Anda di halaman 1dari 5

kamu sakit? Kamu punya penyakit?

Lalu
bagaimana jika penyakitmu yang
menjadi bahan bulian?
Cerita masa lalu dari seorang aku yang pernah mendapatkan pembulian beberapa
tahun yang lalu. Kejadian yang sudah sangat lama, namun bekas luka ini masih belum
bisa dihilangkan. Dimulai dari aku yang masih menjadi siswa di salah satu desa di
Purworejo.

Pada tahun ajaran baru 2017/2018. Aku masih duduk di bangku SD, tepatnya bangku
kelas ii. Aku sangat senang karena aku bisa mendapatkan juara 1 di kelas. Semua orang
mengucapkan selamat kepadaku. Hingga beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh
baya bernama Endang S.Pd yang tidak lain adalah wali kelasku berjalan masuk ke ruang
kelas.

"selamat pagi anak-anakku semua, ibu punya kabar baik, kita akan mendapat murid baru
yang datang dari SD Panca Bakti, ibu harap kalian semua bisa berteman baik
dengannya".

"baik bu" sahut kami

Murid baru itu pun berjalan masuk ke kelas kami

"hai semua, perkenalkan, namaku Vany Naresha"

***
Beberapa hari kemudian...

Vany mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya, kami sebagai murid lama disini pun
mulai berteman baik dengannya. Namun hari demi hari berlalu. Aku mulai merasakan
ketidak nyamanan ketika kami bermain bersama. Pasalnya, sifat yang selama ini belum
muncul dari dirinya sudah mulai terlihat. Sifat yang tidak lain adalah sombong dan
selalu ingin dipuji.

Suatu ketika, Vany memamerkan kalung emas yang memiliki harga lumayan tinggi.Dia
juga mengatai kami tak mampu membeli kalung emas seperti itu. Semua orang
memujinya, kecuali aku. Aku tak pmenyukai sifatnya yang selalu sombong dan selalu
ingin dipuji. Aku hanya berdiam diri diantara teman-teman yang memuji.

"mengapa kamu hanya diam saja? Kamu iri denganku bukan? Aku tau kamu pasti tak
mampu mendapatkan kalung seperti ini. Kamu memang tak pantas mendapatkan ini,"
kata Vany

Aku diam dan pergi tanpa berkata apapun. Sejak saat itu, aku selalu menghindari Vany
karena dia selalu mengataiku yang bukan-bukan.

***
1 tahun kemudian...

Tahun ajaran baru 2018/2019 dimulai. Kini aku menduduki bangku kelas iii. Tak
disangka aku mendapat 2 teman baru lagi. Murid pertama bernama Adeline Athalia,
orang-orang memanggilnya Adel. Ia memiliki tampang yang cantik, sangat cantik.
Senyuman di wajahnya bagai caramel sweets. Dan ia berasal dari Kalimantan Utara.
Murid kedua bernama Katherine Oktarisa. Biasa dipanggil Katherine. Katherine
memang tidak secantik Adel, namun Katherine adalah anak yang panjang akal. Ia selalu
mendapat rangking 1 di sekolah lamanya.

Adel dan Katherine tidak terlihat seperti Vany yang suka pamer. Mereka lebih suka
bersaing dalam meraih prestasi dan tetap memakai cara sehat. Namun, mereka berteman
baik dengan Vany. Sampai setelah beberapa hari setelah perpindahanmereka, entah apa
yang Vany katakan, namuh mereka mendadak menggapku sebagai musuh.

***
Suatu hari sekolah mengadakan ekstrakurikuler drumband. Ekstrakurikuler tersebut
diselenggarakan untuk persiapan karnaval Peringatan Kemerdekaan Indonesia 17
Agustus 1945. Aku sama sekali tak memiliki niat untuk bergabung ke ekstrakurikuler
tersebut. Lagi pula, jadwal ekstrakurikuler itu bertabrakan dengan ekstrakurikuler catur
yang sudah lama aku ikuti.

Hari Senin adalah hari kedua ekstrakuikuler itu diadakan. Seperti biasa, aku mengikuti
ekstrakurikuler catur. Vany, Adel, dan Katherine mengikuti ekstrakurikuler drumband.
Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 15.00, latihan ku selesai. Aku melihat Vany dan
Katerine yang sedang berlatih sebagai pemeran mayoret.

Beberapa saat kemudian, teman dekatku, Sheila menghampiri dan berkata kepadaku

"ke kantin yuk"


"ayuk" balasku

Sesampainya di kantin aku dan Sheila memesan 2 porsi bakso. Tak lama kemudian
datang anak perempuan yang menduduki kelas vi menghampiriku.

"kamu anak yang bernama Rara, bukan?" tanya anak perempuan itu

"iya" jawabku

"ibu kepala sekolah mencarimu"

"kenapa?"

