Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL KE-3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

Nama Mata Kuliah : Studi Komparatif Pendidikan Dasar di Berbagai Negara


Kode Mata Kuliah : MPDR5302
Nama : SULASTRI
NIM : 530074917

No Tugas Tutorial
1.
Pembelajaran tematik bisa diartikan sebagai sebuah keterpaduan pembelajaran.
Sebagaimana pengertian tematik yang disampaikan oleh Hendro Darmawan, yang
menyatakan bahwa tematik berkaitan dengan penyatuan atau keterpaduan. Dalam
penerapannya, pembelajaran tematik atau terpadu dilaksanakan dengan
menggunakan tema yang sesuai dengan keseharian siswa atau kontekstual sebagai
pengait bagi mata pelajaran yang akan dipelajari. Tema- tema yang dipilih selain
sesuai dengan keseharian siswa juga harus sesuai dengan tahapan perkembangan
siswa itu sendiri.

Ada banyak model pembelajaran terpadu, namun menurut tim pengembang PGSD
( 1997 ) terdapat tiga model pembelajaran terpadu yang dianggap tepat untuk
diterapkan di Indonesia yaitu model jaring laba- laba, model keterhubungan , dan
model keterpaduan. Masing- masing model tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan.

Berdasarkan pengalaman pribadi Ketika di awal menerapkan kurikulum


pembelajaran tematik, model yang digunakan adalah mode jaring laba- laba atau
(webbed). Guru menentukan sebuah tema yang paling dekat dengan keseharian
siswa. Sebagai contoh, siswa kelas 1 SD maka tema pertama yang akan dijadikan
sebagai pengait keterpaduan adalah “Aku dan Diriku “. Kemudian ditentukan
subtema dari tema besar yang telah ditentukan tersebut. Karena tema besarnya
adalah Aku dan Diriku, maka sub tema yang bisa diambil misalnya “Anggota
tubuhku”. Kemudian setelah ditentukan sub tema tersebut, maka dilihat
kompetensi dasar (KD )yang bisa dimasukkan ke dalamnya. Misal untuk muatan
Bahasa Indonesia, KD yang bisa dimasukkan adalah tentang membaca permulaan.
Maka materinya adalah membaca permulaan dengan kata yang berkaitan dengan
anggota tubuh, seperti kaki, mata, jari dll. Bagaimana dengan muatan lain ?
Seperti Matematika misalnya, maka tetap menggunakan subtema anggota tubuh
sebagai pengantarnya. Sehingga Ketika kompetensi yang akan dicapai adalah
mampu berhitung sampai 10, guru akan menggunakan anggota tubuh sebagai
obyek yang akan dihitung. Begitu juga dengan muatan Seni Budaya, siswa akan
diminta untuk mewarnai gambar anggota tubuh.

Seperti itu kurang lebih gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran tematik.


Namun, seiring berjalannya waktu, guru tidak perlu lagi repot- repot membuat
jaring laba- laba dan menentukan KD mana saja yang akan dikaitkan dengan tema.
Banyak penerbit buku yang sudah menyediakan jaring tema tersebut. Bahkan
pemerintah juga menerbitkan bse atau buku sekolah elektronik sebagai pegangan
guru dalam mengajar. Tetapi walaupun sudah diberikan kemudahan, diharapkan
guru tetap melakukan kajian serta menganalisis apakah jaring tema yang sudah
disediakan sesuai dengan KD yang akan diajarkan kepada siswa.

