i
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Akhir-akhir ini banyak sekali kasus pemberitaan tentang kenakalan yang
dilakukan oleh anak-anak baik sebagai pelaku maupun sebagai korban. Keresahan
mengenai hal ini dirasakan oleh masyarakat Indonesia, terutama mereka yang
tinggal di daerah kota-kota besar (Raihana, 2016). Di Indonesia, kenakalan anak
atau remaja telah mencapai tingkat yang meresahkan masyarakat sehingga kita
harus menyadari bahwa kenakalan tersebut merupakan problema sosial yang
harus dihadapi oleh setiap lapisan masyarakat. Tindakan kenakalan yang
dilakukan oleh para anak dan remaja seringkali menjurus pada perbuatan yang
melawan hukum, antara lain perkelahian, pencurian, minuman keras, dan lain
sebagainya.
Kenakalan anak atau remaja bukan sesuatu yang hanya berasal dari faktor
biologis atau psikologis semata, namun lingkungan sosial dimana anak berada
juga dapat berpengaruh pada kenakalan anak. Lingkungan sosial yang
berpengaruh pada kenakalan anak salah satunya adalah lingkungan pergaulannya
(peer group). Kenakalan anak lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena
beberapa faktor sebagaimana diungkapkan oleh Walter Luden (dalam Raihana,
2016), antara lain adanya gelombang urbanisasi dari desa ke kota, adanya konflik
antara norma adat pedesaan tradisional dengan norma-norma baru yang tumbuh
dalam proses pergeseran sosial yang cepat di kota-kota besar, memudarnya pola-
pola kepribadian yang terkait pada kontrol sosial tradisional, dan perubahan
global pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak hanya di di kota, degradasi
karakter juga terjadi di daerah pedesaan. Sejalan perkembangan zaman karakter
peserta didik mengalami kemerosotan (Puspita, 2019). Permasalahan tersebut
terjadi karena beberapa penyebab baik dalam internal maupun eksternal peserta
didik.
Salah satu langkah nyata untuk mengatasi permasalahan terjadi di daerah
pedesaan yaitu melalui penggunaan modul ajar kurikulum merdeka. Menurut
Akbar (2013), pembelajaran di sekolah saat ini mengalami permasalahan dalam
modul ajar kurikulum merdeka yang digunakan untuk mengatur jalannya
pembelajaran. Beberapa permasalahan itu diantaranya adalah (1) indikator dan
tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh guru masih cenderung pada
kemampuan tingkat rendah, baik itu kognitif, sikap, maupun keterampilan, (2)
beberapa bahan ajar yang digunakan guru bersifat pengetahuan saja, belum
mengarah pada kompetensi sikap dan keterampilan, (3) model pembelajaran
masih konvensional, sehingga pembelajaran belum berpusat pada peserta didik,
(4) instrumen evaluasi yang dikembangkan guru belum optimal, karena soal yang
tidak diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya bedanya. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa kualitas modul ajar kurikulum merdeka yang disusun
guru akan mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Selain itu
2
Tujuan penggunaan modul ajar kurikulum merdeka yaitu agar pembelajaran yang
didahulukan oleh guru yang berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Modul
ajar kurikulum merdeka yang diperlukan dalam mengelola proses belajar
mengajar dan menanamkan profil pelajar pancasila di dalam diri peserta didik.
Sehingga modul ajar kurikulum merdeka sangat menentukan hasil pembelajaran
dan karakter peserta didik. Penyusunan modul ajar kurikulum merdeka yang
berkualitas akan menentukan mutu pembelajaran.
Terdapat beberapa langkah-langkah pengembangan modul ajar kurikulum
merdeka, berikut langkah-langkah pengembangannya: 1) Melakukan analisis pada
peserta didik, guru, dan satuan Pendidikan mengenai kondisi dan kebutuhannya,
2) Melakukan asesmen diagnostic pada peserta didik mengenai kondisi dan
kebutuhan dalam pembelajaran. 3) Melakukan identifikasi dan menentukan entitas
profil pelajar Pancasila yang akan dicapai, 4) Mengembangkan modul ajar yang
bersumber dari alur tujuan pembelajaran yang berdasarkan dengan capaian
pembelajaran, 5) mendesain jenis, teknik, dan instrument asesmen, 6) Modul ajar
disusun berdasarkan komponen-komponen yang telah direncanakan, 7) Guru
dapat menentukan beberapa komponen secara esensial yang sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran, 8) Komponen esensial dapat dieleborasikan dalam
kegiatan pembelajaran, 9) Setelah tahapan sebelumnya telah diterapkan, maka
modul ajar siap digunakan, 10) Evaluasi modul.
