Anda di halaman 1dari 15

Nama : 1.

Botok Rahayu ( 2020010052)


2. Miftahul Huda ( 20200100
Kelas : PAI4B

Makul : Managemen Pendidikan

KAJIAN PENDEKATAN ORGANISASI KLASIK BIROKRATIK


Oleh :
KARIM ABDUL JABBAR
LUKMANUL HAKIM
A. PENGERTIAN PENGORGANISASIAN DAN ORGANISASI
Pengorganisasian ialah (1) penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan organisasi, (2) proses perancangan dan pengembangan suatu
organisasi yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan, (3) penugasan
tanggung jawab tertentu, (4) pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada
individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.1 Pengorganisasian ialah
pengaturan kerja bersama sumber daya keuangan, fisik, dan manusia dalam organisasi.
Pengorganisasian merupakan penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan
organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya.2
Mooney, seorang eksekutif General Motors dalam bukunya The Principles of
Organization (1994) mendefinisikan organisasi sebagai kelompok dua orang atau lebih
yang bergabung untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk merancang organisasi perlu
memperhatikan empat prinsip, yaitu (1) koordinasi, (2) skalar, (3) fungsional, dan (4)
staf.3
Organisasi berasal dari bahasa Latin, organum yang berarti alat, bagian, anggota
badan. Organisasi adalah struktur birokrasi.4 Organisasi adalah proses mendesain
kegiatan-kegiatan dalam struktur organisasi untuk mencapai tujuan yang telah

1
Handoko (2003) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2014).hlm. 170
2
Handoko (2003) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2014).hlm. 170
3
Handoko (2003) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
4
Weber (1968) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2014).hlm. 170

1
ditetapkan,5 organisasi sebagai respons terhadap makna nilai-nilai kreatif untuk
memuaskan kebutuhan manusia.6 Organisasi ialah sekelompok orang yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan organisasi.7 Akhirnya menurut Organisasi adalah suatu sistem
aktivitas yang dikoordinasikan secara sadar oleh dua orang atau lebih. 8
Berdasarkan berbagai pendapat tentang organisasi diatas, dapat disimpulkan bahwa
yang disebut organisasi ialah proses kerja sama dua orang atau lebih untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. Jadi, dalam setiap organisasi terkandung tiga unsur,
yaitu (1) kerja sama, (2) dua orang atau lebih, (3) tujuan yang hendak dicapai.

B. TEORI ORGANISASI KLASIK


Teori organisasi klasik memiliki asumsi bahwa organisasi selalu memiliki
susunan yang rasional dan logis, baik secara ekonomis maupun pencapaian
efisiensi. Dengan kata lain, bagi teori organisasi klasik rasionalitas, efisiensi dan
keuntungan ekonomis adalah tujuan organisasi. Sejalan dengan tujuan yang
demikian, manusia juga diasumsikan bertingkah laku atau bertindak secara rasional
pula. Jika manusia dipandang sebagai mahluk yang rasional maka akan mudah
bagi pihak manajemen untuk mencapai kepentingannya, terutama peningkatan
produktifitas melalui peningkatan upah dan insentif bagi pihak pekerja.9
Teori Organisasi Klasik memusatkan perhatiannya pada penciptaan suatu
himpunan teknik-teknik yang rasional, yang diperlukan dalam mengembangkan baik
struktur maupun proses dan juga mengarahkan suatu bentuk koordinasi yang
mampu mengintegrasikan hubungan-hubungan antara bagian dari suatu organisasi.
Teori Klasik sangat meyakini bahwa jika teknik dan pendekatan yang rasional dapat
diwujudkan maka organisasi akan dapat berjalan lebih baik dalam pencapaian
tujuan.

5
Wendrich, et al. (1988) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
6
Sutarto (1995) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
7
Griffin & Morhead (1996) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
8
Barnard (Anonim, 2000) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
9
(http://elisa.ugm.ac.id BAB 4 Teori-Teori Organisasi.html, diakses tanggal 2 Oktober 2017)

2
Teori organisasi klasik dibedakan atas dua perspektif manajemen, yaitu manajemen
ilmiah dan manajemen administratif.10 Teori organisasi disebut juga teori administratif
atau teori manajemen administratif. Salah satunya bernama Fayol (1841-1925), Fayol
terkenal sebagai Bapak Teori Ilmiah.
Fayol menjelaskan organisasi klasik adalah mengenai bagaimana cara memecahkan
fungsional kegiatan yang bersifat administratif. Selain itu fayol juga mengetengahkan
empat belas prinsip atau dasar-dasar administrasi yang sangat terkenal, dalam Tabel 1.1
berikut.
Tabel 1.1
Empat Belas Prinsip Manajemen Fayol

