Anda di halaman 1dari 19

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama : Nuril Hana

Masalah yang telah Hasil eksplorasi


No. Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi penyebab masalah
1 Minat belajar siswa Hasil Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
rendah 1. Menurut Slameto dalam Setiani dan Priansa (2018:61) faktor kajian literatur dan hasil wawancara, serta
yang mempengaruhi minat belajar siswa, yaitu : dikonfirmasi melalui observasi dapat
a. Faktor intern diketahui bahwa penyebab rendahnya minat
 Faktor jasmaniah, seperti kesehatan dan cacat tubuh. belajar siswa adalah :
 Faktor psikologi, seperti intelegensi, perhatian, bakat,  Kurangnya motivasi dari dalam diri
kematangan dan kesiapan siswa
b. Faktor Ekstern  Penggunaan metode dan strategi
1) Faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi pembelajaran yang kurang variatif
antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan sehingga membuat siswa merasa bosan.
ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar  Penggunaan media pembelajaran yang
belakang kebudayaan. kurang menarik.
2) Faktor sekolah, seperti metode mengajar, relasi guru  Informasi pemberian tugas dalam LKPD
dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, kurang jelas dan tegas untuk dikerjakan
waktu sekolah, standar penilaian di atas ukuran , siswa
keadaan gedung, metode mengajar dan tugas rumah.  Faktor lingkungan sosial seperti
2. Syah (2003) faktor minat untuk belajar terbagi menjadi tiga lingkungan keluarga, sekolah, dan
macam yaitu : masyarakat yang kurang mendukung
a. Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri minat belajar siswa.
siswa yang terdiri dari dua bentuk, yaitu fisiologi (kondisi
jasmani yang ditandai dengan tingkat kebugaran yang ada
pada peserta didik) dan psikologis (bakat, minat.
Intelegensi, sikap siswa, ataupun motivasi).
b. Faktor eksternal terdiri dari dua bentuk yaitu berupa
lingkungan sosial (lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat ataupun teman sekelas) dan lingkungan non-
sosial (peletakan gedung sekolah, materi yang diperoleh
pada saat pelajaran, waktu yang digunakan untuk kegiatan
belajar, dan alat-alat yang digunakan untuk belajar.
c. Faktor pendekatan belajar yang dimaksud yaitu cara atau
strategi yang digunakan untuk mendukung terjadinya
keefektifan pembelajaran pada saat memahami materi
tertentu.
3. Asmar (2018) Faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar
siswa, yaitu motivasi belajar, bahan pengajaran dan sikap guru,
keluarga, teman pergaulan, lingkungan, cita-cita, bakat. hobi,
media massa

