alamat atau domisili pemegang hak. dilakukan pemegang hak dan sanksi yang dapat
i. Apabila pemegang hak tidak diketahui alamat dijatuhkan apabila pemegang hak tidak
atau domisilinya, maka pemberitahuan mengindahkan atau tidak melaksanakan
dilakukan melalui pengumuman di kantor peringatan tersebut.11 Tindakan konkrit yang
Pertanahan dan dilokasi tanah yang harus dilakukan pemegang hak antara lain:
bersangkutan, bahwa tanah tersebut sedang a. Mengusahakan, menggunakan, dan
dalam tahap identifikasi dan penelitian oleh memanfaatkan tanahnya sesuai keadaan
Kakanwil BPN. atau sifat dan tujuan pemberian haknya.
Setelah data hasil identifikasi dan penelitian b. Dalam hal tanah yang digunakan tidak sesuai
dinilai cukup sebagai bahan pengambilan dengan sifat dan tujuan pemberian haknya,
keputusan upaya penertiban, Kakanwil pemegang hak harus mengajukan
membentuk Panitia C yang terdiri dari permohonan perubahan hak atas tanah
unsurKantor Wilayah, Kantor Pertanahan, kepada kepala sesuai dengan peraturan yang
Pemerintah Daerah, dan instansi yang berlaku.
berkaitan dengan peruntukan tanah yang c. Mengajukan permohonan hak untuk dasar
bersangkutan. Susunan keanggotaan Panitia C penguasaan atas tanah mengusahakan,
terdiri dari : menggunakan atau memanfaatkan tanahnya
a. Ketua : Kepala Kantor Wilayah sesuai dengan izin/keputusan/surat dari
b. Sekretaris : Kepala Bidang Pengendalian pejabat yang berwenang.
Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat,
11
merangkap anggota. SF. Marbun, et. al, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum
Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta,2001, hlm. 36

117
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

Apabila pemegang hak tidak melaksanakan Tanah yang telah diusulkan sebagai tanah
peringatan pertama, setelah memperhatikan terlantar dinyatakan dalam kondisi status quo
kemajuan penggunaan dan pemanfaatan tanah sampai terbitnya penetapan tanah terlantar.
pada akhir peringatan pertama, Kakamwil BPN Artinya terhadap tanah tersebut tidak dapat
memberikan peringatan tertulis, kedua dengan dilakukan perbuatan hukum atas tanah. Kepala
jangka waktu yang sama dengan peringatan BPN RI menerbitkan KeputusanPenetapan
pertama. Apabila pemegang hak tidak Tanah Terlantar atas usul Kakanwil BPN,
melaksanakan peringatan kedua, setelah sekaligus memuat hapusnya hak atas tanah,
memperhatikan kemajuan penggunaan dan pemutusan hubungan hukum dan menegaskan
pemanfaatan tanah pada akhir peringatan tanahnya dikuasai langsung oleh negara. Tanah
kedua, Kakanwil BPN memberikan peringatan yang telah ditetapkan sebagai tanah terlantar,
tertulis ketiga yang merupakan peringatan dalam jangka waktu1 (satu) bulan wajib
