Delta Amara Juliet Skripsi
Delta Amara Juliet Skripsi
Oleh:
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2022
INVENTARISASI KEGIATAN MASYARAKAT DI DALAM
DAN SEKITAR HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN
YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN
KEBAKARAN HUTAN
Oleh:
Universitas Mulawarman
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2022
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar benar hasil karya saya
sendiri dengan arahan pembimbing dan belum pernah diajukan sebagai skripsi
ataupun karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Semua data
dan pernyataan ilmiah dalam tulisan ini adalah gagasan dan karya saya
sendiri,bukan dari sumber lain, sehingga kebenarannya menjadi tanggung jawab
saya pribadi, kecuali data atau pernyataan ilmiah yang sumber rujukan atau
pustakanya saya cantumkan. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan
saya ini secara akademis ternyata tidak benar atau skripsi ini hasil plagiasi, maka
saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar ilmiah yang saya peroleh
dari karya ilmiah ini sesuai peraturan Fakultas Kehutanan Universitas
Mulawarman.
Dibuat di Samarinda,
Pada tanggal 06 April 2022
Yang menyatakan
Dibuat di Samarinda,
Pada tanggal 06 April 2022
Yang menyatakan
Penilitian ini dilatar belakangi oleh kondisi kawasan yang berbatasan dengan
pemukiman penduduk mengakibatkan terdapatnya berbagai aktifitas masyarakat
yang memasuk areal hutan tersebut yang mungkin memicu terjadinya kebakaran
hutan, Hutan Lindung Sungai Wain yang letaknya berbatasan langsung dengan
pemukiman penduduk akan menjadi lebih riskan terjadi kebakaran hutan sebab
beberapa kasus yang pernah terjadi di HLSW diketahui bahwa faktanya beberapa
sumber api diduga diakibatkan oleh aktivitas manusia yang berada di sekitarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai bentuk kegiatan manusia
yang terdapat di dalam dan sekitar Hutan Lindung Sungai Wain yang potensial
menjadi sumber api bagi terjadinya peristiwa kebakaran hutan. Penelitian
dilakukan di Hutan Lindung Sungai Wain. Penelitian ini dilakukan selama 14 hari
pengambilan data di lapangan. Data atau informasi diperoleh melalui studi
dokumentasi, wawancara (interview) dan pengamtan langsung di sekitar areal
terbakar.Data tersebut kemudian dikeompokkan dan dipersentasekan secara
berurutan dilengkapi dengan data sekunder yang diperoleh dari laporan kegiatan
petugas dilokasi sehingga dapat dianalisa secara deskriptif kualitatif berdasarkan
teori teori kebakaran hutan maupun ilmu sosial yang lain yang dapat berupa
beberapa daftar kegiatan manusia guna sebagai upaya mencegah terjadinya
kebakaran hutan di wilayah HLSW .
This research is motivated by the condition of the area bordering residential areas
resulting in various community activities entering the forest area which may
trigger forest fires. what happened in HLSW, it is known that in fact several
sources of fire are thought to be caused by human activities in the vicinity. This
study aims to determine the various forms of human activities contained in and
around the Sungai Wain Protection Forest that have the potential to be a source of
fire for forest fires. The research was conducted in the Sungai Wain Protection
Forest. This research was conducted for 14 days of data collection in the field.
The data or information is obtained through documentation studies, interviews
(interviews) and direct observation around the burned area. The data are then
grouped and presented sequentially, complemented by secondary data obtained
from reports on the activities of officers at the location so that they can be
analyzed descriptively qualitatively based on the theory of forest fires and theories
of forest fires. other social sciences which can be in the form of several lists of
human activities in an effort to prevent forest fires in the HLSW area.
Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah serta kasih
salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program studi sarjana kehutanan
besarnya kepada:
2. Bapak Dr. Ir. Paulus Matius, M.Sc. dan Bapak Rustam, S.Hut. MP. selaku
penguji yang telah memberikan saran dan arahan untuk perbaikan skripsi;
3. Bapak Prof. Dr. Rudianto Amirta, S.Hut, M.P. selaku Dekan Fakultas
karyawan yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan yang baik kepada
4. Keluarga tercinta alm dan almh OMA dan OPA tersayang yang telah
mendoakan, mendidik dan membesarkan sampai pada titik ini, Bapak dan
Mama tersayang, adeku Dara, Robby dan Aqila juga keponakanku Dudit
yang telah menjadi support sistem dalam hal materi maupun moral;
6. Bubuhan “rahasia kampus”, Hasun, Dian, Liya, Malika, yang membantu dari
penelitian sampai sekarang, terimakasih juga suka duka nya selama kuliah,
terimakasih juga kalian sudah memberi pelajaran tentang apa arti sahabat.
8. Teman teman satu angkatan 2016 terutama Nanda, Sysam, Yoel, Decky dan
yang lain tidak bisa disebutkan namanya satu per satu, terimakasih
kegiatan di perkuliahan.
