Anda di halaman 1dari 14

MENGATASI HAMBATAN PEMBELAJARAN

BERDIFERENSIASI: TIPS DAN TRIK UNTUK GURU

Rahmi Muliani
E-mail: rahmi.muliani2076@student.unri.ac.id
Program Studi Pendidika Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Riau

Pendahuluan
Kurikulum merdeka adalah pendekatan pendidikann alternatif yang lebih
berfokus pada pemberdayaan diri dan pengembangan keterampilan. Setiap siswa
memiliki kemampuan dan potensi yang berbeda-beda, karena pada dasarnya
manusia adalah mahkluk yang unik dan setiap individu memiki karakteristik yang
berbeda-beda. Sudah menjadi keyakinan semua orang bahwa masing-masing
individu memiliki karakteristik kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang
berkemampuan cepat, sedang, dan ada yang berkemampuan rendah (Hadi, 2017).
Kurikulum merdeka memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk
menciptakan pembelajaran yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan
lingkungan peserta didik (Kemendikbud, 2022) Oleh karena itu di kurikulum
merdeka di rancang pembelajaran diferensiasi, yang mana pembelajaran
diferensiasi memberi kebebasan kepada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya
sesuai dengan minat dan bakat dan gaya belajar siswa tersebut.
Di kurikulum merdeka, guru diberi kebebasan untuk menentukan sendiri
perangkat ajar yang sesuai dengan kondisi dan potensi peserta didiknya. Guru
dituntut lebih bersikap aktif, inovatif dan terampil untuk menjadi fasilitator
penggerak perubahan di sekolah. pada kenyataannya, masih banyak guru yang
mengalami kesulitan dalam penggunaan media pembelajaran online pada saat
pembelajaran daring. Salah satunya yaitu, kemampuan guru dalam mengoperasikan
IT (Information Technology) (Winda & Dafit, 2021). Guru paham dulu prosedur
dan pelaksanaan kegiatan di sekolah sehingga mampu membawa perubahan dalam
berbagai aspek (Mustafa et al., 2021)
Berdasarkan paparan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
memaparkan solusi bagi guru dalam menghadapi pembelajaran diferensiasi. Pada

1
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Hehakaya & Pollatu, 2022) dibahas
tentang problematika guru dalam kurikulum merdeka(Hehakaya & Pollatu, 2022).
Pada penelitian ini akan lebih berfokus kepada solusi bagi guru dalam tantangan
pembelajaran diferensiasi.

Pembelajaran diferensiasi
pembelajaran diferensiasi adalah menciptakan suatu kelas yang beragam
dengan memberikan kesempatan dalam meraih konten, memproses suatu ide dan
meningkatkan hasil setiap murid, sehingga murid-murid akan bisa lebih belajar
dengan efektif (Suwartiningsih, 2021). Pembelajaran berdiferensiasi adalah cara
atau upaya yang dilakukan guru untuk memenuhi kebutuhan dan harapan murid.
Pembelajaran berdiferensiasi sejalan dengan filosofi pemikiran pendidikan menurut
Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan belajar mandiri adalah proses di mana
individu mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam
mendiagnosis kebutuhan belajar mereka, merumuskan tujuan, mengidentifikasi
sumber daya manusia dan materi untuk belajar, memilih dan menerapkan strategi
pembelajaran yang sesuai, dan mengevaluasi hasil pembelajarannya (Pitaloka &
Arsanti, 2022). Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
pembelajaran diferensiasi adalah suatu usaha atau tindakan untuk menyesuaikan
proses pembelajaran di kelas agar dapat memenuhi kebutuhan individiu secara
khusus. Pendekatan pembelajaran diferensiasi ini dirancang untuk mendorong
organisasi diri (self- organizing). Dalam pelaksanaan kurikulum Guru memiliki
prean sentral dalam penerapan kurikulum serta menjadi ujung tombak bagi
keberhasilan kurikulum (Hehakaya & Pollatu, 2022). Dalam pembelajaran
berdiferensiasi empat aspek yang ada dalam kendali atau kontrol guru adalah
Konten, Proses, Produk, dan Lingkungan atau Iklim Belajar di kelas. Guru dapat
menentukan bagaimana empat aspek ini akan dilaksanakan di dalam pembelajaran
di kelas. Guru mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk mengubah konten,
proses, produk, dan lingkungan dan iklim belajar di kelasnya masing-masing sesuai
dengan profil peserta didik yang ada di kelasnya. (Purba et al., 2021)

2
Melihat hal tersebut tentu saja peran guru sangat dibutuhkan dalam pembelajaran
diferensiasi. Namu pada kenyataannya masih banyak terdapat hambatan guru dalam
menjalankann pembelajaran diferensiasi ini.