terakhir dengan waktu sama dengan peringatan dikosongkan oleh bekas pemegang hak. Apabila
kedua. Dalam masa perigatan (pertama, kedua, tanah terlantar tersebut dibebani hak
dan ketiga) pemegang hak wajib melaporkan tanggungan, maka hak tanggungan tersebut
kemajuan penggunaan dan pemanfaatan tanah juga menjadi hapus dengan hapusnya hak atas
secara berkala setiap 2(dua) mingguan kepada tanah yang telah ditetapkan sebagai tanah
Kakanwil BPN dengan tembusan kepada Kepala terlantar
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, dan
dilakukan pemantauan dan evaluasi lapangan B. Akibat Hukum Terhadap Pemilik Hak atas
oleh Kanwil BPN pada setiap akhir peringatan. Tanah yang diterlantarkan
3. Penetapan Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 11
Apabila pada akhir peringatan ketiga, tahun 2010 jo Peraturan Kepala Badan
setelah dilakukan pemantauan dan evaluasi, Pertanahan Nasional Nomor 4 tahun 2010
masih terdapat tanah yang ditelantarkan tentang Penertiban tanah terlantar
(berarti pemegang hak tidak mematuhi memberikan mandat kepada Badan Pertanahan
peringatan tersebut), maka Kepala Kanwil BPN Nasional (BPN) dalam melaksanakan
mengusulkan kepada Kepala BPN RI Agar kebijakannya untuk menertibkan tanah-tanah
bidang tanah tersebut ditetapkan sebagai tanah yang diterantarkan oleh pemiliknya atau yang
terlantar.12 Yang dimaksud tidak mematuhi menguasai. Berkaitan dengan perlindungan
peringatan, adalah apabila : hukum terhadap pemilik hak atas tanah yang
a. seluruh bidang tanah hak tidak digunakan diterlantarkan, perlu kiranya dipertegas
sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian mengenai kriteria tanah terlantar, sehingga
hak. jelas tanah-tanah mana yang termasuk tanah
b. sebagian tanah belum diusahakan sesuai terlantar yang pada akhirnya akan memberikan
dengan Surat Keputusan hak atau dasar jaminan kepastian hukum kepada pemiliknya.13
penguasaan tanah. Menurut ketentuan Pasal 9 ayat (2) UUPA
c. sebagian tanah digunakan tidak sesuai memuat ketentuan yang menyebutkan jaminan
dengan Surat Keputusan hak atau dasar bagi setiap individu memiliki tanah. Mengacu
penguasaan tanah. pada ketentuan tersebut semestinya Badan
d. seluruh tanah telah digunakan tetapi tidak Pertanahan Nasional (BPN) dapat menerbitkan
sesuai dengan Surat Keputusan hak atau dokumen legal untuk kepentingan rakyat.
dasar penguasaan tanah. Namun, kenyataan belum banyak berpihak
e. tidak ada tindak lanjut penyelesaian pada rakyat. Ketidakjelasan aturan
pembangunan. perundangan membuat posisi rakyat
f. tanah dasar pengusaan telah digunakan terpinggirkan. Sengketa tanah di pengadilan
tetapi belum ada permohonan pengajuan meningkat pada 2 dekade terakhir ini dan
hak. lemahnya hukum pertanahan menyebabkan
munculnya mafia-mafia pertanahan, sehingga

