Anda di halaman 1dari 10

Literasi MEDIA

Desiye supit (2020) “siswa akan merasa jenuh dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran jika media yang dipakai oleh guru tidak pernah berubah”
https://cogito.unklab.ac.id/index.php/cogito/article/view/209/143

AGUS RAMDANI1,2*, A. WAHAB JUFRI1,2, GUNAWAN1,3, SAPRIZAL


HADISAPUTRA1,4, LALU ZULKIFLI1,2
PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN IPA YANG
MENDUKUNG KETERAMPILAN ABAD 21 (2019)
https://www.jppipa.unram.ac.id/index.php/jppipa/article/view/221/pdf

Beberapa permasalahan yang juga sering kali ditemukan pada


proses pembelajaran salah satunya adalah tentang media
pembelajarannya. Media yang digunakan dalam proses
pembelajaran masih tergolong sederhana dan monoton, sehingga
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa masih belum optimal.
Pratiwi (2015) mengungkapkan bahwa rata-rata guru IPA belum
mampu menyusun soal HOTS dengan baik.

penelitiannya tertulis sama dengan teori


yang dikemukakan oleh Hamalik (2008)
yaitu pemakaian media pengajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitan
keingintahuan dan minat baru bagi siswa,
serta membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar mengajar dan
bahkan membawa pengaruh psikologis
terhadap siswa.

https://jurnal.unived.ac.id/index.php/JM/article/view/766/642
DESI AULIA UMAMIVolume 7 No. 1 (April 2019) HUBUNGAN MEDIA
PEMBELAJARAN DAN MINAT TERHADAP MOTIVASI
MAHASISWI TINGKAT IIIKEBIDANAN WIDYA KARSA
JAYAKARTA

Hambatan Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran


Inovatif Pada
Mata Pelajaran Sejarah di SMP Negeri 3 Magelang
Farida Yusrina, Ba’in, Andy Suryadi (2019)

kurang menarik bagi peserta didik dikarenakan penggunaan model


pembelajaran yang monoton menjadi salah satu sebabnya, selain itu
penerapan model pembelajaran yang inovatif hanya terbatas pada
metode ceramah bervariasi dan diskusi saja. Adanya hambatan bagi
guru dalam menerapkan model pembelajaran inovatif yang
bervariasi seperti kurang menguasai berbagai karakteristik model
pembelajaran inovatif, sehingga diharapkan para guru dapat
mempelajari berbagai model pembelajaran, sehingga nantinya tujuan
pendidikan dapat tercapai. Di samping itu pemanfaatan media, alat
dan bahan pembelajaran kurang diperhatikan

Rini Siswanti (2019) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

https://core.ac.uk/download/pdf/228481477.pdf

Proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas pada umumnya hanya berpusat pada guru (teacher
centered). Pada saat mengajar guru tidak menggunakanmodel pembelajaran yang inovatif, interaktif,
dan menyenangkan. Hal tersebut membuat siswa tidak tertarik pada pembelajaran yang dilakukan

Dari hasil analisis kebutuhan diperoleh informasi bahwa (1) secara umum guru sudah
berusaha menerapkan model pembelajaran inovatif sesuaituntutan Kurikulum 2013 sekalipun
masih mengalami kesulitan, (2) masih dirasakan kurangnya contoh-contoh dan pelatihan implementasi
model pembelajaran inovatif menyebabkan masih lemahnya pemahaman guru terhadap
konsep pembelajaran inovatif, (3) guru masih memerlukan tambahan pengetahuan dan
bimbingan dalam penerapan pembelajaran inovatif, (4) guru juga menyatakan siap untuk
memanfaatkan aplikasi pendampingan pembelajaran inovatif apabila tersedia,
Wahyu Sopandi, Yoga Adi Pratama, Hany Handayani (2019)

