Anda di halaman 1dari 30

smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan

KEPEMIMPINAN
(LEADERSHIP)

37 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan

MODUL KWU A1.03


KEPEMIMPINAN

A. Kompetensi
Setelah mempelajari modul ini kompetensi yang diharapkan adalah peserta didik dapat
menerapkan jiwa kepemimpinan, berani mengambil risiko, mampu mengambil keputusan, dan
manajemen waktu.

B. Indikator
Setelah mempelajari modul ini peserta didik diharapkan dapat:
1. Menjelaskan dan memberi contoh jiwa kepemimpinan.
2. Menjelaskan sebab-sebab munculnya pemimpin
3. Menjelaskan pendekatan studi kepemimpinan.
4. Menjelaskan teori-teori kepemimpinan.
5. Menjelaskan tipe-tipe kepemimpinan.
6. Menjelaskan ketrampilan-ketrampilan kepemimpinan.
7. Menjelaskan dan memberi contoh mengambil risiko.
8. Menjelaskan dan memberi contoh mengambil keputusan.
9. Menjelaskan langkah-langkah dalam mengambil keputusan.
10. Menjelaskan, memberi contoh dan menerapkan manajemen waktu.

C. Materi

I. KEPEMIMPINAN

1. Pentingnya Pemimpin
Where have all the leaders gone? (ke mana gerangan para pemimpin yang memiliki kaliber
tentunya), demikian ada orang bertanya. Dunia ini memerlukan banyak pemimpin yang
dapat membawa keadaan ke arah yanng lebih baik. Negara memerlukan pemimpin,
organisasi politik memerlukan pemimpin, kelompok agama memerlukan pemimpin,
para pemuda memerlukan figur pemimpin yang dapat memberikan keteladanan dan
inspirasi, perusahaan memerlukan pemimpin yang tangguh dan berkualitas, anak-anak
di rumah memerlukan orangtua yang dapat memimpin anaknya, dan banyak lagi
kelompok-kelompok manusia yang memerlukan pemimpin yang hebat.

Kebayakan negara menginginkan para pemimpinnya untuk maju ke depan serta


mengatasi krisis ekonomi, sosial, guna memberi motivasi pada para pekerja dan member
garis arahan yang paling baik bagi masa mendatang. Mereka memiliki peranan nyata
dalam membentuk pola pikir. Mereka berfungsi sebagai simbol dari kesatuan moral
masyarakat. Pemimpin mengekspresikan etika kerja dan nilai-nilai yang merangku
masyarakat.

Organisasi kerja tanpa pemimpin tidaklah lebih daripada propaganda “ kue di langit”.
Kenyataan dalam manajemen menunjukkan bahwa kelompok pekerja yang dibiarkan
38 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
sendiri tanpa pemimpin, melepaskan mereka berjalan sendir, kurang pengarahan, dan
disiplin; mereka hanya mencapai beberapa tujuan. Setiap kelompok atau organisasi
membutuhkan pemimpin, baik pemimpin yang timbul sendiri dari kelompok tau yang
ditugaskan. Bahkan kelompok/organisasi yang menggunakan pendekatan partisipasif
terhadap pemecahan masalah juga membutuhkan adanya konseling, bimbingan, dan
masukan yang hanya dapat diberikan oleh pemimpin yang dihargai.

Tidak ada satu faktor pun yang memberikan lebih banyak manfaat terhadap sebuah
organisasi daripada pemimpin yang efektif. Pemimpin diprlukn untuk menentukan
tujuan, mengalokasikan sumberdaya yangblangka, memfokuskan perhatian pada
tujuan-tujuan perusahaan, mengkoordinasikan perubahan, membina kontak antar
pribadi dengan pengikutnya, menetapkan arah yang benar atau yang paling baik bila
kegagalan terjadi. Semata-mata merupakan kenyataan hiduplah bahwa kelompok-
kelompok dengan pemimpin dapat melakukan hal-hal tersebut secara lebih efisien dan
lebih benar daripada kelompok tanpa pemimpin.

Prestasi total sebuah bisnis terutama ditentukan oleh sikap dan tindakan dari sang
wirausaha. Efektivitas wirausaha sebagai pemimpin ditentukan oleh hasil-hasil yang
dicapai wirausaha.
Wirausaha yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil, baik yang memimpin
beberapa atau beratus-ratus karyawan. Dari hakikat pekerjaannya mereka adalah
pemimpin, karena mereka harus mencari peluang-peluang; memulai proyek-proyek
mengumpulkan sumber daya manusia dan finansial yang diperlukan untuk
melaksanakan proyek, menentukan tujuan-tujuan untuk mereka sendiri dan orang lain;
dan memimpin serta membimbing orang lain untuk mencapai tujuan.

Seorang pemimpin yang efektif akan selalu mencari cara-cara yang lebih baik. Seseorang
dapat menjadi pemimpin yang berhasil, jika percaya pada pertumbuhan yang
berkesinambungan, efesiensi yang meningkat dan keberhasilan yang berkesinambungan
dari perusahaan yang dipimpin.

Pimpinan perusahaan merupakan unsur pokok dan sumber yang langka di dalam setiap
perusahaan. Statistik perkembangan perusahaan menunjukkan bahwa setiap 100
perusahaan yang baru berdiri, kira-kira 50% gagal dalam tempo 2 tahun dan pada akhir
tahun kelima hanya tinggal 30% yang masih jalan. Pada umumnya kegagalan itu
disebabkan oleh kepemimpinan yang tidak efektif, mereka tidak mampu memimpin
karyawan, tidak bisa bekerja sama dengan oarng lain atau mereka tidak bisa menguasai,
mengendalikan diri sendiri. Berbagai kekeliruan terjadi di bawah kepemimpinannya.
Misalnya karyawan tidak bisa dimotivasi untuk bekerja lebih baik, kurang disiplin,
demikian pula dengan relasi perusahaan tidak terjalin kerjasama yang baik, dan juga
perilaku pemimpin sendiri yang tidak bisa menjadi contoh. Seorang wirausaha yang
baik adalah seorang pemimpin dalam bisnis, haruslah yang dapat menguasai dan
mengembangkan diri sendiri, dan juga mampu menguasai serta mengarahkan dan
mengembangkan para karyawannya.
2. Definisi Kepemimpinan
Banyak definisi diberikan tentang kepemimpinan, antara lain:
39 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
 George R.Terry, Leadership is the activit of influencing people to strive willingly for group
objectives.
 Stoner, kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian penngaruh pada
kegiata-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
 Harold Koontz and Cyril O’Donnell, state that leadership is influencing people to follow
in the achivement of a common goal.
 Handbook of Leadership, memberikan definisi kepemimpinan sebagai “suatu interaksi
antar anggota suatau kelompok. Pemimpin merupakan agen perubahan, orang yang
perilakunya akan lebih memengaruhi orang lain daripada perilaku orang lain yang
memengaruhi mereka. Kepemimpinan timbul ketika satu anggota kelompok
mengubah motivasi atau kompetensi anggota lainnya di dalam kelompok”.

Banyak lagi definisi tentang kepemimpinan, sama seprti banyaknya orang yang
membuat definisi itu. Ada tiga implikasi penting yang tercakup dalam kepemimpinan
dari beberapa definisi di atas yaitu:

Pertama, kepemimpinan melibatkan orang lain, seperti bawahan atau para pengikut.
Seorang wirausaha akan berhasil apabila dia berhasil memimpin karyawannya atau
pembantu-pembantu yang mau bekerjasama dengan dia untuk memajukan perusahaan.
Jadi wirausaha harus pandai merangkul dan melibatkan para karyawan dalam segala
aktivitas perusahaan. Untuk melibatkan para karyawan, kemungkinan pemimpin harus
menggunakan berbagai cara misalnya memberi hadiah, member nasehat, memberi
imbalan yanng cukup kepada karyawan, dan sebagainya.

Kedua, kepemimpinan menyangkut pembagian kekuasaan. Para wirausaha


mempunyai otoritas untuk memberikan sebagian kekuasaan kepada karyawan atau
seorang karyawan yang diangkat menjadi pemimpin pada bagian-bagian tertentu.
Dalam hal ini seorang wirausaha telah membagikan kekuasaannya kepada karyawan
lain untuk bertindak atas nama dia. Selanjutnya segala macam informasi sebagai hasil
dari pengawasan dan pelaksanaan pekerjaan dapat dimonitor oleh pimpinan.

Ketiga, kepemimpinan menyangkut penanaman pengaruh dalam rangka mengarahkan


para bawahan. Seorang wirausaha tidak hanya mengingatkan apa yang harus
dikerjakan oleh karyawan tetapi juga harus mampu memajukan perusahaan. Seorang
wirausaha juga harus dapat memberi contoh yang baik, bagaimana melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan yanng diperintahkan.