Hambatan Guru dalam Pembelajaran Diferensiasi


Menurut KBBI hambatan berarti halangan atau rintangan. Hambatan adalah
sesuatu yang dapat menghalangi keberhasilan dan kemajuan suatu program. Suatu
program dapat terhambat oleh berbagai faktor, baik itu faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal berasal dari individu yang terlibat dalam program,
sedangkan faktor eksternal terdiri dari indikator seperti fasilitas, latar belakang
peserta didik, lingkungan, dan sebagainya. Hal ini berlaku dalam konteks
pembelajaran. Berikut beberapa hambatan yang dihadapi guru dalam melaksanakan
pembelajaran diferesiasi :

Gagap dalam menggunakan teknolgi


Tidak bisa di pungkiri bahwa teknologi mempunyai peranan penting dalam
menerapan pembelajaran diferensiasi. Di era saat ini, selain kemampuan manajerial
dalam pembelajaran, guru juga juga tidak bisa lepas dari tuntutan pemanfaatan
teknologi sebagai penguatan profesionalisme guru (Mustafa et al., 2021). Teknologi
IT sangat penting dalam pembelajaran berdiferensiasi karena memberikan
kesempatan untuk mengakses informasi yang beragam, menyediakan alat yang
dapat di sesuaikan dengan kebutuhan individu, dan memfasilitasi kolaborasi antara
siswa dan guru. Namun pada implementasinya masih banyak guru yang belum
paham dalam menggunakan teknologi. Banyak Guru belum bisa mengikuti
perkembangan teknologi pembelajaran di era digital (Hehakaya & Pollatu, 2022).
Masih banyak guru yang belum bisa memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang
sebenarnya sangat menunjung proses belajar (Hehakaya & Pollatu, 2022).

Kurangnya pemahaman mengenai merdeka belajar

3
Kurangnya pemahaman mengenai merdeka belajar membuat guru
kesulitann dalam menerapkan dan mererapkan pembelajaran diferensiasi. Masih
banyak guru yang belum memahami konsep dari kurikulum merdeka (Ardianti &
Amalia, 2022). Guru sebagai fasilator mempunyai pengalaman merdeka belajar
sangat minim (Hehakaya & Pollatu, 2022). Seperti yang dijelaskan sebelum bahwa
pembelajaran diferensiasi adalah pembelajarn yang menyesuaikan dengan keadaan
kelas, dan kebutuhan setiap peserta didik, jika guru tidak memahami dengan baik
hal tersebut maka pembelajaran berdiferensiasi tidak akan berjalan dengan
maksimal.

Kurangnya Media Pendukung dalam pembelajaran


Diantara banyak tugas guru adalah mengajar, yaitu mentransformasi
informasi dan pengalaman sehingga siswa memiliki wawasan dan pengalaman
hidup (Zulhafizh, 2021). Tugas-tugas guru dapat terlaksana secara jelas saat pela
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajarksanaan
pembelajaran.Tentunya dalam melaksanakan hal tersebut dibutuhkan media
pendukung, yang menunjang proses pembelajaran (Dalena et al., 2019). Namun
faktanya guru sebagai fasilitator masih kurang memahami dan menguasai, serta
mengikuti perkembangan teknologi yang sebenarnya sangat dapat menunjang
proses pembelajaran menarik bagi siswa, sehingga tidak membuat proses
pembelajaran monoton serta membosannya bagi siswa. Padahal pembelajaran
diferensiasi sangat memerluka media pembelajaran yang mendukung, supaya
kebutuhan belajar setiap individu terpenuhi.

Guru Kesulitan dalam Pelaksanaan Pembelajaran Diferensiasi


Sebagai peran sentral dalam melaksanakan pendidikan nasional, seorang
guru harus menyadari bahwa setiap murid memiliki keunikan sendiri, termasuk
impian, kecerdasan, bakat, dan kemampuan yang beragam (Faiz et al., 2022).
Namun pada kenyataannya guru menemukan kesulitan dalam mengimplementasi

