MAKALAH KOMPREHENSIF
Diajukan kepada Fakultas Syariah UIN Saifuddin Zuhri Purwokerto untuk
memenuhi salah syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh :
RISTA CAHYANINGSIH
NIM. 1617304030
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini akan
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No: 158/1987 dan 0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
C. Tā’ marbūṭah
Semua tā’ marbūtah ditulis dengan h, baik berada pada akhir kata tunggal
ataupun berada di tengah penggabungan kata (kata yang diikuti oleh kata sandang
“al”). Ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam
bahasa indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya kecuali dikehendaki kata
aslinya.
فعل
َ Fatḥah ditulis fa‘ala
ُذكر Kasrah ditulis żukira
َيذهب Ḍammah ditulis yażhabu
E. Vokal Panjang
1. fathah + alif ditulis ā
جاهلـ ّية ditulis jāhiliyyah
2. fathah + ya’ mati ditulis ā
َتـنسى ditulis tansā
3. Kasrah + ya’ mati ditulis ī
كريـم ditulis karīm
4. Dammah + wawu mati ditulis ū
فروض ditulis furūḍ
F. Vokal Rangkap
1. fathah + ya’ mati ditulis ai
بـينكم ditulis bainakum
2. fathah + wawu mati ditulis au
قول ditulis qaul
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
أأنـتم ditulis A’antum
ا ُعدّت ditulis U‘iddat
لئنشكرتـم ditulis La’in syakartum
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis sesuai dengan huruf pertama Syamsiyyah
tersebut
سماء
ّ ال ditulis As-Samā’
شمس ّ ال ditulis Asy-Syams
A. Pendahuluan
membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh kembangnya”. Jadi semua anak
terlindungi termasuk anak yang berhadapan dengan hukum. Adapun tujuan
perlindungan yang terdapat di pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014, yakni untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusian, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi, demi terwujudnya anak yang berkualitas, berakhlak mulia,
dan sejahtera (Waluyo, 2011).
Di dalam Pasal 1 ayat 15 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 yang telah di jelaskan diatas bahwa hak-hak anak juga diatur
didalamnya yaitu ada 4 kategori hak-hak yang dimiliki oleh anak;
1. Hak untuk kelangsungan hidup, yaitu hak-hak untuk melestarikan dan
mempertahankan hidup dan untuk memperoleh standar kesehatan tertinggi
dan perawatan sebaik-baiknya antara lain terdapat dalam pasal-pasal
berikut : Hak anak atas perlindungan eksploitasi dan penganiayaan
seksual, termasuk prostitusi dan keterlibatan dalam pornografi.
2. Hak terhadap perlindnungan yaitu hak-hak dalam konvensi hak anak yang
meliputi hak perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan dan
keterlantaran bagi anak. Misalnya kewajiban Negara untuk melindungi
anak dari segala bentuk salah perlakuan orang tua atau orang lain.
3. Hak untuk tumbuh kembang yaitu hak-hak anak dalam konvensi hak-hak
anak yang meliputi segala bentuk pendidikan (formal dan nonformal) dan
hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik,
mental, spiritual, moral dan sosial anak.
4. Hak untuk berpartisipasi, yaitu hak-hak anak yang meliputi hak untuk
menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak
Persoalan ini berkembang terus hingga sekarang, dapat dikatakan
tidak ada perubahan yang berarti meski struktur dan budaya masyarakat
berkembang menuju ke arah modern. Citra pada perempuan nyaris tidak
berubah. Bahkan dunia pendidikan memberikan sumbangan terhadap
terjadinya kekerasan karena melanggengkan ketidakseimbangan hubungan
7
Saw, “Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan,” dan untuk membentuk
mental tangguh seorang anak harus dididik oleh ibu yang tangguh dan
kompeten
Dan juga Islam memandang penting pembinaan anak sebagi calon
masa depan melalui peran keluarga dan masyarakat serta Negara. Pandangan
yang komprehensif ini adalah pelajaran penting bagi kita dalam memberikan
hak-hak anak Indonesia, baik melalui peraturan perundang-undangan maupun
dalam praktik keseharian (Djamil, 2008). Pada dasarnya kekerasan seksual ini
menyangkut akhlak seseorang baik ataupun buruknya. Dalam hukum Islam
jangankan berciuman atau memegang anggota tubuh seorang perempuan,
melihat dengan menimbulkan syahwat saja tidak boleh karena akan membawa
ke arah zina. Sebagaimana terdapat dalam surat Al –Isra’ ayat 32
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”
Hukum Islam memiliki prinsip dan nilai dasar yang sangat istimewa.