3. Sebab-sebab Munculnya Pemimpin


Menurut Kartini Kartono (1983:29), ada tiga teori yang menjelaskan bagaimana
munculnya pemimpin:

a. Teori Genetis
Teori ini menyatakan bahwa pemimpin itu sudah ada bakat sejak lahir dan tidak
dapat dibuat. Dia memeng sudah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin.
Teori ini menganut pandangan deterministis artinya pandangan yang sudah
ditentukan sejak dulu.
40 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan

b. Teori Sosial
Teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin tidak dilahirkan akan tetapi seorang
calon pemimpin dapat disiapkan, dididik dan dibentuk agar dia menjadi pemimpin
yang hebat di kemudian hari. Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui
pendidikan dan dorongan berbagai pihak.

c. Teori Ekologis atau Sintetis


Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan sukses menjadi pemimpin apabila dia
memang memiliki bakat-bakat pemimpin. Kemudian bakat ini dikembangkan
melalui pendidikan, dorongan, dan pengalaman yang akan membentuk pribadi
sebagai seorang pemimpin.

4. Pendekatan-pendekatan Studi Kepemimpinan


Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai
pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku, dan situasional (“contingency”) dalam studi
tentang kepemimpinan. Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu
kombinasi sifat-sifat (traits) yang tampak. Pendekatan kedua bermaksud
mengidentifikasi perilaku-perilaku (behaviors) pribadi yang berhubungan dengan
kepemimpinan efektif.

Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki
sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku tertentu akan muncul sebagai
pemimpin dalam situasi kelompok apapun di mana dia berada.
Pemikiran dan penelitian sekarang mendasarkan pada pendekatan ketiga, yaitu
pandangan situasional tentang kepemimpinan. Pandangan ini menganggap bahwa
kondisi yang menentukan efektivitas kepemimpinan bervariasi dengan situasi/tugas-
tugas yang dilakukan, ketrampilan dan pengharaan bawahan, dan sebagainya.
Pandangan ini telah menimbulkn pendekatan “contingency” pada kepemimpinan, yang
bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor situasional yang menentukan seberapa
besar efektivitas situasi gaya kepemimpinan tertentu.

Ketiga pendekatan tersebut akan dibahas secara kronologis, sebagai berikut:

a. Pendekatan Sifat-sifat (Traits Approach)


Para teoritisi kesifatan adalah kelompok pertama yang bermaksud menjelaskan
tentang aspek kepemimpinan. Mereka percaya bahwa para pemimpin memiliki ciri-
ciri atau sifat-sifat tertentu yang menyebabkan mereka dapat memimpin para
pengikutnya. Daftar sifat-sifat ini dapat menjadi sangat panjang tetapi cenderung
mencakup energi, pandangan, pengetahuan dan kecerdasan, imajinasi, kepercayaan
diri, integritas, kepandaian berbicara, pengendalian dan keseimbangan mental
maupun emosional, bentuk fisik, pergaulan sosial dan persahabatan, dorongan,
antusiasme, berani, dan sebagainya.
Antara pemimpin dan bukan pemimpin dapat dilihat dengan mengidentifikasi sifat-
sifat kepribadiannya. Pendekatan psikologis ini untuk sebagian besar didasarkan
41 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
atas pengakuan umum bahwa perilaku individu untuk sebagian ditentukan oleh
struktur kepribadian.

Usaha sistemik pertama yang dilakukan oleh para psikolog dan para peneliti untuk
memahami kepemimpinan adalah mengidentifikasikan sifat-sifat pemimpin.
Sebagian besar penelitian-penelitian awal tentang kepemimpinan ini bermaksud
untuk:
1) membandingkan sifat-sifat orang yang menjadi pemimpin dengan sifat-sifat
yang menjadi pengikut (tidak menjadi pemimpin), dan
2) mengidentifikasi ciri-ciri dan sifat-sifat yang dimiliki oleh para pemimpin efektif.

Berbagai studi pembandingan sifat-sifat pemimpin dan bukan pemimpin, sering


menemukan bahwa pemimpin cenderung mempunyai tinngkat kecerdasan lebih
tinggi, lebih ramah, dan lebih percaya diri daripada yang lain dan mempunyai
kebuthan akan kekuasaan lebih besar. Tetapi kombinasi sifat-sifat tertentu yanng
akan membedakan antara pemimpin atau calon pemimpin dari pengikut, belum
pernah ditemukan.

Penelitian lain mencoba untuk membandingkan sifat-sifat pemimpin yang efektif


dan tidak efektif. Berbagai sifat dipelajari untuk menentukan apakah hal-hal tersebut
berhubungan dengan kepemimpinan efektif. Seorang peneliti, Edwin Ghiselli, dalam
penelitian ilmiahnya telah menunjukkan sifat-sifat tertentu yang tampaknya penting
untuk kepemimpinan efektif. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory ability) atau


pelaksanan fungsi-fungsi dasar manajemen, terutama pengarahan dan
pengawasan pekerjaan orang lain.

Sifat-sifat  perilaku  situasional - contingency

2) Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggungjawab


dan keinginan sukses.
3) Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kraetif dan daya pikir.
4) Ketegasan, atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan
memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.
5) Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk
menghadapi masalah.
6) Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan
serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau inovasi.

Sedangkan Keith Davis mengikhtisarkan emapt ciri/sifat utama yang mempunyai


pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan organisasi:
1) Kecerdasan,
2) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial,
3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi, dan
4) sikap-sikap hubungan manusiawi.
42 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan

Ada banyak keterbatasan dalam pendekatan yang melihat sifat-sifat kepemimpinan.


Sebagai contoh, telah banyak orang tahu tentanng tokoh-tokoh seperti Napoleon,
Alexander the Great, Abraham Lincoln, Soekarno, Mahatma Gandhi, Mao Tse-Tung,
Adolf Hitler, Winston Churchill, Suharto, Abdurahman Wahid, Megawati, Susilo
Bambang Yudhoyono dan sebagainya, yang dalam berbagai hal berbeda satu dengan
yanng lain. Namun, tidak tampak sifat-sifat kepemimpinan yang ditemukan secara
umum pada semua tokoh tersebut. Dalam kenyataannya, banyak dari mereka
mempunyai sifat yang berbeda. Ada juga berbagai kasus di mana seorang pemimpin
sukses dalam suatu situasi tetapi tidak dalam situasi lain.

Akhirnya, walaupun semua sifat yang dikemukakan para peneliti dapat menjadi
yang diinginkan ada dalam diri pemimpin, tetapi tidak satupun sifat yang secara
absolute esensial. Namun demikian sifat-sifat kepemimpinan perlu dikembangkan
sebagi upaya untuk melahirkan pemimpin.

5. Mengembangkan Sifat Kepemimpinan


Sifat-sifat kepemimpinan harus dikembangkan sendiri karena sifat-sifat ini berbeda-
beda pada setiap orang. Kesadaran bahwa Anda sendiri yang menentukan kadar
kemampuan kepemimpinan Anda, akan membantu Anda dalam upaya melakukan
perbaikan-perbaikan. Tidak ada cara terbaik untuk menjadi pemimpin.

Para wirausaha adalah individu-individu yang telah mengembangkan gaya


kepemimpinan mereka sendiri. Jika Anda meniru secara buta seorang pemimpin lain,
atau seperangkat ciri-ciri ideal pemimpin, maka bakat dan keterampilan kepemimpinan
Anda tidak akan pernah berkembang sepenuhnya.

Keperibadian Anda akan ikut memengaruhi perilaku kepemimpinan Anda. Pekerjaan


Anda sekarang harus dapat memberikan sejumlah peluang untuk mempraktekan
kepemimpinan. Situasi untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan Anda dapat
ditemui dalam kegiatan-kegiatan sehari-hari Anda dan dalam pergaulan Anda dengan
karyawan Anda. Cara yang baik untuk mempraktekkan ketrampilan Anda adalah
dengan menyadari adanya peluang-peluang untuk menunjukkan kemampuan Anda
memimpin dalam kegiatan sehari-hari. Uji coba kemampuan Anda dalam memimpin ini
akan menyiapkan Anda untuk peranan kepemimpinan yang lebih penting.

Sebagai seorang pemimpin Anda bertanggung jawab untuk mengembangkan karyawan


dengan cara yang paling efektif. Karena karyawan merupakan harta yang paling penting
dalam organisasi Anda, harus Anda putuskan bagaimana meningkatkan prestasi setiap
orang. Setelah melakukan hal itu, Anda dapat merancangkan peluang-peluang bagi
mereka untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan individual mereka.
Anda pun harus menilai pengalaman-pengalaman mereka untuk mengukur
keberhasilan mereka dan kegiatan serta tanggungjawab tambahan yang dapat mereka
pikul di masa depan.

43 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
Semakin Anda berkualitas sebagai seorang pemimpin, semakin besarlah ketergantungan
Anda pada karyawan untuk mendukung dan memikul tanggungjawab Anda.
Mendelegasikan tanggung jawab akan mengembangkan rasa percaya dan keyakinan
yang diperlukan karyawan Anda untuk mencapai potensi mereka sepenuhnya. Kalau
potensi karyawan Anda terwujud, maka potensi Anda sebagai pemimpin pun juga
tercapai.