Komponen Deskripsi
1. Divisi Kerja Objek divisi tugas adalah meningkatkan efisiensi
melalui reduksi hal-hal yang tidak perlu,
meningkatkan output dan menyederhanakan
pelatihan kerja.
2. Otoritas Otoritas yang baik untuk memberikan perintah
melalui kekuasaan yang sangat dipatuhi. Otoritas
memberikan pertanggungjawaban dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban.
3. Disiplin Disiplin menyatakan secara tidak langsung patuh
terhadap peraturan organisasi. Kejelasan pernyataan
persetujuan antara organisasi dan anggotanya
sangat diperlukan, dan disiplin kelompok
bergantung kualitas kepemimpinan.
4. Kesatuan komando Setiap anggota harus menerima perintah dari
seorang atasannya. Ketaatan terhadap prinsip ini
menghindarkan pembagian otoritas dan disiplin
5. Kesatuan arahan Kegiatan yang sama diarahkan untuk mencapai satu
tujuan harus dikelompokkan bersama oleh seorang
manajer
6. Subordinat minat Minat individu dan kelompok dalam sebuah
individu organisasi tidak melebihi minat organisasi secara
keseluruhan (mengutamakan kepentingan umum
daripada individu)
7. Penggajian Kompensasi harus terbuka dan memuaskan anggota
dan organisasinya
8. Sentralisasi Manajer harus menguasai tanggung jawab final,
tetapi ia harus memberi bawahannya otoritas yang
cukup untuk melaksanakan tugas dengan sukses.

10
Lunenburg & Ornstein (2000) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 37 ni

3
Komponen Deskripsi
Kelayakan tingkat sentralisasi akan bervariasi
tergantung suasana. Hal ini menjadi pertanyaan
bagaimana kelayakan sentralisasi yang dipakai
dalam setiap kasus.
9. Rentang kendali Rentang kendali atau rentang komando adalah
rentang supervisor dari otoritas diatas ke bawahnya.
Garis otoritas harus jelas dan dipatuhi setiap waktu.
10. Perintah Manusia dan sumber daya material harus
dikoordinasikan sesuai tempat dan waktu yang
tepat.
11. Pemerataan Keinginan pemerataan dan persamaan perlakuan
yang diaspirasikan manajer terhadap seluruh
bawahannya.
12. Stabilitas personel Kesuksesan organisasi memerlukan kestabilan
tempat kerja. Manajerial mempraktikkan keharusan
komitmen jangka panjang anggota terhadap
organisasinya.
13. Inisiatif Anggota harus didorong untuk mengembangkan
dan melaksanakan rencana peningkatan.
14. Semangat tim Manajer harus mendukung dan memelihara kerja
(Esprit de corps) tim, semangat tim, dan rasa kebersamaan senasib
dan seperjuangan anggotanya.

Ciri-ciri organisasi klasik yaitu


 pembagian kerja yang sesuai dengan bidang tertentu yang diperlukan dalam
organisasi tersebut dengan harapan pemimpin mampu mengevaluasi kinerja
bawahannya.,
 tanggung jawab bilamana mereka tidak bertanggung jawab maka akan
mendapatkan sanksi.
 pengarahan dari pemimpin dalam organisasi ini kita mengenal adanya perintah
dari pemimpin. Perintah ini terkesan kaku demi mencapai tujuan organisasi.
Pemimpim mempunyai kekuasaan penuh. Semua keputusan berada ditangannya
termasuk pembagian hadiah atau hukuman bagi pekerja.

 Sanksi organisasi klasik memiliki sanksi yang tegas jika mereka lalai dari
tanggung jawab, maka hukuman telah menanti mereka. Saat ini kita sudah
jarang menemukan organisasi klasik seperti ini. Kebanyakan organisasi maupun
perusahaan telah mencantukan prinsip kebersamaan dan gotong royong dalam
asas mereka. Dengan demikian kesejahteraan anggota dapat terjalin dengan baik.
 Tidak ada kreativitas, jangan harap seorang pekerja bisa berkreasi dengan
tugasnya. Bahkan mengetahui cara kerja bagian lain pun kemungkinan besar

4
tidak akan bisa. Mereka hanya akan menekuni bidang itu saja selama bertahun-
tahun. Bisa dibilang para pekerja adalah mesin berjalan. Mereka tunduk pada
aturan da sudah hafal letak tatanan. Dari sinilah prokdutivitas kerja meningkat
karena mereka sangat menguasai bagian mereka