13
Irawan Soerodjo,Kepastian Hukum Pendaftaran Tanah,
12
Boedi Harsono, Op Cit, hlm 195 Arloka, Yogyakarta, 2003, hlm 174

118
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

untuk mengatasinya perlu dilakukan dengan Ketidakpastian hukum timbul karena


mengefektifkan fungsi peraturan perundang- perangkat peraturan perundang-undangan
undangan mengenai pertanahan.14 Lebih lanjut yang secara operasional di bidang pertanahan
menururt Irawan Soerodjo, tidak berfungsinya tidak mampu mendukung pelaksanaannya
pendaftaran tanah sebagaimana mestinya karena adanya baik dis-sinkronisasi secara
bukan semata-mata disebabkan karena adanya vertikal maupun horisontal pada perangkat
kekurangan peraturan-peraturan yang peraturan perundang-undangan tersebut meski
mengatur tentang pendaftaran tanah, namun sumber daya manusia dalam hal ini, para
disebabkan karena ada kendala lainnya, yaitu di petugas di Kantor Pertanahan setempat,
samping kekurangan anggaran, alat dan tenaga masyarakat/badan hukum telah secara
serta banyaknya bidang tanah yang tersebar konsisten dan konsekuen mendukung
diwilayah Indonesia, juga disebabkan karena keberadaan peraturan perundang-undangan
adanya, dis-sinkronisasi pada peraturan tersebut. Makin banyaknya, perkara sengketa
perundang-undangan tertulis di bidang tanah disebabkan pula karena masih kurangnya
pertanahan, baik secara vertikal maupun kesadaran ataupun pemahaman masyarakat
horisontal sebagaimana yang akan diuraikan akan undang-undang dan peraturan hukum
berikut ini. Hal tersebut merupakan faktor lainnya di bidang pertanahan, kurang adanya
penyebab yang dapat menimbulkan koordinasi antar instansi yang terkait dengan
ketidakpastian hukum bagi subyek hukum atas masalah tanah tersebut bahkan sering tidak ada
kepemilikan tanah disamping ketidakpastian persepsi yang sama mengenai pengertian-
prosedur hukum.15 pengertian yang terkandung dalam peraturan-
Timbul suatu pertanyaan, dengan cara peraturan pertanahan yang ada juga peraturan-
bagaimana kepastian hukum tersebut dapat peraturan di bidang pertanahan masih banyak
dicapai dan kepada siapa perlindungan hukum yang perlu disempurnakan sehingga tidak
diberikan ? Menurut Subekti, dalam hukum menimbulkan ketidakjelasan. Tujuan Politik
berlaku satu asas, yaitu bahwa kejujuran itu Hukum bukan hanya menjamin keadilan, akan
dianggap ada pada setiap orang, sedangkan tetapi juga menciptakan kepastian hukum.
ketidak jujuran harus dibuktikan.16 Hukum juga Kepastian hukum berkaitan erat dengan
memberi perlindungan absolut dan relatif, efektifitas hukum, sebab jaminan kepastian
karena kepemilikan pada pihak-pihak yang hukum akan timbul, apabila negara memiliki
menduduki tanah tersebut saat ini adalah sarana-sarana yang memadai untuk
kepemilikan kebendaan maupun kepemilikan melaksanakan peraturanperaturan yang ada.18
perorangan. Lebih lanjut menurut pendapat Aliran yang menganggap tujuan hukum adalah
Maria SW. Sumardjono menyatakan bahwa: semata-mata keadilan sebab keadilan itu
"Secara normatif, kepastian hukum itu sendiri sesuatu yang abstrak dan keadilan
memerlukan tersedianya perangkat peraturan bagaimanapun menyangkut nilai etis yang
perundang-undangan yang secara operasional dianut seseorang. Dengan menyatakan bahwa
mampu mendukung pelaksanaannya. Secara tujuan hukum itu untuk pertama-tama adalah
empiric, keberadaan peraturan perundang- untuk menciptakan kepastian hukum, maka
undangan itu perlu dilaksanakan secara perlu dipahami apa yang dimaksud dengan
konsisten dan konsekuen oleh sumber daya kepastian hukum ?. Menurut Van Apeldoorn
manusia pendukungnya.17 ”kepastian hukum", berarti hal yang dapat
ditentukan (bepaalbaarheid) dari hukum, dalam
hal-hal yang konkret. Pihak-pihak pencari
14
Ibid, hlm 175 keadilan (yustisiabelen) ingin mengetahui
15
Ibid, hlm. 176 apakah hukum dalam suatu keadaan atau hal
16
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, cet. tertentu, sebelum ia memulai dengan perkara.
32, Jakarta 2005, hlm. 64
17
Maria SW Sumardjono, Kepastian Hukum Dalam Dampak dan Peluang Bagi Bisnis Properti dan Perbankan,
Pendaftaran Tanah dan Manfaatnya Bagi Bisnis Kabupaten 6 Agustus 1997), hlm 1.
18
Perbankan dan Properti, (makalah disampaikan dalam Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta,
Seminar Kebijaksanaan Naru Di Bidang Pertanahan, 1995, hlm 119