Untuk sebagian besar, kepemimpinan adalah suatu sikap yang terlihat dalam ancangan
para wirausaha terhadap pencapaian tugas-tugasnya. Pemimpin biasanya bersedia
menerima tantangan yang mengandung baik risiko maupun peluang yang besar.
Seorang pemimpin mengerti tugas keseluruhan yang harus dicapai dan seringkali
memutuskan cara-cara baru dan inovatif untuk mencapainya.

Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik ialah “perlakukanlah orang-orang lain
sebagaimana Anda ingin diperlakukan“. Berusaha memandang suatu keadaan dari
sudut pandang orang lain, akan ikut mengembangkan sebuah sikap tepo sliro.

6. Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach)


Di akhir tahun 40-an, peneliti mlai mengeksplorasi pemikiran bahwa bagaimana
seseorang berperilaku menentukan keefketifan kepemimpinan seseorang. Daripada
berusaha menemukan sifat-sifat, maka selanjutnya para peneliti meneliti perilaku dan
pengaruhnya pada prsetasi dan kepuasan dari pengikut-pengikutnya.

Pada tahun 1947, Rensis Likert mulai mempelajari bagaimana cara yang paling baik
unuk mengelola usaha dari individu-individu untuk mencapai kinerja dan kepuasan
sebagaimana yang diinginkan. Tujuan dari kebanyakan penelitian kepemimpinan yang
diilhami oleh Tim Likert di University of Michigan (UM) adalah untuk menemukan
prinsip dan metode kepemimpinan yang efektif. Kriteria keefektifan yang digunakan
dalam banyak studi tersebut adalah:
1) Produktivitas per jam kerja, atau pengukuran lainnya yang mirip dari keberhasilan
organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan produksinya.
2) Kepuasan kerja dari anggota organisasi.
3) Tingkat turnover, absensi, dan sakit hati.
4) Baiya
5) Bahan terbuang
6) Motivasi karyawan dan manajerial.

Studi dilakukan pada berbagai jenis organisasi: kimiawi, elektronik, makanan, peralatan
berat, asuransi, petroleum, sarana umum, rumah sakit, bank, dan agen pemerintahan.
Data didapat dari ribuan karyawan yanng melakukan berbagai macam tugas, mulai dari
pekerjaan yang tidak terampil sampai dengan pekerjaan penelitian dan pengembangan
yang berketerampilan tinggi. Melalui wawancara dengan pemimpin dan pengikutnya,
peneliti mengidentifikasikan dua gaya kepemimipinan yang berbeda, disebut sebagai
job-centered/ berpusat pada pekerjaan dan employee-centered/ berpusat pada karyawan.

44 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
Pemimpin yang job-centered/berpusat pada pekerjaan (tugas) menerapkan
pengawasan ketat sehingga bawahan melaksanakan tugas dengan menggunakan
prosedur yang telah ditentukan. Pemimpin ini mengandalkan kekuatan paksaan,
imbalan, dan hukuman untuk memengaruhi sifat-sifat dan prestasi penngikutnya.

Perhatian pada orang dilihat sebagai suatu hal mewah yang tidak dapat selalu dipenuhi
pemimpin. Seorang pemimpin dengan orientasi pekerjaan/tugas cenderung
menunjukkan pola-pola perilaku berikut :

1) Merumuskan secara jelas peranannya sendiri maupun peranan staffnya.


2) Menetapkan tujuan-tujuan yang sukar tetapi dapat dicapai, dan memberitahukan
orang-orang apa yang diharapkan dari mereka.
3) Menentukan prosedur-prosedur untuk mengukur kemajuan dan untuk mengukur
pencapaian tujuan itu, yakni tujuan-tujuan yang dirumuskan secara jelas dan khas.
4) Melaksanakan peranan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan,
mengarahkan dan membimbing, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang
berorientasi pada tujuan.
5) Berminat mencapai peningkatan produktivitas.

Pemimpin yang kadar orientasi-pekerjaannya rendah cenderung menjadi tidak aktif


dalam mengarahkan perilaku yang beorientasi tujuan, seperti perencanaan dan
penjadwalan. Mereka cenderung bekerja seperti para karyawan lain dan tidak
membedakan peranan mereka sebagai pemimpin organisasi secara jelas.

Pemimpin yang berpusat orang/karyawan, percaya dalam mendelegasikan


pengambilan keputusan dan membantu penngikutnya dalam memuaskan
kebutuhannya dengan cara membentuk suatu lingkungan kerja yang suportif.

Pemimpin yang berpusat pada karyawan memiliki perhatian dan memotivasi terhadap
kemajuan, pertumbuhan, dan prestasi pribadi pengikutnya dan membina hubungan
manusiawi. Tindakan-tindakan ini diasumsikan dapat memajukan pembentukan dan
perkembangan kelompok. Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung
menunjukkan pola-pola perilaku berikut :
1) Menunjukkan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam organisasi dan
menghilangkan ketegangan, jika timbul.
2) Menunjukkan perhatian pada orang sebagai manusia dan bukan sebagai alat
produksi saja.
3) Menunjukkan pengertian dan rasahormat pada kebutuhan-kebutuhan, tujuan-
tujuan, keinginan-keinginan, perasaan dan ide-ide karyawan.
4) Mendirikan komunikasi timbal balik yang baik dengan staff.
5) Menerapakan prinsip penekanan ulang untuk meningkatkan prestasi karyawan.
Prinsip ini menyatakan bahwa perilaku yang diberi imbalan akan bertambah dalam
frekuensinya, dan bahwa perilaku yang tidak diberi imbalan (dihukum) akan
berkurang dalam frekuensinya.
6) Mendelegasikan kekuasaan dan tanggungjawab, serta mendorong inisiatif.
7) Menciptakan suatu suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi.
45 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan

Pemimpin yang orientasi-orangnya rendah cenderung bersikap dingin dalam hubungan


dengan karyawan mereka, memusatkan perhatian pada prestasi individu dan
persaingan ketimbang kerjasama, serta tidak mendelegasikan kekuasan dan
tanggungjawab. Orang-orang yang orientasi-orangnya tinggi belum tentu merupakan
orang-orang yang ramah dan sosial; melainkan mereka dapat menangani pelbagai
macam orang dengan efektif. Mereka menunjukkan ketrampilan yang tinggi dalam
bidang hubungan antar manusia. Dalam hubungan mereka dengan karyawan, mereka
cenderung memberikan nasehat, mengkoordinasi, mengarahkan dan mengambil inisiatif
daripada mengkritik, melarang dan menghakimi. Mereka bersifat membujuk ketimbang
menghukum. Mereka memberikan pengaruh kuat dan pengarahan yang kuat namun
dengan cara yang tidak menimbulkan dendam.

Ciri-ciri umum yang terdapat pada pemimpin yang orientasi-karyawannya tinggi


meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Mereka mengerti kebutuhan, tujuan-tujuan, nilai-nilai, batas-batas dan kemampuan
mereka sendiri. Pengertian dan pengetahuan tentang diri sendiri ini merupakan
suatu prasyarat yang diperlukan untuk hubungan yang baik dengan orang lain.
2) Mereka peka terhadap kebutuhan orang lain; mereka membantu orang untuk
memenuhi kebutuhan ini. Melalui berkomunikasi dengan para karyawan mereka,
para pemimpin dapat mengarahkan usaha-usahanya secara lebih efektif sehingga
tujuan perusahaan dan kebutuhan karyawan, kedua-duanya berjalan seiring.
3) Mereka dapat menerima dan menghargai nilai-nilai dan gaya hidup yang berlainan.
Mereka menunjukkan kemampuan dan kesediaan untuk berhubungan dengan
orang-orang yang sama sekali berbeda dengan mereka.
4) Mereka melibatkan para karyawan mereka dalam tujuan perusahaan dengan
memahami kebutuhan-kebutuhan mereka dan mendelegasikan kekuasaan serta
membagi tanggungjawab.
5) Mereka memiliki ketrampilan berkomunikasi yang baik, mereka mendengarkan,
mengajukan pertanyaan, berdiskusi dan berdebat, dan menggunakan informasi yang
mereka terima untuk mengarahkan dan melibatkan karyawan mereka dalam
tindakan yang efektif.

Telah terjadi perdebatan untuk mencari jawaban, apakah ada gaya kepemimpinan
normatif atau ideal. Perdebatan ini biasanya berpusat pada gagasan ideal itu ada: yaitu
gaya yang secara aktif melibatkan bawahan dalam penetapan tujuan dengan
menggunakan teknik-teknik manajemen partisipatif dan memusatkan perhatian baik
terhadap karyawan dan pekerjaan. Banyak praktisi manajemen merasa konsep tersebut
membuat peningkatan prestasi dan perbaikan sikap.