C. PENGERTIAN BIROKRASI
Bila kita mengartikan birokrasi berdasarkan istilah asal kata biro dan kratia, berarti
pengaturan dari meja ke meja. Dalam perbendaharaan bahasa abad ke-18, biro (bureau)
yang diartikan meja tulis, selalu diartikan sebagai di mana para pejabat bekerja. Dalam
bahasa Perancis menjadi Bereaucratie, dalam bahasa Jerman menjadi Bureaukratia atau
Birokrate.11 Sebab itu, terminologi birokrasi adalah aturan yang dikendalikan lewat
meja atau kantor.
Birokrasi adalah suatu sistem kontrol dalam organisasi yang dirancang berdasarkan
aturan-aturan yang rasional dan sistematis, dan bertujuan untuk mengkoordinasi dan
mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja individu dalam rangka penyelesaian tugas-tugas
administrasi berskala besar (disarikan dari Blau & Meyer, 1971; Coser & Rosenberg,
1976; Mouzelis, dalam Setiwan,1998).12
Menurut Safri Nugraha birokrasi ialah alat kekuasaan bagi yang menguasainya,
dimana para pejabatnya secara bersama-sama berkepentingan dalam kontinuitasnya. 13
Birokrasi berhubungan dengan organisasi masyarakat yang disusun secara ideal.
Birokrasi dicapai melalui formalisasi aturan, struktur, dan proses di dalam organisasi.
Para teoritikus klasik seperti Fayol (1949), Taylor (1911), dan Weber (1948), selama
bertahun-tahun telah mendukung model birokrasi guna meningkatkan efektivitas
administrasi organisasi. Max Weber adalah sosok yang dikenal sebagai bapak
birokrasi.14 Teori birokrasi webber disebut juga dengan istilah teori “ tipe ideal”.
Menurut webber organisasi yang ideal adalah suatu birokrasi yang kegiatan dan
tujuanya dipikirkan secara rasional dan pembagian kerjanya di nyatakan secara tegas.
Ada enam hal dari karya webber. Keenam aspek tersebut meliputi

 Birokrasi harus dioprasikan melalui hierarki yang jelas


 Adanya pembagian kerja yang jelas (devisien of labour)
11
Ibid. hlm 5.
12
Sapta Alghifary, “Teori Birokrasi,” accessed October 1, 2017,
http://isakuikikang.blogspot.co.id/2014/04/teori-birokrasi-menurut-max-weber.html?m=1.
13
Takedaozisme, “Konsep Birokrasi,” accessed October 1, 2017,
http://takedaoz.blogspot.co.id/2011/10/konsep-birokrasi-menurut-max-weber.html?=1.
14
Alghifary, “Teori Birokrasi.”

5
 Sentralisasi dalam pengambilan keputusan dan kekuasaan
 Pada dasanya birokrasi adalah sistem yang tertutup
 Penekanan pada pentingnya peraturan untuk fungsi organisasi. Harus ada
[eraturan yang rasional an mapan bagi organisasi, dan harus ada juga peraturan
untuk mengatur seluruh kebergantungan dalam organisasi dan seluruh peraturan
tersebutharus dicurahan dalam kodifikasi secara tertulis bagi organisasi.
 Fungsi fari ototritas. Weeber melihat bahwa birokrasi dapat berjalan melalui
sistem otoritas, kekuasaan dan disiplin yang ditegakkan dalam organisasi

Dapat dibayangkan jika organisasi tanpa struktur, tanpa kestabilan dan tanpa
peratura maka akan muncul kekacauan dimana-mana. Oleh karena itu munculah
birokrasi. Dengan demikian, birokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan atau
pengaturan yang dilakukan dari meja ke meja secara terpisah. Maksud
dilakukannya peraturan dan pengambilan keputusan secara terpisah-pisah itu
adalah untuk menghindarkan terjadinya subjektivitas keputusan dan
pengawasan pada satu tangan. Demikian pula dalam hal pengangkatan
pejabatnya tidak didasarkan kehendak penguasa, tetapi didasarkan
persyaratan-persyaratan yang objektif, seperti pendidikan, keahlian,
pengalaman, dan senioritas.

