Anda di halaman 1dari 113

BAB I

TATA KELOLA KLINIK

Standar 3 & 4

DR. (Cand), dr. Bayu Chandra Cahyono, MM., CPHCM


• Gambaran Umum
• Pengorganisasian Klinik (TKK 1)
• Tata Kelola Sumber Daya Manusia (TKK 2)
• Tata Kelola Fasilitas dan Keselamatan (TKK 3)
• Tata Kelola Kerja Sama (TKK 4)
Standar 1.3 Tata Kelola Fasilitas dan Keselamatan (TKK 3)
▪ Klinik harus menyediakan fasilitas yang MAKSUD & TUJUAN
aman, berfungsi dan suportif bagi
pasien, keluarga, staf dan pengunjung Dalam upaya meningkatkan keselamatan
dan keamanan fasilitas maka klinik
menyusun manajemen resiko fasilitas yang
▪ Klinik juga harus menyediakan mencakup:
peralatan kesehatan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
1) Keselamatan dan Keamanan
2) Bahan berbahaya dan beracun (B3)
serta limbah B3
3) Penanggulangan Bencana
4) Sistem proteksi kebakaran
5) Peralatan medis
6) Sistem utilitas meliputi listrik, air dan gas
medis serta sarana sanitasi
7) Sampah domestik dan limbah
Keselamatan dan keamanan
▪ Keselamatan adalah kondisi fasilitas, sarana dan
prasarana klinik tidak menimbulkan bahaya atau
resiko bagi pasien, staf dan pengunjung.

▪ Keamanan adalah perlindungan terhadap


kehilangan, ancaman serta gangguan
kenyamanan bagi pasien, staf dan pengunjung.

▪ Keselamatan dan keamanan yang baik didukung


dengan menjaga kualitas lingkungan seperti
pencahayaan, kelembapan, suhu, dan kebisingan
sesuai dengan standar.
Bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbah B3

▪ Klinik menggunakan bahan yang


dikategorikan sebagai B3 dan
menghasilkan limbah B3
termasuk limbah medis.

▪ Klinik harus memiliki


▪ prosedur dan sarana dalam
penggunaan B3 dan pengelolaan
limbah B3

▪ prosedur pencegahan dan pengurangan


timbulan limbah B3,

▪ kemampuan atau bekerja sama dalam


melakukan pengelolaan limbah B3.
Penanggulangan Bencana
Klinik wajib memberikan upaya perlindungan keselamatan dan
keamanan kepada pasien, keluarga, pengunjung dan staf.
Untuk itu, klinik perlu menetapkan kebijakan dan prosedur
respon emergensi dalam menghadapi kondisi bencana (alam
maupun bencana non alam) mencakup identifikasi resiko,
koordinasi respon dan evakuasi.

Sistem proteksi kebakaran


Perlindungan terhadap fasilitas dan penghuni dari bahaya
kebakaran merupakan hal wajib yang harus dilakukan oleh
klinik
Peralatan medis
Dalam memberikan pelayanan yang aman dan berkualitas
klinik menyediakan peralatan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan dan dilakukan pemeliharaan secara berkala,
kalibrasi dan uji kesesuaian oleh lembaga yang
berwenang.
Sistem utilitas meliputi listrik, air dan gas
medis serta sarana sanitasi
Klinik menjamin keberlangsungan sistem utilitas
yang vital seperti listrik yang memadai, air dengan
kuantitas yang cukup dan kualitas sesuai standar,
dan gas medis selama 24 jam sehari dan 7 hari
dalam seminggu atau selama jam operasional.
Sampah domestik dan limbah

▪ Kegiatan operasional dan pelayanan kesehatan


menghasilkan sampah domestik dan air limbah yang
harus dikelola.

▪ Klinik harus memiliki prosedur dan sarana dalam


melakukan pengelolaan sampah domestik dan
limbah.

▪ Klinik menyediakan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) sampah domestik sebelum sampah
dimanfaatkan/didaur ulang atau dibuang ke Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA).
Elemen Penilaian
1. Tersedia bukti perizinan sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku

2. Ada program manajemen risiko fasilitas sebagaimana yang


diuraikan dalam maksud dan tujuan angka 1) sampai dengan
angka 7)

3. Tersedia daftar inventaris dan bukti pemeliharaan sarana yang


tersedia di klinik

4. Tersedia bukti pelaksanaan pengamanan dan pengawasan


akses keluar masuk fasyankes

5. Tersedia bukti pengelolaan bahan berbahaya dan beracun


(B3) serta limbah B3 sesuai peraturan perundang -undangan
6. Tersedia bukti pengelolaan sampah domestik serta
pengelolaan air limbah sesuai peraturan perudang-
undangan

7. Tersedia alat pemadam api ringan dan


bukti pemeliharaan APAR.