Di lain pihak, beberapa penelitian membuktikan pula bahwa pendekatan otokratik di


bawah berbagai kondisi, pada kenyataannya lebih efektif dibanding pendekatan lain.
Jadi pengalaman-pengalaman kepemimpinan mengungkapkan bahwa dalam berbagai
situasi pendekatan partisipatif yang lebih efektif; atau pendekatan orientasi
pekerjaan/tugas dibanding pendekatan orientasi karyawan dari sisi lain. Kesimpulan

46 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
yang dapat dibuat, bahwa kepemimpinan adalah kompleks dan gaya kepemimpinan
yang paling tepat tergantung pada beberapa variabel yang saling berhubungan.

7. Pendekatan Situasional – Contingency


Pendekatan kesifatan dan perilaku belum sepenuhnya dapat menjelaskan
kepemimpinan. Di samping itu, sebagian besar penelitian menyimpulkan bahwa tidak
ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manajer di bawah seluruh
kondisi. Maka teori kepemimpinan situasional mengusulkan bahwa keefektifan
kepemimpinan tergantung pada kesesuaian antara kepribadian, tugas, kekuatan, sikap,
persepsi dan situasi. Teori situasional yang terkenal adalah:
1) rangkaian kesatuan kepemimpinan dari Tannembaum dan Schmidt,
2) toeri “contingency” dari Fiedler, dan
3) teori siklus-kehidupan dari Harsey dan Blanchard.

8. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Kepemimpinan


Mary Parker Follet, yang mengembangkan Hukum Situasi, mengatakan bahwa ada tiga
variabel kritis yang memengaruhi gaya kepemimpinan, yaitu (1) pemimpin, (2) pengikut
atau bawahan, dan (3) situasi. Ketiganya saling berhubungan dan beriteraksi, seperti
ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Follett juga menyatakan bahwa para pemimpin seharusnya berorientasi pada kelompok
dan bukan berorientasi pada kekuasaan.

Rangkaian Kesatuan Kepemimpinan Tannenbaum dan Schmidt


Robert Tannenbaum dan Warren Ha.Schmidt adalah di antara para teoritisi yang
menguraikan berbagai faktor yang memengaruhi pilihan gaya kepemimpinan oleh
manajer. Mereka mengemukakan bahwa manajer harus mempertimbangkan tiga
kumpulan “kekuatan” sebelum melakukan pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu:

a) Kekuatan-kekuatan dalam diri manajer, yang mencakup:


a) sistem nilai,
b) kepercayaan terhadap bawahan,
c) kecenderungan kepemimpinan sendiri, dan
d) perasaan aman dan tidak aman.
b) Kekuatan-kekuatan dalam diri para baahan, meliputi:
a) kebutuhan mereka akan kebebasan,
b) kebutuhan mereka akan peningkatan tanggungjawab,

47 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
c) apakah mereka tertarik dalam dan mempunyai keahlian untuk penanganan
masalah, dan
d) harapan mereka mengenai keterlibatan dalam pembuatan keputusan.
c) Kekuatan-kekuatan dari situasi, mencakup:
a) tipe organisasi,
b) efektivitas kelompok,
c) desakan waktu, dan
d) sifat masalah itu sendiri.

Konsep Tannenbaum dan Schmidt ini disajikan sebagai suatu rangkaian kesatuan
kepemimpinan (leadership continum). Pendekatan yang paling efektif sebagai manajer,
menurut mereka, adalah sedapat mungkin fleksibel, maupun memilih perilaku
kepemimpinan yang dibutuhkan dalam waktu dan tempat tertentu.

9. Teori “Contingency” dari Fiedler


Suatu teori kepemimpinan yang komplek dan menarik adalah contingency model of
leadership effectiveness dari Fred Fiedler. Pada dasarnya, teori ini menyatakan bahwa
efekivitas suatu kelompok atau organisasi tergantung pada interaksi antara kepribadian
pemimpin dan sitasi. Situasi dirumuskan dengan karakteristik:
a) Derajat situasi di mana pemimpin menguasai, mengendalikan dan memengaruhi
situasi, dan
b) derajat situasi yang mengahadapkan manajer dengan ketidak pastian.

Fiedler mengidentifikasikan ketiga unsur dalam situasi kerja ini untuk membantu
menentukan gaya kepemimpinan mana yang akan efektif yaitu hubungan pimpinan
anggota, struktur tugas, dan posisi kekuasaan pemimpin yang didapatkan dari
wewenang formal. Studi Fiedler ini tidak melibatkan variabel-variabel situasional
lainnya, seperti motivasi dan nilai-nilai bawahan, pengalaman pemimpin dan anggota
kelompok.

Sitasi dinilai dalam istilah situasi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.
Situasi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan apabila dikombinasikan
dengan gaya kepemimpinan berorientasi tugas akan efektif. Bila situasi yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan hanya moderat, tipe kepemimpinan
hubngan manusiawi yang toleran dan lunak akan sangat efektif.

Maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi pemimpin yang paling efektif, mereka
perlu menyesuaikan gaya-gaya kepemimpinannya terhadap situasi. Bila pemimpin
mempunyai keterbatasan dalam kemampuan mereka untuk mengubah kepribadian
dasar dan gaya kepemimpinannya, situasi harus diubah, atau pemimpin harus dipilih
yang gayanya cocok dengan situasi yang ada. Tetapi seharusnya pemimpin dapat
mengubah-ubah gaya-gaya kepemimpinan mereka untuk memenuhi
persayaratan/kebutuhan situasi tertentu dan seharusnya mereka dapat belajar untuk
menjadi pemimpin yang efektif.

48 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan

10. Teori Siklus-Kehidupan dari Harsey dan Blanchard


Satu lagi teori kepemimpinan penting yang mempergunakan pendekatan “contingency”
adalah teori siklus kehidupan (Life-cycle theory) dari Paul Harsey dan Kenneth Blanchard.
Teori ini sangat dipengaruhi oleh penelitian-penelitian kepemimpinan sebelumnya.

Konsep dasar teori siklus-kehidupan adalah bahwa strategi dan perilaku pemimpin
harus situsional dan terutama didasrkan pada kedewasaan atau ketidakdewasaan para
pengikut. Definisi-definisi berikut akan membantu untuk memahami teori ini:

Kedewasaan (maturity) adalah kapasitas/kemampuan individu atau kelompok untuk


menetapkan tujuan tinggi tetapi dapat dicapai, dan keinginan dan kemampuan mereka
untuk mengambil tanggung jawab. Vaiabel-variabel kedewasaan ini yang
dipertimbangkan hanya dalam hubungannya dengan tugas tertentu yang dilaksanakan.

Perilaku tugas adalah tingkat di mana pemimpin cenderung untuk mengorganisasikan


dan menentukan peranan-peranan para pengikut, menjelaskan setiap kegiatan yang
dilaksanakan, kapan, di mana, dan bagaiman tugas-tugas diselesaikan. Ini tergantung
pola-pola perancangan organisasi, saluran komunikasi, dan cara-cara penyelesaian
pekerjaan.

Perilaku hubungan, berkenaan dengan hubungan pribadi pemimpin dengan individu


atau apra anggota kelompoknya. Iini mencakup besarnya dukungan yang disediakan
oleh pemimpin dan tingkat di mana pemimpin menggunakan komunikasi antar pribadi
dan perilaku pelayanan.

Pentingya fleksibilitas
Dalam organisasi, seperti dalam kehidupan lainnya, dibutuhkan fleksibilitas. Ini
membantu untuk menanggapi terhadap orang-orang dan situasi secara tepat dan
membuat penyesuaian bila terjadi penyimpangan dari antisipasi. Sebagai manajer,
semua oarng harus berhati-hati terhadap berbagai macam gaya kepemimpinan yang
tersedia. Pengetahuan tentang teori akan membantu untuk mengidentifikasikan perilaku
kepemimpinan yang paling tepat. Tetapi semua orang juga harus menggunakan
pengamatannya sendiri untuk memelajarinya melalui analisa terhadap hasil-hasil.
Sebagai manajer, perilaku kepemimpinannya akan dipelajari pada jabatannya, saat
berinteraksi dengan para bawahan.

11. Tipe Kepemimpinan


Dalam Kartini Kartono (1983:69), ada beberapa tipe kepemimpinan yang dikenal adalah
sebagai berikut:
1) Tipe Kharismatis
2) Tipe Paternalistis dan maternalistis
3) Tipe Militeristis
4) Tipe Otokratis
49 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
5) Tipe Laissez Faire
6) Tipe Populistis
7) Tipe Administratif
8) Tipe Demokratis

Pemimpin kharismatik merupakan kekuatan energi, daya tarik yang luar biasa yang
akan diikuti oleh para pengikutnya. Pemimpin ini mempunyai keistimewaan tertentu
misalnya mempunyai kekuatan gaib, manusia super, berani, dan sebagainya.

Tipe paternalistis bersikap melindungi bawahan sebagai seorang bapak atau sebagai
seoranng ibu yang penuh kasih sayang. Pemimpin tipe ini kurang memberikan
kesempatan kepada karyawan untuk berinisiatif dan mengambil keputusan.

Tipe militeristis banyak menggunakan sistem perintah, sistem komando dari atasan ke
bawahan sifatnya keras sangat otoriter, menghendaki bawahan agar selalu patuh, penuh
acara formalitas.