D. TEORI-TEORI BIROKRASI MENURUT MAX WEBER


Weber tidak pernah mendefinisikan birokrasi secara jelas berdiri sendiri,
tetapi hanya mengemukakan ciri-ciri, gejala-gejala, proposisi-proposisi dan
dari pengalaman yang ia lihat sehari-hari. Weber memandang birokrasi sebagai arti
umum, luas, serta merupakan tipe birokrasi yang rasional. Weber berpendapat bahwa
tidak mungkin kita memahami setiap gejala kehidupan yang ada secara keseluruhan,
sebab yang mampu kita lakukan hanyalah memahami sebagian dari gejala tersebut. Satu
hal yang penting ialah memahami mengapa birokrasi itu bisa diterapkan dalam kondisi
organisasi negara tertentu. Dengan demikian tipe ideal memberikan penjelasan kepada
kita bahwa kita mengabstraksikan aspek-aspek yang amat penting yang membedakan
antara kondisi organisasi tertentu dengan lainnya.15
Konsep dasar birokrasi tidak bisa lepas dari konsep yang digagas Max Weber
sosiolog ternama asal Jerman dalam karyanya ”The Theory of
Economy and Social Organization” yang dikenal melalui ideal-type (tipe ideal)
15
Miftah Thoha, Birokrasi Dan Politik Di Indonesia, 1st ed. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005).hlm. 16.

6
birokrasi modern. Model ini yang sering di adopsi dalam berbagai rujukan birokrasi
berbagai negara, termasuk di Indonesia. Konsepsi birokrasi yang dikemukakan Max
Weber tersebut dilihat dari legitimasi kekuasaan yang ada, yang kemudian dibagi ke
dalam tiga kategori (1947: 57), yaitu
1. Rational-legal authority (Otoritas Legal Rasional) yaitu otoritas dimana
legitimasi yang didasarkan pada keyakinan akan alat hukum yang diciptakan
secara rasional dan juga pada kewenangan seseorang yang melaksanakan tata
hukum sesuai prosedur. Weber yakin bahwa otoritas ini dapat diandalkan karena
ini merupakan bentuk otoritas yang paling memuaskan dari segi teknis.
2. Traditonal authotiy (Otoritas Tradisional) yaitu otoritas dimana sebuah
legitimasi yang bertumpu pada kepercayaan dan rasa hormat pada tradisi dan
masing-masing pengemban tradisi. Menurut weber otoritas ini merupakan sarana
ketidaksetaraan yang diciptakan dan dipelihara karena jika tidak ada yang
menentang otoritas ini maka pemimpin atau kelompok pemimpin akan tetap
dominan.
3. Charismatic type (Otoritas Kharismatik) yaitu otoritas dimana legitimasi
dilandaskan kepada Karisma yang dimiliki oleh seorang pemimpin sehingga ia
dihormati dan dikagumi oleh pengikutnya.
Konsep umum birokrasi yang dikemukakan oleh Weber dibentuk melalui
kesimpulan dari sejumlah besar bagian-bagian kiasan yang dibuatkannya untuk itu.
Salah satu petunjuk bagi konsep umum Weber tampak dalam identifikasinya terhadap
jenis birokrasi patrimonial, disamping jenis birokrasi lain, yaitu birokrasi rasional.
Birokrasi patrimonial berbeda dengan tipe birokrasi rasional. Birokrasi
patrimonial diangkat berdasarkan kriteria subjektif karena ada hubungan
emosional dengan pejabat yang mengangkat, sedangkan birokrasi rasional
diangkat berdasarkan kriteria objektif, yakni syarat-syarat yang sudah
ditetapkan lebih dahulu sebelum seseorang masuk menjadi pegawai
pemerintah. Konsep tentang pejabat merupakan dasar bagi adanya birokrasi
menurut Weber, hal ini terlihat dari seringnya Weber dalam berbagai
kesempatan menggunakan beamtentum (staf pegawai), sebagai suatu
alternatif bagi pengertian birokrasi.16