Menurut Bloom (1976) ada dua karateristik individual peserta didik yang
harus diperhatikan dalam memberikan layanan pendidikan yang optimal yakni
karateristik kognitif dan afektif.
untuk mengetahui tanggapan, respon dan masukan dari guru dan peserta didik
berdasarkan angket yang sudah dibagikan. (6) Uji Coba Keefektifan Bahan Ajar
dan Sosialisasi. Uji Coba produk merupakan tahapan untuk mengetahui
keefektifan dan keampuhan bahan ajar yang sudah dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Rosdakarya. Bandung.
Asriati, N. 2012. Mengembangkan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan
Lokal Melalui Pembelajaran di Sekolah. Jurnal Pendidikan Psikologi dan
Humaniora. 3(2).106-119.
Bloom, B.S (1976). Human Characteristics and School Learning. Mc Graw Hill
Book Co. New York.
Budiyono & Yoga, A. F. 2017. Menggali Nilai-Nilai Kearifan Lokal Budaya Jawa
Sebagai Sumber Pendidikan Karakter. Prosiding SNBK (Seminar Nasional
Bimbingan dan Konseling). Mei 2017, Madiun, Indonesia. 92-103.
Lickona, T. 1991. Educating for Character. Bantam Books. New York.
Maulida, U. 2022. Pengembangan Modul Ajar Berbasis Kurikulum Merdeka.
Tabawi. 5(2):130-138.
Raihana. S. H. 2016. Kenakalan Anak (Juvenile Deliquency) dan Upaya
Penanggulangannya. Sisi Lain Realita. 1(1):72-83
Sedyawati, E. 2007. Budaya Indonesia: kajian arkeologi, seni, dan sejarah. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Sudrajat, A. 2011. Mengapa Pendidikan Karakter?. Jurnal Pendidikan Karakter.
1(1):47-58.
Wahyuni, A., Tias, A.A.W. and Sani, B., 2019, November. Peran etnomatematika
dalam membangun karakter bangsa. In Makalah Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika, Prosiding, Jurusan Pendidikan
Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta: UNY (Vol. 1, No. 1, pp. 114-118).
Wening, S., 2012. Pembentukan karakter bangsa melalui pendidikan nilai. Jurnal
Pendidikan Karakter, 3(1).
Wibowo, A. dan Gunawan. 2015. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
di Sekolah. Pustaka pelajar. Yogyakarta.
Yunus, R., 2013. Transformasi nilai-nilai budaya lokal sebagai upaya
pembangunan karakter bangsa. Jurnal penelitian pendidikan, 13(1), pp.67-
79.
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Harga
Total
No Jenis Pengeluaran Volume Satuan
(Rp)
(Rp)
1. Belanja Bahan
Bolpoin 10 Pack 40.000 400.000
Spidol 1 Pack 80.000 80.000
Selotip besar 3 Buah 10.000 30.000
Tip-Ex 1 Pack 100.000 100.000
Pensil 6 Pack 25.000 150.000
Tinta isi ulang printer 10 buah 50.000 500.000
Implementasi Modul Ajar 10 buku 70.000 700.000
Penjilidan laporan 4 eksemplar 25.000 100.000
Buku penunjang penelitian 1 buah 150.000 150.000
Penjilidan proposal 4 eksemplar 20.000 80.000
Komunikasi (Pulsa, Paket 5 bulan 100.000 500.000
Data, Internet)
Pembuatan Spanduk kegiatan 2 buah 250.000 500.000
Software CorelDRAW 1 paket 1.000.000 1.000.000
Graphics
Implementasi Audio Flip 1 paket 300.000 300.000
Book
Kertas HVS 2 Rim 55.000 110.000
Notebook 10 Pack 50.000 500.000
Stempel Kegiatan 2 buah 100.000 200.000
Amplop surat 4 buah 10.000 40.000
SUB TOTAL 5.440.000
2. Belanja Sewa
Berlangganan Jurnal 2 paket 250.000 500.000
Bereputasi
Langganan canva premium 3 bulan 95.000 285.000
SUB TOTAL 785.000
3. Perjalanan Lokal
Transportasi observasi 20 hari 35.000 700.000
Transportasi perizinan 20 hari 35.000 700.000
Transportasi pembelian bahan 10 hari 35.000 350.000
Kegiatan pendampingan di 25 hari 35.000 875.000
SDN 2 DAWUHAN
Kegiatan pendampingan di 25 hari 35.000 875.000
SDN 1 NGARES
SUB TOTAL 3.500.000
4. Lain-lain
Masker disposible 10 box 30.000 300.000
Hand sanitizer 3 liter 80.000 240.000
Biaya publikasi 1 paket 500.000 500.000
20