Tipe otokratis berdasarkan kepada kekuasaan dan paksaan yanng mutlak harus
dipatuhi. Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal dia menjadi raja. Setiap
perintah ditetapkan tanpa konsultasi, kekuasaan sangat absolut.

Tipe laissez faire ini membiarkan bawahan berbuat semaunya sendiri semua
pekerjaan dan tanggung jawab dilakukan oleh bawahan. Pemimpinnya hanya
merupakan simbol yang tidak memiliki keterampilan. Pemimpin ini tidak
berwibawa, tidak mampu mengawasi karyawan, tidak mampu mengkoordinasi
suasanan kerja tidak kooperatif.

Tipe populistis ini mampu menjadi pemimpin rakyat. Dia berpegang pada nilai-nilai
masyarakat tradisional.

Tipe administratif ialah pemimpin yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas


administrasi secara efektif. Dengan kepemimpinan administratif diharapkan muncul
perkembangan tknis, manajemen modern dan perkembangan sosial.

Tipe demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan kepada


pengikutnya. Tipe ini menekankan pada rasa tanggung jawab dan kerjasama yang baik
antar karyawan. Kekuatan organisasi tipe demokrasi terletak pada partisipasi aktif dari
setiap karyawan.

12. Keterampilan Kepemimpinan (Ladership Skills )


Menurut Keith Davis, ada tiga keterampilan kepemimpinan, yaitu: a) Technical Skills, b)
Human Skills, dan c) Conceptual Skills
Technical Skills, berarti suatu kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemmpin untuk
melaksanakan suatu pekerjaan. Walaupun seorang wirausaha merupakan pemimpin
yang dapat menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu pekerjaan, namun dia harus

50 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
mampu melaksanakan sendiri pekerjaan-pekerjaan tertentu. Maksudnya dapat
melakukan pekerjaan tersebut adalah agar dia mampu melaksanakan pengawasan
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh karyawannya. Keterampilan tersebut misalnya
keterampilan pembukuankeuangan, mengetik, pekerjaan computer dasar,
menggunakan bberapa alat sederhana dan sebagainya.

Human Skills, berarti kemampuan untuk bekerja sama dan membangun tim kerja
bersama orang-orang lain.

Conceptual Skills berarti seorang wirausaha harus mampu berpikir dan


mengungkapkan pemikirannya dalam bentuk model kerangka kerja dan konsep lain
dalam memudahkan pekerjaan.

Pandangan lain menyatakan bahwa skills yang diperlukan dalam kewirausahaan dapat
diklasifikasikan dalam tiga hal, yaitu:

a) Technical Skills seperti:


 Menulis, ini diperlukan untuk mencatat apa yang perlu dicatat, dan dijadikan
dokumen perusahaan yang mungkin diperlukan di lain kesempatan, tahun
depan misalnya. Atau keterampilan menulis diperlukan guna membuat sebah
memo yang menarik dalam hubungan dengan pihak lain, apakah dengan
karyawan ataupun dengan pihak eksternal atau pada seluruh stakeholder bisnis.
 Komunikasi lisan, jeas sangat penting buat berbicara, meyakinkan, negosiasi
dengan pihak lain dan menjalin networking.
 Menguasai linkungan, baik lingkungan internal perusahaan seperti dengan
karyawan maupun lingkungan eksternal dengan pihak pemasok,
pesaing,lingkungan sekitar lokasi perusahaan.
 Business Management, harus menguasai berbagai pengetahuan tentang
manajemen bisnis, bagaimana menggerakkan orang-orang, memotivasi, seni
memimpin, mengatasi konflik dalam organisasi, manajemen pemasaran,
keuangan, dan sebagainya.
 Teknologi ini mencakp berbagai teknologi untuk keperluan proses produksi,
teknologi komunikasi, komputer, peralatan kantor dan sebaginya.
 Hubungan antar manusia, harus dijalin hubungan harmonis dengan seluruh
lapisan karyawan dan dengan pihak luar perusahaan.
 Listening, seorang wirausaha harus mampu mendengar dan mampu
menerjemahkan apa yang didengar baik dari karyawan maupun dari pihak luar.
 Mampu menyusun organisasi, ini penting misalnnya pada saat kapan diperlukan
membentuk sebuah tim kerjasama, sitem kontrol, kapan perlu menambah
karyawan, ataupun melakukan “Downsizing” (perampingan organisasi).
 Membangun jaringan kerja, sekarang ini ada kecenderunga dunia usaha tidak
lagi bersaingan, akan tetapi satu sama lain saling mendekati/merangkul
membentuk jaringan usaha yang saling menguntungkan.
 Membimbing, seorang wirausaha harus mampu membimbing karyawan agar
dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan yang dikehendaki, jika perlu sanggup
memberi contoh.
51 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
 Membangun tim, ini diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan percepatan
pencapaian tujuan organisasi. Tim juga perlu guna membangun kebersamaan
yang kompak dalam organisasi.

b) Business Management Skills seperti:


 Merencanakan, seorang wirausaha harus mampu membuat rencana, baik global
maupun detail. Apabila dibuat rencana global, dapat pula dielaborasi oelh
karyawan dalam langkah-langkah yanng lebih rinci.
 Membuat keputusan, berdasarkan data atau informasi yang terkumpul seorang
wirausaha harus mampu secra cepat dan tepat mengambil keputusan, agar
jalannya usaha tidak goyang dalam keraguaguan.
 Pemasaran, mengetahui pasar sasaran, strategi pemasaran yang tepat untuk
mencapai target market yang telah ditetapkan serta mampu
mencari/mengumpulkan informasi sebgai bahan pengambilan keputusan.
 Keuangan meiliki keterampilan mencari sumber modal jangka panjang ataupun
jangka pendek, mampu melihat peluang-peluang yang ada taupun mencipatakan
peluang baru.
 Accounting, memiliki keterampilan mencatat, embaca penerimaan dan
pengeluaran keuangan, menghitung efisiensi dan sebagainnya.
 Negotiation, memiliki keterampilan berunding, rapat, tawar-menawar, loby
sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi bisnisnnya.
 Managing growth, pada saat pertumbuhan bisnis, harus mampu memimpin
perkembangan bisnis, menciptakan taktik dan strategi jitu menuju
perkembangan yang feasible sehingga tidak salah arah yang mengakibatkan
kerugian.

c) Personal Entrepreneurial Skills seperti:


 Disiplin, tetap berpijak pada landasan disiplin, tidak lupa daratan, tidak lengah.
 Mengambil resiko, terampil meramal resiko dan antisipasi resiko. Namun tidak
takut menghadapi resiko karena sudah diperhitungkan dengan menganalisis
data dan fakta yang ada, sehingga pada satu keputusan.
 Inovasi, memiliki keterampilan menggunakan hasil-hasil penelitian, hasil
penemuan baru dalam berbagai bidang bisnis, organisasi, finansial, operasional
dan sebagainya.
 Tepat dalam pekerjaan, mampu memberi contoh bagaimana bekerja yang baik,
bagaimana cara melakukan pekerjaan, dan sebagainya.
 Visioneary leader, memiliki pandangan jauh ke depan tentang bisnisnya, tidak
terpaku dengan keungtungan sekarang ini, tapi mampu menjangkau masa
depan.

II. MENGAMBIL RISIKO


Para wirausaha/pimpinan menyukai mengambil risiko realistik karena mereka ingin
berhasil: mereka mendapat kepuasan besar dalam melaksanakan tugas-tugas yang sukar
tetapi realistik dengan menerapkan keterampilan-keterampilan mereka. Jadi situasi risiko
kecil dan situasi risiko tinggi dihindari karena sumber kepuasan ini tidak mungkin terdapat

52 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
pada masing-masing situasi itu. Ringkasnya, wirausaha menyukai tantangan yang sukar
namun dapat dicapai.
Dengan bertambah besarnya perusahaan, maka bertambah banyak dan ruwetlah persoalan
perusahaan. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan menghendaki bahwa
pimpinan/wirausahawan tidak takut mengambil keputusan dan bersedia menerima risiko-
risiko tertentu. Kebanyakan orang takut mengambil risiko karena mereka ingin aman dan
mengelakkan kegagalan. Namun, semua tahap pekerjaan mengandung risiko, yang
merupakan bagian hakiki dari seorang wirausaha. Seorang wirausaha akan bekerja di
bawah tekanan-tekanan dan kondisi pengambilan risiko dan harus mengerti bahwa
kemungkinan gagal selalu ada.

1) Apakah Situasi Berisiko Itu?


Situasi berisiko terjadi jika diminta membuat pilihan antara dua alternatif atau lebih,
yang bakal hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara obyektif. Situasi ini
mengandung potensi kegagalan dan potensi sukses. Semakin besar kemungkinan
kerugian, semakin besar risikonya.