16
Ngadisah, “Pengertian Dan Teori-Teori Klasik Birokrasi.” hlm. 7.

7
Walaupun Weber tidak mendefinisikan secara utuh tentang birokrasi
tetapi dari ciri-ciri yang dikemukakan pada berbagai kesempatannya dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut. Birokrasi adalah suatu badan
administratif tentang pejabat yang diangkat, dan membentuk hubungan
kolektif bagi golongan pejabat itu sebagai suatu kelompok tertentu yang
berbeda, yang pekerjaan dan pengaruhnya dapat dilihat dalam organisasi
tertentu, khususnya menurut prosedur pengangkatannya. Dengan demikian, berarti
bahwa dalam konsep umum tentang birokrasi Weber, bukan hanya terdiri dari gagasan
tertentu tentang kelompok, tetapi juga gagasan tentang bentuk-bentuk tindakan yang
berbeda dalam kelompok tertentu itu.17
Weber juga menyatakan, birokrasi itu sistem kekuasaan, di mana pemimpin
(superordinat) mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat). Sistem birokrasi
menekankan pada aspek disiplin. Sebab itu, Weber juga memasukkan birokrasi sebagai
sistem legal-rasional. Legal oleh sebab tunduk pada aturan-aturan tertulis dan dapat
disimak oleh siapa pun juga. Rasional artinya dapat dipahami, dipelajari, dan jelas
penjelasan sebab-akibatnya.18
Akibatnya, organisasi tidak lagi berjalan secara rasional melainkan sesuai keinginan
pemimpin belaka. Bagi Weber, perlu dilakukan pembatasan atas setiap kekuasaan yang
ada di dalam birokrasi, yang meliputi point-point berikut:19
1. Kolegialitas. Kolegialitas adalah suatu prinsip pelibatan orang lain dalam
pengambilan suatu keputusan. Weber mengakui bahwa dalam birokrasi, satu
atasan mengambil satu keputusan sendiri. Namun, prinsip kolegialitas dapat
saja diterapkan guna mencegah korupsi kekuasaan.
2. Pemisahan Kekuasaan. Pemisahan kekuasaan berarti pembagian tanggung
jawab terhadap fungsi yang sama antara dua badan atau lebih. Misalnya, untuk
menyepakati anggaran negara, perlu keputusan bersama antara badan DPR dan
Presiden. Pemisahan kekuasaan, menurut Weber, tidaklah stabil tetapi dapat
membatasi akumulasi kekuasaan.

17
Ibid. hlm. 8.
18
Alghifary, “Teori Birokrasi.”
19
Setia Basri, “Konsep-konsep Birokrasi menurut Max Weber dan Martin Albrow
” accessed October 1, 2017, http://setabasri01.blogspot.co.id/2009/05/pengantar.html?m=1

8
3. Administrasi Amatir. Administrasi amatir dibutuhkan tatkala pemerintah tidak
mampu membayar orang-orang untuk mengerjakan tugas birokrasi, dapat saja
direkrut warganegara yang dapat melaksanakan tugas tersebut. Misalnya,
tatkala KPU (birokrasi negara Indonesia) “kerepotan” menghitung surat suara
bagi tiap TPS, ibu-ibu rumah tangga diberi kesempatan menghitung dan diberi
honor. Tentu saja, pejabat KPU ada yang mendampingi selama pelaksanaan
tugas tersebut.
4. Demokrasi Langsung. Demokrasi langsung berguna dalam membuat orang
bertanggung jawab kepada suatu majelis. Misalnya, Gubernur Bank Indonesia,
meski merupakan prerogatif Presiden guna mengangkatnya, terlebih dahulu
harus di-fit and proper-test oleh DPR. Ini berguna agar Gubernur BI yang
diangkat merasa bertanggung jawab kepada rakyat secara keseluruhan.
5. Representasi. Representasi didasarkan pengertian seorang pejabat yang
diangkat mewakili para pemilihnya. Dalam kinerja birokrasi, partai-partai
politik dapat diandalkan dalam mengawasi kinerja pejabat dan staf birokrasi.
Ini akibat pengertian tak langsung bahwa anggota DPR dari partai politik
mewakili rakyat pemilih mereka.
Hingga kini, pengertian orang mengenai birokrasi sangat dipengaruhi oleh
pandangan-pandangan Max Weber di atas. Dengan modifikasi dan penolakan di sana-
sini atas pandangan Weber, analisis birokrasi mereka lakukan.

E. KARAKTERISTIK ORGANISASI BIROKRASI


Organisasi birokrasi dicirikan sebagai sebuah aparat administratif besar yang
kompleks, yang bekerja dengan melepaskan hubungan pribadi dengan manusia.
Menurut Weber (1948), organisasi birokrasi yang ideal menyertakan delapan
karakteristik struktural proposisi tentang penyusunan sistem otoritas legal sebagai
berikut :
1. Tugas-tugas pejabat dalam organisasi berdasarkan aturan yang
berkesinambungan. Dengan demikian setiap pejabat akan melaksanakan tugas
sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing yang diatur dalam aturan yang

