Anda di halaman 1dari 12

LK 1.

3 Penentuan Penyebab Masalah dan Masalah Terpilih yang akan diselesaikan


(Materi Bebas Kelas 3)

Akar penyebab Masalah terpilih yang


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis akar penyebab masalah
masalah akan diselesaikan
1  Motivasi belajar Peserta didik rendah Guru jarang Analisis akar penyebab masalah 1. Guru jarang
 Kajian Literatur menggunakan media tentang rendahnya motivasi belajar menerapkan
1. Menurut Putri dan Pelipa (2015), Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari pembelajaran yang peserta didik adalah: model-model
dalam dan luar diri seseorang untuk melakukan aktivitas dalam belajar menarik 1. Guru jarang menggunakan Pembelajaran
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah: cita-cita atau aspirasi siswa, media belajar konkret, yang inovatif
kondisi jasmani dan rohani siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis selama ini mengajar
belajar, dan upaya guru membelajarkan siswa (Sudaryono, 2012) langsung tertuju pada
3. Syamsu Yusuf (2009: 23), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi materi saja sehingga anak 2. Kemampuan
belajar yaitu: 1. Faktor Internal Faktor internal meliputi: a) Faktor Fisik Faktor fisik kurang tertarik dengan matematika
meliputi nutrisi (gisi), kesehatan, dan fungsi-fungsi fisik (terutama panca indera). b) kegiatan pembelajaran dasar siswa
Faktor Psikologis Faktor psikologis berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong yang berlangsung. tentang
atau menghambat aktivitas belajar pada siswa. 2. Faktor Eksternal (yang berasal dari 2. Guru jarang menerapkan pecahan
lingkungan) a) Faktor Non-Sosial Faktor non-sosial meliputi keadaan udara (cuaca model-model sederhana
panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas pembelajaran yang inovatif masih rendah
sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas belajar. b) Faktor Sosial
Faktor sosial adalah faktor manusia (guru, konselor, dan orang tua), baik yang hadir
secara langsung maupun tidak langsung (foto atau suara). Proses belajar akan
berlangsung dengan baik, apabila guru mengajar dengan cara menyenangkan, seperti
bersikap ramah, memberi perhatian pada semua siswa, serta selalu membantu siswa
yang mengalami kesulitan belajar. Pada saat di rumah siswa tetap mendapat perhatian
orang tua, baik material dengan menyediakan sarana dan prasarana belajar guna
membantu dan mempermudah siswa belajar di rumah.
Sumber:
https://eprints.uny.ac.id/67699/4/BAB%20II.pdf
Prosiding Konferensi Ilmiah Dasar Volume 3, Juli 2022 ISSN: 2621-8097 (Online) The
article is published with Open Access at: http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/KID
Analisis motivasi belajar siswa pada pembelajaran tematik di kelas 2 sdn 1 tawangrejo
Ahmad Badrul Jamal*, Universitas PGRI Madiun Raras Setyo Retno, Universitas PGRI
Madiun raras@unipma.ac.id Candra Dewi, Universitas PGRI Madiun
candra@unipma.ac.id
Analisis Keterampilan Membaca Permulaan Siswa Sekolah Dasar: Studi Kasus pada
Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar
Cerianing Putri Pratiwi
Hasil Wawancara
Kepala sekolah : ( Budi Winarso,S.Pd. )
• Motivasi dipengaruhi oleh kondisi jasmani dan rohani siswa serta kondisi lingkungan
siswa,Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang sesuai.Kurangnya
dukungan keluarga
Rekan Sejawat: ( Asiyatun,S.Pd.SD, Guru Kelas I SDN Geger Kec.Tegalrejo
Kab.Magelang)
• Guru belum menggunakan model pembelajaran yng sesuai dengan karakteristik
materi
• Kurangnya motivasi dari keluarga

Pakar : (Agung Hastomo,S.Pd.Mpd. Dosen FIPP UNY)


• Guru belum bertanya atau wawancara dengan orang tua siswa mengapa motivasi
belajar siswa rendah
• Guru belum menggunakan metode dan model pembelajaran yang variatif

