Anda di halaman 1dari 7

Aku Dewi, anak kelas sebelas dari sekolah dekat kota.

Aku memiliki tiga orang teman, setidaknya


merekalah orang yang paling dekat denganku. Mereka adalah Calya, si paling ramah dan mudah bergaul.
Kemudian ada Alisya dan Iqlima. Menurutku, Alisya dan Iqlima memiliki sifat yang berbanding balik.
Alisya gadis yang pintar, juga baik. Sementara Iqlima ... Akhir-akhir ini sifatnya cukup aneh sampai aku
berani mengatakan kalau dia menjadi sedikit egois.

Ini semua berawal dari sifatku yang terlalu lunak. Aku memang orang yang mempunyai banyak waktu,
tidak keberatan jika seseorang meminta bantuan, namun sepertinya sifatku yang seperti itu mudah
dimanfaatkan oleh orang lain.

Iqlima meminta bantuanku untuk melakukan hal cukup nekat, yaitu berakting. Berakting seolah aku
ketakutan ketika berbicara dengan orang, mau itu teman sekelas ataupun kakak kelas, yang terpenting
adalah orang yang ada di sekolah. Aku harus berteriak dan memberontak kala orang mengajakku
mengobrol, seolah aku mengidap trauma besar ketika bersosialisasi. Karena sifatku yang terlalu kalem,
bahkan terkesan bodoh, dengan mudahnya aku menyutujui perintah itu.

"Dew, kamu mau bantuin aku gak?" Awalnya dia bertanya seperti itu.

"Minta bantuan apa, Iq?"

"Kamu temen baik aku, aku cuma mau kamu berakting berlebihan kalau ada orang yang ngajak kamu
ngobrol." Ujarnya saat kami berada di suatu tempat yang jauh dari kelas, belakang sekolah. Alisku
mengernyit mendengar pernyataannya, "Maksud kamu?"

"Berakting seolah kamu takut kalau ngobrol dengan orang, mau teriak atau nangis, intinya
bersikaplah berlebihan."

"Untuk apa?"

, "Ikuti aja katakku, nanti aku dateng nolongin kamu." Pada intinya aku diperintahkan untuk
melakukan hal konyol.

Besok adalah hari Senin, Iqlima menyuruhku untuk datang duluan ke kelas dengan ekspresi muram
dan wajah tertunduk. 20 menit sebelum Iqlima datang aku sudah melakukannya. Aku langsung
mendudukan diri di bangku milikku, beberapa saat kemudian, seorang anak laki-laki jangkung datang
menghampiri.

"Dew, kamu tugas Bahasa Indonesia udah?"

Dari suaranya aku langsung menebak kalau itu adalah suara Dzatwan. Tubuhku tidak bergerak, aku
menunduk dan mengabaikan pertanyaannya. Sampai pada akhirnya dia kembali bertanya, "Dew, kok
diem? Tugas kamu udah belum?"
Perlahan aku menoleh untuk menghindari tatapannya. Yang ada dipikiranku hanyalah aku harus
berakting, tapi tidak mungkin kalau aku harus langsung berteriak dan memberontak pada Dzatwan 'kan?
Jadi yang pertama aku lakukan adalah menghindari ucapannya.

Dan sepertinya aktingku cukup berhasil, Dzatwan yang awalnya hanya memanggil namaku, kini anak
itu menegakan tubuh dan sedikit menepuk bahuku. "Dew, kenapa diem terus? Tugas kamu udah?" Di
saat itulah kubuat nafasku semakin cepat, dadaku bergerak naik-turun seperti orang pengidap Asma, ini
hanya untuk menyempurnakan aktingku.

"J-jangan ..."

"Hah? Kamu bilang apa?" Aku langsung berteriak kencang sembari menepis tangannya yang masih
bertengger di bahuku. Tubuhku berangsur mundur dengan kedua tangan yang menutup telinga,
badanku panik dan suaraku abstrak. Perlakuan itu menarik perhatian teman sekelas ku yang diam di
bangkunya masing-masing. Mereka berdiri dan menatap heran ke arahku, terlebih Dzatwan yang
terkejut pasi.

