Bab 1
Tata Kelola Klinik
(TKK)
TATA KELOLA
KLINIK (TKK)
• 4 Standar:
1. TKK 1: Pengorganisasian Klinik (3 EP)
2. TKK 2: Tata Kelola Sumber Daya Manusia (3 EP)
3. TKK 3: Tata Kelola Fasilitas dan Keselamatan (11 EP)
4. TKK 4: Tata Kelola Kerjasama (3 EP)
• Total Elemen Penilaian : 20 EP
Standar TKK 3
Tata Kelola Fasilitas dan Keselamatan
• Klinik harus menyediakan fasilitas yang aman,
berfungsi dan suportif bagi pasien, keluarga, staf dan
pengunjung.
• Klinik juga harus menyediakan peralatan kesehatan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
TKK 3
FASILITAS & KESELAMATAN
Maksud dan Tujuan
Dalam upaya meningkatkan keselamatan dan keamanan fasilitas maka
klinik menyusun manajemen resiko fasilitas yang mencakup:
a. Keselamatan dan Keamanan
b. Bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbah B3
c. Penanggulangan Bencana
d. Sistem proteksi kebakaran
e. Peralatan medis
f. Sistem utilitas meliputi listrik, air dan gas medis serta sarana sanitasi
g. Sampah domestik dan limbah
ELEMEN PENILAIAN
1. Tersedia bukti perizinan sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku (D)
2. Ditetapkan petugas yang bertanggung jawab dalam tata kelola fasilitas
dan keamanannya (R)
3. Ada program manajemen fasilitas yang meliputi a) sampai g) (D)
4. Tersedia daftar inventaris dan bukti pemeliharaan sarana yang tersedia di
klinik (D, O)
5. Tersedia bukti pelaksanaan pengamanan dan pengawasan akses keluar
masuk fasyankes (D,O)
6. Tersedia bukti pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) serta
limbah B3 sesuai peraturan perundang-undangan (D,O)
7. Tersedia bukti pengelolaan sampah domestik serta pengelolaan air limbah
sesuai peraturan perundang-undangan (D,O)
8. Tersedia alat pemadam api ringan dan bukti pemeliharaan APAR. (D,O)
9. Tersedia penanda jalur dan jalur evakuasi yang jelas (O).
10. Tersedia bukti larangan merokok (R, D, O).
11. Tersedia daftar inventaris, bukti pemeliharaan dan bukti kalibrasi peralatan
medis dan bukti izin Bapeten untuk yang memiliki pelayanan radiologi
(D,W,O)
1. Daftar perijinan, lampiran perijinan sesuai dengan daftar (Izin
D operasional, izin pembuangan limbah cair, izin TPS B3,ijin
transporter B3, ijin lift bila ada, dsb yang masih berlaku)
ELEMEN PENILAIAN D
2. SK petugas lengkap
R dengan uraian tugasnya
1. Tersedia bukti perizinan sesuai ketentuan
4. Daftar inventaris klinik :
perundang-undangan (D)
yang diberi tanggung jawab sarana prasarana , alkes
2. Ditetapkan penanggung jawab fasilitas dalam
untuk mengelola fasilitas dan non alkes, jadwal
tata kelola fasilitas dan keamanan (R)
dan keamanan. pemeliharaan, dokumen
3. Ada program manajemen fasilitas yg meliputi a
sd g (R, D) pelaksanaan
3. Program MFK disahkan oleh pemeliharaan.
4. Tersedia daftar inventaris dan bukti
R penanggung jawab Klinik
pemeliharaan sarana yang tersedia di klinik
(sesuai tahun berjalan)
(D,O) kondisi sarana dan
meliputi a sampai g.
5. Tersedia bukti pelaksanaan pengamanan dan O pemeliharaannya
Perencanaan program MFK pengawasan akses keluar masuk fasyankes
D yang meliputi a sd g (D,O)
5. Daftar tempat berisiko keamanan. Dokumen bukti dilakukan pengamanan dan
pengawasan akses fasyankes: contoh: CCTV, presensi petugas sekurity, jadwal jaga
D petugas sekurity, laporan dinas security, SPO serah terima bayi kepada orang tua,
Buku Tamu, Kartu Identitas dll.
6. Daftar B3, ketersediaan MSDS (Material Safety Data Sheet/ Lembar
Data KeSE Bahan) di tempat B3, Daftar limbah B3 yang dihasilkan, MOU
D dengan pihak ketiga transporter maupun pengelola limbah, manifest
pengambilan limbah oleh pihak ketiga, hasil lab pemeriksaan air IPAL,
alur pembuangan limbah cair dan padat hasil tindakan.