Hasil wawancara :
1. Guru (H. Jawani S.Pd., MH) : mengatakan bahwa rendahnya
minat belajar siswa disebabkan oleh kurangnya motivasi yang
dimiliki siswa serta metode yang digunakan guru kurang
bervariasi sehingga siswa merasa bosan.
2. Teman Sejawat (Erma Mapparenta, S.Pd., M.Pd.) :
mengatakan bahwa rendahnya minat belajar siswa disebabkan
oleh bahan pelajaran dan sikap guru, keluarga, teman
pergaulan, lingkungan, cita-cita, media massa , dan fasilitas di
sekolah.
3. Wakil kepala Sekolah (H. Abd. Rauf, S.Pd., M.Pd.) :
mengatakan bahwa rendahnya minat belajar siswa disebabkan
oleh kurangnya motivasi belajar siswa, metode dan strategi
pembelajaran kurang menarik, media yang kurang menarik,
serta kurangnya dukungan dari orang tua.
4. Pengawas (Hj. Nurmin S.Pd.,M.Pd) : mengatakan bahwa
rendahnya minat belajar siswa dipengaruhi oleh faktor intrinsik
dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri siswa misalnya kelainan indera pada anak, rasa
malas dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal yaitu yang
berasal dari luar siswa seperti lingkungan pergaulannya.
5. Pakar Pendidikan (Ketua MGMP : Satturia, S.Pd.,M.Pd) :
mengatakan bahwa rendahnya minat belajar siswa disebabkan
oleh belum adanya kesadaran diri siswa terkait pentingnya
belajar untuk mencapai cita-cita dan tujuan hidupnya. Selainr
itu tidak terlepas dari kurangnya dukungan orang tua dalam
memotivasi anaknya untuk belajar. Metode yang digunakan
guru juga kurang menarik serta sarana dan prasarana yang
kurang memadai.
2 Siswa merasa kesulitan Hasil Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
dalam memahami 1. Subini (2001) kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang kajian literatur dan hasil wawancara, serta
pelajaran menyebabkan peserta didik (siswa) tidak dapat belajar dengan dikonfirmasi melalui observasi dapat
semestinya, hal ini tidak selalu disebabkan oleh faktor diketahui bahwa penyebab kesulitan belajar
intelegensi, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor non siswa dalam memahami pelajaran adalah :
intelegensi  Adanya unsur intrinsik atau faktor yang
2. Utari dkk (2019) Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar berasal dari dalam diri siswa seperti
terdiri dari yaitu faktor internal dan faktor eksternal intelegensi, minat dan motivasi belajar
a. Faktor internal yaitu berasal dari siswa meliputi IQ atau siswa, serta kemampuan penginderaan
intelegensi, sikap siswa dalam belajar, motivasi belajar siswa.
siswa yang masih rendah, kesehatan tubuh yang tidak  Strategi pembelajaran masih
optimal, dan kemampuan pengindraan siswa yang kurang menggunakan pola lama yaitu
b. Faktor eksternal yaitu berasal dari luar siswa seperti seperti pembelajaran yang berpusat pada guru
strategi pembelajaran, peralatan belajar, lingkungan (Teacher Based Learning)
keluarga. mengakibatkan siswa kurang aktif dan
3. Anggraeni, dkk (2020) Faktor yang menyebabkan siswa sulit menerima materi pelajaran
kesulitan belajar yaitu terdiri dari faktor internal dan eksternal.  Metode yang digunakan guru dalam
Faktor internal seperti sikap siswa, minat belajar, motivasi pembelajaran kurang bervariasi
siswa, dan kemampuan penginderaannya. Sedangkan faktor  Faktor lingkungan belajar siswa
eksternal seperti strategi pembelajaran, peralatan belajar,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.

Hasil wawancara :
1. Guru (H. Jawani S.Pd., MH) : mengatakan bahwa kesulitan
belajar siswa dalam memahami materi dapat dipengaruhi oleh
tingkat intelegensi siswa, pengalaman belajar, minat belajar,
dan faktor dari guru yang kurang memberi motivasi.
2. Teman Sejawat (Erma Mapparenta, S.Pd., M.Pd.) :
mengatakan bahwa kesulitan belajar siswa dalam memahami
materi dipengaruhi oleh faktor Internal yaitu intelegensi, sikap
terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar,
kebiasaan belajar, dan cara belajar siswa serta faktor eksternal
yaitu lingkungan sekolah, keluarga, serta masyarakat
3. Wakil kepala Sekolah (H. Abd. Rauf, S.Pd., M.Pd.) :
mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan
belajar siswa dapat berasal dari dalam diri maupun dari luar
siswa. Faktor dari dalam misalnya tingkat intelegensi siswa
dan dari luar seperti lingkungan sekitarnya yakni keluarga,
sekolah, maupun masyarakat.
4. Pengawas (Hj. Nurmin, S.Pd., M.Pd) : mengatakan bahwa
kesulitan siswa dalam memahami pelajaran dipengaruhi oleh
materi yang disampaikan, strategi dan metode yang digunakan
guru dalam mengajar tidak sesuai dengan kebutuhan siswa,
adanya perbedaan pada setiap anak seperti anak berkebutuhan
khusus yang membutuhkan perlakuan berbeda dalam proses
pembelajaran, serta kurangnya minat belajar ppkn.
5. Pakar Pendidikan (Ketua MGMP : Satturia, S.Pd.,M.Pd) :
mengatakan bahwa kesulitan siswa dalam memahami
pelajaran dipengaruhi oleh bimbingan guru dimana guru harus
mencari tahu setiap kesulitan belajar siswa, metode mengajar
yang perlu diubah, dan kurangnya motivasi belajar siswa.