Sebagai pengambil risiko seorang wirausaha harus mengambil keputusan dalam situasi
penuh ketidakpastian, sambil menimbang kemungkinan sukses dan ruginya. Apakah
seorang wirausaha memilih alternatif yang "mengandung risiko" atau alternative
"konservatif", tergantung pada: (a) daya tarik setiap alternatif; (b) sejauh mana
wirausahawan bersedia rugi; (c) kemungkinan relatif sukses dan gagal; (d) seberapa jauh
wirausahawan dapat meningkatkan kemungkinan sukses dan mengurangi
kemungkinan gagal.
Umpamanya, Anda mungkin mempunyai sebuah pekerjaan yang aman, dengan gaji Rp
10 juta per tahun dan dengan kemungkinan promosi setiap lima tahun. Anda juga
mempunyai kemungkinan membeli sebuah perusahaan dengan masa depan tidak pasti,
tetapi gaji pemiliknya sekarang adalah Rp 20 juta per tahun. Perusahaan tersebut

mungkin bisa berhasil terus, atau mungkin juga gagal dalam waktu satu atau dua tahun.
Pilihan Anda tersebut terletak di antara tetap tinggal pada pekerjaan yang aman dengan
imbalan keuangan dan karir yang sedang-sedang saja dan dapat diramalkan, atau
mengambil risiko dan mungkin mendapat imbalan karir dan keuangan yang sangat
tinggi.
Ada orang yang sama sekali tidak mau mengambil risiko demikian, apapun
kemungkinan suksesnya. Mereka lebih suka tetap pada posisi aman. Orang lain lebih
"beringas", tidak puas dengan posisinya yang sekarang dan mencari "peluang-peluang
emas" agar cepat menjadi kaya. Orang-orang ini cenderung dipengaruhi oleh besarnya
jumlah imbalan yang ditawarkan. Mereka tidak memerhatikan kemungkinan sukses dan
tidak memertimbangkan tingkat usaha yang dikehendaki dari mereka. Tertarik oleh
harapan muluk tentang basil yang tinggi dengan usaha sedikit, mereka ini adalah
penjudi murni.

Penilaian situasi seorang wirausaha berlainan sekali dari pada kedua tipe orang di atas;
meskipun wirausaha juga mempunyai persamaan ciri-ciri dengan mereka. Perbedaan
hakiki terletak pada kenyataan bahwa seorang wirausaha akan menilai kemungkinan
53 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
sukses perusahaan itu, secara sistematik dan menyeluruh serta sampai di mana upaya-
upayanya dapat memengaruhi kemungkinan tersebut. la akan membeli bila upaya yang
dapat dilakukannya untuk meraih sukses besar.

Unsur lain yang penting dari ancangan wirausaha terhadap situasi pengambilan risiko
adalah kesediaan menerima tanggungjawab pribadi atas akibat-akibat keputusan, baik
yang menguntungkan maupun tidak. Orang lain merasa berat menerima tanggung
jawab atas keputusan-keputusan yang mungkin membawa kepada kegagalan, dan
mereka seringkali menghubung-hubungkan peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka
dengan nasib atau kekuatan-kekuatan di luar pengendalian mereka, seperti persaingan
dengan perusahaan besar atau campur-tangan pemerintah. Orang seperti ini mau
mempertaruhkan semuanya lalu hanya berharap-harap atau menolak semua situasi
risiko karena mereka merasa tak dapat memengaruhi hasilnya.

Kebanyakan ciri-ciri wirausaha saling berkaitan. Hal ini lebih-lebih berlaku pada
perilaku pengambilan risiko. Beberapa kaitan itu antara lain demikian:
a. Pengambilan risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan
bagian penting dalam mengubah ide menjadi realitas.
b. Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri. Semakin besar
keyakinan wirausaha pada kemampuan sendiri, semakin besar keyakinan wirausaha
akan kesanggupannya untuk memengaruhi hasil dari keputusan-keputusannya dan
semakin besar kesediaan wirausaha untuk mencoba apa yang dilihat orang lain
sebagai risiko.
c. Pengetahuan realistik seorang wirausaha mengenai kemampuankemampuannya
sendiri juga penting. Realisme demikian akan membatasi kegiatan-kegiatan
wirausaha pada situasi-situasi yang dapat dipengaruhi hasilnya.

Namun semua perilaku pengambilan risisko tidak sedingin dan seobyektif seperti apa
yang digambarkan di atas. Ada unsur kegairahan seorang wirausaha terhadap
ketidakpastian, dan ada dorongan serta antusiasme untuk memastikan bahwa
konsekuensi-konsekuensinya penuh dengan kesuksesan.

2) Pengambilan Risiko Pribadi


Pengambilan risiko adalah hal yang hakiki dalam merealisasi potensi diri sendiri sebagai
seorang wirausaha. Pengalaman dalam pengambilan risiko dalam hubungan pribadi
dengan isteri/suami, teman-teman dan tetangga-tetangga akan membantu wirausaha
memeroleh pengalaman untuk menilai kemungkinan-kemungkinan, mengambil risiko
seperlunya dan mengelakkan risiko yang kecil ganjaran potensialnya.

Pengambilan risiko dalam hidup wirausaha melibatkan suatu kesadaran akan peristiwa-
peristiwa lampau; suatu perhatian untuk masa depan; dan sebuah keinginan untuk
hidup di masa sekarang. Jika wirausaha tidak bersedia mengambil risiko, dia tidak akan
pernah dapat mewujudkan bakatnya. Pertumbuhan pribadi dan professional wirausaha
datang dari hidup di masa sekarang dan mengambil risiko yang perlu untuk mencapai
tujuan-tujuan wirausaha di masa depan.

54 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
Sebagai seorang wirausaha, haruslah sadar bahwa pertumbuhan datang dari
pengambilan keuntungan peluang-peluang masa sekarang dalam kehidupan pribadi
maupun bisnis dan pengambilan risiko untuk mencapai tujuan. Beberapa risiko yang
terpenting adalah risiko yang membawa wirausaha belajar mengenai sesuatu yang baru
tentang dirinya sendiri. Situasi-situasi yang mengandung risiko pribadi haruslah
menantang kemampuan dan kapasitas wirausaha sungguh-sungguh. Jangan remehkan
nilai diri sendiri, karena mungkin Anda mampu mencapai jauh lebih banyak daripada
yang Anda capai sekarang. Pengambilan risiko merupakan bagian penting dalam
pertumbuhan pribadi; juga berguna dalam menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis.

Memikul tanggung jawab pribadi atas tindakan sendiri mengurangi ketergantungan


pada orang lain. Wirausaha adalah orang yang bertanggungjawab, karena mereka
mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk menentukan masa depan mereka sendiri.
Jika orang lain bertanggungjawab atas tindakan-tindakan wirausaha, hal ini berarti
bahwa peranan wirausaha atas masa depannya sendiri kecil. Seseorang tidak akan dapat
hidup secara penuh karena orang tersebut tidak memikul tanggungjawab pribadi atas
perbuatannya sendiri. Kalau orang itu lalu sadar bahwa ada sesuatu yang salah dalam
kehidupannya, maka kinilah waktunya memikul tanggungjawab demi perbaikan. Jika
tidak, makin lama situasi akan makin buruk, dan problemnya semakin sukar
dipecahkan.

Risiko itu timbul ketika seseorang menerima tanggungjawab atas keputusan dan
tindakannya sendiri. Atas keputusan-keputusan itulah seseorang bertanggungjawab, hal
ini akan membantu dalam mengambil keputusan dengan keyakinan yang lebih besar
yang pada gilirannya akan mengurangi risiko.
Mungkin sukar memisahkan antara tujuan pribadi dengan tujuan bisnis karena
perusahaan merupakan bagian dari hidup wirausaha. Sebaiknya wirausahawan tidak
mengambil risiko yang lebih besar daripada yang dapat ditanggungnya. Ini merupakan
peringatan, karena ada masanya wirausaha tergoda untuk mempertaruhkan semuanya
demi satu ide. Sebagai seorang wirausaha janganlah mengambil risiko yang tidak perlu.

Wirausahawan harus dapat menguasai emosi dan hanya mengambil risiko jika
keuntungan-keuntungannya sama atau lebih besar daripada risiko yang terkandung.
Tugas pertama wirausaha adalah memutuskan apakah tujuan itu cukup penting untuk
dapat membenarkan risiko tersebut.
Dalam beberapa hal, wirausaha harus menggunakan intuisi dalam menilai tindakan apa
saja yang mengandung risiko. Intuisi seseorang akan ikut menentukan sampai sejauh
mana risikonya dan hasil-hasil yang mungkin diperoleh. Faktor-faktor yang paling
terwujud namun paling penting adalah bakat-bakat, kemampuan-kemampuan dan
pengalaman pribadi masa lampau.

Wirausaha bertanggungjawab atas segala sesuatu dalam hidupnya, termasuk


kesuksesan dan kegagalannya sendiri. Namun, sukses akan dapt diperoleh dengan lebih
mudah, jika wirausaha bersedia dan mampu mengambil risiko yang perlu dengan
penuh perhitungan.