 Sebagian siswa belum bisa membaca dan menulis dengan lancar Guru belum Analisi akar penyebab masalah:
menerapkan Strategi 1. Guru belum strategi dan
 Kajian Literatur : dan metode metode pembelajaran
pembelajaran yang yang tepat
• Kumara (2014:6) menyatakan ketidaklancaran membaca dan menulis pada tepat 2. Rendahnya minat
tahun pertama dan tahun kedua sekolah dasar masih dianggap yang wajar, membaca siswa
padahal justru inilah titik awal kekompleksan masalah. Ketidaklancaran 3. Guru jarang memberikan
membaca baru dianggap masalah ketika anak sudah duduk di kelas 3 atau 4 motivasi kepada siswa
SD, yakni ketika anak dituntut mempelajari dan menguasai materi ajar. 4. Ada beberapa siswa
• Menurut Lamb dan Arnold (dalam Rahim, 2008:16) faktor yang mempengaruhi mengalami Disgrafia
kemampuan membaca permulaan adalah faktor fisiologis (kesehatan), sehingga guru merasa
intelektual (IQ), lingkungan (keluarga), dan psikologis (motivasi, minat, dan kesulitan untuk
kematangan emosi). mengatasinya
• Aydogan (2016:24) menyatakan bahwa kesulitan membaca disebabkan oleh
faktor komponen bahasa dan faktor psikologi. Komponen bahasa, seperti
kurangnya pengetahuan, kurangnya kosa kata, kurangnya tata bahasa dan
lain-lain. Psikologis seperti kecemasan, kurangnya motivasi, kurang
konsentrasi, gugup, rasa malu dan lain-lain.
• Hasanudin (2017) menyatakan berbagai usaha sudah dilakukan oleh guru agar
siswa memiliki lancar membaca agar hasil belajarnya meningkat. Akan tetapi,
ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan membaca. Kesulitan membaca
disebabkan oleh kurangnya minat membaca dari diri siswa, sehingga siswa
kurang termotivasi untuk mempelajari materi pelajaran yang disampaikan guru
sebelumnya.
• Menurut pendapat Rosidi ( 2016: 81) dalam situasi sekarang, kita menghadapi
beberapa faktor yang menghambat motivasi dan minat baca siswa:
1. Tidak adanya atau kurangnya kegemaran membaca buku yang baik
yang dicontohkan oleh guru dan orang tua
2. Tidak adanya atau kurangnya bahan-bahan bacaan yang baik yang
dapat memuaskan dahaga anak-anak akan bacaan
3. Tidak adanya pendidikan dan pembinaan membaca, termasuk
pendidikan teknik membaca, di sekolah.
Ketiga faktor itu harus diatasi, kalau kita menginginkan agar generasi yang
akan datang menjadi bangsa yang berbudaya.
Sumber pustaka :
Aydogan, H. 2016. A Psycholinguistics Case Study: A Tool for Measuring Self Efficiency in
EFL at Tertiary Level in Balkens. ZfWT Journal, 8(2), 22-32. Hasanudin, C. 2017. Media
Pembelajaran: Kajian Teoritis dan Kemanfaatan
Yogyakarta:DeepublishPublisher.
Kumara,A. 2014. Kesulitan Berbahasa Pada Anak:Deteksi Dini dan Penaganannya.
Yogyakarta:Kanisius.
Rahim, F. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Rosidi, Ajip. 2016. Pembinaan Minat Baca Bahasa dan Sastra. Surabaya : PT Remaja
Rosdakarya.

Hasil wawancara rekan sejawat: (Asiyatun, S.Pd.SD)


