Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Resiko perbankan syariah
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manajemen risiko merupakan komponen integral dari strategi perusahaan dan implementasinya
dilakukan sebagai tindakan untuk mencegah dan memitigasi risiko ke tingkat risiko terkecil, agar
perusahaan untuk bertahan dalam persaingan. Upaya meningkatkan kualitas manajemen risiko
implementasi dapat dilakukan melalui manajemen risiko terintegrasi, yaitu risiko perusahaan
implementasi manajemen risiko bisnis.
Manajemen risiko bertujuan untuk menciptakan sistem atau mekanisme di dalam organisasi
sehingga kerugikan risiko dapat diantisipasi dan dikelola untuk tujuan meningkatkan nilai
perusahaan.Oleh karena itu, ini adalah salah satu tujuan manajemen risiko
adalah menciptakan nilai bagi perusahaan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh risiko bisnis
terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan adalah cerminan negara
kemakmuran pemilik dan pemegang saham. Kemakmuran pemilik dan
Para pemegang saham dapat melihatnya dari cara harga saham perusahaan.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian resiko strategis?
2. Bagaimana profil resiko strategis?
3. Bagaimna penerapan manajemen resiko strategis ?
4. Bagaimana penilaian resiko inheren untuk resiko strategis ?
5. Bagaimana kualitas penerapan manajemen resiko strategis ?
C. Tujuan Penulisan
B. Profil risiko
Profil risiko (risk profile) merupakan penilaian terhadap risiko inhern dan kualitas
penerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional bank. Profil risiko yang wajib
dinilai secara inheren terdiri atas delapan jenis risiko, yaitu risiko kredit, risiko pasar,
risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan
risiko reputasi. Dalam menilai profil risiko, bank wajib pula memperhatikan cakupan
penerapan manajemen risiko.
Penetapan tingkat risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko secara
komposit dilakukan berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap
tingkat risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dari masing-masing
risiko dengan memperhatikan signifikansi masing-masing risiko terhadap profil risiko
secara keseluruhan.
Penilaian kualitas penerapan manajemen risiko merupakan sebuah cerminan penilaian
kecukupan sistem pengendalian risiko. Dimana hal tersebut mencakup seluruh pilar
penerapan manajemen risiko dan mempunyai tujuan untuk mengevaluasi efektivitas
penerapan manajemen risiko bank sesuai prinsip-prinsip sebagaimana diatur dalam
ketentuan mengenai penerapan manajemen risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah.
Penerapan manajemen risiko bank sangat bervariasi menurut skala, kompleksitas, dan
tingkat risiko yang dapat ditoleransi oleh Bank. Dengan demikian, dalam menilai kualitas
penerapan manajemen risiko perlu memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha
Bank. Penilaian kualitas penerapan manajemen risiko merupakan penilaian terhadap 4
(empat) aspek yang saling terkait yakni:
a. Tata kelola risiko
b. Kerangka manajemen risiko
c. Proses manajemen risiko, kecukupan sumber daya manusia, dan kecukupan
sistem informasi manajemen
Adanya Bank Islam baru yang masuk ke Masuknya Bank Islam baru dalam industri
dalam industri bisa dipandang sebagai suatu Rahmat
bahwa bank-bank ini akan lebih
meramaikan geliat keuangan islami yang
ada. Namun, fenomena ini pun perlu
ditanggapi dari kacamata bisnis. Jangan
pernah sekalipun menganggap remeh para
pemain baru yang masuk. Bank perlu
membentuk suatu task force khusus yang
meneliti seluk beluk mengenai pemain
baru ini lalu merekomendasikan
bagaimana langkah terbaik untuk dapat
berkompetisi secara sehat dengan pemain
baru ini
Pemain baru jangan selalu dianggap
sebagai musuh bisa saja mereka dijadikan
partner dalam berbisnis sehingga praktik
co-opetion dan bukan pure competition lah
yang dilakukan
Munculnya produk substitusi baru (contoh: e- Apa pun produk baru yang muncul, Bank
banking, dimana ini adalah subtitusi dari Islam harus berpegang teguh pada prinsip
layanan perbankan manual; Islamic kredit kepatuhan terhadap nilai-nilai Islam. Jika
card yang dianggap merupakan subtitusi dari produk baru yang ditawarkan Bank Islam
debit card) lain dianggap tidak sesuai dengan visi dan
misi bank lebih baik untuk tidak ikut-
ikutan pada produk baru tersebut
Perlunya membentuk satu tim komunikasi
yang dapat menjelaskan keunggulan
produk yang dimiliki bank saat ini.
Membentuk divisi pengembangan produk
dan membekalinya dengan pelatihan yang
berkesinambungan dan informasi update
mengenai preferensi layanan nasabah
Strategi tidak sejalan dengan visi atau misi Melakukan monitoring atas implementasi
bank visi dan misi secara berkala untuk
memastikan bahwa strategi bisnis dan
pencapaian aktual selaras dengan visi dan
misi yang ada
Menginternalisasikan visi dan misi yang
ada dalam bentuk berbagai media
komunikasi, seperti acara Bersama, poster,
video, dan sebagainya
Analisis lingkungan strategis yang tidak Membentuk divisi khusus yang menangani
komprehensif penyusunan strategi perusahaan. Divisi ini
bisa bekerja sama dengan konsultan
namun harus tetap mengambil peran utama
dalam pengambilan keputusan atas strategi
yang akan dipilih.