8. Tersedia penanda jalur dan jalur evakuasi yang jelas

9. Tersedia bukti larangan merokok

10. Tersedia daftar inventaris, bukti pemeliharaan dan


bukti kalibrasi peralatan medis dan bukti izin
Bapeten untuk yang memiliki pelayanan radiologi
Standar 1.3 Tata Kelola Fasilitas dan Keselamatan
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORING
1. Tersedia bukti perizinan sesuai Terdapat dokumen bukti 10
ketentuan perundang-undangan perizinan sesuai ketentuan 5
yang berlaku. perundang- undangan yang 0
berlaku
Lampiran Dokumen Perizinan

Online Singgle Submission DPMPTSP


(OSS)

Semua dokumen perizinan dilampirkan sesuai


dengan DAFTAR perizinan yg dimiliki
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORING
2. Ada program manajemen 10
fasilitas yang meliputi 1) sampai Terdapat dokumen program 5
7) manajemen fasilitas yang 0
meliputi:
1. Keselamatan dan keamanan
2. Bahan Berbahaya dan
Beracun
(B3) serta limbah B3
3. Penanggulangan bencana
4. Sistem proteksi kebakaran
5.Peralatan medis
6.Sistem utilitas meliputi
listrik, air dan gas medis
serta sarana sanitasi
7. Sampah domestik dan limbah
Kerangka Isi Program MFK
1.Pendahuluan
2.Latar belakang
3. Tujuan umum dan khusus
4. Kegiatan pokok & Rincian Kegiatan
Kegiatan pokok :
a. Keselamatan dan keamanan
b. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) serta limbah B3
c. Penanggulangan bencana
d. Sistem proteksi kebakaran
e. Peralatan medis
f. Sistem utilitas meliputi listrik, air dan gas medis serta
sarana sanitasi
g. Sampah domestik dan limbah
3. Cara melaksanakan kegiatan
4. Sasaran
5. Jadwal pelaksanaan kegiatan
6. Evaluasi pelaksanaan kegiatan
7. Pencatatan dan pelaporan
8. Penutup
Matrik risiko sederhana sesuai dengan PMK 52
tahun 2018 tentang K3 Fasyankes
Contoh Risk Register Non Klinis
PMK 52 tahun 2018 tentang K3
Fasyankes
ELEMEN PENILAIAN 3 KELENGKAPAN BUKTI SKORING

3. Tersedia daftar inventaris dan bukti 1.Terdapat dokumen daftar 10


pemeliharaan sarana yang tersedia di inventaris sarana yang tersedia 5
klinik. di klinik
0
Inventaris sarpras (ASPAK)
2.Terdapat SPO pemeliharaan
sarana yang tersedia di klinik

3.Terdapat dokumen bukti


pemeliharaan sarana yang
tersedia di klinik

4.Melakukan observasi terhadap SOP Pemeliharaan


bukti pemeliharaan sarana

-Jadwal Pemeliharaan
5.Melakukan wawancara terkait
-Monitoring pemeliharaan alet
proses pemeliharaan sarana -Bukti perbaikan sarana
yang tersedia

Bukti-bukti pemeliharaan

-PJ sarpras
-petugas diruangan
Observasi/telusur

Wawancara proses pemeliharaan


Contoh Daftar Inventaris di Ruangan
Planed Maintenance Unplaned Maintenance

Emergency Maintenance

Shutdown Maintenance

Cleaning
Breakdown Maintenance
Inspection

Minor Overhaul Major Overhaul


Small Repair

❑ UJI FUNGSI
Running Maintenance
❑ KALIBRASI
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORING

4. Tersedia bukti pelaksanaan 1.Terdapat SPO pelaksanaan 10


5
pengamanan dan pengamanan klinik 0
pengawasan akses keluar masuk
fasyankes. 2.Terdapat dokumen bukti
pelaksanaan pengamanan
dan pengawasan akses
keluar masuk klinik

3.Melakukan observasi dan


wawancara terhadap
pelaksanaan pengamanan
dan pengawasan akses
keluar masuk klinik

Kllinik menyediakan
petugas SATPAM

Observasi pelaksanaan
pengamanan

Wawancara terkait
pengamanan dan pengawasan
akses
Bukti Pengamanan Klinik

ID Karyawan, visitor, tenaga


outsourching

Setiap tamu wajib dicatat

KEAMANA
N
Area berisiko

Jadwal, laporan jaga


Laporan Jaga

Pemasangan
Pengamanan Klinik ID Pegawai CCTV

Keamanan: keadaan yg
menggambarkan rasa tenteram
dan tidak merasa takut, gelisah
atau resah.
ID Pengunjung Petugas Satpam
Keselamatan: keadaan selamat,
bebas dari cedera.

