Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1

MATA KULIAH : KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR

NAMA : SULASTRI

NIM : 530074917

Kali ini saya akan membahas tentang prinsip- prinsip kepemimpinan menurut Ki Hajar
Dewantara. Terdapat 3 prinsip dasar kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara, yaitu :

1. Ing ngarsa sung tulada.

Artinya adalah Ketika di depan harus bisa menjadi teladan .


Seorang pemimpin diharapkan mampu memberikan contoh yang baik
bagi para anggotanya. Jika dikaitkan dengan prinsip kepemimpinan
yang disampaikan oleh Cover ( 1997 ), maka sejalan dengan prinsip
bahwa seorang pemimpin harus membawa energi yang positif. Energi
positif bisa mengalir dari adanya keteladanan dari sang pemimpin.
Salah satunya dengan mengedepankan karakter percaya pada orang
lain. Dengan adanya kepercayaan kepada para bawahannya, maka
akan terbangun motivasi dan terbangun hubungan yang baik antara
pimpinan dan seluruh anggota organisasi.

Keteladanan dari seorang pemimpin juga bisa dimulai dengan


memberikan contoh kedisiplinan. Jika mengharapkan para anggotanya
bisa hadir tepat waktu, maka mulailah kita sebagai pemimpin untuk
hadir tepat waktu terlebih dahulu. Mungkin tidak langsung terlihat dan
disadari oleh para anggota, namun ketika pemimpin konsisten untuk
hadir tepat waktu, akan dijadikan sebagai contoh oleh para anggotanya.

2. Ing madya mangun karsa.

Bisa diartikan bahwa ketika berada di tengah, seorang pemimpin


menjadi pemberi motivasi. Mau berjuang dan bekerja bersama dengan
anggota timnya. Dalam artian lain, mampu bersinergi dengan seluruh
anggota timnya serta membawa keuntungan baik bagi pimpinan dan
para anggotanya. Bersinergi juga menjadi salah satu bagian dari energi
positif yang disampaikan oleh Cover, sebagai bagian dari prinsip-
prinsip pendidikan.
Contoh nyata dari seorang pemimpin yang mampu memberikan
motivasi di sekolah misalnya ketika sedang menjalankan sebuah
program seperti sekolah sehat atau lainnya. Tentu di pertengahan
perjalanan pelaksanaan program, terkadang para anggota tim yaitu
guru, merasa jenuh dan lelah. Di sinilah seorang pemimpin hadir untuk
terus memberikan motivasinya. Membersamai para guru sebagai
pelaksana program, mendengarkan keluhan dan kesulitan yang
dihadapi dalam pelaksanaan, serta memberikan solusinya.

Sinergitas yang baik antara pimpinan dan para anggota tim, akan
mewujudkan sebuah hubungan kerja yang harmonis dan tentu saja
berdampak baik bagi keberlangsungan sebuah organisasi.

3. Tut wuri handayani.

Sebagai seorang pemimpin, jika di depan memberikan teladan, di


tengah memberikan motivasi, maka di prinsip yang ketiga ini, seorang
pemimpin perlu memberikan kesempatan kepada para anggotanya
untuk bekerja dengan seluruh kemampuan yang dimiliki. Membiarkan
para anggota melakukan pekerjaannya sendiri, tanpa banyak campur
tangan apalagi perintah. Dengan demikian, seorang pemimpin dari
belakang memberikan pengawasan serta membangun kepercayaan
dengan membiarkan anak buah melakukan sendiri. Atau istilah lainnya,
menjalankan perannya sebagai seorang fasilitator.

Peran seorang pimpinan sebagai fasilitator bisa dicontohkan


ketika melakukan pendelegasian sebuah tugas kepada tim yang telah
dibentuk sebagai panitia perpisahan siswa kelas 6 misalnya. Maka di
sini, kepala sekolah atau pemimpin cukup mengawasi saja kinerja tim
dan memastikan bahwa tugas dijalankan sesuai dengan kesepakatan
yang dibuat. Dengan menjalankan prinsip tut wuri handayani bagi
seorang pemimpin, maka diharapkan akan tergali potensi seluruh
anggotanya. Sehingga ke depan, tidak akan terjadi krisis kepemimpinan
karena kurang terasahnya ketrampilan dari para anggota untuk belajar
memimpin dan kemandirian dalam mengambil keputusan.

Ketiga prinsip di atas, bukan hanya tentang peran kepala sekolah


sebagai manajer di sebuah lembaga pendidikan. Namun juga bisa
diterapkan dalam kelas, dimana guru adalah seorang pemimpin
pembelajaran. Yang juga harus mampu melaksanakan ketiga prinsip di
atas saat mengajar di dalam kelas.

Anda mungkin juga menyukai