"Dewi, kenapa?!"

"J-jangan! Jangan, jangan!" Aku terus berteriak "jangan" dengan tubuh terus memundur, bahkan
hampir menabrak tembok di belakang.

Semua orang mendekat, berkerumun dengan terus bertanya "kenapa" aku menutup telinga, itu
bukan akting, hanya saja aku sudah tidak tahu harus bersikap apalagi. Tubuhku berubah kaku dan
melorot ke bawah, sekarang aku harus apa?!

Tak lama dari itu aku merasakan seseorang berjalan mendekat, lebih dekat daripada orang-orang
yang mengerubuniku. Bahuku diusap dan dielus lembut, sepoi-sepoi aku mendengar sebuah kalimat.

"Dewi, tenang. Nafas pelan-pelan, jangan panik ... Udah gapapa, kamu udah aman." Suara Iqlima. Aku
mendongak, melihatnya yang berada di sampingku sembari terus mengusap bahuku, seperti mencoba
menenangkan aku yang tengah berpura-pura panik.

Perlahan aku bernafas dengan normal, sampai tubuhku tenang dan berani menatap ke arah sekitar.
Semua orang memperhatikanku, lalu menatap ke arah orang yang barusan menenangkanku. "Kamu
udah aman." Ujar Iqlima sekali lagi. Pada saat itu aku mulai ber akting menenangkan diri seperti perintah
Iqlima dan pergi ke toilet karena mengira semua itu sudah selesai tapi ternyata belum, Iqlima
menyuruhku untuk ber akting lebih banyak dan menuduh seseorang telah melakukan sesuatu kepada
ku.

Selama perjalanan pulang ke rumah aku memikirkan perkataan Iqlima di toilet dan berfikir bahwa
suatu hal yang salah sedang terjadi tapi aku tetap mencoba untuk berpikiran baik kepada Iqlima. Dan
benar saja pada malam harinya Iqlima menelepon dan berkata "tadi kamu bagus banget aktinya,
gimana kalau besok kita melakukannya lagi? Tetapi besok kamu hanya perlu berkata kepada seseorang
bahwa kamu di bully oleh Naila", aku yang bingung hanya bisa terdiam dan mengikuti perkataan Iqlima.
Keesokan harinya aku merasa sangat gugup dikelas dan berpikir bagaimana cara memberitahu
kepada yang lain bahwa aku di bully dan secara kebetulan sekali Dika mendatangiku

"Dew, kemarin kamu kenapa? Apakah terjadi sesuatu?" Ujar Dika mendekati ku

"S-sebenernya aku merasa sangat ketakutan karena aku mengalami pembullyan" ucap ku gugup
karena takut ketahuan bahwa aku sedang berbohong, tetapi semua berjalan lancar karena teman
sekelas ku terkejut mendengar perkataan ku dan bertanya siapa yang membully.

“Memang siapa yang membully kamu dew?” tanya dika penasaran. Aku bingung harus menjawab apa.
Disaat itu aku mulai berakting kembali untuk menghindari pertanyaan tersebut. Zatwan yang melihat
itupun lantas melaporkan hal tersebut kepada iqlima. Iqlima pun datang bersama zatwan dengan
perasaan panik dan langsung menenangkan ku. Lalu iqlima bertanya kepada orang sekitar mengapa bisa
terjadi seperti ini lagi.

“kalian ngapain dewi bisa sampai kaya gini?” iqlima mulai bertanya kepada sekumpulan orang yang tadi
mengerubuni dewi.