55 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
3) Mengembangkan Ide-ide Kreatif
Pengambilan risiko dan kreativitas merupakan dua ciri penting para wirausaha. Dengan
berusaha menjadi lebih kreatif, wirausaha juga menjadi lebih sadar akan ide-ide yang
lebih produktif. Jika dapat memilih dari sejumlah ide-ide yang baik, maka wirauasaha
akan lebih siap mengambil risiko yang perlu untuk malaksanakan ide-idenya yang
paling produktif.
Sampai tingkat tertentu semua orang kreatif. Pada umumnya, dimungkinkan
mengembangkan bakat kreatif seseorang. Jika seseorang telah mengembangkan suatu
ide yang kreatif, mungkin risiko tertentu akan menyertai pelaksanaannya. Untuk
mengurangi risiko ditolaknya suatu ide, saran-saran berikut mungkin dapat menolong:

a) Coba utarakan ide Anda kepada ayah/ibu atau teman-teman Anda. Seringkali lebih
baik membicarakan suatu ide sebelum dituliskan. Menerangkan suatu ide akan
mengantar kepada suatu diskusi, yang akan menghasilkan suatu perbaikan. Hanya
setelah ide itu menjadi pasti, barulah
b) dituliskan.
c) Pilihlah tempat dan waktu untuk mengemukakan ide Anda kepada orang lain.
Janganlah mengusulkan ide Anda kepada perusahaan Anda sewaktu mengalami
krisis. Organisasi seharusnya berada dalam suatu keadaan kurang lebih stabil
sebelum ide baru diperkenalkan. Ketepatan waktu sangatlah penting dalam
mengemukakan suatu ide. Pilihlah waktu ketika orang lain paling terbuka terhadap
sesuatu yang baru.
d) Kemukakan ide Anda sedikit demi sedikit. Pertama-tama, ajukan konsep totalnya.
Dengan berlalunya waktu, dan dengan semakin tertariknya orang pada ide Anda,
barulah secara rinci dikemukakan.
Jangan pernah memaksakan ide Anda pada seseorang. Orang memerlukan waktu
sebelum dapat menerima sesuatu yang baru. Ide yang melibatkan masa depan
organisasi mengandung risiko. Setiap ada risiko biasanya agak ragu-ragu.

4) Tipologi Pengambil Risiko


Seseorang termasuk tipe pengambil risiko yang mana, sedikit banyak pada sejauh mana
dia dipengaruhi orang lain, pengalaman lalu, situasi dia sekarang dan pengharapan-
pengharapan dia terhadap masa depan. Dalam bisnis dibutuhkan pelbagai tips
pengambil risiko.
Pada tingkat-tingkat bawah organisasi dibutuhkan pekerja-pekerja yang terampil dalarn
melaksanakan hal-hal yang rutin, yang sedikit saja risikonya. Sebagian besar pekerja
harus termasuk ke dalam pengambil risiko tipe ini, karena perilaku mereka akan dapat
diramalkan dan akan membawa kestabilan organisasi.

Pada tingkat manajemen menengah, terdapat lebih banyak kemungkinan untuk


pengambilan risiko. Manajer-manajer tingkat menengah harus mendapat lebih banyak
kebebasan untuk berinovasi dan membuat perubahan-perubahan kecil dalam
prosedurprosedur dan fungsi-fungsi. Orang-orang ini dapat dianggap sebagai
pengambil risiko; namun dampak mereka atas keseluruhan organisasi haruslah minim.
Para wirausaha, yang berada pada tingkat teratas dalam struktur organisasi,
mempunyai kemampuan untuk merumuskan dan menerapkan ide-ide kreatif. Agar
56 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
berhasil dalam bisnis, wirausaha haruslah mengambil risiko dalam mewujudkan ide-ide
mereka menjadi kenyataan.

Beberapa wirausaha dapat disebut "praktis", karena organisasi mereka tumbuh


berdasarkan pengendalian dan pengarahan dari diri wirausaha sendiri. Wirausaha yang
praktis berorientasi kepada hasil dan cukup yakin akan ide-ide mereka hingga berani
menerima risiko demi terlaksananya ide itu. Namun, mereka cukup praktis untuk
menyadari keterbatasan dirinya dan akan membatasi kegiatan mereka sampai pada apa
yang mungkin terlaksana saja.
Wirausaha yang sangat kreatif dan inovatif biasanya adalah pengambil risiko yang
sedang-sedang saja. Mereka bersedia menerima perubahan, mencoba pelbagai alternatif
dan mengembangkan inovasi untuk barang dan jasa dalam bidang-bidang bisnis baru.
Para wirausaha yang sangat inovatif ini biasanya menjadi tokoh dalam bisnis.
Mereka mempunyai ide-ide dan mampu mencari kombinasi-kombinasi orang dan
sumber daya lain untuk mewujudkan ide mereka. Sebagai seorang wirausaha haruslah
menjadi seorang perencana dalam arti bahwa dapat membayangkan ide-ide kreatif
dapat digunakan. Namun, juga harus memilki kemampuan mengambil risiko agar
mampu melaksanakannya sampai berhasil.

5) Melaksanakan Perubahan
Dalam setiap kegiatan pertama-tama wirausaha/pemimpin harus dapat menentukan
apakah terkandung risiko atau tidak. Dalam suatu situasi risiko, kekuatan, posisi dan
kewenangan pemimpin akan mendapat tantangan. Jika pemimpin tahu bahwa ada
sesuatu yang salah dalam bisnisnya, pemimpin haruslah dapat menilai situasi itu secara
realistik dan mencoba memecahkannya. Pemimpin haruslah bersedia mengambil
tindakan korektif yang diperlukan, yang mungkin akan mengandung risiko tertentu.

Bila suatu keadaan risiko jelas bagi pemimpin, maka keputusan untuk mengambil risiko
atau tidak menjadi sangat penting. Jika pemimpin memutuskan untuk mengambil
risiko, pemimpin harus malaksanakan suatu rencana pasti dalam memulai tindakan.
Rencana-rencana alternatif boleh juga dirancang, kalau rencana pertama tidak berhasil.
Alternatif-alternatif ini memungkinkan fleksibilitas bila permasalahannya berubah.
Sekali suatu rencana tindakan telah dirancangkan, haruslah dilaksanakan. Hanya jika
rencana itu dilaksanakan, barulah pemimpin dapat mengetahui dan mengerti risiko-
risiko yang terkandung. Pertama-tama, umpan balik yang diterima pemimpin,
mengenai keputusannya tidak banyak. Kekurangan umpan balik ini mungkin
menciptakan keraguraguan dalam benak pemimpin.
Pada tahap-tahap pertama setelah keputusan itu dilaksanakan, pimpinan perlu
mempunyai keterikatan penuh pada keputusannya sampai masalah itu terpecahkan.
Keyakinan pemimpin dalam menangani persoalan itu sangatlah menentukan. Jika
pimpinan yakin bahwa serangkaian tindakan tertentu akan memecahkan persoalan
maka tindakan-tindakan tertentu pemimpin akan ikut menentukan hasilnya.
Mempromosikan keputusan pimpinan dan memeroleh dukungan orang lain akan ikut
mensukseskan keputusan itu.

57 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
Kemampuan mengambil risiko seorang wirausaha/pemimpin akan ditingkatkan oleh:
1) Keyakinan pada dirinya.
2) Kesediaan mereka untuk menggunakan kemampuan mereka sepenuhnya untuk
mengubah keadaan demi keuntungan mereka.
3) Kemampuan mereka untuk menilai situasi risiko secara realistik dan kemampuan
mereka untuk mengubah kesempatan/kemungkinan
4) Menghadapi suatu situasi risiko menurut tujuan-tujuan mereka yang telah
ditentukan.

Tindakan mengambil risiko merupakan bagian hakiki dari seorang wirausaha.


Wirausaha haruslah menetapkan sasaran yang tinggi untuk dirinya, lalu menggunakan
semua kemampuan dan bakat untuk mencapai tujuan. Semakin tinggi tujuan, semakin
besar risikonya.

III. MENGAMBIL KEPUTUSAN

Komputer telah menjadi alat pengambilan keputusan selama beberapa decade ini. Hampir
seluruh keputusan rutin yang berulah dengan menggunakan data kuantitatif dan memiliki
prosedur keputusan yang telah pasti, dibuat program. Suatu keputusan terprogram ataupun
tidak, tegantung pada apakah keputusan itu terstruktur atau tidak terstruktur.

Keputusan akan menjadi tidak terstruktur, jika tidak ada metoda yang baku untuk
mengatasi masalahnya, atau jika struktur keadaannya sangat komplek atau sukar dipahami.
Keputusan tidak terstruktur, sangat jarang dibuat program. Akan tetapi ada peluang dibuat
program, jika datanya dapat dikuantitatifkan, ada prosedur pengambilan keputusan yang
pasti dan alternatif pemecahan masalah yang jelas.