D
8. Daftar dan peta
7. TPS domestik, MOU ELEMEN PENILAIAN (lanjutan TKK 3) penempatan APAR
D sampah domestik 6. Tersedia bukti pengelolaan bahan berbahaya dan beracun sesuai ketentuan ,bukti
(B3) serta limbah B3 sesuai peraturan perundang-undangan pemeliharaan APAR
9. Ketersediaan jalur (D,O)
O evakuasi dan 7. Tersedia bukti pengelolaan sampah domestik serta
penanda sesuai pengelolaan air limbah sesuai peraturan perundang-undangan O
regulasi, titik kumpul (D,O)
8. Tersedia APAR dan bukti pemeliharaan APAR (D,O) Kondisi dan penempatan
APAR di klinik (tinggi dan
R 10. SK larangan merokok 9. Tersedia penanda jalur dan jalur evakuasi yang jelas (O)
10.Tersedia bukti larangan merokok ( R,D,O) berat dibandingkan luas
11.Tersedia daftar inventaris, bukti pemeliharaan dan bukti area), Exp Date,
kalibrasi peralatan medis dan bukti izin bapeten untuk yang kelengkapan pin dll
Bukti pengumuman
larangan merokok memiliki pelayanan radiologi (D,W,O)
11. Daftar inventaris seluruh peralatan medis, jadwal pemeriksaan, pemeliharaan, uji
D fungsi berikut bukti pemeriksaan, pemeliharaan, bukti kalibrasi, bukti izin peralatan
radiologi (jika memiliki pelayanan radiologi)
MANAJEMEN FASILITAS D A N KESELAMATAN
1.3. Disusun dan diterapkan rencana program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) yang meliputi keselamatan
dan keamanan fasilitas, manajemen bahan berbahaya beracun (B3) dan limbah B3, manajemen keadaan darurat dan
bencana, pengamanan kebakaran, alat kesehatan dan system utilitas serta pengelolaan sampah domestik dan limbah
Pokok Pikiran:
• Klinik perlu menyusun dan menerapkan program MFK setiap tahun, , yg meliputi :
a) Manajemen Keselamatan dan keamanan
b) Manajemen bahan berbahaya beracun (B3), dan limbah B3
c) Manajemen kedaruratan dan Bencana/Disaster
d) Manajemen Penanganan Kebakaran PROGRAM
e) Manajemen Alat Kesehatan
KETERPADUAN
f) Manajemen system utilitas
g) Manajemen Sampah domestik dan limbah
• Dilakukan identifikasi dan pembuatan peta risiko (huruf a sd f)
• Tetapkan tim atau petugas yang menjalankan program MFK
• Dilakukan evaluasi minimal per tri wulan
Kerangka ISI Program MFK
1.Pendahuluan
2.Latar belakang
R 3.Tujuan umum dan khusus
4.Kegiatan pokok & Rincian Kegiatan
• Kegiatan pokok :
a. Keselamatan dan Keamanan
b. Bahan beracun dan berbahaya
c. Disaster plan
d. Kebakaran
e. Sistim utilisasi , listrik, air dan sistim pendukung penting lainnya
f. Peralatan medis
g. Pengelolaan sampah domestik dan limbahnya
SISTEM UTILITAS
Pokok Pikiran:
• Program keselamatan dirancang utk mencegah terjadinya cedera bagi pasien, petugas dan pengunjung seperti
tersengat listrik,tertimpa bangunan, kebakaran, gedung roboh, tertusuk jarum dll.
• Program keselamatan bagi petugas terintegrasi dengan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3)
• Program keamanan perlu direncanakan utk mencegah terjadinya kejadian kekerasan fisik maupun cedera akibat
lingkungan fisik yang tidak aman seperti penculikan bayi, pencurian, perusakan dan kekerasan pada petugas
• Program keselamatan dan keamanan perlu didukung dengan penyediaan fasilitas CCTV, APAR, Alarm, Jalur
evakuasi, Titik kumpul,rambu2 keselamatan dan tanda2 pintu darurat.Adanya Petugas Jaga ( scurity), serah
terima jaga, Buku Tamu, pemberian Kartu Indentitas,/tanda pengenal utk pasien, petugas,penunggu pasien dan
pengunjung,SOP penyerahan bayi pada orang tuanya merupakan upaya utk meyediakan lingkungan yang aman.
• Kode2 darurat perlu ditetapkan dan diterapkan serta di simulasikan: misal merah untuk kedaruratan kebakaran,
biru untuk kedaruratan medik
• Bila terdapat renovasi maka dpastikan tdk mengganggu pelayanan dan mencegah penyebaran infeksi, misalnya
dgn memasang Spanduk agar berhati-hati dan pemasangan tabir/pembatasan Area yg ada kegiatan renovasi.