“kita ga ngapa ngapain dewi kok, kita Cuma nanya” ujar dika

“kalian nanya apa? Kenapa dewi bisa sampai histeris lagi, kalau pertanyaan kalian ga aneh aneh pasti
dewi gabakalan histeris lagi kaya gini” ujar iqlima sedikit marah. Semua orang yang mengerubuni diam
tidak ada yang menjawab pertanyaan tersebut. Akhirnya secara perlahan semua muridpun duduk ke
kursi nya masing-masing.

Berita itu tersebar disekolah dengan sangat cepat sehingga para murid membuat gaduh disekolah dan
bahkan di sosial media. Mereka pun berspekulasi bahwa pembully yang aku maksud adalah Naila.
Tetapi setelah semua ini terjadi Iqlima tetap menyuruh bahkan mengancam ku untuk terus
melakukannya, tanpa berfikir akibat nya.

Setelah kejadian itu semua murid menatap dan membicarakan ku setiap bertemu. Kali ini Iqlima
menyuruhku untuk mengfitnah Adetika karena Adetika sedang terkenal di lingkungan sekolah setelah
memenangkan olimpiade sans. Sebenernya aku dan Adetika berteman dari SD tetapi tidak ada yang
mengetahui fakta itu, dan itu membuat ku semakin takut untuk melakukan nya.

"Aku janji deh ini yang terakhir, tapi kamu harus bilang ke temen-temen bahwa aku selalu berbuat
baik dan ada di pihak kamu" ucap Iqlima dengan nada mengancam

" Oke deh tapi kali ini aku ga mau ngelakuin sendiri, aku ingin ngajak Alisya sama Calya" ucap aku
pasrah. Dan Iqlima pun memberi tahu Calya dan Alisya untuk ikut melakukan nanti.

Aku, alisya dan calya dikabarkan hilang selama beberapa Minggu, sampai-sampai kita menjadi
trending topik di sekolah. Padahal kami selalu masuk sekolah hanya saja tidak melakukan sesuatu, 1
Minggu ini waktu berlalu begitu cepat, sampai-sampai aku lupa dengan perintah Iqlima dan bahkan
semua keributan yang ku perbuat perlahan menjadi hilang.
Lama kelamaan adetika menjadi trending topik di sekolah, Karena munculnya kabar bahwa ternyata
adetika lah yang membuat aku seperti ini. Semua orang yang ada di sekolah tercengang karena mereka
tidak percaya akan hal itu. Tapi ada juga orang yang langsung percaya pada berita ini dan mereka
langsung mengkritik adetika melalui media sosial ataupun menyerang secara langsung di sekolah.
Akhirnya adetika sekarang tidak mempunyai teman satupun. Adetika yang tau bahwa ia trending topik
di sekolahpun hanya bisa diam karena sebenarnya dia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi tetapi
orang lain mengambil kesimpulan langsung dari berita itu.

“Ahh maneh mah parah ma enya ka babaturan kitu!” ujar dzatwan saat bertemu Adetika yang sedang
mambaca buku di tangga. Adetika yang terkejut karena perkataan kasar dzatwan hanya bisa diam dan
pergi ke kelasnya. Saat Adetika melewati koridor, para siswa mengolok-olok bahkan melempar kertas

“ihh ga nyangka banget adetika” ujar siswa 1

“Ternyata prestasi engga menentukan sikap ya” ujar siswa 2

“woooooooo!!” ujar para siswa

Aku merasa bersalah saat melihat Adetika diperlakukan seperti itu, tetapi tidak bisa membantu
karena semua hal yang aku lakukan akan terbongkar. Sebenernya kita sudah merencanakan untuk
mempermalukan Adetika di sekolah menggunakan sosial media dengan menyebarkan berita bohong
bahwa aku dibully oleh Adetika.