Literasi
- Ada 2 siswa yang belum bisa membaca dengan lancar
- Koleksi buku perpustakaan untuk siswa kelas bawah hanya sedikit.
Hasil wawancara KS: (Budi Winarso,S.Pd.)
- Ketika PPDB berdasarkan zonasi, sekolah menerima siswa di sekitar sekolah
yang beragam kemampuan akademiknya akan tetapi ada beberapa kurang
mendapat pengarahan yang optimal dari orang tua.
- Orang tua siswa sebagian besar paling tinggi adalah tamatan SMA/K, bekerja
sebagai buruh pabrik atau petani dan pengrajin.
- Penambahan variasi koleksi baca sementara hanya berasal dari perpustakaan
keliling.
Hasil dari pakar ( Dr. Sabar Nurohman, S.Ps.Si. , M.Pd. Dosen UNY,19 Mei 2023)
- Guru belum melakukan pembiasaan literasi disekolah secara terprogram
2  Kemampuan matematika dasar siswa tentang pecahan sederhana masih rendah Guru perlu Analisis akar penyebab masalah
menerapkan metode tentang Kemampuan matematika
 Kajian Literatur : dan media dasar siswa tentang pecahan
- Novak & Renzo (2013: 3) berpendapat bahwa pecahan merupakan sebuah hasil pembelajaran yang sederhana masih rendah
bagi atau representasi bagian dari angka. Hal ini sebagai penguat konsep menarik
pecahan sebagai pembagian 1. Guru menggunakan
metode pembelajaran
- Torbeyns, et al. (2015: 5) bahwa pemahaman siswa tentang pecahan
berhubungan positif terhadap prestasi matematika siswa secara umum yang kurang melibatkan
- Masroza (2013) menyatakan kesulitan belajar matematika merupakan gangguan keaktifan/partisipasi siswa
yang secara nyata ada pada anak yang terkait dengan tugas umum maupun 2. Guru belum menggunakan
khusus, yang diduga disebabkan karena faktor disfungsi neurologis, proses media belajar konkret,
psikologis maupun sebab-sebab lainnya sehingga anak yang berkesulitan belajar selama ini mengajar
dalam suatu kelas menunjukkan prestasi belajar rendah. langsung tertuju pada
materi saja sehingga anak
- Yeni (2015:2) menyatakan kesulitan belajar matematika akan mulai terlihat sejak kurang tertarik dengan
anak duduk di bangku sekolah dasar. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran
kesulitan belajar matematika anak, seperti minat dan motivasi yang kurang dalam
yang berlangsung.
matematika, pembelajaran yang kurang tepat dalam mengajarkan matematika,
3. Guru jarang
dan kurangnya dukungan dari orang tua dan lingkungan sekitar dalam pelajaran
menerapkan model-
matematika bagi anak yang dikarenakan kurang pahamnya orang tua dan
lingkungan terhadap matematika model pembelajaran
yang inovatif
- Menurut Lerner dalam Abdurahman (2012: 35), ada beberapa ciri yang
menunjukkan anak berkesulitan belajar matematika, yaitu: adanya gangguan
dalam hubungan keruangan, abnormalitas persepsi visual, asosiasi visual motor,
perseverasi, kesulitan mengenal dan memahami simbol, gangguan penghayatan
tubuh, kesulitan dalam bahasa dan membaca, scor Performance IQ jauh lebih
rendah dari pada skor verbal IQ.
-
Sumber Pustaka :
Abdurrahman, M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis, dan Remediasinya.
Jakarta: Rineka Cipta
Masroza, Fitria. 2013. Prevalensi Anak Berkesulitan Belajar Di Sekolah Dasar Se
Kecamatan Pauh Padang.
Nugroho, Indra Ambar (2014) Analisis, Jenis, Letak Dan Faktor Penyebab Kesulitan

Thesis, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.


Sulaiman, dkk. 2008. The Level of Cognitive Ability among Learning Disabilities Children in
Malacca Malaysia.
Sriningsih, N. 2008. Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk Anak Usia Dini.
Bandung: Pustaka Sebelas.
Yeni, Ety Mukhlesi. 2015. Kesulitan Belajar Matematika di Sekolah Dasar. Universitas
Almuslim. JUPENDAS, ISSN 2355-3650, Vol. 2, No. 2,
September 2015.

Hasil wawancara dengan rekan sejawat:


- ada 1 siswa belum bisa penjumlahan dan pengurangan dasar
- Ada beberapa siswa yang belum paham konsep pecahan sederhana
Hasil wawancara KS
- Ketika PPDB berdasarkan zonasi, sekolah menerima siswa di sekitar sekolah
yang beragam kemampuan akademiknya akan tetapi ada beberapa kurang
mendapat pengarahan yang optimal dari orang tua.
- Orang tua siswa sebagian besar paling tinggi adalah tamatan SMA/K, bekerja
sebagai buruh pabrik atau petani dan pengrajin.
- Guru belum maksimal dalam menggunakan media dan model pembelajaran
yang inovatif
HASIL KAJIAN DARI PAKAR ( Dr..Sabar Nurohman, S.Pd.Si, M.Pd. Dosen FMIPA UNY)
Menyampaikan bahwa rendahnya kemampuan matematika dasar karen siswa belum
menguasai konsepnya dengan baik/belum matang