3 Komunikasi antar guru Hasil Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
dan orang tua siswa 1. Nanat Fatah Natsir, dkk (2018) mengatakan bahwa Faktor kajian literatur dan hasil wawancara, serta
terkait pembelajaran Penghambat komunikasi guru dan orang tua adalah sebagai dikonfirmasi melalui observasi dapat
kurang optimal.
berikut: diketahui bahwa penyebab komunikasi
a. Kesibukan orang tua antar guru dan orang tua siswa kurang
b. Kurangnya komunikasi opimal adalah :
c. Kurangnya kerjasama  Orang tua terlalu sibuk bekerja sehingga
d. Kurangnya pengawasan dan perbaikan tidak memiliki waktu untuk
e. Kurangnya partisipasi dalam program pendidikan sekolah memperhatikan perkembangan hasil
f. Kurangnya pembiayaan pendidikan belajar anak di sekolah.
g. Kurangnya pelatihan pendidikan  Sebagian orang tua menyerahkan
2. Saputra, Isnadie Febrian (2012) mengatakan bahwa faktor tanggung jawab mendidik anak ke
penghambat komunikasi guru dan orang tua yaitu faktor dari sekolah padahal dibutuhkan kerjasama
orang tua yang meliputi: sulit mencari orang tua dan rumah antara orang tua, sekolah dan
jauh, orang tua tidak perhatian, kesibukan orang tua, masyarakat.
kemampuan orang tua, faktor ekonomi dan orang tua yang over  Kurangnya perhatian dan kepedulian
komunikasi dan guru. Faktor selanjutnya yaitu faktor yang orang tua.
berasal dari guru yang meliputi kurangnya motivasi guru untuk  Latar belakang pendidikan dan ekonomi
melakukan kunjungan kepada wali murid (home visit), orang tua.
kurangnya respon dari orang tua dalam proses komunikasi,  Kurangnya kerja sama antara guru dan
sulit menyesuaikan waktu dan kurang adanya kerjasama antara orang tua dalam menangani permasalah
guru dan wali, misal murid membawa bekal. siswa
3. Menurut Purwanto dalam Muslim (2020:4) Umumnya orang
tua kurang memiliki perhatian terutama pendidikan anaknya.
Ini disebabkan adanya kesibukan keluarga seperti :
a. Jarang berada di rumah bahkan pemeliharaan putra-putrinya
diserahakan kepada pembantunya atau familinya, bahkan
ada yang menyerahkan sepenuhnya kepada guru
b. Kurang memperhatikan pergaulan anaknya di luar
lingkungannya sehingga anak banyak terlibat kenakalan
remaja
c. Kurang memperhatikan kebutuhan si anak
d. kurang adanya perhatian dan kerja sama antara keluarga dan
sekolah