ID Out sourching Buku Tamu

Pagar
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORING
5. Tersedia bukti pengelolaan bahan 1.Terdapat SPO pengelolaan Bahan 10
berbahaya dan beracun (B3) serta Berbahaya dan Beracun (B3) serta 5
limbah B3 sesuai peraturan perundang- limbah B3 0
undangan.
2.Terdapat dokumen bukti pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
serta limbah B3 sesuai peraturan
perundang-undangan

3.Melakukan observasi dan wawancara


terhadap proses pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) serta
limbah B3
Peraturan Pengelolaan Limbah B3
UU 32/2009 (Pasal 58 – 61)
PermenLH 02/2008
Pemanfaatan Limbah B3
5 1 Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

PermenLH 05/2009 UU 23/2014


Pengelolaan Limbah di 6 2 Pemerintahan Daerah
Pelabuhan

PermenLH 18/2009 PP 27/2012


Tata Cara Perizinan 7 3 Izin Lingkungan
Pengelolaan Limbah B3

PermenLH 30/2009 PP 101/2014


NSPK (Norma, Standar, Prosedur, 8 4 Pengelolaan Limbah B3
Kriteria) Pengelolaan Limbah B3
Peraturan Pengelolaan Limbah B3
Kep. Ka. Bapedal Nomor : Kep- Permen LH 33/2009
01/BAPEDAL/09/1995 13 9 Tata Cara Pemulihan Lahan
Tata Cara & Persyaratan Teknis Terkontaminasi Limbah B3
Penyimpanan & Pengumpulan LB3

Kep. Ka. Bapedal Nomor : PermenLH 14/2013


Kep- 02/BAPEDAL/09/1995 14 10 Simbol dan Label Limbah B3
Dokumen Limbah B3

Kep. Ka. Bapedal Nomor :


PERMEN LHK 55/2015
Kep- 03/BAPEDAL/09/1995 15 11 Tata Cara Uji Karakteristik LB3
Persyaratan Teknis
Pengolahan Limbah B3
PERMEN LHK 63/2016
Kep. Ka. Bapedal Nomor :
Kep-02/BAPEDAL/01/98 16 12 Persyaratan dan tata cara
penimbunan Limbah B3
Tata Laksana Pengawasan
Pengelolaan Limbah B3 Di fasilitas penimbunan akhir
Bahan kimia
kadaluarsa/ Fly Ash /
tumpahan Bottom Ash
INDUSTRI
Oli Bekas Sludge IPAL

Limbah klinis Sludge IPAL


infeksius
Penghasil
PELAYANAN
Limbah PARIWISATA Elektronik
KESEHATAN bekas
Limbah B3
benda tajam
Pelumas
Obat bekas
kadaluarsa Lampu TL
bekas
RUMAH
Elektronik TANGGA
bekas Aki/baterai
bekas
Jenis Limbah B3 Ketentuan Pengelolaan Limbah B3
Pasal 59 Ayat 1 s/d 6 UU 32/2009

▪ Setiap orang yang menghasilkan limbah B3


Berdasarkan Kategori
bahaya wajib melakukan pengelolaan limbah B3
yang dihasilkan.
▪ Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan
sendiri pengelolaan limbah B3, pengelolaannya
diserahkan kepada pihak lain.
Limbah B3 Kategori 1 Limbah B3 Kategori 2
▪ Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari
(berdampak akut dan (memiliki efek tunda,
langsung thd berdampak tdk Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai
manusia) langsung) dengan kewenangannya.

▪ Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota wajib


mencantumkan persyaratan lingkungan hidup
yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus
dipatuhi pengelola limbah B3 dlm izin.
PP 101 /2014 Pasal 3 (1)

❑ Setiap orang yang


menghasilkan limbah B3
wajib melakukan
Pengelolaan Limbah B3 yang
Limbah kaleng bekas Limbah lampu bekas
dihasilkannya.