3  kemampuan akademik dan gaya belajar siswa yang beragam Guru belum • Guru kelas belum
 Kajian Literatur: menerapkan melakukan tes diagnostik
- Menurut Triumiana (2016 : 57) setiap peserta didik mempunyai kemampuan pembelajaran awal tentang karakteristik
dan karakter berbeda dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan berdiferensiasi dan gaya belajar siswa
guru. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep • Guru belum paham
(mendalam) misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi tentang pembelajaran
belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar berdiferensiasi
surface (bersifat lahiriah). • Siswa dengan
- Slavin dalam Sulaiman, dkk, (2008) menyatakan anak-anak yang memiliki karateristik dan tipe gaya
kesulitan belajar memiliki karakteristik unik mereka sendiri dan gaya belajar belajar beragam
yang berbeda. Oleh karena itu, setiap anak memiliki kemampuan untuk cenderung akan merasa
berhasil dalam studi mereka. Guru mampu dalammemantau kemajuan bosan dengan metode
mereka dan menerapkan berbagai strategi mengajar di kelas. Siswa-siswa yang diterapkan oleh guru
ini memerlukan perhatian khusus dan dikategorikan sebagai siswa dengan yang belum sesuai dengan
kebutuhan khusus. karakteristik siswa
- Kiswanto( 2017) menyatakan bahwa pembelajaran disekolah dasar harus
disesuaikan dengan karakteristik siswa sekolah dasar. Dengankata lain guru
harus mampu mendesain dan melaksanakan pembelajaran dengan
memperhatikan karakteristik perkembangan anak usia sekolah dasar.
- Menurut Haryanty (2017) banyak fakta membuktikan bahwa proses
pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar akan
berdampak kepada kualitas pencapaian tujuan pembelajaran,
- Alghazali (2019) menyatakan sebagian besar siswa yang tidak mencapai
ketuntasan belajar juga merupakan salah satu dampak dari pembelajaran
yang tidak disesuaikan dengan karakteristik siswa sekolah dasar.
- Wahyudi et al (2019) juga menyatakan dampak ketidak kesesuaian
pembelajaran dengan karakteristik siswa adalah adanya isu ketakutan dan
kecemasan siswa terhadap proses pembelajaran.

Sumber pustaka :
Alghazali, M. I. 2019. Pengaruh Media Cerita Bergambar Dan Literasi Membaca
Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. JTP-Jurnal Teknologi Pendidikan,
21(3), 269282
Haryanti, Y. D. 2017. Model Problem Based Learning Membangun Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas, 3(2), 1-10.
Kiswanto, A. 2017, September). The effect of learning methods and the ability
of students think logically to the learning outcomes on natural sciences of grade ivs
studet In 9th International Conference for Science Educators and Teachers (ICSET
2017) (pp. 1040-1046). Atlantis Press.
Sulaiman, dkk. 2008. The Level of Cognitive Ability among Learning Disabilities
Children in Malacca Malaysia. Online: http://www.ccsenet.org/journal/index.ph
p/ijps/article/download/10747/7596. Diakses tanggal 19 Mei 2022 : 08.34.

Triumiana, D. A., & Sumadi. 2016. Hubungan Antara Gaya Mengajar Guru, Motivasi
Belajar Peserta didik Dan Kreativitas Belajar Peserta didik Dengan Prestasi
Belajar Fisika. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika- COMPTON, 3(2), 56–64.
Wahyudy, M. A., Putri, H. E., & Muqodas, I. 2019. Penerapan Pendekatan
Hasil wawancara KS
Guru belum menerapkan metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik materi
Hasil wawancara dengan rekan sejawat :
- Guru belum mampu merancang pembelajaran berdiferensiasi
Hasil wawancara dengan pakar :
- Guru belum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi

4  Komunikasi tentang penyampaian informasi sekolah kepada orang tua siswa Hu b u n g a n orang • Grup paguyuban kurang
kurang optimal tua dan guru kurang aktif
optimal karena • Guru hanya
 Kajian literatur: memberikan informasi
- Marini (2014 : 92) mengemukakan orang tua dan masyarakat adalah belum sekolah saja, belum
stakeholder langsung dalam pedidikan sekolah dasar. Keakatifan orang tua m e nem u ka n cara menjalin komunikasi aktif
dalam menghadiri pertemuan yang diadakan sekolah, memeriksa pekerjaan yang tepat dalam dengan orang tua/wali
rumah, mendiskusikan kegiatan yang sebaiknya dilakukan di kelas, dan berkomunikasi siswa
mendorong anaknya untuk melakukan kegiatan sekolah dengan baik akan • Orang tua pasif
dengan orang t ua
meningkatkan performa akademik anak di sekolah. menanggapi informasi
siswa.
- Marini (2014 : 97) menjelaskan bahwa seluruh komunikasi sekolah dasar sekolah
hendaknya memberikan informasi pelayanan dan memberikan penjelasan • Belum ada kegiatan
bagaimana orang tua dan masyarakat dapat mengakses pelayanan- parenting rutin
pelayananyang ada.
- Hadi (2016:102) menyatakan bahwa “orang tua memiliki kewajiban dan
tanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi
anak”.
- Peran keluarga menurut Jhonson (2010:9) sebagai berikut: “1) ayah
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman, serta sebagai kepala keluarga; 2) ibu berperan sebagai pengurus
rumah tangga, pelindung, pengasuh, dan pendidik anak- anaknya; 3) anak-
anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya”.

- pendidikan adalah sebagai pendidik, pendorong, fasilitator dan pembimbing”.


- Lickona (2012, dalam Triwiyanto 2017) menyatakan bahwa keberhasilan
jangka panjang akan pendidikan tergantung pada relasidengan keluarga dari
peserta didik dan komunitas masyarakat sekitar yang bergabung dengan
sekolah dalam usaha bersama untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan
membantu perkembangankesehatan mereka. Pandangan tersebut
menunjukan bahwa peran sekolah, orang tua, dan masyarakat sangat penting
untuk bekerjasama. Keluarga dapat memberikan pengaruh besar terhadap
anak- anak mengenai sudut pandang kesehatan, kebahagiaan, rasa percaya
diri, dan kerakter.
- Menurut Hurlock (1997), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola
asuh orang tua terhadap tumbuh kembang anak, antara lain yaitu sebagai
berikut:
1. Tingkat sosial ekonomi. Orang tua yang berasal dari tingkat sosial
ekonomi menengah lebih bersikap hangat, dibandingkan orang tua
yang tingkat sosial ekonominya rendah.
2. Tingkat pendidikan. Latar belakang tingkat pendidikan orang tua
yang lebih tinggi dalam praktik asuhannya terlihat lebih sering
membaca artikel untuk melihat perkembangan anaknya, sedangkan
orang tua yang tingkat pendidikannya rendah cenderung otoriter dan
memperlakukan anaknya dengan ketat.
3. Kepribadian. Kepribadian orang tua sangat mempengaruhi pola
asuh. Orang tua yang konservatif cenderung akan memperlakukan
anaknya dengan ketat dan otoriter.
4. Jumlah anak. Orang tua yang memiliki anak hanya 2 sampai 3 orang
cenderung lebih intensif pengasuhannya, dimana interaksi antara
orang tua dan anak lebih menekankan pada perkembangan pribadi
dan kerja sama antar anggota keluarga.-
Sumber pustaka :
Hadi, Abdul. 2016. Nilai-nilai Pendidikan Keluarga dalam UU No.23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak. An-Nisa. (Online), IX (2) : 101-121,

jurnal.stainwatampone.ac.id/index.php/annisa/article/viewFile/189/183) diakses 29
Juli 2022 : 12.00
Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Marini, Arita. 2014. Manajemen Sekolah Dasar. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Nur Aisyatinnaba., 2015. Peran Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Siswa
(Studi Kasus pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 03 Kecamatan Losari, Kabupaten
Brebes). Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Triwiyanto, Teguh. 2017. Pengantar Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta
Hasil wawancara dengan rekan sejawat :
- Ada 2 siswa yang tinggal bersama wali (saudara orang tua) karena orangtua
merantau bekerja.
- Komunikasi belum optimal dengan wali siswa karena tidak bisa pakai HP.
- Hasil belajar siswa sering tidak sampai pada orang tua karena tinggal jauh dan
sibuk bekerja.
- Wali jarang datang ketika ada kegiatan di sekolah.
Hasil wawancara dengan pakar : Dr. Sabar Nurohman, S.Pd.Si. , M.Pd. Dosen
FMIPA UNY
- Belum adanya forum komunikasi wali siswa (POMG