9
tegas dan jelas, satu tugas dengan tugas lainnya seirama menuju satu tujuan
akhir. Semua tugas dari sekelompok tugas-tugas merupakan satu sistem
sehingga saling mempengaruhi dan memerlukan satu sama lain, bukan antara
satu sama lain aturannya bertentangan, ini akan membuat inefisiensi birokrasi.
Hal demikian bukan pengertian “birokrasi” yang dimaksudkan oleh Weber.
Weber mengisyaratkan bahwa birokrasi adalah bekerja dengan efisien dan
rasional.
2. Tugas-tugas tersebut dibagi atas bidang-bidang yang dibedakan menurut
fungsi, masing-masing dilengkapi dengan syarat otoritas, dan sanksi-sanksi.
Selain tugas diorganisasi agar terjadi keseimbangan gerak dan tujuan, juga
harus dibagi menurut bidang-bidang dan fungsi-fungsi yang jelas. Satu tugas
dengan fungsi yang lain harus dapat ditarik benang merah secara tegas
sehingga hal yang mempunyai wewenang (otoritas) jelas dan kepada siapa
harus mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
telah dikerjakannya sehingga akan terhindar dari pelemparan tanggung
jawab. Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap tugas-tugas itu
akan menjadi jelas, demikian juga jika terjadi kesalahan dalam
melakukan tugas, akan terlihat pihak yang akan dikenai sanksi sehingga
sanksi tidak salah alamat. Bila hal ini terjadi selain melanggar aturan
juga melanggar prinsip keadilan sehingga organisasi akan menjadi tidak
efektif karena ada anggota yang sakit hati dan akan mengacaukan
kehidupan organisasi tersebut. Orang-orang yang diperlakukan tidak
adil, sering kali membuat ulah, untuk menghambat tugas atau menjegal
saingannya.
3. Jabatan-jabatan tersusun secara hierarkis, hak-hak kontrol, dan komplain di
antara mereka terperinci. Dengan demikian, pejabat yang lebih rendah akan
tunduk kepada pejabat yang lebih tinggi sehingga akan mempermudah
pembinaan dan pengawasan pekerjaan yang menjadi tugasnya. Otoritas
masing-masing unit kerja menjadi jelas dari posisi jabatan/level yang paling
tinggi, menengah, maupun level yang lebih paling rendah. Hal ini akan
mempermudah setiap level atasan dalam menerima pertanggungjawaban dari
bawahannya. Demikian juga hak-hak pegawai/anggota organisasi dan keluhan-

10
keluhan diatur secara jelas, tertulis, dan terperinci. Jika sistem demikian yang
berlaku pada organisasi birokrat maka semua persoalan yang terjadi akan dapat
terpecahkan, dan sebaliknya jika komunikasi tidak berjalan maka hambatan
akan mengganggu jalannya organisasi. Aliran informasi dari atas berupa
instruksi, peraturan, teguran, sanksi, petunjuk, keterangan umum, perintah, dan
pujian, sedangkan komunikasi dari bawah berupa laporan/report, keluhan,
saran dan pendapat. Komunikasi horizontal berupa pemantapan, pendapat
umum, kesepakatan opini, kejelasan informasi, dan lain-lain.
4. Aturan-aturan yang sesuai dengan pekerjaan diarahkan baik secara teknis
maupun secara legal. Aturan-aturan yang berkaitan dengan uraian tugas
pekerjaan dalam organisasi diatur dalam bentuk susunan organisasi dan tata
kerja organisasi. Di sini aturan terlihat dengan jelas dan tegas, fungsi dan
wewenang masing-masing bagian maupun masing-masing pejabat dan anggota
organisasi lainnya. Sehingga akan terhindar dari tumpang tindih pekerjaan atau
tugas bagian lain dikerjakan oleh yang bukan wewenangnya sehingga pada satu
bagian menumpuk sedangkan
pekerjaan di pihak lain ada bagian yang kurang pekerjaan maka akan
terjadi ketidakseimbangan produktivitas dan mengakibatkan kecemburuan
sosial dalam organisasi tersebut. Apalagi pekerjaan itu
menyangkut urusan yang berkaitan dengan keuangan, dengan banyaknya
pekerjaan akan mendapat kompensasi gaji ekstra maka yang kurang
pekerjaan tidak mendapat gaji ekstra (uang lembur). Jadi, dalam pekerjaan
diperlukan spesialisasi kerja agar produktivitasnya tinggi dan
efisien. Sementara itu, yang dimaksud diarahkan secara legal adalah
pembinaan terhadap pegawai sesuai dengan aturan yang berlaku dalam
organisasi itu. Sementara itu, diarahkan secara teknis adalah dibina
dan dibimbing setiap waktu atau berkala dalam melakukan pekerjaan.
Jika ada yang belum bisa bekerja dengan baik dibina agar menjadi lebih
baik dan jika salah dibetulkan sesuai dengan arah aturan yang legal
sehingga seirama dengan tujuan organisasi. Untuk pembinaan secara
teknis maupun secara legal tentu diperlukan orang-orang yang sudah
senior, berpengalaman di bidangnya cukup lama, sekaligus menguasai