Sosialisasi dan Workshop


Implementasi Model Pembelajaran
RADEC Bagi Guru-Guru Pendidikan
Dasar dan Menengah [Dissemination
and Implementation Workshop of
RADEC Learning Models for Primary
and Secondary Education Teachers
guru-guru selama ini belum dapat mengimplementasikan model-model pembelajaran inovatif
karena berbagai alasan memerlukan alokasi waktu yang lebih lama, persiapan mengajar yang
lebih berat, tidak menunjang peserta didik dalam menghadapi berbagai ujian, dan sintak model
pembelajaran susah dihapal dan dipahami

kesulitan ini disebabkan oleh sintaks model pembelajaran inovatif yang susah diingat dan sukar
dipahami, mengingat para pencipta model-model tersebut berasal dari luar negeri dan tidak
mempertimbangkan situasi dan kondisi di Indonesia. Sulitnya partisipan mengimplementasikan
model-model pembelajaran inovatif ini mungkin bisa menjelaskan mengapa pembelajaran di
sekolah relatif tidak berubah dari waktu ke waktu yang menyebabkan rendahnya prestasi peserta
didik

Melitha Aurora Hasanti, Zulyusri (2022) Hasanti, M. A., & Zulyusri, Z. (2022)


Miskonsepsi pada siswa dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut (Ibrahim, 2019),
miskonsepsi yang terjadi pada siswa biasanya dibentuk oleh siswa sendiri dan dipengaruhi oleh
pengalaman dan lingkungan yang menyebabkan sering terjadi kesalahan pada diri siswa dalam
memahami suatu konsep. Selain itu, menurut (Subrata, dkk., 2019), konsepsi awal (prakonsepsi)
berbeda yang dimiliki siswa juga bisa menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada siswa. Begitu
juga menurut (Astuti, dkk., 2016), selain karena prakonsepsi awal siswa yang salah, miskonsepsi
siswa juga disebabkan karena penalaran siswa belum lengkap, kemampuan memahami siswa
masih rendah, dan juga disebabkan karena buku pegangan siswa untuk belajar (buku teks
pelajaran).
HOTS

Muhadjir (2019:2) menyatakan Faktor-faktor yang menyebabkan siswa sulit memahami materi tingkat
tinggi diantaranya lingkungan yang kurang mendukung, fasilitas sekolah yang kurang memadai
khususnya penggunaan laboratorium, dan kurangnya motivasi belajar dalam diri siswa tersebut. Namun
faktor yang sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa dalam belajar yaitu metode pembelajaran
yang digunakan disekolah masih berpusat pada guru

enerapan HOTS dalam kelas dapat menghadapi beberapa kendala, antara lain:

1. Kurikulum dan Materi Pembelajaran: Terkadang, kurikulum dan materi pembelajaran


yang digunakan belum sepenuhnya mendukung penerapan HOTS. Kurikulum yang
terlalu padat atau terfokus pada penguasaan faktual dapat membuat guru kesulitan
untuk menyediakan waktu dan ruang yang cukup bagi siswa untuk berpikir tingkat
tinggi.
2. Keterbatasan Sumber Daya: Sumber daya yang terbatas, seperti buku teks yang tidak
memadai, perangkat teknologi yang terbatas, atau ruang kelas yang tidak mendukung,
dapat menjadi hambatan dalam memberikan pengalaman pembelajaran HOTS yang
efektif.
3. Pengetahuan dan Keterampilan Guru: Guru perlu memiliki pemahaman yang mendalam
tentang HOTS dan keterampilan yang diperlukan untuk merancang dan mengelola
pembelajaran HOTS. Jika guru tidak memiliki pemahaman dan keterampilan yang
memadai, penerapan HOTS mungkin menjadi terbatas atau kurang efektif.
4. Penilaian: Sistem penilaian yang masih terfokus pada aspek pengetahuan faktual dan
kecocokan dengan soal ujian standar dapat menghambat penerapan HOTS. Penting
untuk mengembangkan metode penilaian yang memungkinkan siswa untuk
menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi secara autentik.
5. Sikap dan Motivasi Siswa: Beberapa siswa mungkin mengalami kesulitan dalam
beradaptasi dengan pendekatan pembelajaran yang menekankan berpikir kritis dan
kreatif. Mereka mungkin terbiasa dengan pembelajaran yang lebih tradisional dan
terstruktur. Guru perlu memotivasi dan membantu siswa mengembangkan sikap yang
terbuka, berani mengambil risiko, dan percaya pada kemampuan mereka sendiri.
6. Waktu: Penerapan HOTS dapat membutuhkan waktu yang lebih lama daripada
pembelajaran konvensional. Proses berpikir tingkat tinggi membutuhkan refleksi,
diskusi, dan pemecahan masalah yang cermat. Keterbatasan waktu dalam jadwal
pembelajaran dapat menjadi kendala dalam memberikan kesempatan yang memadai
bagi siswa untuk terlibat dalam pembelajaran HOTS.