4
hal tersebut. Kesulitan yang lain adalah pemahaman dan keterampilan guru juga
disebabkan oleh heterogenitas siswa (Hehakaya & Pollatu, 2022).
Diferensiasi konten melibatkan evaluasi persiapan belajar yang mengacu
pada materi yang akan diajarkan. Sebagai fasilitator, guru dapat menjaga minat
siswa dan memberikan kesempatan kepada mereka selama proses pembelajaran
agar mereka terlibat secara aktif. Selain itu, tugas guru juga melibatkan
mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa berdasarkan indikator profil belajar,
sehingga mereka dapat memberikan peluang yang alami dan efisien sesuai dengan
metode yang diperlukan.
Selanjutnya diferensiasi Proses, dalam merencanakan skenario
pembelajaran, penting bagi guru untuk memahami apakah murid akan belajar dalam
kelompok atau secara mandiri. Selain itu, guru juga perlu menentukan jumlah
bantuan yang akan diberikan kepada murid-murid. Identifikasi murid-murid yang
membutuhkan bantuan serta murid-murid yang dapat belajar mandiri dengan
panduan pertanyaan merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam
perancangan skenario pembelajaran.
Diferensiasi produk dalam konteks ini mencakup berbagai hasil
pembelajaran, seperti tulisan, pidato, presentasi, dan sebagainya. Tujuannya adalah
untuk meluaskan pemahaman siswa serta memberikan tantangan kreativitas dan
ekspresi dalam proses pembelajaran yang diinginkan oleh siswa.

Guru Mengalami Hambatan dalam Mengimplementasikan Pembelajaran


Diferensiasi
Hambatan guru dalaam mengimplementasikan pembelajaran diferensiasi
diantaranya : (1) Kurangnya referensi model pembelajaran diferensiasi (Hehakaya
& Pollatu, 2022). Model pembelajaran diferensiasi adalah alat yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk menganalisis dan mengidentifikasi perbedaan
individual antara siswa dalam hal kemampuan, kebutuhan, minat, atau gaya belajar.
Kurangnya referensi atau sumber yang memadai dapat menghambat kemampuan
untuk merancang dan menerapkan model pembelajaran diferensiasi yang efektif.
Dalam konteks ini, penjelasan mengenai kurangnya referensi model pembelajaran

5
diferensiasi akan mencakup keterbatasan dalam literatur, penelitian, atau panduan
praktis yang tersedia untuk membantu pendidik dalam merancang dan
mengimplementasikan strategi diferensiasi yang tepat. (2) keterbatasan sarana dan
prasarana yang ada di sekolah (Hehakaya & Pollatu, 2022) Kurangnya sarana dan
prasarana untuk pembelajaran diferensiasi dapat memiliki beberapa dampak
negatif. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:
a. Ketidakmampuan mengidentifikasi perbedaan individual: Tanpa sarana
dan prasarana yang memadai, pendidik mungkin kesulitan dalam mengidentifikasi
perbedaan individual antara siswa-siswa mereka. Ini dapat menghambat
kemampuan mereka untuk merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan masing-masing siswa.
b. Tidak adanya penyesuaian pembelajaran: Pembelajaran diferensiasi
melibatkan penyesuaian materi, metode, dan penilaian sesuai dengan kebutuhan
siswa. Kurangnya sarana dan prasarana yang tepat dapat menghalangi kemampuan
pendidik untuk melakukan penyesuaian ini secara efektif. Sebagai hasilnya, siswa
dengan kebutuhan khusus atau tingkat kemampuan yang berbeda mungkin tidak
mendapatkan dukungan yang mereka perlukan untuk mencapai potensi penuh
mereka.
c. Ketidakmampuan menyediakan sumber daya tambahan: Pembelajaran
diferensiasi sering memerlukan sumber daya tambahan, seperti materi bacaan yang
berbeda, alat bantu visual, atau perangkat lunak khusus. Jika sarana dan prasarana
yang diperlukan tidak tersedia, pendidik mungkin tidak dapat menyediakan sumber
daya ini kepada siswa. Hal ini dapat membatasi akses siswa terhadap materi
pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar dan kebutuhan mereka. d. Tidak
adanya dukungan untuk pendidik: Kurangnya sarana dan prasarana untuk
pembelajaran diferensiasi juga dapat berdampak pada pendidik itu sendiri. Tanpa
dukungan yang memadai, pendidik mungkin merasa kesulitan dalam
mengimplementasikan strategi diferensiasi, mengelola kelas dengan siswa yang
memiliki kebutuhan yang beragam, dan mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