Hasil wawancara :
1. Guru (H. Jawani S.Pd., MH) : mengatakan bahwa
komunikasi antar guru dan orang tua siswa terkait
pembelajaran kurang optimal disebabkan oleh orang tua yang
menyerahkan tanggung jawab anaknya ke pihak sekolah
padahal seharusnya hal tersebut merupakan tanggung jawab
bersama antara orang tua, sekolah dan masyarakat; kurangnya
pemahaman orang tua terhadap pendidikan; kesibukan orang
tua; latar belakang pendidikan orang tua; dan latar belakang
ekonomi.
2. Teman Sejawat (Erma Mapparenta, S.Pd., M.Pd.) :
mengatakan bahwa komunikasi antar guru dan orang tua siswa
terkait pembelajaran kurang optimal disebabkan oleh
kesibukan orang tua dengan pekerjaannya sehingga kurang
memberikan perhatian akan hasil belajar anak.
3. Wakil kepala Sekolah (H. Abd. Rauf, S.Pd., M.Pd.) :
mengatakan bahwa komunikasi antar guru dan orang tua siswa
terkait pembelajaran kurang optimal disebabkan oleh
kurangnya pemahaman orang tua terkait dunia pendidikan,
kesibukan dari orang tua sehingga kurang memperhatikan
perkembangan anak, dan kurangnya motivasi guru
mengunjungi orang tua.
4. Pengawas (Hj. Nurmin, S.Pd.,M.Pd) : mengatakan bahwa
komunikasi antar guru dan orang tua siswa terkait
pembelajaran kurang optimal disebabkan oleh faktor
ketidaktahuan orang tua atau kurangnya informasi dari sekolah
tentang perkembangan anak, sulit menyesuaikan waktu serta
kurangnya kerja sama antara guru dan orang tua siswa.
5. Pakar Pendidikan (Ketua MGMP : Satturia, S.Pd.,M.Pd) :
mengatakan bahwa komunikasi antar guru dan orang tua siswa
terkait pembelajaran kurang optimal disebabkan oleh
kesibukan orang tua bekerja sehingga ia kurang peduli,
ekonomi lemah dan tidak peduli dengan pendidikan anak.
4 Model pembelajaran Hasil Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
inovatif yang diterapkan 1. Farida Yusrina, dkk (2019) menyebutkan bahwa hambatan kajian literatur dan hasil wawancara, serta
dalam pembelajaran guru dalam menerapkan model pembelajaran inovatif yang dikonfirmasi melalui observasi dapat
belum maksimal bervariasi seperti kurang menguasai berbagai karakteristik diketahui bahwa penyebab guru belum
model pembelajaran inovatif, sehingga diharapkan para guru mampu memaksimalkan penerapan model-
dapat mempelajari berbagai model pembelajaran, sehingga model pembelajaran inovatif berdasarkan
nantinya tujuan pendidikan dapat tercapai. Di samping itu karakteristik materi dan karakteristik siswa
pemanfaatan media, alat dan bahan pembelajaran kurang dalam pembelajaran adalah :
diperhatikan. Perlunya inovasi dalam pembelajaran adalah  Guru belum menguasai model-model
untuk meningkatkan minat peserta didik dan hasil belajar pembelajaran inovatif
dalam belajar yang dirasa sulit bagi peserta didik, karena  Kurangnya kreatifitas guru dalam
terlalu banyak muatan materi. merancang model pembelajaran inovatif
2. Indah Fajar Friani, dkk (2017) berdasarkan hasil analisis yang tepat sehingga membuat anak
data, kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan model kurang aktif dalam pembelajaran.
pembelajaran inovatif pada pembelajaran tematik diantaranya  Pembelajaran hanya menggunakan
adalah: strategi, model dan metode yang lama.
a. Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP ) guru  Pemanfaatan media, alat dan bahan
kurang memahami langkah- langkah pembelajaran sesuai pembelajaran kurang diperhatikan
sintak yang ada pada model pembelajaran. Sehingga guru  Guru enggan mencari cara baru ataupun
kurang mampu dalam menstimulus siswa untuk segala pendukung dalam mengajar
menemukan sendiri masalah yang ada pada materi
pembelajaran.
b. pengelolaan dan pengawasan kelas guru kurang mampu
mengarahkan siswa yang kurang pintar untuk terlibat aktif
dengan bekerjasama dalam kelompok.
c. terkendala dalam menyediakan alat dan bahan jika
diperlukan dalam melakukan proyek.
d. guru kurang menyiasati waktu yang tersedia.