119
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

berarti pula keamanan hukum, artinya bahkan bertentangan dengan peraturan lain
melindungi para pihak terhadap yang relevan yang lebih tinggi tingkatannya
kesewenangwenangan hakim.19 Apabila dilihat (sinkron secara vertikal) ataupun bertentangan
dari sisi lembaga peradilan, maka kepastian dengan peraturan lain yang sejajar
hukum itu tidak lain dari apa yang dapat tingkatannya (sinkron secara horisontal). Hal ini
dan/atau boleh diperbuat oleh seseorang dan disebabkan karena masyarakat luas dapat
sejauh mana seseorang itu dapat bertindak mengetahui tentang materi yang akan diatur
tanpa mendapat hukuman, atau akibat dari dan diberi kesempatan untuk memberikan
perbuatan yang dikehendaki seseorang, tidak masukan yang dapat dipergunakan sebagai
dapat dibatalkan oleh hakim. bahan pertimbangan untuk kelengkapan atau
Berkaitan dengan hal di atas, tiadanya penyempurnaan peraturan itu. Asas ketiga yang
jaminan kepastian hukum karena adanya perlu diperhatikan dalam suatu peraturan
konflik yang timbul sebagai akibat dari dis- perundang-undangan adalah kemanfaatan.
sinkronisasi secara vertical maupun horisontal peraturan akan ditaati karena masyarakat
dalam peraturan perundang-undangan di merasa yakin akan manfaatnya, yakni
bidang pertanahan dapat dijadikan sebagai memberikan kemungkinan tercapainya
landasan bagi subyek hukum untuk kebutuhan dan kepentingannya untuk
memperoleh perlindungan hukum bagi berkembang secara wajar.
kepemilikan hak atas tanahnya, atau Hak-hak subyek hukum atas suatu bidang
bagaimana pihakpihak yang berkepentingan tanah dengan alat bukti berupa suatu sertipikat
dapat mempertahankan haknya. Berdasarkan harus dilindungi mengingat sertipikat hak atas
kepemilikannya tersebut, ia dapat bertindak tanah adalah bukti tertulis yang dibuat oleh
dengan tanpa mendapat hukuman atau hakim Pejabat Umum yang berwenang. Oleh
tidak dapat membatalkan perbuatan yang karenanya menurut Pasal 164 HIR dan Pasal
dilakukannya tersebut. Dalam suatu peraturan 1866 KUH Perdata merupakan bukti otentik
perundang-undangan menurut Maria SW. yang memiliki kekuatan pembuktian sempurna.
Sumardjono harus mencakup 3 (tiga) asas, Dalam Pasal 32 avat (2) Peraturan Pemerintah
yaitu20: Pemenuhan asas keadilan dalam suatu Nomor 24 Tahun 1997 ditentukan dengan tegas
peraturan perundang-undangan belum cukup bahwa sertipikat merupakan Surat tanda bukti
karena masih memerlukan dipenuhinya syarat hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kepastian hukum. Kepastian hukum akan kuat. Sertipikat tanah adalah dokumen formal
tercapai apabila suatu peraturan dirumuskan yang memuat data yuridis dan data pisik yang
secara jelas sehingga tidak menimbulkan dipergunakan sebagai tanda bukti dan alat
penafsiran yang beragam dan dapat menjadi pembuktian bagi seseorang atau badan hukum
pedoman untuk pelaksanaan yang sama, dan (privat atau publik) atas suatu bidang tanah
bahwa peraturan yang ada akan dilaksanakan yang dikuasai atau dimiliki dengan suatu hak
secara konsekwen dan konsisten. Di samping atas tanah tertentu.21 Sebutan "sertipikat" atau
itu kepastian hukum akan tercapai bila certificate (ing), certificaat / certifikaat (bld),
peraturan yang diterbitkan memenuhi adalah merupakan tanda pernyataan atau
persyaratan formal berkenaan dengan bentuk keterangan yang dikeluarkan atau diterbitkan
pengaturan sesuai tata urutan peraturan oleh pejabat dan atau lembaga /institusi
perundang-undangan dan secara substansial tertentu dengan tujuan tertentu. Menurut
materi yang diatur tidak tumpang tindih atau kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa
sertipikat merupakan surat keterangan
19
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian (pernyataan) tertulis atau tercetak dari orang
Filosofis dan Sosiologis), Chandra Pratama, Jakarta 1996, yang berwenang yang dapat digunakan sebagai
hlm 134-135
20
Maria Sriwulani Sumardjono, Kewewangan Negara
Untuk Mengatur Dalam Konsep Penguasaan Tanah Oleh
21
Negara, (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pad Boedi Djatmiko, Sertipikat dan Kekuatan
Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakart 14 Pembuktiannya, www.tripod.com. Online internet tanggal
Maret 1998), hlm. 12-13 31 Januari 2016.