Tips dan Trik Untuk Guru

6
1. Ikuti Kelas penggerak
Kelas penggerak adalah program pelatihan yang bertujuan untuk
memberikan dukungan kepada para guru dalam mengembangkan kemampuan
mereka dalam pembelajaran diferensiasi. Pembelajaran diferensiasi adalah
pendekatan di mana guru mengakomodasi perbedaan individual siswa, baik dalam
hal kecepatan belajar, gaya belajar, minat, atau tingkat kemampuan. Sebagai guru,
penting bagi mereka untuk terus mengembangkan diri dan beradaptasi dengan
perkembangan teknologi yang terus berkembang. Mereka harus terbuka terhadap
perubahan dan siap membimbing serta mengarahkan peserta didik agar siap
menghadapi tantangan kehidupan yang beragam (Sibagariang et al., 2021). Dalam
mewujudkan hal tersebut terperlukan kelas penggerak bagi guru, untuk
memaksimalkan kinerjanya dalam pembelajaran diferensiasi.
Dalam kelas penggerak, guru akan diberikan pengetahuan dan keterampilan
praktis yang diperlukan untuk menerapkan pembelajaran diferensiasi secara efektif.
Mereka akan belajar tentang strategi pembelajaran yang berbeda untuk memenuhi
kebutuhan individu setiap siswa di dalam kelas. Selama kelas penggerak, guru akan
diperkenalkan dengan konsep seperti pengenalan gaya belajar, pemetaan
kemampuan siswa, penggunaan bahan ajar yang beragam, dan penggunaan
teknologi dalam diferensiasi pembelajaran. Mereka juga akan mempelajari cara
membuat dan mengelola rencana pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan setiap siswa. Program kelas penggerak bertujuan untuk memberikan
guru alat dan strategi yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran
yang inklusif dan efektif. Dengan mengikuti kelas penggerak, guru akan lebih siap
dan mampu menghadapi tantangan dalam mengajar siswa dengan beragam
kebutuhan dan karakteristik individu.
Peran penting juga diemban oleh sekolah dalam hal ini, dengan harapan
bahwa mereka dapat melatih para guru dalam mengembangkan aplikasi
pembelajaran terbaru yang sesuai dengan perkembangan zaman (Hehakaya &
Pollatu, 2022).

2. Bertanya Kepada Teman Sejawat

7
Bertanya kepada teman sejawat dapat membantu guru dalam pembelajaran
diferensiasi. Berikut beberapa alasan mengapa berdiskusi dan bertukar pikiran
dengan temat sejawat dapat menunjang guru dalam implementasi pembelajaran
diferensiasi :
1. Berbagi pengalaman dan pengetahuan: Teman sejawat dapat memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang berbeda dalam menghadapi siswa dengan
kebutuhan yang beragam. Dengan berdiskusi dan bertukar pikiran, guru dapat
memperoleh wawasan baru, strategi, dan praktik terbaik yang telah terbukti efektif
dalam pembelajaran diferensiasi.
2. Mendapatkan sudut pandang baru: Setiap guru memiliki perspektif unik
dalam mengajar. Dengan berbicara dengan teman sejawat, guru dapat melihat
situasi pembelajaran dari sudut pandang yang berbeda. Hal ini dapat membantu
mereka memperluas pemahaman tentang berbagai pendekatan dan solusi dalam
menghadapi kebutuhan individual siswa.
3. Mendapatkan dukungan dan motivasi: Menghadapi tantangan dalam
mengimplementasikan pembelajaran diferensiasi tidaklah mudah. Namun, dengan
berkomunikasi dengan teman sejawat, guru dapat merasa didukung dan termotivasi.
Mereka dapat berbagi pengalaman, mengatasi kesulitan yang sama, dan
memberikan dukungan emosional satu sama lain.
4. Kolaborasi dan pengembangan kolektif: Melalui diskusi dengan teman
sejawat, guru dapat mengeksplorasi kemungkinan kolaborasi. Mereka dapat
merencanakan proyek bersama, mengadakan sesi pertukaran pengalaman, atau
bahkan mengobservasi pembelajaran satu sama lain. Dengan bekerja bersama, guru
dapat saling memperkaya dan mengembangkan diri dalam praktik pembelajaran
diferensiasi.
5. Refleksi dan pembaruan: Berdiskusi dengan teman sejawat
memungkinkan guru untuk merefleksikan praktik mereka sendiri. Melalui
pertukaran gagasan dan umpan balik, mereka dapat mengidentifikasi area yang
perlu diperbaiki dan mengembangkan strategi yang lebih baik dalam menghadapi
siswa dengan kebutuhan yang beragam.

