Bagaimana perwujudan menuntun dalam kontek social budaya di daerah saya, perubahan
kongkret apa yang dapat di lakukan untuk mewujudkannya
Makna “menuntun” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah verba (kata kerja)
yang dapat dimaknai dengan “membimbing” dan dapat pula di maknai “mengarahkan”.
Menuntun dalam makna membimbing dapat diartikan bahwa terjadi sentuhan fisik, contoh
sederhana dalam pembelajaran adalah saat melakukan paktikum, sedangkan menuntun dalam
pemaknaan mengarahkan berarti tidak melakukan sentuhan fisik seperti guru mengarahkan
siswa untuk memperbaiki tingkah lakunya. Jika menuntun dalam konteks social budaya akan
berorientasi pada pemikiran KHD yaitu : “Ing ngarso sung Tuladha”, guru senantiasa menjadi
contoh teladan bagi siswa, “ing madya mangun karso”, guru harus sesnantiasa merangsang
terciptanya ide dan gagasan. “Tut wuri handayani” dalam artian guru menjadi motivator atau
pendorong kepada siswa untuk senantiasa berfikir kritis, kreatif dan berkarakter. Dalam konteks
social budaya bugis maka menuntun itu lebih dekat dengan budaya Sipakainge atau saling
mengingatkan dari budaya 3S yaitu Sipakatau, Sipakalebbi dan Sipakainge. Jika dihubungkan
dengan pepatah bugis maka dalam menuntun siswa harus berpijak pada :
“Nai-accae ripatoppoki jekko, aggati aliri, narekko teyai maredduk, mapoloi.” Artinya
kecerdasan disertai ketidakjujuran seperti tiang rumah, jika tidak tercabut, maka itu
akan rusak/patah. Dari pepetah bugis ini dapat diartikan bahwa dalam membimbing,
mengarahkan siswa kita harus senantiasa dibarengi dengan pengintegrasian nilai-nilai
karakter dalam pembelajaran.
Dalam artian bahwa menuntun diartikan menuntun segala kodrat anak agar mencapai
kesalamat dan kebahagiaan sebagai individu dan anggota masyarakat dengan nilai-nilai
budaya local.
MERDEKA BELAJAR
menuturkan Belajar merdeka itu berarti merdeka atas diri sendiri. Minat dan bakat siswa itu
harus merdeka untuk berkembang seluas mungkin. Konsep itu yang dibawa Ki Hadjar
Dewantara bagi bangsa ini dengan harapan tak digerus perkembangan zaman. Serta, menjadi
cetak biru dalam membangun pendidikan Indonesia.
3. Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yg menghamba pada anak” dengan peran saya
sebagai guru
4. Bagaimana gambaran proses pembelajaran yang merefleksikan/menggambarkan pemikiran KHD