Hasil wawancara :
1. Guru (H. Jawani S.Pd., MH) : mengatakan bahwa model
pembelajaran inovatif yang diterapkan dalam pembelajaran
belum maksimal disebabkan oleh tingkat pemahaman dan
kemampuan guru terkait modek-model pembelajaran inovatif,
guru juga merasa fleksibel dengan metode lama, dan
kurangnya kreatifitas guru.
2. Teman Sejawat (Erma Mapparenta, S.Pd., M.Pd.) :
mengatakan bahwa model pembelajaran inovatif yang
diterapkan dalam pembelajaran belum maksimal disebabkan
oleh siswa belum menguasai bahan pelajaran, cara
mendapatkan dan mengembangkannya sehingga model
pembelajaran apapun yang diterapkan dalam pembelajaran
belum maksimal
3. Wakil kepala Sekolah (H. Abd. Rauf, S.Pd., M.Pd.) :
mengatakan bahwa model pembelajaran inovatif yang
diterapkan dalam pembelajaran belum maksimal disebabkan
oleh kurangnya minat guru dalam meningkatkan
kompetensinya, guru tidak mengetahui sintaks model
pembelajaran, dan dikarenakan faktor usia.
4. Pengawas (Hj. Nurmin, S.Pd.,M.Pd) : mengatakan bahwa
model pembelajaran inovatif yang diterapkan dalam
pembelajaran belum maksimal dikarenakan guru belum paham
dengan model-model pembalajaran inovatif tersebut sehingga
guru perlu banyak belajar untuk dapat memilih model-model
pembelajaran yang tepat sesuai kebutuhan siswa.
5. Pakar Pendidikan (Ketua MGMP : Satturia, S.Pd.,M.Pd.):
mengatakan bahwa model pembelajaran inovatif yang
diterapkan dalam pembelajaran belum maksimal disebabkan
oleh kurangnya kesadaran ataupun kreatifitas guru dalam
merancang model pembelajaran inovatif yang tepat sehingga
membuat anak aktif, dan kurangnya pemahaman guru terkait
model-model pembelajaran inovatif.
5 Keterampilan berpikir Hasil Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
kritis siswa (HOTS) 1. Mike Tumanggor (2021) kemampuan berpikir kritis peserta kajian literatur dan hasil wawancara, serta
rendah didik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : dikonfirmasi melalui observasi dapat
a. Faktor internal meliputi karakteristik peserta didik, diketahui bahwa rendahnya keterampilan
pengalaman, gaya belajar, dan self-efficacy. berpikir HOTS pada siswa disebabkan oleh:
b. Faktor eksternal yaitu metode pembelajaran dan strategi  Minat baca siswa yang rendah
pembelajaran.  Faktor kemandirian belajar siswa
2. Kasdin Sihotang (2018) mengatakan bahwa ada beberapa cara  Siswa tidak dibiasakan dengan soal-soal
berpikir yang menghambat pola berpikir kritis. Hambatan berpikir kritis yang dapat memacu daya
tersebut merupakan akibat negatif perkembangan ilmu pikirnya
pengetahuan dan teknologi, yakni cara berpikir yang berpusat  Kurangnya kemampuan siswa dalam
pada diri sendiri, pola pikir yang mengabaikan nilai-nilai memahami materi HOTS
universal, kebiasaan berpikir tanpa pengujian, mengumbar  Kurangnya bimbingan guru dalam
kepentingan kelompok atau kolektif secara mutlak, dan mengembangkan kemampuan berpikir
pemujaan kepada teknologi. kritis siswa
3. Ratih Dwi Yulianti Rahayu, dkk (2019) mengatakan bahwa  Metode dan strategi pembelajaran yang
salah satu faktor yang mengakibatkan peserta didik kurang kurang tepat yang membuat siswa
mampu berpikir kritis dikarenakan metode yang digunakan merasa bosan dan sibuk sendiri.
pendidik belum sepenuhnya berjalan baik pada setiap
 Akibat negatif perkembangan ilmu
pembelajaran, sehingga apabila pendidik tidak memulai
pengetahuan dan teknologi dimana
dengan menunjuk peserta didik untuk bertanya mengenai
materi yang belum dipahami, maka peserta didik hanya diam siswa lebih senang menggunakan
dan cenderung pasif, oleh karena itu pada saat pembelajaran handphone daripada membaca ataupun
berlangsung banyak peserta didik merasa bosan dan sibuk belajar.
sendiri.

Hasil wawancara :
1. Guru (H. Jawani S.Pd., MH) : mengatakan bahwa rendahnya
keterampilan berpikir kritis siswa (HOTS) disebabkan oleh
minat baca siswa rendah, pemahaman bahasa masih rendah,
guru masih memberikan soal-soal LOTS sehingga siswa tidak
terbiasa dengan soal HOTS.
2. Teman Sejawat (Erma Mapparenta, S.Pd., M.Pd.) :
mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi keterampilan
berpikir kritis siswa (HOTS) rendah yaitu faktor psikologis
seperti perkembangan intelektual, motivasi dan kecemasan dan
faktor psikologis seperti kondisi fisik, kemandirian belajar dan
faktor interaksi
3. Wakil kepala Sekolah (H. Abd. Rauf, S.Pd., M.Pd.) :
mengatakan bahwa rendahnya keterampilan berpikir kritis
siswa (HOTS) disebabkan oleh rendahnya literasi siswa, siswa
belum terbiasa dengan soal-soal HOTS, serta kurangnya
bimbingan dari guru.
4. Pengawas (HJ. Nurmin, S.Pd.,M.Pd) : mengatakan bahwa
rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa (HOTS)
dikarenakan guru dalam membelajarkan peserta didik kurang
menerapkan pembelajaran berorientasi HOTS dan kemampuan
berpikir kritis peserta didik kurang diasah dan dilatih sehingga
perlunya bimbingan dari guru.
5. Pakar Pendidikan (Ketua MGMP: Satturia, S.Pd.,M.Pd.) :
mengatakan bahwa rendahnya keterampilan berpikir kritis
siswa (HOTS) disebabkan oleh guru yang kurang memicu
siswa untuk berpikir tingkat tinggi dalam aktivitas
pembelajaran, siswa kurang membaca atau kurangnya budaya
literasi, serta sarana dan prasarana yang kurang.