❑ Setiap orang adalah orang


perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak
berbadan hukum
Limbah jarum bekas Limbah baterai bekas
HARUS ADA IZIN PENGELOLAAN LIMBAH
B3 UNTUK SETIAP KEGIATAN
TERSEBUT

PENGURANGAN

PENIMBUNAN PENYIMPANAN

PENGELOLAAN
LIMBAH B3

PENGANGKUTAN
PENGOLAHAN

PEMANFAATAN
Pengelolaan bahan dan limbah B3
a. Identifikasi dan inventarisasi bahan dan limbah B3
b. Memastikan adanya penyimpanan, pewadahan, dan
perawatan bahan sesuai dengan karekteristik, sifat, dan
jumlah.
c. Tersedianya lembar data keselamatan sesuai dengan karakteristik
dan sifat bahan dan limbah B3.
d. Tersedianya sistem kedaruratan tumpahan/bocor bahan dan limbah
B3.
e. Tersedianya sarana keselamatan bahan dan limbah B3 seperti spill
kit, rambu dan simbol B3, eye washer, dan lain lain.
f. Memastikan ketersediaan dan penggunaan alat pelindung diri
(APD) sesuai karekteristik dan sifat bahan dan limbah B3.
g. Tersedianya standar prosedur operasional yang menjamin
keamanan kerja pada proses kegiatan pengelolaan bahan dan
limbah B3 (pengurangan dan pemilahan, penyimpanan,
pengangkutan, penguburan dan/atau penimbunan bahan dan
limbah B3).
h. Jika dilakukan oleh pihak ke tiga wajib membuat kesepakatan
jaminan keamanan kerja untuk pengelola dan Fasyankes akibat
kegagalan kegiatan pengelolaan bahan dan limbah B3 yang
dilakukan.
PMK NOMOR 18 TAHUN 2020 TENTANG ❑ Identifikasi dan
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASILITAS Inventarisasi
PELAYANAN KESEHATAN BERBASIS WILAYAH ❑ Penyimpanan

LB3
Pemanfaatan B3 di Satuan
Kerja
•Lemari Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3);
•Penyiram badan (body wash);
•Pencuci mata (eyewasher);
•Alat Pelindung Diri (APD);
•Rambu dan Simbol Bahan
Pengadaan B3 Berbahaya dan Beracun (B3);
•Spill Kit.
Penyimpanan B3

Perencanaan kebutuhan Manajemen


Pengelolaan B3 di
Faskes Pemanfaatan B3

Edukasi Staf dan evaluasi

Penanganan B3 Dokumentasi
Penggunaan B3
B3 - Limbah B3
Pemanfaatan
B3 yang ada di klinik misalnya bahan Digunakan dalam
kimia, obat kanker (sitostatika), kegiatan pelayanan
reagensia, antiseptik dan disinfektan, medis dan non medis
limbah infeksius, bahan radioaktif,
insektisida, pestisida, pembersih,
detergen, gas medis dan gas non medis. sisa usaha atau kegiatan yang
mengandung zat atau
Penanganan
komponen yang secara
langsung maupun tidak
Tumpahan B3 dapat mencemarkan, merusak,
atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan,
serta kelangsungan hidup
Sisa bahan manusia dan makhluk hidup
lain.
bahan baku yang
berbahaya dan beracun
yang tidak digunakan
lagi karena rusak, sisa
kemasan, tumpahan,
sisa proses,
Identifikasi B3 dan Limbahnya
PENYIMPANAN B3
YANG AMAN
Penyimpanan Bahan Beracun
dan Berbahaya
• kuat
• tidak mudah pecah
• tidak mudah terbakar
• dapat dikunci
LDKB (Lembar Data Keselamatan Bahan)
Material safety data sheet atau dalam SK Menteri Perindustrian No 87/M-
IND/PER/9/2009 dinamakan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) adalah lembar
petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya
yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakkan khusus dalam keadaan darurat,
pembuangan dan informasi lain yang diperlukan.
Kedaruratan B3
Kedaruratan Penanggulangan B3 dan/atau Limbah B3 adalah suatu
keadaan bahaya yang mengancam keselamatan manusia, yang
menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dan
memerlukan tindakan penanggulangan sesegera mungkin untuk
meminimalisasi terjadinya tingkat pencemaran dan/atau kerusakan Eyewasher dan shower
yang lebih parah.

eyewasher

Sistem Tanggap Darurat


Pengelolaan B3 dan/atau
Limbah B3 adalah sistem pengendalian
keadaan darurat yang meliputi
pencegahan, kesiapsiagaan, dan
penanggulangan kecelakaan serta
pemulihan kualitas lingkungan hidup
akibat kejadian kecelakaan
Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3.
Spill kit adalah paket peralatan tanggap
darurat untuk menangani tumpahan atau
kebocoran minyak, oli, bahan kimia,
limbah B3 dan lainnya. Peralatan ini
mampu bekerja dengan cepat dan efektif,
sehingga lingkungan kerja tetap aman
dan nyaman
Sarana Keselamatan • LABEL adalah Tulisan yang menunjukkan
antara lain karakteristik dan jenis bahan
kimia berbahaya & beracun.