5  Guru jarang menerapkan model-model Pembelajaran yang inovatif Guru masih Analisis akar penyebab
 Menurut Kajian Literatur mengalami kesulitan masalah:
1. Ade Koesnandar (2020) dalam menentukan
Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi dan menerapkan 1. Guru cenderung memilih
model pembelajaran metode ceramah
(TIK) Sesuai Kurikulum 2013
inovatif yang sesuai
Dari hasil analisis kebutuhan diperoleh informasi bahwa: dengan karakteristik 2. Guru kesulitan
a. secara umum guru sudah berusaha menerapkan model pembelajaran inovatif materi menganalisis rumusan
sesuai tuntutan Kurikulum 2013 sekalipun masih mengalami kesulitan pernyataan setiap KD
untuk menentukan model
b. masih dirasakan kurangnya contoh-contoh dan pelatihan implementasi model
pembelajaran yang akan
pembelajaran inovatif menyebabkan masih lemahnya pemahaman guru terhadap dipakai
konsep pembelajaran inovatif 3. Guru belum menguasai
c. guru masih memerlukan tambahan pengetahuan dan bimbingan dalam model-model
penerapan pembelajaran inovatif pembelajaran inovatif
d. guru juga menyatakan siap untuk memanfaatkan aplikasi pendampingan
pembelajaran inovatif apabila tersedia, dan
e. guru Duta Rumah Belajar (DRB) menyatakan kesiapannya membantu guru
lainnya mengatasi kesulitan mengembangkan model-model pembelajaran
inovatif.

file:///C:/Users/user/Downloads/121-1476-5-PB.pdf

2. Wulandari Fransiska (2022)


Kesulitan Guru dalam Menerapkan Model-Model Pembelajaran Berdasarkan
Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas maka
dapat disimpulkan bahwa kesulitan guru dalam penggunaan model-model
pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 adalah:
a. guru kesulitan dalam mengalokasikan waktu dengan baik pada saat
penggunaan model-model pembelajaran kurikulum 2013
b. guru kesulitan dalam menentukan model yang tepat sesuai dengan materi
pembelajaran
c. serta pada penggunaan model project based learningguru kesulitan dalam
penentuan materi serta pemilihan waktu yang tepat.
https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/scaffolding/article/view/1333/719

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ( Budi Winarso,S.Pd.)


Penyebab guru belum optimal dalam penggunaan model-model pembelajaran inovatif:
1.Guru cenderung terbiasa dengan pembelajaran dengan metode ceramah
2. Membutuhkan waktu untuk melakukan/merancang pembelajaran dengan model-
model pembelajaran yang inovatif
3. Kurangnya pengetahuan guru terhadap model-model pembelajaran inovatif
4.Guru kurang mencoba dan kurang tertantang untuk menggunakan metode-metode
pembelajaran yang baru
Hasil wawancara dengan rekan sejawat
- Berdasarkan supervisi guru hanya monoton cara mengajarnya sehingga kelas gaduh
bahkan keluar kelas
- Beberapa guru sumber belajar juga kurang bervariasi

Hasil wawancara dengan pakar ( Agung Hastomo,S.Pd.MPd. , Dosen FIPP UNY)


- Guru belum menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
materi yang akan disampaikan

 Miskonsepsi guru tentang soal HOTS Beberapa belum • Guru kurang memahami
memahami konsep tentang soal HOTS
 Kajian Literatur tentang HOTS dalam • menurut guru soal HOTS
- Nugroho (2018: 4) menyatakan bahwa sekolah perlu membekali siswa pembelajaran adalah soal yang sulit
dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk dapat menyelsaikan dikerjakan oleh siswa
permasalahan yang ada di masyarakat dengan cara mengolah informasi, • Menurut guru soal HOTS
membuat generalisasi, menyelesaikan masalah nonrutin sederhana, adalah soal cerita yang
mengambil kesimpulan data, menerangkan hubungan kausalitas, serta panjang
mengaitkan konsep dasar ilmu pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari. • Guru belum pernah
- Stobaugh dalam Nugroho (2018: 49) menguraikan bahwa ada beberapa melakukan pembelajaran
miskonsepsi tentang taksonomi Bloom pada tataran HOTS: HOTS dikelas