9. Teman teman KKN Para Be,e , keluarga di Tanjung Isuy selama KKN yang
telah mengajarkan perbedaan budaya yang ada dan selalu mensupport sampai
ditahap ini;
10. Terakhir, last but not least Terimakasih kepada Ardi Wardana atas segala
ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca diharapkan agar kedepannya penelitian dan penyusunan skripsi
kedepannya jauh lebih baik. Besar harapan penulis bahwa skripsi ini bisa
Penulis,
ABSTRAK . ................................................................................................................ vi
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
LAMPIRAN ............................................................................................................... 55
Nomor TubuhUtamaHalaman
Nomor TubuhUtamaHalaman
Nomor TubuhUtamaHalaman
1. Lembar Kuisioner..................................................................................... 55
tentang kehutanan, hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
Kalimantan Timur merupakan salah satu hutan yang memiliki ciri- ciri hutan
primer yang cukup baik di daerah tersebut. Luas keseluruhan kawasan ini 10.025
Dari informasi awal yang telah dikumpulkan dari pihak pengelola Hutan
Lindung Sungai Wain diketahui bahwa sebelumnya areal hutan lindung ini telah
dugaan bahwa pemicu (sumber api) untuk kejadian tersebut adalah manusia.
kebakaran
2
hutan dapat membakar hutan dengan wilayah yang luas dalam waktu yang
singkat, resiko terjadinya kebakaran hutan menjadi tinggi apabila periode musim
kering tiba di sekitar bulan Mei hingga bulan Oktober itu menjadi lebih panjang
Pada saat musim kering tiba dimana intensitas hujan menurun dengan
areal yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memilih tindakan pencegahan
kebakaran hutan yang paling efektif dilakukan di masa mendatang oleh pengelola
manusia yang terdapat di dalam dan sekitar Hutan Lindung Sungai Wain yang
terdapat di dalam dan sekitar Hutan Lindung Sungai Wain menurut waktu
yaitu suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan
hutan dan hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomi dan lingkungannya.
menyebar secara bebas serta mengkonsumsi bahan bakar yang ada di hutan
(Brown, 1973). Kebakaran hutan merupakan salah satu dampak dari semakin
tingginya tingkat tekanan terhadap sumber daya hutan. Dampak yang berkaitan
dengan kebakaran hutan atau lahan adalah terjadinya kerusakan dan pencemaran
lingkungan hidup, seperti terjadinya kerusakan flora dan fauna, tanah, dan air.
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi hampir setiap tahun walaupun
tiga faktor utama yaitu kondisi bahan bakar, cuaca dan sosial budaya masyarakat.
Kondisi bahan bakar yang rawan terhadap bahaya kebakaran adalah jumlahnya
yang melimpah di lantai hutan, kadar airnya relatif rendah (kering) serta
Faktor iklim berupa suhu, kelembaban, curah hujan dan angin turut mementukan
Faktor sosial budaya masyarakat mempunyai andil yang paling besar terhadap
adanya kebakaran hutan. Beberapa faktor penyebab kebakaran hutan antara lain :
Perbedaan biaya produksi yang tinggi menjadi satu faktor pendorong penggunaan
api dalam kegiatan persiapan lahan. Metode penggunaan api dalam kegiatan
persiapan lahan dilakukan karena murah dari segi biaya dan efektif dari segi
sekitar kawasan hutan. Konflik yang dialami terutama masalah konflik atas sistem
Adanya rasa tidak puas sebagian masyarakat atas pengelolaan hutan bisa memicu
api yang tidak terkendali secara mudah merambat ke areal hutan-hutan kritis
bahan bakar (daun, cabang, dan ranting) yang semakin lama semakin bertambah
dan menumpuk dalam kawasan hutan yang dalam musim kemarau akan
4. Perambahan hutan
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya sebagai agen penyebab kebakaran
hutan adalah perambahan hutan. Disadari atau tidak bahwa semakin lama,
tersebut menuntut penduduk untuk menambah luasan lahan garapan mereka agar
hasil hutan secara berlebihan dan ilegal tanpa memikirkan aspek lestari.
5. Faktor lain
Faktor lain yang bisa menjadi pemicu terjainya kebakaran adalah faktor
terjadi disebabkan oleh 2 (dua) faktor utama yaitu faktor alami dan faktor kegiatan
manusia yang tidak terkontrol. Faktor alami antara lain oleh pengaruh El-Nino
Tanaman kering merupakan bahan bakar potensial jika terkena percikan api yang
berasal dari batubara yang muncul dipermukaan ataupun dari pembakaran lainnya
kebakaran bawah (ground fire) dan kebakaran permukaan (surface fire). Dua tipe
kebakaran tersebut merusak semak belukar dan tumbuhan bawah hingga bahan
organik yang berada di bawah lapisan serasah seperti humus, gambut, akar pohon
ataupun kayu yang melapuk. Apabila lambat ditangani kebakaran dapat terjadi
meluas sehingga menimbulkan kebakaran tajuk (crown fire) dimana kebakaran ini
besar dibandingkan faktor perusak hutan yang lain. Penyebab kebakaran hutan
dapat bermacam macam baik dari alam maupun karena kegiatan manusia.
meningkatnya jumlah dan mobilitas penduduk sehingga kontak antara hutan dan
8
penduduk makin tinggi. Selain itu kebutuhan akan lahan garapan dan kesempatan
hutan makin mudah. Para peladang berpindah sering dituduh sebagai penyebab
satu upaya untuk melakukan pencegahan kebakaran hutan ini yaitu dengan
Menurut Deeming (1995) sistem ini dinilai dapat diandalkan sebagai model yang
yang berupa rata-rata curah hujan tahunan, curah hujan harian dan temperatur
harian maksimum. Selain itu KBDI dapat dihitung secara manual dan
Penilaian bahaya kebakaran hutan (fire danger rating) adalah suatu system
atau akibat faktor-faktor bahaya kebakaran yang dinyatakan dalam satu atau lebih
nilai kualitatifatau nilai indeks dari keperluan cara perlindungan (Suratmo 1985).