Untuk mengatasi kendala-kendala ini, penting bagi sekolah dan guru untuk melakukan
upaya kolaboratif, seperti mengadaptasi kurikulum, menyediakan sumber daya yang
memadai, memberikan pelatihan dan pendampingan kepada guru, mengembangkan
metode penilaian yang sesuai, dan membangun budaya kelas yang mendukung
pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

Pemanfaatan Teknologi Dalam Pembelajaran Sebagai Upaya Peningkatan Kompetesnsi Pedagogik

Pebria Dheni Purnasari 1 , Yosua Damas Sadewo 2 (2020)

sebagian besar guru kesulitan menggunakan teknologi untuk menunjang proses belajar mengajar karena
pemahaman guru terkait teknologi pembelajaran masih terbatas. Banyak guru yang tidak
memperbaharui dan meningkatkan ilmunya ketika menggeluti profesi guru

https://suyanto.id/hambatan-utama-penggunaan-tik-dalam-pembelajaran-dan-strategi-
mengatasinya/

Hambatan Utama Penggunaan TIK


dalam Pembelajaran dan Strategi
Mengatasinya Bastudin 2021
Nikolopoulou dan Gialamas (2016) mengelompokkan tantangan penggunaan
TIK dalam proses pembelajaran dari tiga aspek, yaitu kurangnya dukungan
(lack of support), kurangnya kepercayaan (lack of confidence), dan kurangnya
perlengkapan (lack of equipment).

1. Kurangya Dukungan
Para guru di sekolah menengah sering merasakan banyak tekanan dari para
pemimpin sekolah untuk menggunakan TIK dalam pengajaran mereka (Wikan
dan Molster, 2011). Untuk memiliki integrasi TIK yang sukses dalam
pengajaran, maka kepala sekolah perlu memberikan dukungan yang tepat
kepada para guru; pertama, mengintegrasikan penggunaan TIK perlu
diintegrasikan ke dalam kurikulum dan guru harus memiliki rencana yang jelas
untuk menggunakan TIK dalam pengajaran. Kedua, kepemimpinan sekolah
perlu memiliki visi dan misi yang jelas untuk mengintegrasikan teknologi dan
memiliki rencana untuk mewujudkannya dan berinvestasi dalam TIK untuk
pembelajaran di kelas. Ketiga,  pemerintah perlu mengalokasikan investasi
infrastruktur pendidikan yang mendorong penggunaan TIK.

Sementara itu, terkait kurangnya ketersediaan jaringan, listrik, dan sarana


pendukung lainnya, yang meliputi ketersediaan komputer, laptop, dan infokus
menjadi kendala kurangnya perlengkapan (lack of equipment). Sebenarnya
masalah jaringan bisa dimasukkan dalam kategori kurangnya dukungan dari
manajemen sekolah. Sekolah harusnya menyediakan anggaran untuk
mengadakan fasilitas internet di sekolah. Bila dikaitkan dengan program
gerakan literasi sekolah, indikator bahwa sekolah sudah menjalankan program
literasi digital adalah tersedianya fasilitas internet di sekolah

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG TIK TERHADAP


PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
DALAM PEMBELAJARAN IPA SMA/MA Se-KECAMATAN
GERUNG
Nur Hudayati1*, Yayuk Andayani1, Eka Junaidi1 (2021)
Kenyataan yang terjadi saat ini di sekolah masih banyak guru IPA yang
memiliki kendala dalam memanfaatkan TIK dalam pembelajaran yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya yaitu persepsi guru
terhadap TIK.
Berdasarkan penelitian Marzal dan Damris (2015) fakor pengetahuan
menjadi salah satu pengaruh terhadap implementasi TIK.
Faktor lainnya di teliti oleh Destiana (2014) menyatakan bahwa terdapat
pengaruh faktor sosial terhadap pemanfaatan TIK
Secara logis hal ini dapat di pesepsikan bahwa kondisi di lingkungan
sekitar yang mendukung dapat menyebabkan guru termotivasi
untuk turut serta menggunakan sistem atau teknologi yang
digunakan dilingkunganmya. Faktor sosial yang mempengaruhidalam
pemanfaatan TIK oleh guru salah satunya dukungan atasan.