11
materi/pekerjaan yang sesuai aturan (standar yang berlaku) dan oleh
orang atau lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu.
5. Sumber-sumber daya organisasi sangat berbeda dengan yang berasal dari
para anggota sebagai individu pribadi. Termasuk sumber daya organisasi
adalah orang-orangnya dengan segala kemampuannya dan juga materi sebagai
sarana pencapaian tujuan organisasi itu. Di mana setiap anggota organisasi
mempunyai latar belakang yang berbeda satu sama lain, misalnya tingkat
pendidikan, adat istiadat, norma, suku bangsa, asal daerah. Jika tidak dibina
dengan baik akan terjadi ketidakserasian gerak dan nepotisme yang akan
berakibat hubungan antaranggota organisasi kurang harmonis. Proses
pembinaan pegawai merupakan pekerjaan para pejabat atau yang mempunyai
otoritas, dan ini perlu dilakukan secara berkala. Kepentingan pribadi harus
dikesampingkan, mendahulukan kepentingan organisasi, walaupun mungkin
bertentangan dengan individu-individu anggota organisasi.
Dengan demikian, para anggota organisasi harus dapat menjalankan
tugas-tugas yang legal yang sudah menjadi aturan yang tertulis dan
berlaku pada organisasi itu. Kesemuanya ini harus ada yang
menggerakkan, yaitu orang yang mempunyai otoritas.
6. Pemegang jabatan sesuai dengan kompetensinya. Maksudnya adalah jabatan-
jabatan dalam organisasi dipegang oleh orang-orang yang sesuai dengan
kemampuannya, baik latar belakang pendidikan, keahlian maupun tingkat
penguasaannya. Sesuai dengan bidang tugasnya sehingga selama menjabat
pada jabatan tertentu ia akan dapat melaksanakan tugas secara efektif.
Penguasaan tugas tidak hanya cukup dilandasi oleh latar belakang pendidikan
dan pengalaman saja,tetapi juga harus didukung oleh keterampilan teknik dan
perilaku yang sesuai dengan tuntutan jabatan tersebut. Makna kompetensi
adalah gabungan antara ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan
perilaku yang dibutuhkan oleh jabatan yang diembannya.
7. Administrasi didasarkan pada dokumen-dokumen tertulis. Pernyataan itu
dimaksudkan semua kegiatan dan kejadian dalam organisasi sepanjang yang
bisa ditulis harus didokumentasikan, diarsip secara kronologis menyangkut
pekerjaan atau hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan, termasuk jenis dan

12
bentuk sanksi-sanksi, aturan-aturan yang berlaku dalam organisasi itu. Hal
yang demikian merupakan ciri organisasi modern, kesemuanya ini
dimaksudkan agar semua kegiatan dapat terpotret dengan jelas bila sewaktu-
waktu dibutuhkan sebagai bahan laporan, sebagai data untuk melihat kesulitan-
kesulitan masa yang sudah lewat dan juga kegagalan-kegagalan yang pernah
dialami. Selain itu, dokumentasi dimaksudkan sebagai data masa lalu yang
sangat bermanfaat bagi pembuatan rencana yang akan datang. Data organisasi
terkadang diperlukan oleh pihak-pihak di luar organisasi, baik untuk
kepentingan praktis maupun untuk kepentingan ilmiah, misal untuk penelitian-
penelitian, bahan kajian dalam membuat karya tulis ilmiah mahasiswa, skripsi,
tesis, maupun disertasi.
8. Sistem otoritas legal dapat mengambil banyak bentuk, tetapi dilihat dari
bentuk aslinya ialah sebuah staf administrasi birokratis. Arti staf administrasi
birokratik adalah adanya otoritas berjenjang, yang mengandung konsekuensi
pelaporan dan tanggung jawab secara berjenjang pula. Setiap biro mempunyai
wewenang dan tanggung jawab sebagaimana tertuang dalam surat
keputusan/pembentukannya atau diatur dengan surat keputusan lain yang
menjadi sumber legalitas bagi
biro atau lembaga tertentu.20
Fungsi birokrasi
 Spesialisasi melalui birokrasi memungkinkan kariawan akan memiliki
spesialisasi dibidang mana keahliannya sehingga orang yang mengisi setiap
posisi berhak menangani atau memegang posisi tersebut secara lebih terperici
 Struktur, tugas dan kewajiban organisasi dapat digambarkan secara jelas.
 Keteramalan dan kesetabilan, kekuasaan penguasaan an penyusunan serta aspek
yang ada dalam birokrasi memungkinkan adanya keteramalan dan kesetabilan.
 Rasionalitas dalam birokrasi kepuutusan dibuat menurut tujuan yang tidak
beraty sebelah dan secara umum dibuat berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. Tidak ada perubahan ditengah, tiba-tiba ataupun yang mendukung
satu pihak.
 Demokrasi, secara sederhanaa dilihat sebagai pengurangan perlindunga terhadap
suatu maksud tertentu dari pihak-pihak tertentu dan tindakan lainya dengan hak-
hak istimewa.
Dengan melihat realitas yang ada bahwa pada kenyataannya tipe ideal yang dibuatoleh
webber ini tidak sepenuhya bisa dijalankan atau ilakukan. Bahkan ditengah perjalanan
nya banyak sekalu terjadi penyelewengan yang akhirnya membuat birokrasi tidak
populer.