Menyusun rencana A,B,C dan seterusnya
berdasarkan analisis berbagai skenario
yang mungkin timbul di lingkungan. Hal
ini membuat bank lebih fleksibel dalam
menjalankan strateginya karena sudah
mengenal betul tentang kondisi yang akan
dijalaninya.
3. Tuntutan Berinovasi
Perubahan lingkungan bisnis yang pesat apalagi yang diakibatkan oleh adanya kemajuan
teknologi yang begitu cepat memaksa bank untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
ada. Salah satu perubahan besar dalam proses bisnis perbankan mungkin bisa dilihat pada
hadirnya ATM. Bahkan jumlah ATM (termasuk faktor aksebilitas lain seperti lokasi bank dan
jumlah cabang) menjadi faktor kunci bagi konsumen ketika membeli sebuah bank. Selain itu ada
juga layanan bermuatan teknologi lainnya seperti non-cash machine dan cash deposito machine
(CDM), layanan e-banking yang mencakup Internet banking, SMS banking, mobile banking.
Inovasi juga bisa dilakukan atas proses bisnis suatu bank. Saat ini, aplikasi untuk nasabah
funding atau financing masih dilakukan secara manual namun beberapa bank mulai
memperkenalkan aplikasi elektronik. Dengan demikian, nasabah tidak perlu menghabiskan
waktunya terlalu lama di bank, untuk menjadi nasabah funding dan financing mereka bisa
mengisi terlebih dahulu data-data yang diperlukan. Setelah itu mereka bisa langsung mencetak
bukti pengisian aplikasi dan membawanya ke bank untuk diproses lebih lanjut. Dengan proses
bisnis seperti ini waktu nasabah dan karyawan bank bisa menjadi lebih efisien. Tanpa semua
inovasi tadi di zaman seperti ini akan membawa tantangan bagi bank dalam melayani
nasabahnya. Risiko akibat tuntutan berinovasi yakni :
Dalam praktiknya persaingan bisnis perbankan Islam di Indonesia sudah mulai menunjukkan
adanya pola yang tidak sehat. Perbankan syariah yang masih sangat kecil, yaitu sekiranya 3%
dari total industri perbankan nasional, diperebutkan banyaknya pemain. Dampaknya sangat
menyedihkan sejak beberapa tahun lalu sudah mulai tampak terjadinya kanibalisme karyawan
kunci, nasabah prima, maupun debitur (pasar) antar bank Islam. Agar hal ini bisa
diminimalisasi, ada baiknya bank islam mulai memikirkan cara-cara persaingan yang lebih elit
dari yang dipraktikkan saat ini. Kini, mulai banyak riset yang menemukan bahwa strategi
diversifikasi tidak lagi menjadi strategi yang Paripurna untuk segala hal. Untuk itu sudah saatnya
bank-bank Islam untuk bisa fokus pada akad-akad tertentu atau pada bidang industri tertentu
yang menjadi keahliannya. Dengan focus, memudahkan Bank Islam dalam melakukan riset
pengembangan dan inovasi produk. Selalu mencari metode operasi bisnis terbaik dan paling
efisien. Lebih fokus pada segmen konsumennya, dapat memberikan layanan prima, memuaskan
mereka dan akhirnya dapat menciptakan kemaslahatan lebih luas di masyarakat. Di saat yang
sama, Bank Islam juga harus peka terhadap industri yang sedang dihadapkan pada risiko tinggi
dan industri yang relatif aman. Bila ini dilakukan, potensi terjadinya gesekan dan persaingan
tidak sehat dapat dihindari.
D. Penilaian Risiko Inheren untuk Risiko Strategis
Penilaian resiko inheren merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan bisnis
bank, yang dilakukan dengan memperhatikan parameter atau indikator yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif, yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan bank. Karakteristik risiko
inheren bank ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain strategi bisnis,
karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan aktivitas bank, industri dimana bank
melakukan kegiatan usaha, serta kondisi makro ekonomi. Penetapan tingkat resiko inheren
masing-masing jenis resiko dikatagorikan kedalam 5 peringkat yaitu peringkat komposit (PK 1)
menjelaskan Bank tersebut termasuk dalam katagori sangat sehat, (PK 2) sehat, (PK 3) cukup
sehat, (PK 4) kurang sehat, dan (PK 5) tidak sehat.
Risiko strategis adalah resiko akibat ketidak tepatan bank dalam pengambilan keputusan atau
pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengatisipasi perubahan
lingkungan bisnis. Sumber risiko stratejik antara lain ditimbulkan dari kelemahan dalam proses
formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi, ketidak tepatan dalam
implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Lapiran Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP matriks parameter atau indikator penilaian risiko
strategik berdasarkan risiko inheren yaitu:
a) Kesesuaian strategi dengan kondisi lingkungan bisnis
Penilaian parameter antara lain untuk mengukur apakah penerapan sasaran strategis oleh Dewan
Direksi didukung dengan kondisi internal maupun eksternal dari lingkungan bisnis bank.
b) Pencapaian rencana bisnis bank
Tujuan penilaian antara lain untuk mengukur seberapa besar devisi realisasi RBB dibandingkan
dengan perencanaan stratejik bank.
c). Pilihan strategi: strategi berisiko tinggi dan strategi berisiko rendah;
d). Posisi strategi bank di dunia perbankan