6 Pemanfaatan TIK dalam Hasil Kajian Literatur : Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
proses pembelajaran 1. Nurfaeda (2019) faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kajian literatur dan hasil wawancara, serta
belum maksimal pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran antara lain : dikonfirmasi melalui observasi dapat
a. Faktor fasilitas diketahui bahwa belum maksimalnya
b. Faktor jaringan internet pemanfaatan TIK dalam proses
c. Faktor personal pembelajaran adalah :
d. Faktor proses  Kemampuan guru dan siswa dalam
e. Faktor aplikasi dan data kemampuan guru dalam memanfaatkan TIK pada proses
pemanfaatan TIK pada proses pembelajaran pembelajaran masih terbatas
2. Mukaromah, Euis (2020) Hambatan-hambatan dalam  Sarana dan prasarana di sekolah yang
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurang memadai
meningkatkan gairah belajar siswa yaitu:  Kurangnya motivasi guru untuk
a. Sarana prasarana yang belum lengkap meningkatkan kemampuannya dalam
b. Kemampuan dan motivasi untuk memanfaatkan TIK siswa penggunaan teknologi
dan guru yang masih terbatas serta terbatasnya waktu
c. Sarana prasarana yang belum lengkap menjadi hambatan
dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dalam meningkatkan gairah belajar siswa secara
optimal.
d. Kurangnya jumlah komputer untuk setiap siswa, menjadi
hambatan salah satunya saat akan mencari bahan/materi
pelajaran menggunakan internet.
e. Jumlah LCD proyektor yang belum mencukupi untuk
setiap kelas juga, menjadi hambatan di saat guru akan
melaksanakan pembelajaran menggunakan power point
ataupun video pembelajaran.
3. Lestari, Sri (2015) Kendala pemanfaatan TIK oleh guru
adalah: tidak adanya akses, tidak adanya sarana TIK,
pembelajaran tidak mengintegrasikan TIK, guru tidak
memiliki pengetahuan tentang TIK, dan tidak adanya kemauan
guru untuk memanfaatkan TIK.

Hasil wawancara :
1. Guru (H. Jawani S.Pd., MH) : mengatakan bahwa
implementasi TIK dalam pembelajaran belum maksimal
disebabkan oleh penguasaan guru dalam penguasaan TIK,
kemampuan sekolah dalam menyediakan sarana yang
mendukung penggunaan TIK
2. Teman Sejawat (Erma Mapparenta, S.Pd., M.Pd.) :
mengatakan bahwa implementasi TIK dalam pembelajaran
belum maksimal disebabkan oleh rasa percaya diri siswa yang
kurang besar dalam mengintegrasikan TIK, kompetensi yang
belum memadai dan akses ke sumber daya yang masih rendah
3. Wakil kepala Sekolah (H. Abd. Rauf, S.Pd., M.Pd.) :
mengatakan bahwa implementasi TIK dalam pembelajaran
belum maksimal disebabkan oleh kurangnya motivasi guru
untuk mengenal lebih banyak tentang manfaat penggunaan
TIK dalam mengajar, sarana dan prasarana yang terbatas,
kemampuan guru dalam penggunaan TIK
4. Pengawas (Hj. Nurmin, S.Pd., M.Pd) : mengatakan bahwa
implementasi TIK dalam pembelajaran belum maksimal
dipengaruhi oleh kemampuan guru apakah mampu atau tidak
dalam meningkatkan kompetensinya dan kemampuan guru
dalam membuat media yang menarik.
5. Pakar Pendidikan, Ketua MGMP (Satturia, S.Pd., M.Pd.):
mengatakan bahwa implementasi TIK dalam pembelajaran
belum maksimal disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan
kemampuan guru dalam penggunaan teknologi dalam
pembelajaran serta kurang sarana dan prasarana di sekolah.
DOKUMENTASI WAWANCARA

Guru UPT. SMP Negeri 1 Mangarabombang (H. Jawani, S.Pd.,M.Pd.)


Teman Sejawat UPT. SMP Negeri 1 Mangarabombang (Erma Mapparenta, S.Pd.,M.Pd.)
Wakil Kepala Sekolah UPT. SMP Negeri 1 Mangarabombang (H. Abd. Rauf, S.Pd., M.Pd.)
Pengawas (Hj. Nurmin, S.Pd.,M.Pd.)
Pakar Pendidikan (Ketua MGMP : Satturia, S.Pd.,M.Pd.)

Anda mungkin juga menyukai