a. Jenis soal HOTS akan tetap menjadi soal HOTS meski diujikan
pada waktu yang lain
b. Jika soal telah menggunakan kata kerja bantu taksonomi Bloom
maka sudah mengukur level yang diinginkan
c. Pertanyaan atau soal yang sulit selalu menunjukkan level HOTS
d. Penggunaan teknologi modern pasti menunjukkan level HOTS
e. Jenis soal pilihan ganda tidak bisa mengukur kemampuan HOTS
f. Semua materi HOTS harus diarahkan ke level mencipta
g. Siswa sekolah dasar belum mampu menguasai HOTS
Sumber pustaka :
Hadjar Dewantara . 2013. Kebudayaan (II), cet. ke-5. Yogyakarta: UST Press. Nugroho, R.
Arifin. 2018. HOTS (Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi). Jakarta
: Grasindo.
Stobaugh, R. 2013. Assessing Critical Thingking in Middle and High Schools Meeting The
Common Core. New York: Routledge
Hasil wawancara dengan rekan sejawat :
- Siswa belum pernah diberikan soal HOTS
- Materi/soal HOTS menurut guru haruslah materi atau soal yang sulilt sekali
dipecahkan siswa.
- Guru belum pernah mendapatkan pelatihan cara membuat soal HOTS.
Hasil wawancara dengan pakar :
• Guru belum melakukan pembelajaran HOTS
• Sebagian besar siswa belum mampu menyelesaikan soal HOTS
• Guru belum memahami dan belum mampu membuat soal HOTS

6  Pemanfaatan TIK yang belum optimal Kurangnya 1. Beberapa guru masih kesulitan
pengetahuan guru dalam mengoperasikan media
Kajian Literatur tentang media IT IT
- Menurut Asmani (2011: 114) bahwa pembelajaran berbasis TIK akan berjalan 2. Guru jarang menggunakan
efektif jika menerapkan pembelajaran yang berpusat pada kegiatan peserta didik media berbasis IT dalam
(student/learned centered learning), yaitu: (1) Mengembangkan kemampuan pembelajaran
peserta didik untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata 3. Guru kurang termotivasi untuk
(kontekstual), sehingga pendidikan menjadi relevan dan responsive terhadap belajar dan mengikuti
tuntutan kehidupan sehari-hari (2) Menumbuhkan pemikiran refklektif dan perkembangan media
3) Membantu perkembangan dan keterlibatan aktif dari peserta didik dalam proses pembelajaran berbasis IT
belajar.
Melalui TIK peserta didik akan memperoleh berbagai informasi dalam
lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga dapat meningkatkan wawasannya.
Hal ini memberikan peluang untuk megembangkan dan memanfaatkan TIK dalam
pembelajaran.
Barnawi (2012: 47-48) berpendapat bahwa prasarana pendidikan adalah semua
perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan
proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, sarana dan prasarana pendidikan adalah
satu kesatuan pendukung terlaksanakannya proses belajar dan mengajar dengan baik
dan optimal. Kurangnya sarana dan prasarana di setiap sekolah menjadi masalah yang
sangat penting. Kurangnya sarana dan prasarana ini membuat pembelajaran di sekolah
berjalan kurang optimal dan tidak mencapai tujuan yang diinginkan
Sumber pustaka:
Asmani, Jamal Ma’mur. (2011). Tips Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
dalam Dunia Pendidikan. Yogyakarta: DIVA Press.
Barnawi & M. Arifin. 2012. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hasil wawancara dengan KS dan rekan sejawat :


- Beberapa guru kelas atas tidak menggunakan LCD karena hanya ada 1 LCD
dan sering bertabrakan jadwal penggunaannya
- Jumlah laptop terbatas
- Terbatasnya pengetahuan guru tentang penggunan IT
Hasil wawancara dengan pakar :
• Guru belum menguasai pembelajaran dengan teknologi informasi
• Guru belum memiliki sarana seperti wifi, lcd membuat guru hanya menggunakan
dan memanfaatkan media seadanya dilingkungan sekolah

Anda mungkin juga menyukai