20
Ngadisah, “Pengertian Dan Teori-Teori Klasik Birokrasi.”

13
Penyelewengan dalam birokrasi organisasi diantaranya ada rigiditas, impersonalitas,
pengalihan tujua, penggolongan, pembentukan kemutllakan diri, nilai
pengendalian,kekhawatiran,

F. KETERBATASAN TEORI ORGANISASI KLASIK DAN BIROKRASI


Seperti halnya dengan pendekatan manajemen ilmiah, pendekatan teori organisasi
klasik pun tidak luput dari kritikan. Kritik terhadap teori birokrasi antara lain (1)
merangsang berfikir yang mengutamakan konformitas dan formalitas, (2) merupakan
rutinitas yang membosankan, (3) ide-ide inovatif tidak sampai kepada pengambil
keputusan karena panjangnya jalur komunikasi, (4) tidak memperhitungkan organisasi
nonformal yang seringkali lebih berpengaruh kepada organisasi formal, (5) dijalankan
secara berlebihan sehingga terjadi over-bureaucratization, (6) kecenderungan menjadi
parkinsonian, yaitu terlalu banyak atauran yang berbelit-belit (simpul-simpul birokrasi)
yang diatur oleh orang-orang yang menjadikan simpul-simpul birokrasi untuk
menyelewengkan wewenang, dan (7) kecenderungan menjadi orwelian, yaitu keinginan
birokrasi mencampuri (turut melaksankan) bukan mengendalikan urusan.
Teori-teori organisasi hanya cocok untuk zamannya yang ketika itu organisasi
relatif stabil dan lingkungan dapat diramalkan. Teorinya sangat abstrak dan sukar
diterapkan untuk pengambilan keputusan. Selain itu saling bertentangan dengan unsur
lainnya, misalnya prinsip pembagian tugas bertentangan dengan adanya prinsip satu
komando. Meskipun teori organisasi klasik mendapat kritikan, tetapi masih dipakai oleh
sebagian orang dalam berorganisasi. Hal tersebut juga menjadi dasar bagi
perkembangan teori-teori berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alghifary, Sapta. “Teori Birokrasi.” Accessed October 1, 2017.


http://isakuikikang.blogspot.co.id/2014/04/teori-birokrasi-menurut-max-

14
weber.html?m=1.

Basri, Seta. " Konsep-konsep Birokrasi menurut Max Weber dan Martin Albrow."
Accessed October 1, 2017.
http://setabasri01.blogspot.co.id/2009/05/pengantar.html?m=1

http://elisa.ugm.ac.id BAB 4 Teori-Teori Organisasi.html, diakses tanggal 2 Oktober


2017

Usman, Husaini. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2014.

Ngadisah. “Pengertian Dan Teori-Teori Klasik Birokrasi.” Biroksasi (n.d.): 1–32.

Takedaozisme. “Konsep Birokrasi.” Accessed October 1, 2017.


http://takedaoz.blogspot.co.id/2011/10/konsep-birokrasi-menurut-max-
weber.html?=1.

Thoha, Miftah. Birokrasi Dan Politik Di Indonesia. 1st ed. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005.

15

Anda mungkin juga menyukai