“kamu jangan sampai menyebarkan berita ini pada siapapun, awas aja kalau sampai aku dengar
berita ini. Aku bakal Nyari kamu sampai dapet awas aja kalau sampai kabur. Aku tau semua apapun
tentang kamu termasuk semua cerita yang kamu sembunyiin di depan orang orang” ujar iqlima
mengancam. Aku hanya bisa diam mematung saat mendengar perkataan itu

Setelah kejadian itu, aku selalu menghindari Iqlima karena takut dan merasa bersalah kepada orang-
orang yang sudah aku tuduh. Aku ingin meminta maaf kepada mereka dan mulai memperbaiki diri untuk
tidak mengulangi kesalahan yang sama tetapi itu tidak mudah, karena Aku takut semuanya terbongkar
dan aku lah yang di salahkan dari semua tuduhan itu.

Ke esokaan harinya aku datang kesekolah seperti biasa dan berdiam di luar kelas, karena mendengar
keributan didalam itu membuat ku kebingungan apa yang tengah terjadi.

“Masa iya si dewi pelakunya,berarti selama ini dia cuman fitnah adetika sama Naila dong”

“wah ternyata Dewi engga sebaik yang kita pikirkan,dasar bermuka dua!!” ujar para siswa dengan
nada marah. Saat memasuki kelas,semua siswa melihat ku dengan tatapan penuh emosi,dan itu
membuatku keheranan dan ketakutan,siswa medekati dan bertanya hal yang membuat kaget

“dewi kamu tega banget yaaa,jadiin adetika sama Naila buat bahan fitnahan yang padahal bukan
kesalahan mereka,sumpah kita kaget banget!!”
Dengan pertanyaan seperti ituu aku terus mengelak bahwa itu bukan kesalahanku namun tidak ada
satupun yang mempercayai perkataan itu dan membuatku kebingungan siapa yang telah membeberkan
isu tersebut. Akhirnya aku hanya bisa diam membisu.

Jam istirahat pun tiba, siswa segera keluar kelas untuk membeli makanan aku pun sama sepertii
mereka, saat di perjalanan aku melewati papan mading tidak sengaja aku melihat bukti bukti yang
membuat aku dijauhi teman teman,dari sinilah aku tersadar dengan perkataan iqlima yang pernah
diSampaikan kepadaku yaitu akan mengancam diriku bila aku tidak menuruti nya.

Tanpa disadari ternyata iqlima menyadari sikap aku yang mulai menjauhinyaa,karena takut berita nya
terbongkar,iqlima menjebak ku dengan isu isu yang memojokan ku. Aku pun langsung berlarii untuk
mendatangi iqlima dan bertanya mengapa dia melakukan ini kepadaku.

“iqlimaa apa yang sedang terjadi,mengapa kamu melakukan ini kepadaku,apa salahku?! “ ujar ku
dengan nada kesal

“kamu ingat kan kalau kamu bakal aku ancam kalau berani nyebarin beritanya!”

“tapi aku ganyebarin beritaa ituuu”

“dengan cara menjauhi aku bukannya itu cara buat kamu untuk bersikap baik dan tidak mau menjadi
pelaku dari masalah ini, ga semudah itu dewi!” ucap Iqlima

Mendengar perkataan iqlima akuu merasa marah dan menyesal telah mengikuti apa kata dia dan
mengikuti perintahnya, aku pun kembali ke kelas dengan perasaan yang campur aduk seperti ada hal
yang menghantui diriku. Walaupun aku yang menjadii pelaku darii permasalahan ini bukan berarti aku
yang menjadi dalangnya, sungguh tidak adil Hari ini hari yang sangat menyebalkan membuatku ingin
menghilang

Beberapa hari setelah kejadian tersebut aku menjadi anak yang pemurung dan tidak ada satupun
teman kelas yang mendekati ku karena mereka percaya dengan isu tersebut. Saat iqlima dan alisya
berpas-pasan dengan ku mereka menatap dengan tatapan sinis dan jutek seolah-olah mereka tidak
dekat bahkan tidak mengenal ku.