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI


DANKOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN OLEH GURU
SMK DI BANDA ACEH DALAM UPAYA IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013 (2020)
Andika Prajana1*, Yuni Astuti2
Penulis melaksanakan observasi dan wawancara dengan guru di SMK
dan dalam implementasi Kurikulum 2013 ini, sekolah sudah menyiapkan
sarana dan prasana diantaranya; Laptop / Notebookyang dimiliki guru
dan ada juga yang dipinjamkan sekolah, seperangkat komputer yang
disediakan di laboratorium dan ruang guru, dan infocus projector
yang didapatkan dari bantuan pemerintah. Aktifitas pembelajaran di
SMK-SMK Kota Banda Aceh sudah memanfaatkan media
pembelajaran berbasis TIK. Namun ketika diperhatikan ketika peneliti
berada di lapangan, peneliti menemukan fenomena perbedaan dalam
penggunaan dan pemanfaatan TIK dalam merancang atau
development perencanaan pembelajaran, praktikum dan proses
pembelajaran serta cara guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
Adapun alasan yang ditemukan adalah setiap guru mata pelajaran
memiliki kebutuhan berbeda dan setiap guru ini memiliki mata pelajaran
yangberbeda satu sama lainnya. Kemudian kembali ke masalah klasik
yang sering peneliti dengar yaitu kurangnya perhatian atau
koordinasi kepala sekolah dan juga upaya penyediaan kebutuhan
TIK sebagai pendukung proses belajar mengajar.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Integrasi TIK dalam Proses Pembelajaran pada Pondok Pesantren di
Lombok Timur (2021)

Mashur 1 , Taufan Iswandi 2 , Lalu Nurul Yaqin*3

Hambatan diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu faktor guru dan faktor dukungan kelembagaan.
Faktor guru meliputi kekuarangan waktu, kurangnya sumberdaya manusia yang mempuni dan
kompleksitas integrasi TIK. Sedangkan faktor kelembagaan meliputi keterbatasan infrastruktur,
kurangnya pelatihan, kurangnya akses, dan kurangnya dukungan teknis.

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran IPA: Sebuah Kajian

Riesta Adellia Karyanti (2021)

Hal serupa juga dikatakan oleh Batubara (2017) dalam penelitiannya yang menjelaskan bahwa ada tiga
aspek keterampilan TIK guru yang harus diperhatikan yaitu kemahiran guru pada media dan aplikasi TIK,
prinsip dan desain pengembangan materi ajar berbasis TIK dan metode pemanfaatan media TIK di
sekolah [53]. Menurut Rusyan (2014) menjelaskan bahwa mengembangkan kemampuan dan
keterampilan, guru diharuskan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan serta menguasai teknologi, baik
teknologi berupa komputer atau teknologi lain yang mendukung proses pembelajaran [54].

Media Pembelajaran Berbasis Power Point Guna Mendukung Pembelajaran IPA SD


Erfiani Humairah (2021)

Fakta menunjukkan alasan yang medasari kurangnya guru dalam penggunaan media yaitu guru merasa
tidak mampu, guru merasa takut dalam mengoprasiakan peralatan elektronik, guru merasa repot, ribet
dan harus merepotkan orang lain dalam penggunaannya. Tidak tersedianya peralatan menjadi salah satu
alasan guru tidak memanfaatkan media dalam proses pembelajaran

Budiana, H.R., Sjafirah, N.A. dan Bakti, I (2015)

manfaat penggunaan TIK dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran adalah: (1)
meningkatkan kualitas pembelajaran; (2) memperluas akses terhadap pendidikan dan pembelajaran; (3)
membantu memvisualisasikan ide-ide abstrak; (4) mempermudah pemahaman materi yang sedang
dipelajari; (5) menampilkan materi pembelajaran menjadi lebih menarik; dan (6) memungkinkan
terjadinya interaksi antara pembelajaran dengan materi yang sedang dipelaja

Pemanfaatan Teknologi Pendidikan Di Era New Normal


Alyan Fatwa

Indonesia juga membahas beberapa tantangan nyata yang h


arus segera dicarikan solusinya: (1)
ketimpangan teknologi antara sekolah baik di kota besar maupun daerah,
(2) keterbatasan kompetensi
guru untuk memanfaatkan aplikasi pembelajaran, (3) kurangnya
sumber daya bagi pengembangan
teknologi pendidikan seperti
internet dan kuota, (4) relasi antara guru, murid, dan orang tua untuk
pembelajaran daring yang tidak terpisahkan.

