Anda di halaman 1dari 5

BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan
pasal 3 disebutkan bahwa Perpustakaan berfungsi sebagai wahana
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk
meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Untuk itu
keberadaan perpustakaan sangatlah penting dalam meningkatkan
kemajuan suatu bangsa.

Sebagai catatan, jumlah perpustakaan di seluruh Indonesia


sebanyak 164.610 Perpustakaan. Jumlah ini merupakan yang
terbanyak ke-2 setelah India. Dari jumlah tersebut 2.057 merupakan
perpustakaan perguruan tinggi, 6.552 perpustakaan khusus, 4.460
perpustakaan umum, 113.541 perpustakaan sekolah/madrasah. Dari
jumlah ini hanya 23,36 % saja yang memenuhi standart, dan 47,8%
tersebar di Pulau Jawa. Jumlah penyebarannya sangat tidak merata.

Selain jumlah perpustakaan, jumlah ketercukupan koleksi juga


sangat jauh dari kata cukup. Rasio ketercukupan koleksi menurut IFLA
adalah 3 kali jumlah penduduk. Berdasarkan data tahun 2020, jumlah
koleksi di Indonesia sebanyak 22.318.080 eksamplar. Jumlah ini hanya
4.16 % dari rasio kecukupan koleksi yang ditetapkan IFLA.
Berdasarkan data BPS tahun 2019, jumlah penduduk Indonesia
mencapai 268.074.457 juta jiwa. Rasionya menjadi 1:19 yang artinya 1
buku dibaca dengan antrian 19 orang. Dari data ini, jumlah koleksi
dalam keadaan ideal untuk Indonesia berada di angka 750.000.000
Eksamplar.

Dari data jumlah perpustakaan yang tidak merata serta jumlah


koleksi yang jauh dari kata ideal inilah yang menyebabkan rendahnya
tingkat kegemaran membaca dan indeks literasi masyarakat di
Indonesia. Diketahui pada tahun 2021 tingkat kegemaran membaca
nasional berada diangka 59,52 dan Indeks Literasi Masyarakat pada
tahun yang sama berada diangka 12,59. Angka yang masih tergolong
rendah. Tahun 2024 Indonesia memiliki target kegemaran membaca
mencapai 71,3 dan indeks literasi masyarakat diangka 15.0.

Masalah literasi inilah yang menjadi bagian paling krusial dewasa ini.
Diketahui bahwa warganegara yang literat, akan lebih mengikuti
perkembangan politik dan mendapatkan informasi tentang isu-isu
penting bagi kelompoknya dan cenderung lebih demokratif. Tingkat
literasi juga mempengaruhi harga diri dan kualitas hidup, dengan
literasi seseorang akan semakin mampu mengekspresikan dirinya,
semakin percaya diri, dan memiliki kesempatan menjalani hidup yang
sehat dan Bahagia. Literasi juga mempengaruhi tingkat toleransi
seseorang, semakin tinggi tingkat literasinya biasanya akan semakin
tinggi rasa toleransinya. Yang paling mengejutkan adalah data dari
World Literacy Foundation, ternyata iliterasi menyababkan kerugian
sebesar $1,5 Trilliun pertahun secara global. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pemahaman terhadap keamanan, kebersihan, dan
kurangnya kemampuan dalam menjaga alam sekitar. Sementara itu di
Indonesia data dari Susenas BPS tahun 2018 masyarakat miskin
Indonesia terdapat dari lulusan SD sederajat, yakni sebesar 62,5%.

Berdasarkan masalah inilah program literasi menjadi Program Prioritas


Nasional dalam RPJMN 2020-2024. Program ini berupa pengembangan
budaya kegemaran membaca, pengembangan sistem pembukuan dan
penguatan konten literasi, serta peningkatan akses dan kualitas
layanan. Program ini disusun dan dikenal dengan Transformasi
Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial.

Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial ini awalnya


merupakan gerakan literasi yang digawangi oleh Cocacola Foundation
bermitra dengan Melinda gate Foundation dan Perpustakaan Nasional
pada tahun 2011-2018 dengan nama perpus seru. Sejak tahun 2018
Perpustakaan Nasional melanjutkan program dengan nama Revitalisi
Perpustakaan Umum Indonesia, dengan menyasar 21 Perpustakaan
Provinsi dan 59 Perpustakaan kabupaten. Pada tahun ini Provinsi Riau
mulai tergabung dalam program dengan 3 kabupaten asal Provinsi
Riau, yakni Perpustakaan Umum Kabupaten Kampar, Perpustakaan
Umum Kabupaten Pelalawan dan Perpustakaan Umum Kabupaten Siak.
Tahun 2019 Perpustakaan nasional menyasar ke Perpustakaan Desa
denga tagline “Literasi Untuk Kesejahteraan”. Ada 500 Desa se
Indonesia yang mengikuti Program ini. Di Riau terdapat 6 Desa dari
Kabupaten Kampar (Laboy jaya, Binuang, Bukit Kemuning, Karya
Bhakti, Bukit Sembilan, dan Sinama Nenek), 6 Desa dari kabupaten
Siak (Muara Kelantan, Langsat Permai, Suak Lanjut, Rawang Kao
Barat, Mandi Angin, dan Sialang Sakti), serta 5 desa dari Kabupaten
Pelalawan (Lubuk Ogong, Mekar Jaya, Rangsang, Sialang Sakti, Banjar
Panjang). Pada Tahun 2020, Perpustakaan nasional sudah Menyasar ke
34 Provinsi, penambahan 100 kabupaten baru dan 300 desa. Di Riau
terdapat penambahan 3 Kabupaten yakni Perpustakaan Umum
Kabupaten Rokan Hulu, Perpustakaan Umum Kabupaten Bengkalis,
dan Perpustakaan Umum Kabupaten Indragiri Hulu. Ada penambahan
7 desa baru masing-masing 3 dari Kabupaten Kampar (Sei Simpang
dua, Rimba Jaya, dan Bukit Teratai) dan Kabupaten Siak (Tasik
Seminai, Teluk Merbau, dan Sungai Rawa), serta 1 dari Kabupaten
Pelalawan (Desa Tambak). Untuk Tahun 2021 program ini sudah
menyasar 152 Kabupaten dan 450 Desa. Untuk Riau Terdapat
penambahan 14 Desa yakni 4 desa dari Kabupaten Bengkalis
(Jangkang, Kuala Alam, Resam Lapis, dan Wonosari), 4 desa dari
Kabupaten Rokan Hulu (Masda Makmur, Lubuk Bendahara, Alahan,
dan Rambah Muda), 4 desa dari Kabupaten Indragiri Hulu (Pontian
Mekar, Sungai Lala, Japura, dan Kualu Mulya), 1 desa dari Kabupaten
Siak (Kampung Belutu), 1 desa dari Kabupaten Kampar (Sungai Putih).
Untuk tahun 2022, Provinsi Riau mendapat penambahan 2 kabupaten
(Kabupaten Indragiri Hilir, dan Kabupaten Kuantan Singingi) dan 1
Kota madya (Kota Pekanbaru) serta 3 desa dari Bengkalis (Desa Ulu
Pulau, Desa Balai Pungut, dan Desa Harapan Baru). Dari jumlah ini
diketahui terdapat 8 Kabupaten dan 1 Kota Madya yang menerima
program ini di wilayah Provinsi Riau. Untuk desa di Riau sudah
menyusuri 41 Desa di tambah 4 Desa Replikasi. Total ada 45 Desa.

Dari Program ini terdapat banyak sekali Impact yang dirasakan


langsung oleh masyarakat, terutama masyarakat pedesaan. Misalnya
Rasika, Seorang remaja yang tidak bisa melanjutkan ke perguruan
tinggi namun bisa mendapatkan pembelajaran dan mengembangkan
potensinya di perpustakaan, Rasika mengikuti pelatihan Make Up artis
yang dilaksanakan oleh perpustakaan daerah. Dari kegiatan ini Rasika
memperoleh keterampilan dan bisa mendapatkan penghasilan dari
keterampilan yang diperolehnya. Rasika adalah salah satu contoh
Impact yang dihasilkan dari program ini. Untuk itu program ini perlu
dilanjutkan agar terciptanya impact-impact baru melalu program di
Perpustakaan ini.

B. Visi dan Misi Usaha


Visi
Terciptanya Masyarakat Sejahtera melalui transformasi perpustakaan
berbasis inklusi sosial
Misi
- Meningkatjan kualitas layanan perpustakaan
- Meningkatkan penggunaan layanan oleh masyarakat sesuai dengan
kebutuhan masyarakat
- Membangun komitmen dan dukungan stakeholder untuk
transformasi perpustakaan yang berkelanjutan
Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik,
kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur,
dalam keadaan sehat dan damai.

Anda mungkin juga menyukai