120
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

bukti pemilikan atau kejadian,22 sehingga atau sekaligus alat bukti hak kepemilikan atas
makna kata sertipikat tanah seperti halnya tanah merupakan produk hukum yang
sertipikat-sertipikat yang lain, adalah surat diterbitkan oleh BPNRI didalamnya memuat
bukti kepemilikan tanah. Sertipikat tersebut data fisik dan yuridis.24
tidak akan mempunyai arti apa-apa apabila
diterbitkan oleh pihak atau lembaga yang tidak PENUTUP
mempunyai kewenangan yang diberikan A. Kesimpulan
Negara atau hukum untuk itu. Dengan kata lain 1. Implementasi penertiban tanah terlantar
bahwa sertipikat akan mempunyai kekuatan yang diatur dalam peraturan Kepala Badan
yuridis apabila memang diterbitkan oleh Pertanahan Nasional di awali dengan
lembaga yang memperoleh kewenangan untuk melakukan inventarisasi, penelitian oleh
itu. Dapat pula dikatakan bahwa sertipikat panitia yang terdiri dari Kanwil BPN,
merupakan suatu dokumen formal yang Pemerintah Daerah, dan instansi yang
dijadikan tanda dan instrument yuridis adanya berkaitan dengan peruntukan tanahnya yang
hak kepemilikan atas suatu barang atau benda mempunyai wewenang untuk melakukan
(thing). Dalam konsep hukum barang atau identifikasi dan penelitian tanah terindakasi
benda ini dibedakan benda bergerak (personal terlantar . Sedangkan penetapan tanah
property) dan benda yang tidak bergerak (real terlantar merupakan kewenangan Kepala
property).. Konsepsi sertipikat sebagai suatu Badan Pertanahan Nasional Republik
dokumen formal yang dipergunakan sebagai Indonesia
instrument yuridis bukti kepemilikan hak atas 2. Akibat hukum terhadap pemilik Hak atas
tanah yang diterbitkan oleh lembaga Negara Tanah yang Diterlantarkan adalah secara
(pemerintah). Menurut pendapat Boedi yuridis, dilarang menelantarkan tanah
Harsono, sertipikat (tanah) adalah suatu surat sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan
tanda bukti hak yang dikeluarkan pemerintah yang mengatur mengenai kewajiban bagi
dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran pemegang hak atas tanah (Pasal 6, 7, 10,
tanah atau merupakan suatu tanda bukti 15,19 UUPA) yang merupakan asas-asas yang
bahwa seseorang atau suatu badan hukum ada dalam UUPA. Pelaksanaan hak yang
mempunyai suatu hak atas tanah atas suatu tidak sesuai dengan tujuan haknya atau
bidang tanah tertentu.23 Lebih lanjut dikatakan peruntukannya maka kepada pemegang hak
Irawan Soerodjo, bahwa sertipikat tanah akan dijatuhi sanksi yaitu hak atas tanah itu
merupakan surat tanah bukti yang berlaku akan dibatalkan dan berakibat berakhirnya
sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai hak atas tanah. Selanjutnya secara sosiologis
data fisik dan data yuridis yang termuat tanah sangat erat melekat dan dibutuhkan
didalamnya sepanjang data fisik dan data oleh rakyat, karena tanah menjadi sumber
yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada penghidupan mereka yaitu untuk tempat
dalam surat ukur dan buku tanah yang tinggal mereka, untuk tumbuh dan
bersangkutan. Dari sini sudah dapat ditangkap berkembangnya keluarga dan tanah dipakai
bahwa makna sertipikat tanah dalam konstruksi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
yuridisnya merupakan suatu dokumen formal mereka, itu sebabnya menelantarkan tanah
yang dipergunakan sebagai tanda dan atau dilarang.
instrument yuridis bukti hak kepemilikan atas
tanah yang dikeluarkan oleh BPN RI (Badan B. Saran
Pertanahan Nasional Republik Indonesia) 1. Agar masyarakat dalam artian yang luas bisa
lembaga / Institusi negara yang ditunjuk dan segera mengetahui akan adanya PP No 11
diberikan wewenang oleh negara untuk tahun 2010 dan Peraturan Kepala Badan
menerbitkannya. Sertipikat sebagai tanda dan Pertanahan Nasional No 4 tahun 2010 maka
perlu segera diadakan sosialisasi dengan
22
Departemen Pendidikan dan Kedudayaan. Kamus Besar
melalui media TV, Koran, Majalah ataupun
Bahasa Indonesia. (Kabupaten : Balai Pustaka,1990), hlm.
225
23 24
Boedi Harsono, Op. Cit. hlm. 286 Irawan Soerodjo, Op. Cit. hlm. 50