• Symbol adalah Gambar yang menyatakan


Peraturan perundangan karakteristik bahan kimia berbahaya &
beracun.
• Permen LH no 3/2008 : Simbol dan Label B3
• Permen LH no 14/2013 : Simbol dan Label Limbah B3
Pemasangan Simbol dan Label LB3
Alat Pelindung Diri (APD)
Pengurangan
Limbah B3
Pengurangan Limbah B3
a.menghindari penggunaan material yang
mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun
jika terdapat pilihan yang lain;
b.melakukan tata kelola yang baik terhadap
setiap bahan atau material yang berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau
pencemaran terhadap lingkungan;
c.melakukan tata kelola yang baik dalam
pengadaan bahan kimia dan bahan farmasi PERMEN LHK N O 56 TAHUN 2015
untuk menghindari terjadinya penumpukan TENTANG
dan kedaluwarsa; dan TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS
d.melakukan pencegahan dan perawatan PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
berkala terhadap peralatan sesuai jadwal. DAN B E R AC U N DARI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN
P E R ME N LHK NO 56 TAHUN 2015 TENTANG
TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN

Pemilahan Limbah
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN B E R AC U N DARI
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

Pasal 4
Pemilahan Limbah dilakukan dengan cara antara lain: (1)Limbah B3 dalam Peraturan
a.memisahkan Limbah B3 berdasarkan jenis, kelompok, Menteri ini meliputi Limbah:
dan/atau karakteristik Limbah B3; dan a. dengan karakteristik infeksius;
b. mewadahi Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3. b. benda tajam;
c. patologis;
d. bahan kimia kedaluwarsa,
tumpahan, atau sisa kemasan;
e. radioaktif;
f. farmasi;
g. sitotoksik;
h. peralatan medis yang memiliki
kandungan logam berat tinggi
i. tabung gas atau kontainer
bertekanan.
PERMEN LHK NOMOR 12 TAHUN 2020 TENTANG PENYIMPANAN
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Penghasil Limbah B3 adalah Setiap Orang yang karena usaha dan/atau


kegiatannya menghasilkan Limbah B3.
Tempat Penyimpanan Limbah B3
TPS LIMBAH B3 Syarat Tempat Penyimpanan:
1. Daerah bebas banjir dan tidak rawan
bencana alam
2. Sesuai dengan jumlah limbah B3,
karakteristik limbah
3. Berada dalam penguasaan orang yg
menghasilkan limbah B3
4. Terdapat peralatan penanggulangan keadaan
darurat (misal : APAR)
5. Terlindung dari hujan dan sinar matahari
6. Terdapat penerangan dan ventilasi
7. Terdapat saluran drainase dan bak
penampung
KETENTUAN KEMASAN

Menggunakan kemasan yag terbuat dari bahan logam


atau plastik yang dapat mengemas LB3 sesuai
karakteristiknya

Mampu menahan LB3 untuk tetap di dalam kemasan

Memiliki penutup yang kuatuntuk mampu mencegah


terjadinya tumpahan saat dilakukan pentimpanan,
pemindahan dan/atau pengangguktan

Berada dalam kondisi tidak bocor, tidak berkarat dan


tidak rusak
Penyimpanan Limbah B3
PP No. 101 T
ahun 2014
❑ Diatur dalam pasal 12 s.d. Pasal 30 PP
101/2014
❑ Penyimpanan Limbah B3 WAJIB dilakukan
oleh setiap orang yang menghasilkan
limbah B3 dan/atau Pengumpul dan/atau
Pemanfaat dan/atau Pengolah dan/atau
Penimbun Limbah B3
❑ DILARANG melakukan pencampuran
Limbah B3 yang disimpan
❑ Penyimpanan Limbah B3 WAJIB dilengkapi
dengan IZIN Pengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatan Penyimpanan Limbah B3.
❑ Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penyimpanan Limbah B3 diterbitkan oleh
bupati/walikota
Penyimpanan Limbah B3