Hukum Islam menaruh perhatian yang sangat ekstra terhadap hak-hak
manusia-tidak memandang, kecil, besar, dewasa maupun tua-hukum Islam
lebih bersifat komprehensif dan komplek. Dalam konteks perlindungan anak,
hukum Islam memiliki perspektif lebih mendalam “ketimbang” hukum
konvensional pada umumnya. Dalam hal perlindungan anak, hukum positif-
terutama yang berlaku di Indonesia-hanya mengatur seputar pemeliharaan
orang tua (alimentasi) terhadap anak, pengakuan anak, pengesahan anak.42
Mengenai indikator tentang hak dan kewajiban anak dalam hukum positif
tidak dibreakdownkan secara detail. Berbeda dengan urusan perlindungan
anak dalam konteks Islam.
orang tua, masyarakat, bangsa dan negara terhadap anak. Orang tua,
masyarakat, bangsa bahkan negara sekalipun tidak boleh ragu dan takut
tertimpa “musibah” berupa kemiskinan dan lain sebagainya, jika intens
mengimplementasikan perlindungan terhadap anakanak. Karena Allah telah
menjamin dan akan memberikan kemudahan, baik berupa kelapangan rizki
atau apapun bagi mereka yang melindungi anak-anak.45 Artinya, bagi umat
Islam pada dasarnya tidak ada alasan untuk tidak memelihara, melindungi
hak-hak anak. Jika masih saja dipungkiri, sama halnya mengesampingkan
sumber hukum Islam tertinggi, yaitu Alquran.
Allah dan tidak semuanya merupakan produk budaya. Peran bukan ditentukan
oleh budaya, melainkan wahyu Allah yang telah dicontohkan pelaksanaannya
oleh Nabi Muhammad Saw. Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama
wahyu yang ajaran-ajarannya ditentukan tidak berdasarkan konsensus sosial
atau budaya masyarakat tertentu tetapi berdasarkan wahyu Allah.
bisa hidup sebagaimana mestinya. Prinsip kemanusiaan ini juga menjadi basis
dari relasi sosial dalam kehidupan manusia. Itu sebabnya seseorang tidak
boleh bertindak zalim terhadap yang lain. Sebaliknya setiap orang harus
saling berbuat baik dan membantu satu sama lain.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Made Sadhi, 2017, Selayang pandang Anak Sebagai Korban dan Pelaku
Tindak Pidana, Malang: Arena Hukum
az-Zuhaili, Wahbah. al-Fiqh al-Islami Wa adillatuhu, II, terj. Abdul Hayyie al-
Kattani. Jakarta: Gema Insani Press, 2010.
Darwan Prints. 2002. Hukum Anak Indonesia, Bandung. PT. Citra Aditya Bakti
M.Nasir Djamil. 2013. Anak Bukan untuk dihukum. Jakarta: Sinar Grafika
Mien Rukmini. 2016. Aspek Hukum Pidana Dan Kriminologi. Bandung: PT.
Alumni
Siti Ma’rifah. 2009. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana Anak (Studi
Kasus di Pengadilan Negeri Purwokerto), (Purwokerto: IAIN
Purwokerto.
Topo Santoso. 2013. Membumikan Hukum Pidana Islam. Jakarta: Insani Press.
Vesaeni Tovita Sari. 2009. Kekerasan Seksual Ditinjau Dari Hukum Islam Dan
UU No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga. Purwokerto: IAIN Purwokerto