2. Jelaskan keunggulan pembelajaran menggunakan sistem tematik terpadu!

Jika diminta untuk menuliskan tentang keunggulan pembelajaran tematik


menjelang berakhirnya masa pemberlakuan kurikulum 2013 itu sendiri, menjadi
hal yang sulit untuk dilakukan. Kenapa ? Karena jika kurikulum tematik mampu
menjawab tantangan pendidikan di era globalisasi tentu tidak akan diganti.
Tetapi berdasarkan pengalaman mengajar dengan pembelajaran tematik selama
kurang lebih 14 tahun, tentu ada banyak kelebihan dari pembelajaran tematik
yang bisa diceritakan.
a. Pembelajaran tematik menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien
karena bisa mengajarkan beberapa muatan pelajaran dalam satu waktu
yang sama. Misal, guru mengajar dengan tema cuaca dan subtema hujan,
maka dalam waktu bersamaan bisa mengajarkan muatan IPA tentang
siklus hujan, IPS tentang pengaruh hujan bagi aktivitas ekonomi
masyarakat, muatan Bahasa Indonesia tentang membuat teks cerita
pendek bertema hujan, SBdP membuat gambar animasi tentang keadaan
alam setelah hujan, muatan PKn tentang penerapa sila- sila Pancasila
untuk membantu sesame yang menjadi korban banjir akibat hujan lebat.
b. Bagi siswa kelas rendah, pembelajaran tematik lebih mudah dipahami,
karena sesuai tahapan perkembangannya, siswa kelas 1-3 masih berpikir
secara holistik.
c. Pembelajaran tematik dilakukan mulai dari mudah ke sukar, sederhana
ke kompleks, konkret ke abstrak, sehingga siswa lebih mudah dalam
mengikuti pembelajaran yang dilakukan.
d. Pembelajaran yang kontekstual dan dekat dengan keseharian siswa,
membuat pembelajaran tematik lebih menyenangkan bagi siswa
e. Terdapat 5 tahapan pembelajaran saintifik yang terkenal dengan 5 M,
memungkinkan siswa untuk terbiasa berfikir secara runut dan terlibat
aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3. Pembelajaran tematik atau pembelajaran integratif merupakan salah satu upaya


yang dilakukan oleh pemerintah untuk menciptakan sebuah pembelajaran yang
holistik dan menyeluruh. Dengan pertimbangan, pembelajaran yang dilakukan
dengan mata pelajaran yang terpisah- pisah, tidak mampu mendukung
terciptanya pembelajaran yang mengembangkan kemampuan pikerkir secara
holistik pada siswa. Maka dengan adanya tema yang menyatukan mata
pelajaran, diharapkan akan mampu mendekatkan siswa dengan kehidupannya
sehari- hari.

Lalu bagaimana dengan penerapan pembelajaran di negara lain , apakah juga


menerapkan pembelajaran integratif seperti di Indonesia ?
Dalam Himami ( 2020), menyatakan bahwa ada beberapa perbedaan penerapan
pembelajaran integratif di Indonesia dan Finlandia. Di Finlandia, pembelajaran
integratif dilaksanakan secara penuh. Siswa setiap tahunnya akan naik kelas
secara otomatis, dan tidak ada PR yang dibebankan kepada siswa. Waktu
pembelajaran di sekolah yang berdurasi cukup singkat yaitu 4 jam perharinya.
Siswa yang memerlukan perhatian khusus, akan mendapatkan perhatian lebih
dan disediakan alokasi waktu secara khusus untuk mendapatkan bimbingan dari
gurunya.

Pembelajaran yang dilakukan lebih menekankan pada proses yang akan dicapai.
Sehingga tidak ada kegiatan UN di akhir tahun pembelajaran. Hal ini tentu sangat
berbeda dengan pembelajaran di Indonesia, dimana Ketika pembelajaran
integratif diterapkan, namun masih ada UN yang mengikat siswa untuk belajar
materi secara terpisah- pisah. Kenaikan kelas juga ditentukan dengan adanya batas
ketuntasan minimal yang menjadi persyaratannya.

REFERENSI:
Himami Absawati.(2020). TELAAH SISTEM PENDIDIKAN di FINLANDIA :
PENERAPAN SISTEM PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA JENJANG
SEKOLAH DASAR. Jurnal Elementary, Vol. 3 No. 2 Juni 2020, hal. 64-70.
https://doi.org/10.31764/elementary.v3i2.2136

Anda mungkin juga menyukai