WARNA
PENYIMPANAN SIMBOL
KEMASAN
Penyimpanan Limbah B3
a. menyimpan Limbah B3 di fasilitas Warna kemasan dan/atau wadah Limbah B3
Penyimpanan Limbah B3; a. merah, untuk Limbah radioaktif; Simbol pada kemasan dan/atau wadah
b.menyimpan Limbah B3 menggunakan wadah b.kuning, untuk Limbah infeksius dan Limbah B3 berupa simbol:
Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3; Limbah patologis; a. radioaktif, untuk Limbah radioaktif;
c.penggunaan warna pada setiap kemasan c. ungu, untuk Limbah sitotoksik; dan b. infeksius, untuk Limbah infeksius; dan
dan/atau wadah Limbah sesuai karakteristik d.cokelat, untuk Limbah bahan kimia c. sitotoksik, untuk Limbah sitotoksik.
Limbah B3; dan kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan,
d.pemberian simbol dan label Limbah B3 pada dan Limbah farmasi.
setiap kemasan dan/atau wadah Limbah B3
sesuai karakteristik Limbah B3
Warna kantong plastik LB3
Pengangkutan LB3

Aplikasi SIRAJA

Harus mempunyai izin pengakutan


plb3.menlhk.go.id
Pencatatan dan Pelaporan LB3 (LogBook)
Neraca LB3
• Penimbunan Limbah B3 dilakukan oleh Penghasil Limbah B3
terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya.

• Penimbunan Limbah B3 dilakukan terhadap Limbah B3 berupa


Abu terbang insinerator dan slag atau abu dasar insinerator.

• Penimbunan Limbah B3 hanya dapat dilakukan di fasilitas


penimbunan saniter, penimbunan terkendali; dan/atau

• Penimbunan akhir Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan


Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3.
Penguburan Limbah B3 Medis
• Penguburan Limbah B3 merupakan cara penanganan khusus yang
hanya dapat dilakukan terhadap limbah medis berupa Limbah
patologis; dan benda tajam.

• Hal ini dapat dilakukan apabila pada lokasi dihasilkannya Limbah


dimaksud tidak tersedia alat pengolahan Limbah B3 berupa
insinerator.

• Pada prinsipnya Limbah benda tajam dan/atau Limbah patologis


wajib dilakukan pengelolaan sebagaimana Pengelolaan Limbah B3.

• Dalam hal suatu lokasi belum terdapat fasilitas dan/atau akses jasa
Pengelolaan Limbah B3, Limbah benda tajam antara lain berupa
jarum, siringe, dan vial, dan/atau limbah patologis berupa jaringan
tubuh manusia, bangkai hewan uji, dapat dilakukan pengelolaan
dengan cara penguburan.

• Penguburan Limbah benda tajam, dan/atau Limbah patologis hanya


dapat dilakukan oleh penghasil Limbah, yaitu fasilitas pelayanan
kesehatan.
Penguburan Limbah B3 patologis
dilakukan antara lain dengan cara:
1. Menguburkan Limbah B3 di fasilitas penguburan Limbah B3
yang memenuhi persyaratan lokasi dan persyaratan teknis
penguburan Limbah B3;

2. Mengisi kuburan Limbah B3 dengan Limbah B3 paling tinggi


setengah dari jumlah volume total, dan ditutup dengan kapur
dengan ketebalan paling rendah 50 cm (lima puluh sentimeter)
sebelum ditutup dengan tanah;

3. Memberikan sekat tanah dengan ketebalan paling rendah 10


cm (sepuluh sentimeter) pada setiap lapisan Limbah B3 yang
dikubur;

4. Melakukan pencatatan Limbah B3 yang dikubur; dan 5.


Melakukan perawatan, pengamanan, dan pengawasan
kuburan Limbah B3.
Penguburan Limbah B3 benda tajam
dilakukan antara lain dengan cara:

1. Menguburkan Limbah B3 di
fasilitas penguburan Limbah B3
yang memenuhi persyaratan lokasi
dan persyaratan teknis
penguburan Limbah B3;

2. Melakukan pencatatan Limbah B3


yang dikubur; dan

3. Melakukan perawatan,
pengamanan, dan pengawasan
kuburan Limbah B3.
Lokasi dan fasilitas penguburan Limbah B3 harus
memenuhi persyaratan teknis, meliputi:

a. Bebas banjir;

b. Berjarak paling rendah 20 m (dua puluh meter) dari


sumur dan/atau perumahan;

c. Kedalaman kuburan paling rendah 1,8 m (satu koma


delapan meter); dan

d. Diberikan pagar pengaman dan papan penanda


kuburan Limbah B3.
Penguburan Limbah B3 harus memperoleh
persetujuan penguburan Limbah B3 yang
diterbitkan oleh Kepala Instansi
Lingkungan Hidup kabupaten/kota setelah
berkoordinasi dengan instansi yang
bertanggung jawab di bidang kesehatan
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORI
NG
6. Tersedia bukti 1.Terdapat SPO pengelolaan sampah 10
pengelolaan sampah domestik serta pengelolaan air limbah 5
domestik serta 0
pengelolaan air limbah 2.Terdapat dokumen bukti pengelolaan
sesuai peraturan sampah domestik serta pengelolaan air
perundang- undangan. limbah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.

3.Melakukan observasi pengelolaan


sampah domestik serta pengelolaan air
limbah

4.Melakukan wawancara dengan petugas


tentang proses pengelolaan sampah
domestik serta pengelolaan air limbah
Kerjasama
Alur Pemeriksaan
Baku Mutu Air Limbah
Baku Mutu Air Limbah adalah ukuran
batas atau kadar unsur pencemar
dan/atau jumlah unsur pencemar yang
IPLC ditenggang keberadaannya dalam Air
Limbah yang akan dibuang atau dilepas
ke dalam media air dan tanah dari suatu
Usaha dan/atau Kegiatan.

SAMPLING
LABORATORIUM

SERTIFIKAT HASIL
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORIN
G
7. Tersedia alat pemadam api 1.Terdapat SPO pemeliharaan 10
ringan dan bukti pemeliharaan APAR 5
APAR. 0
2.Terdapat alat pemadam
api ringan dan dokumen
bukti pemeliharaan APAR

3.Melakukan wawancara
terkait proses
pemeliharaan APAR

4. Melakukan simulasi
penggunaan APAR
Peraturan Meneri Kesehatan
Nomor 52 Tahun 2018
Pemasangan
APAR
Pemadaman API
Cara Penggunaan APAR
Papan Jadwal Tim Code Red
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORIN
G
8. Tersedia penanda jalur dan jalur 1.Melakukan observasi untuk 10
evakuasi yang jelas. melihat ketersediaan rambu- 5
rambu atau penunjuk arah 0
(penanda jalur) dan jalur
evakuasi

2.Melakukan wawancara
pengetahuan staf klinik terkait
rambu-rambu atau penunjuk
arah (penanda jalur) dan jalur
evakuasi
EP-8 jalur evakuasi

Rambu evakuasi yang terpasang harus mudah


diidentifikasi, mudah terlihat dan tidak terhalang
dengan warna dasar hijau dan tulisan warna putih
serta dapat berpendar dalam gelap (glow in the
dark / fosforisensi ) dengan ukuran tulisan,
Kombinasi bisa dilakukan pada dinding.
▪ Signage system atau sistem penanda, merupakan sebuah elemen pelengkap
pada sebuah fungsi bangunan, baik pada eksterior maupun interior.

▪ Sistem penanda dimaksudkan untuk menyampaikan informasi kepada


pengguna bangunan.

▪ Tujuan dari system penanda biasanya bermaksud untuk mengidentifikasi,


menyediakan informasi, memberi arah dan meningkatkan kesadaran akan
keselamatan.
Sesuai Permen PUPR No.14 Tahun 2017 titik kumpul harus
memenuhi persyaratan teknis di antaranya: Jarak minimum titik
berkumpul dari bangunan gedung adalah 20 m untuk
melindungi pengguna bangunan gedung dan pengunjung
bangunan gedung dari keruntuhan atau bahaya lainnya
ELEMEN PENILAIAN 9 KELENGKAPAN BUKTI SKORING
Tersedia bukti larangan merokok. 1.Terdapat dokumen kebijakan terkait 10
larangan merokok 5
0
2. Terdapat tanda larangan merokok

• Kebijakan
• Panduan Larangan Merokok
• SPOpemantauan Perokok
SK Kebijakan Monitoring Perokok
UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORING
Tersedia daftar inventaris, bukti 1.Terdapat SPO pemeliharaan 10
pemeliharaan dan bukti kalibrasi peralatan dan kalibrasi peralatan medis 5
medis dan bukti izin BAPETEN untuk yang 0
memiliki pelayanan radiologi. 2.Terdapat dokumen berupa
daftar inventaris peralatan
medis

3. Terdapat bukti pemeliharaan dan


bukti
kalibrasi peralatan medis

4.Terdapat bukti izin BAPETEN


untuk yang memiliki pelayanan
radiologi

5.Melakukan observasi untuk


memastikan peralatan medis sesuai
dengan daftar inventaris dan
terpelihara dengan baik

6.Melakukan wawancara tentang


proses pemeliharaan dan kalibrasi
peralatan medis
DAFTAR INVENTARIS ALKES
Contoh Formulir Pemeliharaan Harian
PERAWATAN ALKES
Pengujian adalah keseluruhan tindakan yang
meliputi pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk
PMK NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG membandingkan alat yang diukur dengan standar,
PENGUJIAN DAN KALIBRASI ALAT KESEHATAN atau untuk menentukan besaran atau kesalahan
pengukuran.