"aku juga tidak tahu, lebih baik kamu bergegas menemuinya sekarang"

"oke" sahutku cepat

Tak lama kemudian aku melihat ibu kepala sekolah di samping guru pengajar drumband.
Aku pun dengan segera menghampirinya

"ibu mencari saya? Ada apa bu" tanyaku

"kemarilah, aku ingin kamu menjadi mayoret menggantikan Vany, ibu yakin kamu bisa
melakukannya"

Setelah itu, aku merasa tak enak dengan Vany yang kehilangan perannya sebagai
mayoret. Namun, aku juga ingin melakukan permintaan ibu kepala sekolah. Dari
tempatku berdiri, terlihat Vany, Adel, dan Katherine sedang memainkan mata tanda tak
suka.

***
Keesokan paginya, aku tiba di kelas dan aku mendengar suara yang sangat menyakitiku

"kenapa kamu ambil peranku? Kamu tau kamu pendek, pendek sekali, peran mayoret
hanya dipakai oleh orang tinggi sepertiku" sontak Vany

"aku cuma melakukan apa yang ibu kepala sekolah bilang, aku pun ga tahu kenapa aku
dipilih jadi meyoret" balasku

Kata-kata yang menyakitkan pun keluar dari mulut Vany, Adel,Katherine, dan 3 teman
lainnya
"dasar pendek"

"sadar diri dong, kamu jelek seperti kambing"

"bodoh bodoh"

"jijik, najis"

"guys, awas ada kuman"

***
Suatu ketika, diselenggarakan acara yang membutuhkan perwakilan dari setiap kelas.
Awalnya aku berniat maju mewakilkan kelas, namun hal itu diketahui oleh Vany. Dia pun
mengolok-olokku lagi.

"apakah kamu tak punya malu? Kamu hanya akan mempermalukan kelas kita jika kamu
yang mewakilkan. Kami sudah memilih Adel sebagai perwakilan kelas. Adel pantas
melakukannya, Adel mempunyai paras yang cantik, Tak bermuka kambing sepertimu"

***
Suatu sore, aku merasakan gatal di seluruh tubuh. Terasa sakit dan tampak bentol-bentol
merah di seluruh lapisan kulit epidermisku. Semakin lama ini dibiarkan semakin banyak
pula bentol-bentol yang bermunculan.

Ibu sebagai orang yang paling menyayangiku langsung bergegas membawaku ke klinik
terdekat. Setelah beberapa saat aku di periksa, dokter mengatakan aku memiliki alergi.
Dokter belum mengetahui pasti alergi yang selama ini mengidapku. Namun dokter
menyuruh untuk tak panik karena alergi tak dapat menular ke orang lain.

***
Pagi harinya, aku memutuskan memakai masker agar orang-orang tak dapat melihat
bentol-bentolku yang semakin mengganas. Tak lama setelah itu, Vany menatapku
penasaran dari bangkunya.
"kenapa kamu pakai masker?" tanya Vany penasarang

"aku berjerawat" jawabku berbohong

Tiba-tiba, Vany bersama Adel dan juga Katherine menghampiri dan memaksaku
membuka masker. Aku tak punya pilihan lain. sedetik setelah aku membuka masker,
mereka bertiga memasang raut jijik kepadaku.

"mukamu menjijikkan sekali"

"itu bukan jerawat, bodoh"

"jangan dekat-dekat denganku, aku tak mau tertular penyakit menjijikkanmu itu"

Setiap kata yang mereka ucapkan meninggalkan luka yang sangat dalam pada diriku.
Bagian tersakit adalah ketika mereka mengatakan pada semua orang untuk tak
mendekatiku. Akhirnya, semua orang tak ada yang mau mendekatiku, kecuali seorang,
sheila. Aku merasa masih bisa menahan ini selama Sheila masih bersamaku. Namun,
Vany tak angkat tangan untuk membuat semua orang menjauhiku.

"Sheila, jangan dekat-dekat dengan dia. Apa kamu ga jijik? Lihat dirinya! Dia sangat
menjijikkan"

Untungnya, Sheila tak menghiraukannya. Ia tetap senang berada di sebelahku. Hingga


akhirnya, Vany menarik paksa tangan Sheila agar dia menjauh dariku. Setelah itu semua
siswa dari kelas i sampai kelas iv menatap jijik ke arahku. Bahkan sebagian dari mereka
mengataiku yang bukan-bukan.

Aku tak mengerti mengapa semua orang sejahat itu kepadaku. Aku membeku dengan
ucapan jelek yang dilontarkan tentangku

Aku menangis dan berlari pulang tanpa memikirkan apapun. Menyebrang jalan tanpa
melihat sekitar. Bahkan hampir tertabrak motor yang bergerak cepat, tapi untungnya
Tuhan masih menyelamatkan nyawaku.

Anda mungkin juga menyukai