“alisya awas kamu sampee kaya si dewi inii, aku gaakan segan segan ngelakuin hal yang sama ke
kamuu”ujar iqlima sambil berbisik. Alisya langsung terlihat panik dan ketakutan saat mendengar
perkataan itu. Aku yang melihat itu merasa kasihan dan ingin memberikan ganjaran kepada Iqlima agar
kapok dan tidak mau melakukannya lagi.

Sejak saat itu aku mulai memikirkan cara untuk membalas perbuatan Iqlima kepadaku, tapi sulit
karena tidak mempunyai teman dan pemikiran itu perlahan mulai pudar. Saat berjalan pulang kerumah
tiba-tiba ada yang menepuk pundak ku dan berkata bahwa dia ingin aku membantunya mengumpulkan
bukti-bukti bahwa Iqlima lah pelaku aslinya. Awalya aku bingung siapa yang menepuk pundak ku namun
saat berbalik ternyata mereka adalah Alisya dan Calya.

"Kita bertiga tau fakta kalau Iqlima adalah dalangnya tapi kita sama-sama tidak berani
mengungkapkan fakta ini, jadi kita harus mulai mencari bukti-bukti nya dulu" kata Alisya meyakinkan ku

"Tapi kita tetep harus bersikap seperti biasa seolah-olah aku dan Alisya ada di pihak Iqlima" ungkap
Calya meneruskan perkataan Alisya. Tapi tidak seperti apa yang mereka pikirkan, aku memutuskan
untuk menolak ajakan tersebut bukan karena sudah memaafkan tapi karena merasa semua ini akan sia-
sia. Selama berhari-hari aku memikirkan ajakan itu, semakin dipikirkan semakin mebuat ku tertarik.

Hingga akhirnya aku mulai mencari bukti-bukti dan mencoba jujur kepada Adetika bahwa akulah yang
membuat semua ini terjadi. Satu persatu bukti mulai ku dapatkan dari mulai obrolan chat hingga
rekaman suara saat Iqlima menyuruh dan mengancam ku. Sebenernya sejak aku berakting setiap Iqlima
mengajak untuk mengobrol berdua aku selalu merekam percakapan kami.

Selang beberapa hari, saat aku mau meminta maaf kepada Adetika dan Naila tiba-tiba Iqlima
mendatangiku

" Yaaaa! Apakah kamu melakukan sesuatu sampai- sampai semua orang menatap ku?" Tanya Iqlima
sambil marah-marah. Aku yang terkejut sekaligus kebingungankebigungan hanya bisa pergi
mengabaikan seolah-olah tidak mendengar perkataan nya. Dan ternyata kebenaran sudah terungkap
padahal aku belum memberikan bukti yang ku punya kepada siapapun. Kebetulan sekali aku berpapasan
dengan Alisya dan Calya dan langsung menanyakan bagaimana semua ini bisa terjadi

"Iya ini kita yang lakuin, kita memposting chat percakapan kita sama Iqlima di Instagram" jawab
mereka dengan ekspresi santai seolah-olah sudah menanti kegaduhan ini. Saat kita sedang duduk
mengobrol di koridor tiba-tiba mendengar orang-orang bersorak yang ternyata disebabkan oleh
kedatangan Iqlima. Melihat hal itu membuat ku teringat Adetika yang pernah diperlukan seperti itu,
namun aku merasakan hal yang berbeda karena bersyukur Iqlima merasakan apa yang korban-korban
nya rasakan.

Sejak saat itu Iqlima menjadi murung dan dijauhi para siswa yang membuat dia jarang masuk sekolah
lagi. Selang beberapa Minggu tiba-tiba dia masuk sekolah dan meminta maaf kepada Naila dan Adetika
tentang perbuatannya, selain itu dia meminta maaf kepada aku, Alisya dan Calya berkata

"Aku tau ga segampang itu ngemaafin aku, tapi aku bener-bener nyesel sama semua perbuatan
aku...." Kata Iqlima dengan muka sedih dan murung. Awalnya kita tidak mau memaafkan Iqlima tapi
semua orang pasti pernah melakukan kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai