Anda di halaman 1dari 4

Definsi Citra Kota

Kevin lynch mendefinisikan citra kota sebagai gambaran mental sebuah kawasan dengan kesesuaian
rata rata pandangan masyarakat yang membentuk kesan/wajah sebuah kota, ditekankan pada
lingkungan fisik atau sebuah obyek seperti warna, bentuk, struktur, dll. Yang menimbulkan tampilan dan
perhatian.

Terdapat lima elemen dalam mengungkapkan citra kota, yaitu path, edge, district, node dan landkmark.

Komponen-komponen yang mempengaruhi Citra Kota

Menurut Lynch (1960), dalam menandai lingkungannya, faktor kekuatan visual (imageability) menjadi
sangat dominan. Semakin kuat faktor visual, semakin kuat pula elemen tersebut diingat/ dipahami oleh
si-pengamat. Karena secara prinsip ada tiga hal yang akan diingat oleh pengamat, yaitu:

- Elemen yang memberikan identitas


- Elemen yang mengarah kepada pola kota,
- Elemen yang memberikan makna (baik kepada individu maupun secara sosial)

Yang kemudian menurut Lynch, citra lingkungan tersebut dapat dianalisis berdasarkan tiga komponen
yaitu identitas, struktur, dan makna.

Identitas

artinya orang dapat memahami gambaran mental perkotaan (identifikasi obyek, perbedaan antara
obyek, perihal yang dapat diketahui), atau dengan pengertian lain identitas dari beberapa obyek/
elemen dalam suatu kawasan yang berkarakter dan khas sebagai jati diri yang dapat membedakan
dengan kawasan lainnya

Struktur

artinya orang dapat melihat perkotaan (hubungan obyek-obyek, hubungan subyek-obyek, pola yang
dapat dilihat), dengan kata lain yaitu mencakup pola hubungan antara obyek/elemen dengan
obyek/elemen lain dalam ruang kawasan yang dapat dipahami dan dikenali oleh pengamat berkaitan
dengan fungsi kawasan tempat obyek/elemen tersebut berada.

Makna

orang dapat mengalami ruang perkotaan (arti obyek-obyek, arti subyek-obyek, rasa yang dapat dialami),
atau merupakan pemahaman arti oleh pengamat terhadap dua komponen (identitas dan struktur).
Elemen elemen pembentuk Citra Kota “kevin lynch”

Path

Jalur dimana biasanya bergerak dan melalui dengan saling berhubungan. Path dapat berupa jalan raya,
trotoar, jalur transit, canal jalur kereta api.

Edge (Tepian)

Edge adalah elemen linier yang tidak dipakai/dilihat sebagai path. Edge berada pada batas antara dua
kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linier, misalnya pantai, tembok, Batasan antara
lintasan kereta api, topografi dan sebagainya.

District (Kawasan)

District atau kawasan merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi. Sebuah kawasan
district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, dan wujudnya) dank khas pula dalam batasnya,
dimana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya.

District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior maupun eksterior. District mempunyai
identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogeny,
serta fungsi dan posisinya jelas

Node (Simpul)

Node atau simpul merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah atau aktivitasnya
saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktifitas lain, misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun,
lapangan terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square,
dan sebagainya.
Definisi Kumuh

Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni yang ditandai dengan ketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana
yang tidak memenuhi syarat.

Permukiman kumuh atau slum merupakan kondisi permukiman dengan kualitas buruk dan tidak sehat,
tempat perlindungan bagi kegiatan marjinal serta sumber penyakit epidemik yang akhirnya akan
menular ke wilayah perkotaan (UN Habitat, 2010).

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 14/PRT/M/2018
Tentang pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan pemukiman kumuh.

Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kriteriakekumuhan ditinjau dari:

a. bangunan Gedung & jalan lingkungan


b. penyediaan air minum (Pasal 22)
c. drainase lingkungan (Pasal 23)
d. pengelolaan air limbah (Pasal 24)
e. pengelolaan persampahan (Pasal 25)
f. proteksi kebakaran (Pasal 26)

a. Kriteria kekumuhan yang ditinjau dari bangunan gedung sebagaimana dimaksud mencakup
ketidakteraturan bangunan dan kepadatan penduduk yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang & kualitas bangunan yang tidak memenuhsi syarat. Seperti halnya:

- KDB & KLB yang melebihi ketentuan RDTR


- Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan pemukiman dan kualitas jalan
lingkungan yang buruk

b. Kriteria kekumuhan yang ditinjau dari penyediaan air minum mencakup akses aman air minum
tidak tersedia dan kebutuhan air minum minimal setiap individu tidak terpenuhi

c. Kriteria kekumuhan yang ditinjau dari drainase lingkungan mecakup drainase lingkungan tidak
tersedia, drainase lingkungan tisak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga
menimbulkan genanggan dan kualitas konstruksi drainase lingkungan yang buruk.

d. Sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis sebagaimana dimaksud
seperti kloset tidak terhubung dengan septik tank & tidak tersediannya sistem pengelolaan
limbah setempat/terpusat

e. Kriteria kekumuhan yang ditinjau dari pengelolaan sampah, sebagai berikut:


Sarana persampahan tidak memadai pemilahan sampah skala domestik atau rumah tangga, TPS
3R (reduce, reuse recyle) pada skala lingkungan, sarana penganggkut sampah & tempat
pengolahan sampah terpadu (TPST)

f. Kriteria kekumuhan yang ditinjau dari proteksi kebakaran mencakup tidak tersediannya pasokan
air, jalan lingkungan yang memudahkan masuk pemadam, sarana komunikasi pemberitahuan
kebakaran & sistem proteksi kebakaran lingkungan

Tipologi Perumahan kumuh dan pemukiman kumuh

Tipologi pemukiman kumuh sebagai mana dimaksud berada di atas air, tepi air, dataran rendah
perbukitan & daerah rawan bencana

Anda mungkin juga menyukai