8
Dalam keseluruhan, berinteraksi dengan teman sejawat merupakan sumber
daya berharga yang dapat menunjang guru dalam pembelajaran diferensiasi.
Melalui kolaborasi, refleksi, dan pertukaran pengetahuan, guru dapat meningkatkan
kompetensi mereka dalam menghadapi siswa dengan perbedaan individual dan
menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif.

3. Ubah Polah Pikir


Guru penggerak adalah mereka yang haus akan ilmu dan memiliki kemauan
untuk terus belajar demi peningkatan diri, demikian yang diungkapkan oleh
Mendikbud. Ia menekankan bahwa guru dengan pola pikir yang terbuka terhadap
pertumbuhan pasti meyakini bahwa setiap guru dan murid memiliki potensi untuk
mengembangkan diri menjadi lebih baik (Kemendikbud, 2021). Sebagai pelaksana
pendidikan, guru perlu memiliki pandangan yang progresif bahwa kurikulum
sebelumnya telah menjadi yang terbaik pada masanya (Sugiarto et al., 2022). Guru
perlu mengubah pola pikir dalam pembelajaran diferensiasi karena pendekatan ini
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar yang beragam dari setiap siswa.
Dalam kelas yang heterogen, setiap siswa memiliki gaya belajar, kemampuan,
minat, dan kebutuhan yang berbeda. Dengan menerapkan diferensiasi dalam
pembelajaran, guru dapat memberikan pengalaman belajar yang relevan,
menantang, dan bermakna bagi setiap siswa.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa guru perlu mengubah pola pikir
mereka dalam pembelajaran diferensiasi:
1. Menghormati keberagaman: Setiap siswa adalah individu yang unik
dengan keberagaman dalam gaya belajar, tingkat pemahaman, dan minat. Dengan
mengadopsi pola pikir diferensiasi, guru mengakui dan menghormati keberagaman
ini, serta memberikan kesempatan yang setara bagi setiap siswa untuk belajar dan
berkembang.
2. Meningkatkan motivasi: Dengan menggunakan pendekatan diferensiasi,
guru dapat mengaitkan materi pelajaran dengan minat dan kehidupan nyata siswa.
Hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar karena mereka melihat
relevansi dan nilai penting dalam apa yang mereka pelajari.

9
3. Memaksimalkan potensi: Dengan mengubah pola pikir dalam
pembelajaran diferensiasi, guru memungkinkan setiap siswa untuk mencapai
potensi maksimal mereka. Dalam kelas yang berbeda-beda, beberapa siswa
mungkin lebih cepat atau lebih lambat dalam memahami materi tertentu. Dengan
diferensiasi, guru dapat memberikan pendekatan yang sesuai dengan tingkat
pemahaman masing-masing siswa, sehingga mereka dapat berkembang secara
optimal.
4. Mendorong pembelajaran kolaboratif: Dalam pembelajaran diferensiasi,
guru mendorong siswa untuk belajar secara kolaboratif. Siswa dengan tingkat
pemahaman yang lebih tinggi dapat membantu siswa lain yang membutuhkan
bantuan tambahan. Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan saling
mendukung di mana siswa belajar tidak hanya dari guru, tetapi juga dari satu sama
lain.
5. Menyesuaikan strategi pengajaran: Dalam pendekatan diferensiasi, guru
perlu mengubah pola pikir mereka tentang pengajaran yang satu ukuran untuk
semua. Mereka harus siap untuk mengidentifikasi kebutuhan individu siswa dan
menyesuaikan strategi pengajaran mereka. Hal ini melibatkan penggunaan beragam
metode pengajaran, penggunaan materi yang berbeda, serta pemberian umpan balik
yang sesuai dengan setiap siswa.

Dalam keseluruhan, mengubah pola pikir dalam pembelajaran diferensiasi


memungkinkan guru untuk menjadi fasilitator yang efektif dalam menciptakan
lingkungan belajar yang inklusif, beragam, dan memenuhi kebutuhan setiap siswa.
Hal ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan hasil belajar siswa secara
keseluruhan.