Kalibrasi adalah kegiatan peneraan untuk


menentukan kebenaran nilai penunjukkan alat ukur
dan/atau bahan ukur.
Pasal 8

(1)Pengujian dan/atau Kalibrasi Alat


Kesehatan dilakukan secara berkala
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun.

(2)Pengujian dan/atau Kalibrasi Pesawat


Sinar-X tidak perlu dilakukan apabila
Pengujian dan/atau Kalibrasi jatuh
pada tahun yang bersamaan dengan
Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X.
(4)Dalam kondisi tertentu, Alat Kesehatan wajib
diuji dan/atau dikalibrasi sebelum jangka waktu 1
(satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5)Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada


ayat (4) terdiri atas:
a. mengikuti petunjuk pemakaian Alat Kesehatan;
b. b. diketahui penunjukan atau keluarannya atau
kinerjanya atau keamanannya tidak sesuai lagi;
c. c. telah mengalami perbaikan;
d. d. telah dipindahkan bagi yang memerlukan
instalasi;
e. e. telah dilakukan reinstalasi; dan/atau
f. f. belum memiliki Sertifikat Pengujian dan/atau
Kalibrasi.
Izin BAPETEN untuk
pelayanan Radiologi
• Gambaran Umum
• Pengorganisasian Klinik (TKK 1)
• Tata Kelola Sumber Daya Manusia (TKK 2)
• Tata Kelola Fasilitas dan Keselamatan (TKK 3)
• Tata Kelola Kerja Sama (TKK 4)
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN SKORING -Daftar Dokumen kontrak (Klinis &
BUKTI
Manajerial)
1. Ada dokumen kontrak atau Terdapat dokumen kontrak 10 -Lampirkan seluruh MoU
perjanjian atau 5
kerja sama yang jelas. perjanjian kerja sama 0

2. Dokumen kontrak memiliki Terdapat indikator kinerja 10


indikator kinerja pihak yang pihak yang melakukan 5
melakukan kerjasama. kerjasama dan tercantum 0
Indikator kinerja dapat dilihat dalam
pada dokumen kontrak. kewajiban para pihak pihak

3.Ada bukti monitoring dan 1.Terdapat dokumen bukti 10


evaluasi serta tindak lanjut monitoring dan evaluasi 5
terhadap pemenuhan indikator serta tindak lanjut terhadap 0
kinerja yang tercantum di dalam pemenuhan indikator kinerja
kontrak. yang tercantum di dalam
kontrak. Lakukan monitoring terhadap Indikator
kinerja yang telah disusun → TL
2.Melakukan wawancara
terkait monitoring dan
evaluasi serta tindak lanjut
terhadap pemenuhan
indikator kinerja yang
tercantum di dalam kontrak
Standar 1.4 Tata Kelola Kerja Sama (TKK 4)
• Klinik dapat melakukan kerja sama
dengan pihak lain untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan.

• Dasar pelaksanaan kerja sama tersebut


dituangkan dalam bentuk dokumen kontrak
yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

• Kontrak dapat berupa kontrak klinis dan


kontrak manajemen
TKK-4 Tata Kelola Kerjasama
MAKSUD & TUJUAN
• Kontrak klinis adalah perjanjian kerja sama
antara klinik dengan individu staf medis dalam
bentuk pakta integritas, atau dengan fasilitas
kesehatan lainnya.
• Kontrak manajemen adalah perjanjian kerja
sama antara klinik dengan badan hukum
dalam penyediaan alat kesehatan dan
pelayanan non klinis.
• Dokumen kontrak secara berkala dievaluasi
oleh pemilik dan penanggungjawab klinik
dengan mengukur pemenuhan standar kinerja
yang disepakati.
Tindak lanjut

Pengukuran Indikator kinerja

Penyusunan Indikator kinerja


Pihak Ketiga
BUKTI TINDAK LA NJUT

Anda mungkin juga menyukai