Kendala Pembelajaran Daring Selama Pandemic


Covid-19
Permasalah tersebut diantaranya kurangnya pengetahuan tentang teknologi informasi (Prawanti &
Sumarni, 2020).

guru jarang mengikuti pelatihan terkait dengan peningkatan kemampuan teknologi pedagogik

Kendala yang banyak dirasakan oleh guru adalah faktor dari orangua peserta didik karena perangkat
keras maupun perangkat lunak yang tidak memadai.

HOTS Achmad Fanani, 2017. PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS HOTS (HIGHER ORDER
THINKING SKILL) DI SEKOLAH DASAR KELAS V
Pada kenyataannya masih banyak guru yang kurang faham tentang HOTS. Hal ini tampak pada rumusan
indikator, tujuan, maupun kegiatan pembelajaran dan penilaiannya dalam rancangan pembelajaran yang
dibuat dan pelaksanaan proses pembelajarannya. Guru harus mampu mengembangkan dan
mengkonversikan dari pembelajaran yang masih bersifat Lower Order Thinking Skill (LOTS) menjadi
Higher Order Thinking Skill (HOTS), dan ini harus sudah diawali sejak merancang Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).

Yayuk, Deviana, dan Sulistyani (2019: 108), KEMAMPUAN GURU DALAM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
DAN PENILAIAN HOTS PADA SISWA KELAS 4 SEKOLAH INDONESIA BANGKOK THAILAND

bahwa pada praktik di lapangan, pembelajaran HOTS bukan suatu hal yang mudah untuk
diimplementasikan oleh para guru, masih banyak guru yang masih sangat kebingungan dalam
penerapan pembelajaran HOTS.

Fathul Jannah1 , Radiansyah2 , Raihanah Sari3 , Reja Fahlevi4 , Sapnah Wardini5 , Siti Aisyah6 , Wahyu
Kurniawan 7

PEMBELAJARAN HOTS BERBASIS PENDEKATAN LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR 2022

Sebagian guru mengalami keterbatasan dalam mengembangkat perangakat pembelajaran HOTS


berbasis pendekatan lingkungan dan kadang mengalami kendala dalam mengimplementasikan
pembelajaran HOTS. Untuk mengemas penilaian berbentuk HOTS juga terkendala, karena tidak semua
siswa mampu mengkonstruksi, memahami, dan menerapkan keterampilan berpikir kritis mereka
sehingga alat evaluasi yang dirancang perlu disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

ANALISIS PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS HOTS PADA PROGRAM KEAHLIAN OTOMATISASI TATA
KELOLA PERKANTORAN SMK NEGERI DI KOTA SURAKARTA.

Andreas Bagas Kiswara1 , Tri Murwaningsih2 , Susantiningrum3. (2019)

Adapun kendala dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS sebagai berikut: a. Kendala Dari Guru:
1) Kurangnya pemahaman guru tentang konsep dan penerapan HOTS 2) Kesulitan dalam merumuskan
soal dan penilaian berbasis HOTS

I Ketut Suparya, I Wayan Suastra, Ida Bagus Putu Arnyana

Azmi Rizky Anisa1 , Ala Aprila Ipungkarti1 , dan Kayla Nur Saffanah (2021)

Adapun beberapa cara agar budaya literasi di Indonesia dapat meningkat adalah dengan menanamkan
kesadaran bahwa dengan membaca kita dapat mendapatkan informasi yang jelas, akurat dan juga logis.
Pengoptimalan peran perpustakaan juga menjadi salah satu cara agar literasi di Indonesia dapat
meningkat karena perpustakaan memiliki peranan yang penting dalam pergerakan juga budaya literasi.
Sosialisasi mengenai pentingnya gemar membaca bagi kehidupan sehari-hari juga dapat dilakukan oleh
para volunteer muda yang cerdas dan sukses sebagai wujud nyata keberhasilan dari gemar membaca.
Pembangunan dan pemerataan perpustakaan atau tempat belajar umum di seluruh wilayah terutama di
wilayah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) di Indonesia juga perlu diperhatikan sebagai upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui aspek literasi.

Anda mungkin juga menyukai