• Dilakukan Inspeksi fasilitas secara berkala meliputi bangunan, prasarana dan peralatan.
PROGRAM KESELAMATAN DAN KEAMANAN f) Penggunaan kartu identitas seluruh staf Klinik
dan semua individu yang bekerja di Klinik , pada
1.Pendahuluan pasien Rawat Inap, penunggu pasien,
2.Latar belakang pengunjung (termasuk tamu) yang memasuki
3.Tujuan umum & khusus area terbatas (restricted area) sehingga
menciptakan lingkungan yang aman
4.Kegiatan pokok & rincian kegiatan
g) Melindungi dari kejahatan perorangan,
kehilangan, kerusakan atau pengrusakan barang
a. Melakukan asesmen risiko secara komprehensif &
milik pribadi
proaktif untuk mengidentifikasi bangunan, ruangan /
h) Menyediakan fasilitas yang aman sesuai dengan
area, peralatan, perabotan & fasilitas lainnya yang
PerUU, mis: Setiap tangga ada pegangannya,
berpotensi menimbulkan cedera.
lantai tidak licin, Ruang perawatan pasien jiwa :
b. Melakukan pemeriksaan fasilitas secara
pintu kamar menghadap keluar, shower di kamar
berkala & terdokumentasi.
R
mandi tidak boleh menggunakan selang, dll
c. Menyediakan anggaran untuk melakukan
i) Melakukan monitoring pada daerah yang berisiko
perbaikan
keselamatan dan keamanan seperti ruang bayi, OK,
d. Melakukan asesmen risiko pra kontruksi (pra
ruang anak, lanjut usia, pasien rentan yang tidak
construction risk assessment / PCRA) setiap ada
dapat melindungi diri sendiri atau memberi tanda
kontruksi, renovasi atau penghancuran bangunan /
minta bantuan bila terjadi bahaya.
demolisasi.
e. Merencanakan dan menyediakan fasilitas 5. Cara melaksanakan kegiatan
pendukung yang aman, untuk mencegah 6. Sasaran
terjadi kecelakaan dan cedera, mengurangi 7. Skedul (jadwal) pelaksanaan kegiatan
bahaya dan risiko serta mempertahankan 8. Evaluasi pelaksanaan kegiatan &
kondisi aman bagi pasien, keluarga, staf, pelaporannya
pengunjung. 9. Pencatatan, pelaporan & evaluasi kegiatan
KODE KEDARURATAN
Kedaruratan Medis
Kedaruratan Masal
Kedaruratan Kebakaran
Kedaruratan Pembunuhan
Kedaruratan Evakuasi
PEMASANGAN
PENGAMAN TEMPAT
PEMASANGAN HAND RAIL TIDUR
PEMBERIAN IDENTITAS TANDA PENGENAL
PADA BAYI BARU LAHIR PENUNGGU PASIEN
PENGELOLAAN B-3 DAN LIMBAH
B-3
Pengelolaan meliputi : Inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya
beracun serta pengendalian dan pembuangan limbah bahan berbahaya beracun, dan sampah
dilakukan berdasarkan perencanaan dan ketentuan perundangan-undangan
POKOK PIKIRAN:
• Bahan berbahaya beracun (B3) dan limbah B3 perlu diidentifikasi dan dikendalikan
secara aman.
• Ada Laporan, analisis, dan tindak lanjut untuk penanganan tumpahan, paparan/
pajanan B3 dan atau Limbah B3.
BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN
1. Klinik sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) ikut bertanggung jawab untuk
berperan aktif dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bila terjadi bencana baik internal
maupun eksternal.
2. Strategi untuk menghadapi bencana perlu disusun sesuai dengan potensi bencana yang
mungkin terjadi berdasarkan hasil penilaian kerentanan bahaya (Hazard Vulnerability
Assesment).
3. Program kesiapan menghadapi bencana disusun dan disimulasikan (setiap tahun) secara
internal atau melibatkan komunitas secara luas, terutama ditujukan untuk menilai kesiapan
sistem tanggap darurat bencana..
4. Setiap pegawai wajib mengikuti pelatihan/ lokakarya dan simulasi pelaksanaan program
tanggap darurat yang diselenggarakan minimal setahun sekali agar siap jika sewaktu-waktu
terjadi bencana
5. Debriefing adalah sebuah review yang dilakukan setelah simulasi bersama peserta simulasi
dan observer yang bertujuan untuk menindaklanjuti hasil dari simulasi.