121
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

juga terjun langsung ke masyarakat dengan Iman Sudiyat, Beberapa Masalah Penguasaan
cara penyuluhan hukum. Tanah di Berbagai Masyarakat Sedang
2. Agar pihak yang menguasai dan mengelola Berkembang, Badan Pembinaan Hukum
tanah terlantar dapat memberikan perhatian Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta,
lebih besar terhadap upaya penyelesaian 1982.
konflik disebabkan konflik melibatkan Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang
kepentingan masyarakat umum agar tidak tentang Peradilan Tata Usaha Negara ,
mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 1991.
lebih besar lagi bagi para pihak. Irawan Soerodjo, Kepastian Hukum
Pendaftaran Tanah, : Arloka, Yoyakarta,
DAFTAR PUSTAKA 2003.
A. Buku-Buku Marbun, SF et. al, Dimensi-Dimensi Pemikiran
Abdurrahman, Beberapa Aspekta Tentang Hukum Administrasi Negara, UII Press,
Hukum Agraria, Alumni, Bandung, 1980. Yogyakarta,2001.
Adrian Sutedi, Politik dan Kebijakan Hukum Maria S.W. Sumardjono. Kebijakan Tanah:
Pertanahan serta berbagai permasalahan, Antara Regulasi dan Implementasi, cetakan
BP. Cipta Jaya, Jakarta, 2006. 1, : Kompas, Jakarta, 2001.
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Mansour Fakih,. Runtuhnya Teori
Kajian Filosofis dan Sosiologis), Kabupaten : Pembangunan Dan Globalisasi, INSIST
Chandra Pratama, 1996. PRESS, Yogyakarta,: 2001.
AP. Parlindungan, Komentar Peraturan Mohammad H. Hatta, Hukum Tanah Nasional
Pemerintah Tentang Pendaftaran Tanah, CV. Dalam Perpektif Negara Kesatuan, Cet. I,
Mandar Maju, Bandung, 1998. Media Abadi, Yogyakarta, 2005
--------------, Komentar Peraturan Pemerintah Mudjiono, Politik Dan Hukum Agraria, Edisi
Tentang Pendaftaran Tanah,: CV. Mandar Pertama,Liberty , Yogyakarta, 1997.
Maju, Bnadung, 1998, Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang
A.P. Parlindungan. Berakhirnya Hak-Hak Atas Pemerintahan (Bestuursbevoegdheid), Pro
Tanah (Menurut sistem UUPA). Mandar Justitia, Jakarta, 1998.
Maju, Bandung, 1990. Rusmadi Murad, Administrasi Pertanahan :
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Pelaksanaan Hukum Pertanahan Dalam
Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1991. Praktek, Mandar Maju, Bandung, 2013.
Boedi Harsono,. Hukum Agraria Indonesia, Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Sejarah Pembentukan Undang-Undang Hukum, UI Press, Jakarta, 1986.
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya,edisi Soerjano Soekanto dan Sri Mamudji, “
revisi, Djambatan, Jakarta 2003. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Erna Sri Wibawanti dan R.Murjiyanto,. Hak Atas Singkat”, cetakan ke-13, PT. Raja Grafindo
Tanah Dan Peralihannya, Liberty, Persada, Jakarta, 2011.
Yogyakarta, 2013. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata,
Hiroyoshi Kano, Tanah dan Pajak Hak Milik dan Intermasa, cet. 32, Jakarta 2005.
Sengketa Agraria: Tinjauan Sejarah Suhariningsih,Tanah Terlantar, Asas dan
Perbandingan,dalam Tanah dan Pembaharuan Konsep Menuju Penertiban,
Pembangunan, Penyunting Noer Fauzi, Prestasi Pustakaraya, Jakarta, 2009.
Cetakan Pertama, Pustaka Sinar Harapan, Ter Haar BZN. Asas-asas dan Susunan Hukum
Jakarta, 1997. Adat. Terjemah K.Ng Soebakti Poesponoto.
J. J. H. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, Alih PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1981.
bahasa B. Arief Sidharta, (Jakarta: Citra Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Kanisius,
Aditya Bhakti, Jakarta, 1999 Yoyakarta, 1995.
I Gede Wiranata. Hukum Adat Indonesia, Van Dijk. Pengantar Hukum Adat Indonesia,
Perkembangannya Dari Masa Ke Masa, Citra diterjemahkan oleh A. Soehardi, Bandung :
Aditya Bakti, Bandung, 2004. Sumur, 1979.

122
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

Yudhi Setiawan, Hukum Pertanahan, Teori dan


Praktik, Bayumedia Publishing, Malang,
2010.

B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar 1945;
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960, tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2010
tentang Penertiban dan Pendayagunaan
Tanah terlantar ;
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Penertiban Tanah Terlantar.
C. Kamus, Karya Ilmiah dan/atau Makalah,
Internet
Andi Hamsah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1986.
Departemen Pendidikan dan Kedudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1990.
Maria SW Sumardjono, Kepastian Hukum
Dalam Pendaftaran Tanah dan Manfaatnya
Bagi Bisnis Perbankan dan Properti,
(makalah disampaikan dalam Seminar
Kebijaksanaan Naru Di Bidang Pertanahan,
Dampak dan Peluang Bagi Bisnis Properti
dan Perbankan, Kabupaten 6 Agustus 1997).
Boedi Djatmiko, Sertipikat dan Kekuatan
Pembuktiannya, www.tripod.com. Online
internet tanggal 31 Januari 2016.

123

Anda mungkin juga menyukai