Anda di halaman 1dari 3

Prologue

Namaku … aku adalah seorang anak SMA yang cupu dan hanya memiliki sedikit
teman. Aku tinggal di Jakarta bersama nenekku. Kedua orang tuaku sudah tiada sejak aku
masih kecil. Aku dibesarkan oleh nenek dan kakekku, namun kakekku meninggal saat aku
berusia 10 tahun. Sekarang usiaku sudah 18 tahun dan aku berada di kursi kelas 12 SMA.
Aku cukup ahli dalam bidang olahraga, terutama basket dan juga sepak bola. Setiap pelajaran
olahraga aku selalu turun ke lapangan paling pertama sebelum teman sekelasku.

Suatu hari, lagi-lagi aku datang paling pertama ke lapangan. Guruku pun juga masih
belum berada di lapangan saat itu. Tiba-tiba aku merasakan getaran yang diikuti suara
benturan yang sangat kencang. Aku melihat kearah Gedung sekolah dikarenakan murid-
murid membuka jendela kelas mereka dan mulai melihat ke arah suara dan getaran tadi.
Tidak lama setelah itu aku juga ikut melihat ke arah yang sama, semua orang tersadar bahwa
meteor telah jatuh ke bumi. Semua murid panik dan tidak tahu harus berbuat apa, pada
akhirnya sekolah pun memerintahkan murid-murid untuk tetap berada di Gedung sekolah.

Setelah pemberitahuan dari pihak sekolah untuk tetap berada di Gedung sekolah, tiba-
tiba ada meteor lainnya yang mengarah ke Gedung sekolah. Semua orang yang berada di
sekolah tidak ada yang menyadari datangnya meteor baru yang mengarah ke sekolah. Aku
berteriak memanggil orang-orang yang berada di Gedung sekolah untuk keluar dari situ.
Namun, sebelum ada orang yang menyadari teriakanku, sekolah sudah rata dengan tanah dan
hanya tersisa reruntuhan disekitarnya. Aku terjatuh dan terdiam melihat hancurnya Gedung
sekolah pada hari itu. Sesaat aku terdiam, datang meteor lainnya yang mengarah pada diriku.

Aku tidak bisa bergerak karena rasa takut akan kematian, namun tiba-tiba ada
seseorang yang menarik diriku untuk berdiri dan berlari. Aku tidak bisa melihat dengan jelas
wajah dari orang yang membantuku saat itu, karena yang aku pikirkan hanyalah kematian.
Tanpa kusadari kami sudah berada di tempat yang sangat ramai. Aku melihat sekitar dan
menyadari bahwa tempat tersebut merupakan bunker yang dibuat oleh negara jika terdapat
bencana alam yang sangat besar.

Tiba-tiba aku mendengar suara wanita yang me-manggil namaku.


“ … ! cepat kemari.” Ucap wanita tersebut.

Aku melihat kearah wanita tersebut dan akupun menyadari bahwa itu adalah kakak
kelas ku saat aku berada di kelas 10. Namanya …, ia masih berumur 20 tahun dan juga dia
sangat cantik. Walaupun dia 2 tahun lebih tua dariku, aku pernah menyukai dirinya saat
berada di kelas 10. Akupun berjalan menghampirinya dan menyapanya.

“Hai kak! sudah lama kita tak bertemu.” Kataku dengan kaget.

Ia menjawab. “Iya ya sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana kabarmu … ?”

Aku mulai bertanya kepadanya situasi diluar bunker.

“Bagaimana keadaan diluar kak? Apakah sudah aman?” Tanyaku.

“Untuk sekarang diluar masih belum bisa dipastikan keamanannya, katanya pemerintah akan
memberikan informasi lebih lanjut ketika diluar sudah dipastikan benar-benar aman.”
Jawabnya dengan panjang.

Aku kembali bertanya satu hal lagi.

“Bagaimana dengan tadi, apakah kau yang membantuku kak?”

“Iya, aku yang menarikmu berlari kearah sini. Aku juga ketakutan tau, tetapi kau malah
terjatuh terdiam melihat datangnya meteor.” Jawabnya dengan nada kesal.

“Maafkan aku telah merepotkanmu dan terima kasih telah menyelamatkanku. Karenamu aku
bisa selamat dari jatuhnya meteor.”

Kita berbincang untuk waktu yang cukup lama dan aku juga bertemu dengan banyak
orang baru. Tanpa aku sadari waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, aku melihat sekitar
dan keadaan sudah mulai sepi. Akhirnya, kami memutuskan untuk beristirahat di bunker
malam ini.
Bab 1

Anda mungkin juga menyukai