Fire Danger Rating pada penerapannya dapat dijadikan acuan dalam system
penanggulangan dini (early warning system). Menurut Arba’i dan Deddy (1996),
diperlukan sejumlah elemen bahaya kebakaran hutan yang terdiri atas elemen
tetap (iklim, radiasi matahari, keadaan vegetasi, jumlah dan sifat bahan bakar,
nampak serta organisasi tim pemberantas kebakaran) dan elemen tidak tetap
(kadar air bahan bakar, angin, temperature udara, tekanan udara, keadaan udara
Untuk keperluan dan konsep praktis dalam manajemen kebakaran hutan, Fire
Danger Rating dapat digambarkan dalam peta yang memuat zona-zona tingkat
menyediakan informasi mengenai daya nyala vegetasi pada daerah yang rawan
siagaan tenaga pemadam kebakaran dan tindakan yang perlu segera diambbil bila
Pada dasarnya dikenal tiga macam cara penilaian bahaya kebakaran hutan
udara dengan sifat-sifat kebakaran hutan. Nilai bahaya kebakaran hutan dibagi
Sistem ini didasarkan pada derajat penguapan sebagai indikator kadar air
bahan bakar. Elemen yang diukur untuk penyusunan tabel bahaya kebakaran
hutan hanya dua yaitu curah hujan dan angin. Nilai bahaya kebakaran hutan dibagi
menjadi 17 Kelas.
kumulatif pada serasah tebal atau lapisan tanah bagian atas. Indeks kekeringan
tahun 1978-1995 menunjukkan bahwa kebakaran hutan besar pada periode 1982-
1983, 1991- 1992 dan 1994 terjadi hanya pada saat keadaan curah hujan berada
pada kisaran tertentu. Indeks Kekeringan Keetch Byram (KBDI) dinilai dapat
fungsi dari nilai rata-rata curah hujan tahunan. Selanjutnya, vegetasi tersebut
hujan tahunan. Oleh karena itu, laju hilangnya kelembaban akan menurun
evapotranspirasi.
tingkat kelembaban yang terendah. Oleh karena itu, laju penurunan (drop)
yang diharapkan pada kelembaban tanah terhadap titik layu pada kondisi
nilai numerik yang tepat tidak begitu penting. Kadar kelembaban yang terjadi
Kelebihan KBDI sebagai alat untuk menilai tingkat bahaya kebakaran hutan
numerik.
maksimum 24 jam dan rata-rata curah hujan tahunan yang diperoleh dari
tidak harus dihitung tiap hari. Oleh karena itu dapat dihitung sekali dalam
seminggu.
3. Cuaca mengatur kadar air dan kemudahan bahan bakar hutan untuk
terbakar.
menyebutnya sebagai cuaca kebakaran (fire weather) yaitu sifat-sifat cuaca yang
Seperti cuaca panas yang kering disertai dengan angin ribut, badai dan petir akan
menyebabkan kebakaran.
Faktor-faktor lain seperti jangka musim yang lama berpengaruh pada pengeringan
bahan bakar, sehingga secara tidak langsung dalam jangka pendek maupun jangka
Iklim pada masing-masing wilayah geografi menentukan tipe bahan bakar dan
panjangnya musim kebakaran atau waktu dalam setahun dimana sering terjadi
kebakaran.
Brown dan Davis (1973) menyatakan bahwa pola, lamanya dan intensitas
dari musim kebakaran dari suatu daerah tertentu merupakan fungsi utama dari
iklim tetapi sangat dipengaruhi oleh sifat bahan bakar hutan. Selain pola cuaca
bahan bakar dan cuaca, musim kebakaran yang parah juga dihubungkan dengan
musim kering yang berskala dan cenderung untuk terjadi dalam suatu siklus.
Cuaca api didefinisikan sebagai kondisi cuaca yang mempengaruhi awal terjadi
adalah jangka waktu tertentu dimana kebakaran banyak terjadi, menjalar dan
A. Radiasi Matahari
bahan bakar yang dipengaruhi oleh radiasi matahari yang berfluktuasi dalam
sehari semalam. Suhu maksimum dicapai pada tengah hari sedangkan suhu
minimum tercapai pada saat menjelang matahari terbenam dan dini hari
permukaan bumi berperan dalam variasi iklim yang memberikan kontribusi pada
pergerakan angin sehingga angin akan bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke
Variabel utama yang mengontrol kadar air bahan bakar pada bahan bakar mati
adalah curah hujan, kelembaban relatif dan suhu. Angin dan penyinaran matahari
16
pada perubahan suhu bahan bakar dan suhu dan kelembaban relatif pada udara
B. Suhu Udara
termasuk udara yang meliputinya. Suhu udara merupakan faktor yang selalu
berubah dan mempengaruhi suhu bahan bakar serta kemudahannya untuk terbakar
Menurut Young dan Giesse (1991), suhu udara merupakan faktor cuaca penting
yang menyebabkan kebakaran. Suhu udara secara konstan merupakan faktor yang
berpengaruh pada suhu bahan bakar dan kemudahan bahan bakar untuk terbakar.
Menurut Saharjo (1997), pada pagi dengan suhu yang cukup rendah sekitar 20ºC
sehingga terkonsentrasi pada satu titik. Sementara siang hari dengan suhu 30 –
35ºC, sedangkan kadar air bahan bakar cukup rendah (< 30%) membuat proses
pembakaran berlangsung cepat dan bentuk kebakarannya pun tidak satu titik, tapi
C. Kelembaban Udara
Kelembaban udara berasal dari evaporasi air tanah, badan air dan
kandungan air di udara lebih kecil dari penguapan yang terjadi, dan kondisi ini
disebut udara tak jenuh. Para ahli metereologi menggambarkan kelembaban udara
antara kandungan air dalam udara pada suhu tertentu dengan kandungan air
maksimum yang dapat dikandung pada suhu dan tekanan yang sama.
pada mudah tidaknya bahan bakar yang ada untuk mengering, yang berarti mudah
Menurut Suratmo (1985), cuaca atau iklim merupakan faktor yang sangat
menentukan kadar air bahan bakar hutan, terutama peranan air hujan. Di dalam
musim kering kelembaban udara sangat menentukan kadar air bahan bakar.
Menurut Saharjo (1997), kelembaban relatif yang tinggi di pagi hari yaitu sekitar
berkembang sehingga terkonsentrasi pada satu titik. Sementara siang hari dengan
kelembaban relative 70 – 80 % dan kadar air bahan bakar cukup rendah (< 30%)
D. Presipitasi
18
Air yang dikandung udara berada dalam tiga wujud, yaitu sebagai uap air
tidak terlihat dan bereaksi seperti gas lain, sebagai cairan yang berbentuk tetesan
sebagai salju, hujan batu es atau hujan bercampur es atau salju (Chandler dkk,
1983)
keadaanbahan bakar. Bila keadaan bahan bakar tinggi, sulit terjadi kebakaran
Ramadhan). Pada bulan dengan sedikit curah hujan, indek kekeringan cukup
tinggi, sebaliknya pada bulan dengan curah hujan tinggi, indek kekeringan rendah,
bahkan mencapai angka nol. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan
Hal yang sama juga dijelaskan dalam Syaufina (1988), bahwa di Semarang, Jawa
Tengah, puncak kebakaran hutan terjadi pada bulan Agustus dan September. Data
dengan menurunnya curah hujan dan puncak kebakaran hutan terjadi pada bulan-
bulan tanpa curah hujan. Pada saat itu, tanaman jati menggugurkan daun-daunnya,
kadar air yang menurun secara drastis. Kondisi tersebut membuat bahan bakar
E. Angin
19
Menurut Chandler dkk (1983), angin merupakan salah satu faktor penting
pengeringan bahan bakar yaitu sebagai pembawa air yang sudah diuapkan dari
kemiringan nyala api yang terus merembet pada bagian bahan bakar yang belum
terbakar.
obor, kilat dan sebagainya). Sekali nyala api terjadi, maka kecepatan pembakaran,
lama penjalaran dan kecepatan perkembangan api akan meningkat dengan makin
arah dan menjalarnya api dan mempunyai korelasi positif dengan kecepatan
menjalarnya api, tetapi besar kecilnya api ditentukan oleh kadar air bahan bakar.
merupakan salah satu destinasi wisata minat khusus, dengan perpaduan wisata
hutan dan sungai yang memikat. HLSW terdiri dari hutan primer alami (sekitar 5
ribu hektare) dan sisanya merupakan gabungan hutan sekunder tua maupun
sekunder muda yang merupakan sisa kebakaran dan pembalakan liar. HLSW pun
baik secara ekonomi, sosial, dan budaya. Secara umum pemanfaatan hutan
lingkungan, dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK). HHBK dalam
areal masyarakat dan di area HLSW (km 15 ke atas hingga perbatasan dengan
areal PT Inhutani I) adalah aren (gula merah), karet (lateks), bambu (rebung),
Kemasyarakatan seluas 1.400 hektare, yang digunakan sebagai lahan budi daya
rambutan, buah naga, dan ragam jenis sayuran. Masyarakat juga memanfaatkan
kawasan HLSW untuk kebutuhan kayu bakar, daun nipah, rotan, bambu, gaharu,
tumbuhan obat, rumput/pakan ternak, madu, buah-buahan dan sayur serta ikan
(Rujehan, 2012). Masyarakat di luar HLSW mendapat manfaat berupa air dari
rumah-rumah warga. Air yang disalurkan berupa air baku dan digunakan untuk
memanfaatkan waduk dengan luasan 3,1 hektare. Hasil analisis data pengambilan
air yang dilakukan oleh Pertamina, rata-rata Pertamina menggunakan air sebanyak
450-750 m3 per jam atau + 25% dari jumlah kebutuhan air baku yang biasa
Studi kepustakaan
Observasi lapangan
Pengumpulan data
Pengolahan dan
analisis data
Penyusunan skripsi
Keterangan:
bulan Juli sampai dengan bulan September 2020 hingga September 2021.
November 2021.
Sungai Wain Balikpapan dan juga tim pengelola Hutan Lindung Sungai Wain
Balikpapan.
3.3.1. Alat
3.3.2. Bahan
primer di lapangan.
purposive sampling.
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang
sudah diketahui sebelumnya. Maka dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi
observasi di sekitar areal terkait titik api atau bekas areal terbakar misalnya
kawasan HLSW akibat adanya arah angin karena berbagai faktor antara lain
kelembaban udara, topografi dan tata letak bahan bakar maupun yang lainnya.
Berhubungan dengan ukuran sampel dan teknik ini dianggap cocok karena
dokumen termasuk laporan studi yang terkait hasil hasil penelitian terdahulu
c) Pengamatan langsung yaitu observasi di sekitar areal terkait titik api atau
ataupun bekas pembakaran api unggun, dimana material yang terbakar dapat
berpotensi meskipun di luar kawasan HLSW akibat adanya arah angin karena
berbagai faktor antara lain kelembaban udara, topografi dan tata letak bahan
berurutan dilengkapi dengan data sekunder yang diperoleh dari laporan kegiatan
teori kebakaran hutan maupun ilmu sosial yang lain. Sebagai hasil akhir,
Lindung Sungai Wain Balikpapan Kalimantan Timur pada bulan September 2020.
Berikut gambaran kondisi umum mengenai Hutan Lindung Sungai Wain (BP-
HLSW,2003) :
Tutupan yang ditetapkan oleh Sultan Kutai pada tahun 1934 dengan Surat
dengan baik, berdasarkan Surat Gubernur Kepala Daerah TK. I Kalimantan Timur
Kotamadya DATI I
30
dengan masuknya daerah aliran Sungai Bugis seluas 3.925 ha ke dalam kawasan
perubahan batas HLSW pada tahun 1993, yaitu bagian kawasan yang telah
dirambah dikeluarkan dari kawasan sepanjang ± 500 meter dari jalan raya
Hutan dengan tujuan khusus yaitu peruntukan sebagian kawasan HLSW sebagai
Kebun Raya Balikpapan seluas 290 ha. Berbagai kebijakan yang berlaku pada
undang No. 22 Tahun 1999 Pasal 10 dapat disimpulkan, bahwa daerah berwenang
pada Peraturan Pemerintah No. 25/2000 dapat disimpulkan pula, bahwa untuk
maupun Kota, Pemerintah Kabupaten atau Kota dapat dengan segera membuat
tangan Pemerintah Kota dan Kabupaten. Akan tetapi dalam kaitannya dengan
hutan lindung pada Pemerintah Propinsi, maka pengelolaan hutan lindung berada
landasan hukumnya.
Daerah No. 11 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Hutan Lindung Sungai Wain
(Purwanto dan Bambang, 2009). Subjek lain yang berpeluang terlibat dalam
keadilan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan. Pada sisi lain dalam rangka
Kalimantan Timur.
Timur dan 01º02' - 01º10' Lintang Selatan, dengan luas kawasan ± 9.782,80 ha.
Batu Ampar.
rendah.
2. Kondisi Vegetasi
rendah. Jenis vegetasi daratan pada wilayah penelitian Hutan Lindung Sungai
Wain adalah vegetasi hutan, semak belukar, rawa, vegetasi budidaya kehutanan
3. Kondisi Iklim
yang diperoleh berupa data curah hujan yang tercatat pada Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Balikpapan dari Tahun 2009-2018 (Tabel 3).
34
Bulan
Tahun Rataan BB BK
Jan Feb Mar April Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
184
2009 215,9 203,7 290,5 161,3 103 157 259,6 93,1 64,4 144,7 178,6 338 10 0
249
2010 218,8 248 210,2 342,9 262,2 337,5 275 76,7 182 369,7 241,5 222,9 11 0
246
2011 175,6 224,4 253,5 255 232,1 424,4 122,6 128,3 355 198,8 247,8 330,8 12 0
243
2012 254,2 293,5 244,2 181,8 483,4 230,2 381,8 165,6 76,9 203 241,2 176 11 0
242
2013 190 515,9 36,8 205 259,4 191,2 205,3 328,7 165,1 146,6 442,4 220,4 11 1
200
2014 199,6 98 256,1 271,5 146,8 246,3 242,2 187,3 21,2 164,3 145,8 421,9 10 1
181
2015 268,4 319,2 177 231,2 193,3 507,6 126,8 83,7 0 40,3 106,6 112 9 2
191
2016 67,8 174,4 189,8 101 202,8 87,1 242,6 44,8 144 203 288 543,4 9 1
295
2017 220,6 104,3 340,2 195,9 553,9 416,1 331,1 437,3 280,5 115,2 269,6 270,8 12 0
225
2018 240,4 217,7 416,1 117,1 400,8 223,7 348,9 178,4 18,6 205 107,3 - 10 1
bulan Mei hingga bulan Oktober tetapi akan dapat terjadi perpanjangan periode
musim kering apabila ada fenomena El Nino, tetapi rata rata setiap tahunnya
cenderung tinggi curah hujan yang mengakibatkan periode bulan basah lebih
HLSW termasuk dalam tipe iklim A dengan nilai 0 < Q < 14,3% yaitu Q = 5,71
%, dimana wilayah ini memiliki curah hujan merata sepanjang tahun, termasuk
daerah sangat basah. Suhu udara yaitu 23,5°C – 30,3°C. Berdasarkan nilai-nilai
seperti tersebut di atas dapat menggambarkan bahwa adanya curah hujan yang
relatif tinggi sepanjang tahun pada daerah HLSW, yang menunjukkan bahwa
4. Penutupan Lahan
pada kondisi pemilikan dan cara bertani intensif dan kurang konservatif
merupakan salah satu masalah yang saling berkaitan dengan kebakaran hutan.
Ketika hutan yang merupakan vegetasi klimaks yang asli dan alami rusak, baik
tergantikan oleh alang-alang (Friday et al, 2000, dalam Maullana dan Arief,
2014), kondisi tutupan lahan yang seperti ini menyebabkan potensi kebakaran
Adapun jenis penutupan lahan wilayah HLSW dapat dilihat pada tabel berikut :
36
Adapun data di atas menunjukkan bahwa luasan jenis penutupan lahan dari
lahan hutan primer, ladang, rawa, semak belukar, tubuh air dan kebun raya. Lahan
hutan primer memiliki porsi luasan yang terbesar karena pada kawasan Hutan
Sebaran masing-masing tutupan lahan pada HLSW dapat dilihat pada Gambar 2.
37
mengatur tata air, kawasan Hutan Lindung Sungai Wain merupakan tempat yang
rangka penataan dan pemanfaatan kawasan HLSW maka kawasan HLSW ditata
dengan sistem terbagi menjadi 3 blok, yaitu : Blok Perlindungan, Blok Kegiatan
Sungai Wain di luar blok perlindungan yang merupakan penyangga dari kawasan
39
inti dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekowisata dan pendidikan secara terbatas,
Wain yang bukan merupakan blok perlindungan dan blok kegiatan terbatas yang
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang tidak mengurangi fungsi pokok dan
fungsi khas HLSW. Blok ini dimanfaatkan untuk kegiatan ekowisata, pendidikan
dan penelitian yang bersifat umum, budidaya terbatas, dan kegiatan pemanfaatan
air.
Jumlah 1.400
Rencana tata kelola kawasan areal kerja HKm adalah proses penataan
areal kerja HKm secara lebih lanjut seluas 1.400 Ha. Dalam tata kelola kawasan
Zona Pemanfaatan
II
Area HKm
Tanaman Buah Lai, durian, krantungan,
Jangka Panjang lahung, manggis, aren,
420 Ha 30 %
(buah-buahan local rambai, langsat, kledang,
produktif) kemiri, cempedak
Tanaman Karet
560 Ha 40 %
Perkebunan
Tanaman Semusim Padi gunung, palawija, sayur,
70 Ha 5%
dll
Lain-lain Perikanan, tanaman obat,
70 Ha 5%
lebah madu, jamur tiram
Zona Perlindungan Lai, durian, krantungan,
(sungai & anak lahung, manggis, aren,
III 280 Ha 20 %
sungai) 224 HA rambai, langsat, kledang,
kemiri, cempedak
Total 1.400 Ha 100 %
Sumber : UPHLSW (2013) dalam Solehudin (2015)
Hutan Lindung Sungai Wain dikelola oleh Yayasan Pro Natura dan KPHL
terutama pada musim kemarau tiba, sedangkan KPHL Balikpapan berfokus pada
42
pencarian daerah daerah rawan yang kemudian akan dibangun posko posko untuk
Pada kelompok responden ini terdiri dari 3 kelompok utama yaitu pihak
KPHL dimana pihak ini yang mengetahui kondisi administratif wilayah HLSW
pihak ini mengawasi pengelolaan yang dilakukan di wilayah tersebut serta secara
mengamati secara langsung secara berkala area area yang memiliki potensi
kebakaran, kedua yaitu pimpinan HLSW atau yayasan Pronatura yang mengelola
system HLSW yang terbagi atas beberapa kawasan serta berupaya melakukan
pencegahan dini pada daerah daerah yang memiliki potensi kebakaran, dan yang
ketiga adalah pihak petugas pengaman HLSW yang secara langsung mengetahui
ancaman yang dapat memicu kebakaran hutan ataupun kerusakan lainnya di areal
HLSW.
2. Kelompok Masyarakat
Masyarakat tersebut mengelola kawasan HKm seluas 1.400 hektar yang dibagi
terutama kelompok tani memiliki satu perwakilan MPA (Masyarakat Peduli Api)
langsung tentang kebakaran hutan dan lahan dari sosialisasi pengelola HLSW baik
Langsung
daftar pertanyaan yang sudah disiapkan (lihat pada lampiran 1), pengamatan
langsung di lapangan dan juga data data yang telah dikumpulkan oleh pihak
sebagai berikut:
ditemukan.
pengamatan langsung serta data data sekunder yang ada pada narasumber,
44
Kebakaran ini dipicu oleh sumber api yang berasal dari batu bara yang secara
alami terbakar dan akan terus menyala pada saat musim kemarau panjang ditahun
tersebut.
Beberapa kebakaran yang pernah dicatat oleh Hutan Lindung Sungai Wain
juga dapat dipicu oleh aktivitas manusia yang terbukti dari data yang didapat
selama beberapa tahun terakhir areal kawasan yang terbakar dominan terjadi di
areal yang dekat dengan pemukiman penduduk, yang juga berbatasan langsung
Tercatat pada tahun 2015 menurut data Tabel Kejadian Kebakaran Hutan Lindung
Sungai Wain areal HKM yang terbakar mencapai 66,6 ha dan terus menurun
memicu api menjalar untuk masuk kedalam areal Hutan Lindung Sungai
Wain.Hal ini berkaitan dengan penemuan titik api di lapangan berbahan bakar sisa
tebangan pohon dan rintisan kebun yang diperoleh oleh tim pengaman pengelola
menimbulkan titik api di sekitar areal Hutan Lindung Sungai Wain seperti
perseorangan ini yang dilakukan oleh masyarakat tidak menentuk untuk kalangan
45
apapun dapat menimbulkan titik api misalnya membuang punting rokok secara
sembarangan ataupun hal - hal lainnya yang diluar kendali maupun kesaran
manusia.
Lindung Sungai Wain, pihak petugas pengamanan sering menemukan bekas api
unggun di sekitar sungani dan bekas pancingan yang menunjukkan bahwa ada
masyarakat yang telah masuk ke areal sungai wain secara ilegal. Terkadang
beberapa peralatan berburu misalnya jerat hewan, senapan, parang, arit dll tidak
jarang juga tim pengelola menemukan hasil buruan yang telah mereka tangkap
bukan penduduk didaerah sekitar Hutan Lindung Sungai Wain, menurut informasi
yang diperoleh masyarakat ini memasuki areal Hutan Lindung Sungai Wain
melewati akses masuk HLSW berada di poros jalan tol Balikpapan- Samarinda di
km 13 pulau Balang.
Kegiatan kegiatan yang dilakukan masyarakat di atas dapat menimbulkan titik api
dari pembakaran sisa sisa tebangan dan semak maupun api unggun yang telah
dibuat pada saat masyarakat memancing, mencari buah, mencari gaharu dan
kebakaran hutan adalah pada saat periode musim kering tiba di sekitar bulan Mei
hingga bulan Oktober setiap tahunnya dan periode musim kering ini akan dapat
berlangsung lama jika bertepatan dengan kondisi El nino yaitu dimana fenomena
ini terjadi akibat daripeningkatan suhu pada permukaan air laut di samudera
pembentukan awan dan hujan sehingga intensitas curah hujan pun menurun
drastis (Arini et al 2014), sehingga pada saat fenomena kemarau panjang dan El
Untuk peristiwa kebakaran yang tercatat di Hutan Lindung Sungai Wain pada
tahun 1984 hingga 1985 dan pada tahun 1998 yang disebabkan adanya api yang
dipicu dari batu bara secara alami terjadi pada saat dimana intensitas curah hujan
di areal Hutan Lindung Sungai Wain sangat minim sehingga kelmbaban pun
Menurut hasil informasi yang didapat dari database Hutan Lindung Sungai
Wain, munculnya titik api dan juga terjadi kebakaran hutan di areal sekitar Hutan
sebagian besar terjadi diantara bulan Agustus hingga bulan Oktober dimana
keadaan intensitas hujan yang berubah ubah dan tidak menentu untuk daerah
dengan waktu kejadian kebakaran dan juga penemuan titik api (hotspot) di sekitar
bulan Agustus hingga bulan Oktober diperkirakan waktu yang biasa dilakukan
masyarakat untuk pembukaan lahan baru yang dapat menyebabkan potensi adanya
mencari gaharu biasanya tidak ada waktu yang khusus jadi tidak dapat
disimpulkan mengenai keterangan waktu nya yang tepat hanya saja biasanya tim
pembakaran api unggun yang merupakan titik api pada saat intensitas hujan cukup
rendah.
adalah semua uasaha, tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah atau
bahwa pihak pengelola sungai wain bersama Pronatura dan juga KPHL
Sungai Wain diantaranya adalah weather station yaitu seperangkat alat atau
instrument yang digunakan untuk mengamati kondisi atau perubahan cuaca, iklim,
Selain itu tim pengelola Hutan Lindung Sungai Wain juga memiliki tim
lapangan dengan adanya patroli yang dilakukan secara berkala dan akan lebih
intenst ketika musim kemarau tiba. Hasil pengamatan langsung di lapangan ini
pun akan dikelola oleh tim pengelola di Hutan Lindung Sungai Wain untuk
sekitar Hutan Lindung Sungai Wain yang nantinya akan dibangun posko posko
bebebrapa tahun belakangan ini sudah terjadi penurunan penemuan hotspot dan
kegiatan yang menggunakan api, masyarakat juga diajarkan untuk membuat sekat
bakar jika akan membakar lahan mereka untk persiapan lahan. Masyarakat juga
kelompok tani yang nantinya akan dibutuhkan untuk ada di lapangan dalam aksi
pencegahan kebakaran hutan dan lahan bersama MANGGALA AGNI dan juga
pengetahuan kepada masyarakat tentang bahaya api, kebakaran hutan dan juga
Dengan demikian menurut masyarakat, mereka pun sadar akan bahaya api serta
sudah paham tentang masalah kebakaran hutan dan lahan hanya saja masyarakat
untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran lahan sehingga api tidak masuk
5.1 Kesimpulan
Sungai Wain terutama aktivitas pembakaran lahan yang dilakukan oleh petani
2. Titik api yang ditemukan di dalam dan sekitar Hutan Lindung Sungai Wain
dan sekitar Hutan Lindung Sungai Wain berkisar antara bulan Agustus
hingga bulan Oktober dan menjadi lebih riskan ketika berlangsung fenomena
4. Upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang telah dilakukan di Hutan
Lindung Sungai Wain antara lain perlengkapan alat stasiun cuaca yang
5.2 Saran
Sungai Wain yang umumnya memiliki akses masuk dari luar daerah dan juga
pada kawasan yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan terutama pada
Arini EY, Hidayat R, dan Faqih A. 2014. Simulasi curah hujan di Kalimantan
dengan regional climate model 4 (RegCM4) saat el nino southern
oscillation (ENSO) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Brown, Arthur A. & K.P. Davis, 1973. Forest Fire Control and Use. 2nd ed. New
York, NY : McGraw-Hill Book Company.
Chandler, C.P. Cheney, L. Trabaud and D. Williams. 1983a. Fire in Forestry Vol.
I Forest Fire Behaviour and Effects. John Wiley and Sons, Inc.
Canada.
Dyang Falila Pramesti , M. Tanzil Furqon , dan Candra Dewi. 2017. Implementasi
Metode K-Medoids Clustering Untuk Pengelompokan Data Potensi
53
Menteri Kehutanan RI. 1996. Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 195
Tahun 1996 tentang Definisi Kebakaran Hutan.
Saharjo,, B.H. 1997. Mengapa Hutan dan Lahan Terbakar. Harian Republika. 29
September 1997.
Schroeder, M.J. and C. C. Buck. 1970. Fire Weather. Agriculture Handbook 360.
US Department of Agriculture Forest Service. USA
Young R.A. and R.L. Giese. 1991. Introduction to Forest Fire. John Wiley and
Sons Inc. Toronto Canada.
Lembar Kuisioner
IDENTITAS RESPONDEN
No
Nama Responden
Tgl
a. 16 - 25 tahun
Usia b. 26 – 50 tahun
c. > 50 tahun
a. Perempuan
Jenis Kelamin
b. Laki laki
a. Tidak sekolah
b. SD
Pendidikan Terakhir c. SMP
d. SMA
e. Diploma / Sarjana
Pekerjaan
56
DAFTAR PERTANYAAN
NO PERTANYAAN
a. Pernah
b. Tidak pernah
Sungai Wain?
Jawab : Jawab:
4. Bagian mana dari kawasan Hutan Lindung Sungai Wain yang dominan
terjadi kebakaran?
Jawab:
Jawab:
Wain?
a. Pernah
57
b. Tidak pernah
a. Pernah
b. Tidak pernah
7. Jika pernah, pada bulan apa dan berapa hari menginap / camping?
Jawab:
Jawab:
a. Mencari buah
b. Memancing
c. Berburu
d. Lainnya, ………..
Jawab:
Jawab:
58
10. Selama melakukan aktivitas di dalam Hutan Lindung Sungai Wain, apakah
a. Pernah
b. Tidak pernah
Contohnya,……
59
KEGIATAN DIDALAM/
NO NAMA PEKERJAAN BULAN MENGGUNAKAN API WAKTU KETERANGAN
SEKITAR HLSW
1 Agusdin Pimpinan HLSW Patroli / Pengecekan Setiap bulan Pernah Tidak menentu Untuk masak dll
2 Yandi Perwakilan KPHL Patroli / Pengecekan Bulan musim kering Tidak pernah Tidak menentu
3 Haidir Petugas HLSW Patroli pengamanan Setiap bulan Pernah Tidak menentu Untuk masak dll
4 Tris Petugas HLSW Patroli pengamanan Setiap bulan Pernah Tidak menentu Untuk masak dll
5 Kamarudin Petugas HLSW Patroli pengamanan Setiap bulan Pernah Tidak menentu Untuk masak dll
6 Lalung Petugas HLSW Patroli pengamanan Setiap bulan Pernah Tidak menentu Untuk masak dll
KEGIATAN DIDALAM/
NO NAMA PEKERJAAN BULAN MENGGUNAKAN API WAKTU KETERANGAN
SEKITAR HLSW
Untuk pembakaran
1 Sano Petani Berladang Hampir setiap bulan Pernah
sisa pertanian
Musim kering/Hampir setiap
2 Hamirudin Petani/MPA Pengecekan/Berladang Tidak pernah
bulan
3 Anugerah Petani/MPA Mencari buah Sekitar bulan 12-1 Tidak pernah
4 Rahmadi Petani Mencari buah Sekitar bulan 12-1 Tidak pernah
5 Agustinus Petani/MPA Mencari buah Sekitar bulan 12-1 Tidak pernah
6 Martinus Petani Mencari buah Sekitar bulan 12-1 Tidak pernah
7 Khairul Petani Mencari buah Sekitar bulan 8-12 Tidak pernah
Untuk membuat api
8 Agus Petani Memancing Tidak menentu Pernah
unggun
Untuk pembakaran
9 Khomar Petani Berladang Hampir setiap bulan Pernah
sisa pertanian
10 Jainal Petani Mencari buah Sekitar bulan 12-1 Tidak pernah
Informasi dari
11 A Berburu Ditemukan bekas api unggun
petugas saat patroli
Informasi dari
12 B Berburu Ditemukan bekas api unggun
petugas saat patroli
Informasi dari
13 C Memancing Ditemukan bekas api unggun
petugas saat patroli
KEJADIAN KEBAKARAN
DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN
TAHUN 2015
KEJADIAN KEBAKARAN
DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN
TAHUN 2016
KEJADIAN KEBAKARAN
DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN
TAHUN 2017
TOTAL LUASAN 17
63
KEJADIAN KEBAKARAN
DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN
TAHUN 2018
KEJADIAN KEBAKARAN
DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN
TAHUN 2019
.
Gambar 10. Dokumentasi kawasan Hutan Kemasyarakatan Hutan Lindung
Sungai Wain.
70
Tahun 2012. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Balikpapan dan lulus pada Tahun 2015. Kemudian
sekarang;
tahun 2018;
11. Peserta Program Kuliah Kerja Nyata Desa Sejahtera Mandiri (KKN - DSM)
13. Asisten Praktikum Mata kuliah Dendrologi dan Ekologi Hutan pada tahun
2017/2018.