Penutup
Pembealajaran diferensiasi adalah pembelajaran yang mennyesuaikan
dengan keadaan dikelas, dan disesuaikan dengan kebutuhan, minat serta bakat
peserta didik. Diferensiasi terbagi atas tiga yaitu diferensiasi konten, diferensiasi
proses dan diferensiasi produk. Namun dalam menjalankan tugasnya seorang guru

10
menemui kesulitan serta hambatan seperti, guru gagap dalam menggunakan
teknologi IT, guru kurang menguasai kurikulum merdeka, kurangnya media yang
dapat menunjang pembelajaran. Dalam hal tersebut peran sekolah sangat
diperlukan untuk pelatiahan guru, dan guru juga harus punya inisiatif untuk
mengikuti kelas penggerak, bertanya kepada teman sejawatnya, serta harus
mengubah polah pikirnya.

Referensi
Ardianti, Y., & Amalia, N. (2022). Kurikulum Merdeka: Pemaknaan Merdeka
dalam Perencanaan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pendidikan, 6(3), 399–407.
https://doi.org/10.23887/jppp.v6i3.55749
Dalena, R., Maryani, S., Dencik, D., & Primasari, D. A. G. (2019). Kendala
Penggunaan IT sebagai Media Belajar di SMP Negeri 4 Gelumbang. Prosiding
Seminar Nasional, 505–510.
Faiz, A., Pratama, A., & Kurniawaty, I. (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi dalam
Program Guru Penggerak pada Modul 2.1. Jurnal Basicedu, 6(2), 2846–2853.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i2.2504
Hadi, I. A. (2017). Pentingnya Pengenalan tentang Perbedaan Individu Anak dalam
Belajar. Jurnal Inspirasi, 1(1), 71–92.
Hehakaya, E., & Pollatu, D. (2022). Problematika Guru Dalam
Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. 3(008).
Kemendikbud. (2021). Pentingnya Growth Mindset bagi Guru Penggerak.
Kemendikbudristek. https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/pentingnya-
growth-mindset-bagi-guru-penggerak
Kemendikbud. (2022). Kurikulum Merdeka : Keleluasaan pendidik dan
Pembelajaran Berkualitas. Https://Kurikulum.Kemdikbud.Go.Id/Kurikulum-
Merdeka/.
Mustafa, M. N., Hermandra, H., & Zulhafizh, Z. (2021). Strategi berinovasi guru di
sekolah menengah atas. JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia), 7(3),
364. https://doi.org/10.29210/020211127
Pitaloka, H., & Arsanti, M. (2022). Pembelajaran Diferensiasi dalam Kurikulum
Merdeka. Seminar Nasional Pendidikan Sultan …, November, 2020–2023.
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/sendiksa/article/view/27283
Purba, M., Purnamasari, N., Soetantyo, S., Suwarma, I. R., & Susanti, E. I. (2021).
Prinsip Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi ( Differentiated
Instruction ) (M. Irdhina, Y. Saad, & M. Fala (eds.)). Pusat Kurikulum dan

11
pembelajaran, badan standar, kurikulum dan asesmen pendidikan,
kementerian pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi Republik Indonesia.
Sibagariang, D., Sihotang, H., Murniarti, E., Smk, ), & Paramitha, P. (2021). Peran
Guru Penggerak Dalam Pendidikan Merdeka Belajar Di Indonesia. Jurnal
Dinamika Pendidikan, 14(2), 88–99.
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/jdpDOI:https://doi.org/10.51212/jdp.v14i2
.53
Sugiarto, S., Adnan, Suryani, E., Andriani, N., & Kenedi, J. (2022). Penguatan
growth mindset guru dalam persiapan implementasi kurikulum merdeka.
JurnalPengabdianKepada Masyarakat, 2(1), 75–78.
Suwartiningsih, S. (2021). Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan
Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan di Kelas IXb Semester Genap SMPN
4 Monta Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Indonesia (JPPI), 1(2), 80–94. https://doi.org/10.53299/jppi.v1i2.39
Winda, R., & Dafit, F. (2021). Analisis Kesulitan Guru dalam Penggunaan Media
Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. Jurnal Pedagogi Dan Pembelajaran,
4(2), 211. https://doi.org/10.23887/jp2.v4i2.38941
Zulhafizh, Z. (2021). Peran dan Mutu Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru di
Satuan Pendidikan Tingkat Atas. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil
Penelitian Dan Kajian Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan
Pembelajaran, 7(2), 328. https://doi.org/10.33394/jk.v7i2.3344

12
Data Penulis
Rahmi Muliani, lahir di Pulau Payung, 07 Februari
2003. Pada tahun akademik 2020-2021, Ia melanjutkan studi
pada strata satu Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni di Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas
Riau melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri).

Kontak:
Hp/WA : 088271681739
Email : rahmimuliani03@gmail.com

13
14

Anda mungkin juga menyukai