6. Hasil dari kegiatan debriefing didokumentasikan , digunakan untuk melakukan perbaikan
PERENCANAAN MANAJEMEN BENCANA (DISASTER
PLAN)
• Puskesmas/ Klinik ikut bertanggungjawab dalam berperan aktif dalam upaya mitigasi dan
Manajemen Kedaruratan penanggulangan bila terjadi bencana baik internal maupun eksternal
dan Bencana • Strategi dan rencana untuk menghadapi bencana perlu disusun sesuai dengan potensi
bencana yang mungkin terjadi berdasarkan hasil penilaian kerentanan bahaya (Hazard
Vulnerability Assesment),
• Program Manajemen Kedaruratan dan Bencana meliputi:
1. identifikasi jenis, kemungkinan, dan akibat dari bencana yang mungkin terjadi (HVA),
2. menentukan peran Puskesmas / Klinik jika terjadi bencana dgn tetap memperhatikan
keberlangsungan layanan dan tindak lanjut terhadap bencana,
3. strategi komunikasi jika terjadi bencana,
4. manajemen sumber daya,
5. penyediaan pelayanan dan alternatifnya,
6. identifikasi peran dan tanggung jawab tiap karyawan, dan manajemen konflik yang
mungkin terjadi pada saat bencana
7. peran Puskesmas/ Klinik dalam Tim terkoordinasi dengan sumber daya masyarakat
• Program persiapan bencana disimulasikan (disaster drill) setiap tahun secara internal atau
melibatkan komunitas secara luas, khususnya nomer 3 sd 7
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
POKOK PIKIRAN:
• Setiap fasilitas kesehatan termasuk Klinik mempunyai risiko terhadap terjadinya kebakaran
• Program pencegahan dan penanggulangan kebakaran perlu disusun sebagai wujud kesiagaan Klinik
terhadap terjadinya kebakaran
APAR
Smoke Detector dengan Alarm
5 cm
120 cm
Max 25 Mt 15 cm
Penggunaan APAR
Sistim proteksi Pasif - sarana evakuasi
- alat bantu evakuasi
S I
U A
A K
EV
AH
AR
D A
N
TA
JALUR EVAKUASI HARUS:
POKOK PIKIRAN
• Program Manajemen peralatan kesehatan ditujukan untuk : memastikan semua alat kesehatan tersedia, dipelihara
dan dikalibrasi; individu yang melakukan pengelolaan alat memiliki kualifikasi dan kompeten; memastikan operator
yang mengoperasikan peralatan kesehatan telah terlatih dan kompeten.
• Pengelolaan Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan dilakukan untuk memastikan pemenuhan terhadap standar sarana,
prasarana, dan alat kesehatan.
• Data sarana, prasarana, dan alat kesehatan di Klinik harus diinventarisasi agar sesuai standar dan divalidasi untuk
menjamin kebenarannya
• Agar tidak terjadi keterlambatan atau gangguan dalam pelayanan, alat kesehatan harus tersedia, berfungsi dengan
baik, dan siap digunakan saat diperlukan.
• Pemeriksaan alat kesehatan yang dilakukan petugas dilakukan secara priodik meliputi inspeksi : kondisi alat, ada
tidaknya kerusakan, kebersihan, status kalibrasi, dan uji fungsi alat sesuai jadwal.
PEMELIHARAAN PERALATAN KESEHATAN
Klinik menyusun dan melaksanakan program untuk memastikan semua sistem utilitas berfungsi dan
mencegah terjadinya ketidaktersediaan, kegagalan, atau kontaminasi
POKOK PIKIRAN
• Sistem utilitas perlu di inventarisasi meliputi air, listrik, gas medis dan sistem penunjang lainnya seperti genset,
panel listrik, perpipaan air, ventilasi,sistem jaringan dan teknologi informasi, dan lainnya.
• Program pengelolaan sistem utilitas perlu disusun untuk menjamin ketersediaan dan keamanan dalam
menunjang kegiatan pelayanan di Klinik
• Sumber air ( air bersih dan air minum ) dan listrik cadangan perlu disediakan untuk pengganti jika terjadi
kegagalan air dan/ atau listrik.
• Penggunaan gas medik dan vakum medik di fasyankes dilakukan melalui : sistem instalasi gas medik dan
vakum medik; tabung gas medik; oksigen konsentrator portable; alat vakum portable.
• Klinik harus menyediakan cadangan sumber air, listrik dan gas medis selama 7 hari 24 jam sesuai kebutuhan.
• Prasarana air, listrik, dan prasarana penting lainnya, seperti genset, perpipaan air, panel listrik, perlu diperiksa
dan dipelihara untuk menjaga ketersediaannya dalam mendukung kegiatan pelayanan .
• Prasarana air bersih perlu dilakukan pemeriksaan seperti, uji kualitas air secara periodik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Ketersediaan listrik, air, gas
medis
implementasi
SISTEM PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN
TERENCANA
TIDAK TERENCANA