Perlu dipertimbangkan seringnya kebutuhan akan keputusan tidak terstruktur, akan tetapi
untuk dapat mencapai keputusan itu diperlukan tidak hanya sekedar pengetahuan
berdasarkan pengalaman belaka. Keputusan tidak terstruktur melibatkan serangkaian
proses yang tidak selalu sama polanya dan tidak pula ada seperangkat jawaban yang jelas
serta baku dalam suatu organisasi. Walaupun demikian, system bekerja dengan
pengetahuan di luar rangkaian aturan yang dipunyainya. Akan tetapi, sangat tidak
dipercaya bahwa ternyata sistem ahli dapat dibuat untuk keputusan yang sangat tidak
terstruktur, walaupun para ahli tidak cukup memiliki pengalaman yang menyediakan
pengetahuan dan perangkat aturan keputusan dalam sistem ahli.

Aplikasi organisasi melibatkan pertimbangan kebutuhan pribadi, persepsi, sasaran, dan


sistem nilai. Pengetahuan heuristik, yang mengarahkan penilaian yang berhasil berdasarkan
pola perilaku manusia sukar untuk didefinisikan karena membentuk gugus tugas dengan
menggali sumber informasi dari kepala seorang pimpinan adalah suatu hal yang tidak
mungkin. Para impinan yang tahu dan berpengalan sukarnya mengambil keputusan tidak
terstruktur, tentu tidak akan menyerahkan kontrol keputusan pada komputer yang kurang
dilengkapi dengan kemampuan untuk menghadapi masalah seperti ini.

58 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
Masa depan organisasi ditentukan oleh putusan pimpinan. Pada umumnya semakin
penting keputusan yang diambil, semakin sedikit informasi relevan yang tersedia. Data
kuantitatif biasanya tersedia untuk mengambil keputusan rutin, tetapi fakta dan angka ini
kerap tidak berarti bagi keputusan tingkat puncak yang memengaruhi masa depan
organisasi.

Dalam perusahaan besar, manajemen senior biasanya mengambil keputusan atas dasar data
dan dokumentasi perusahaan yang terdapat dalam survei, laporan, dan anjungan komite.
Informasi ini biasanya telah dihimpun dengan cara yang baku, sesuai dengan teknik-teknik
pemecahan persoalan. Sebuah persoalan utama dapat dibagi-bagi sehingga sebagian
daripadanya dapat dipecahkan dengan segera—biasanya karena ada kebutuhan mendesak
yang hasilnya cukup pasti. Biasanya suatu keputusan dicapai melalui prosedur tetap, yang
dimengerti dengan baik oleh manajemen, dan mungkin ini hasil musyawarah, karena
banyak orang yang tidak bersedia memikul tanggungjawab pribadi atas keputusan tadi.

Sebagai seorang wirausaha/pemimpin harus kreatif daripada manajer konvensional, karena


wirausaha harus membuat keputusan baik tanpa bantuan data kuantitatif atau dengan
dukungan staf yang berpengalaman. Mungkin wirausaha harus memandang sebuah
persoalan dari pelbagai sudut dan mencari cara baru untuk memecahkannya. Seorang
wirausaha harus memutar otak dengan mengandalkan intuisi dan ide-idenya. Tidak ingin
bertindak konvensional berarti wirausaha selalu harus bertanggungjawab sepenuhnya atas
tindakan-tindakannya. Dudukkan setiap persoalan dalam konteksnya yang lebih luas,
sambil mengingat bahwa keputusan-keputusan utama akan mempunyai akibat-akibat
jangka panjang atas operasi bisnis seluruhnya.

Sukses bagi wirausaha/pemimpin tergantung pada kemampuannya mengambil keputusan-


keputusan yang meningkatkan kemampu labaan bisnis yang akan datang. Kemampuan
mengambil keputusan secara intuitif, adalah “harta” seorang wirausaha yang sangat
berharga. Kemampuan itu diperoleh dari pengalaman harus membuat keputusan-
keputusan penting selama bertahun-tahun dalam situasi-situasi yang semakin ruwet.

Semakin berubah lingkungan bisnis, semakin banyak pula keputusan intuitif yang harus
diambil. Pasti, kesalahan-kesalahan akan terjadi, namun wirausaha harus cepat
menyadarinya dan mengambil tindakan pembetulan. Data kuantitatif dapat membantu
penilaian wirausaha, tetapi tidak dapat menggantikan intuisi, yang mendasari sejumlah
besar keputusan kewirausahaannya. Suatu keputusan dapat baik dan jelek, tergantung dari
bagaimana dilaksanakannya. Dalam beberapa situasi wirausaha dapat membayangkan
sebelumnya hasil-hasil yang akan terjadi dari serangkaian tindakan.

Dalam kasus-kasus lain, jika seorang wirausaha merasa bahwa terlalu terlibat secara
emosional, hendaknya dengan sengaja berusaha mengenali kelemahan-kelemahan dalam
rencana itu. Dengan berbuat demikian wirausaha akan menjadi lebih obyektif.

59 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
1) Tipe-tipe Keputusan
Walaun para pimpinan di berbagai organisasi dapat berbeda-beda berdasarkan latar
belakang, gaya hidup, jarak, dan sebagainya, tetapi akhirnya mereka semuanya sama,
yaitu harus mengambil keputusan. Untuk mengambil keputusan para pimpinan
mengahadapi situasi yang melibatkan beberapa alternatif dan keputusannya melibatkan
perbandingan dari alternatif dengan evaluasi hasilnya. Para ahli mengembangkan
beberapa cara untuk mengklasifikasi keputusan. Herbert Simon (1960), membedakan
dua tipe keputusan, yaitu:
a) Keputusan terprogram. Jika suatu situasi tertentu sering muncul, biasanya prosedur
rutin akan dapat disusun untuk menyelesaikannya. Berarti, keputusan dapat dibuat
program jika masalahnya berulang dan rutin sehingga prosedur baku dapat dibuat
untuk mengatasinya.
b) Keputusan tidak terprogram. Keputusan tidak terprogram jika hal yang baru dan
tidak terstruktur. Tidak ada suatu prosedur pun yang ada untuk menangani
masalahnya, selain karena tidak ada cara yang sama dengan sebelumnya, juga
karena masalahnnya kompleks atau sangat penting. Masalah seperti ini
membutuhkan perlakuan khusus.

Pada dasarnya kedua klasifikasi ini memilki perbedaan penting. Pada satu sisi pimpinan
mengahdapi begitu banyak keputusan terprogram setiap harinya. Keputusan seperti ini
mesti diperlukan tanpa menggunakan segala sumber daya yang tidak perlu. Pada sisi
lainnya, keputusan tidak terprogram harus diperhatikan secara cermat karena
memelukan alokasi jutaan rupiah setiap tahunnya.
Sayangnya, sedikit sekali kita mengetahui keterlibatan proses manusia dalam keputusan
terprogram dan keputusan tidak terprogram. Secara tradisional, para manajer untuk
membuat keputusan terprogram menggunakan aturan, prosedur operasi standar dan
struktur organisasi yang mengembangkan prosedur yang spesifik untuk mengatasi
masalah. Sebaliknya, para manajer membuat keputusan tidak terprogram berdasarkan
proses pemecahan masalah yang umum, penilaian, intuisi dan kreativitas. Hubungan
informal maupun formal antar manajer dapat digunakan untuk mengatasi masalah.

2) Menjadi Seorang Pengambil Keputusan


Semakin Anda berpengalaman dalam mengambil keputusan, semakin besar pula
kepercayaan diri Ada akan semakin berorientasi pada tindakan. Jawaban-jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini mungkin dapat membantu menaksir
kemampuan Anda sekarang dalam mengambil keputusan.

a) Bagaimana Ada dapat menjaga kepercayaan diri ketika mengambil keputusan


penting.
b) Contoh-contoh manakah selama enam bulan terakhir ini yang menggambarkan
kemampuan Ana mengambil keputusan realistik
c) Apakah kelemahan atau ketakutan Anda sewaktu mengambil keputusan?
d) Dengan cara bagaimanakah Anda menggunakan kreativitas dan/atau intuisi dalam
mengambil keputusan?
e) Hikmah apa yang Anda petik dari kesalahan-kesalahan yang Anda buat dalam
keputusan yang lalu?
60 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
f) Dengan cara bagaimanakah Anda menangguhkan dan menunda pengambilan
keputusan?
g) Bagaimana keluwesan Anda dalam mengadakan penyesuaian-penyesuaian dengan
perubahan-perubahan di lingkungan Anda?
h) Apakah Anda biasanya dipaksa membuat keputusan?
i) Tindakan apakah yang biasanya Anda ambil setelah mencapai sebuah keputusan?
j) Bagaimana cara Anda memimpin agar tercapau hasil-hasil yang diinginkan?
k) Bagaimana cara Anda menggunakan sumber-sumber daya di lingkungan Anda
dalam mengambil keputusan-keputusan?
l) Bagaimana cara Anda memanfaatkan kontak professional dan pribadi Anda untuk
memperoleh informasi yang akan membantu anda mengambil keputusan?

Jika Anda mengambil keputusan dalam batas-batas waktu yang masuk akal, mungkin
Anda mampu mengambil keuntungan sewaktu timbul peluang-peluang bisnis. Kadang-
kadang Anda harus mengambil keputusan dengan cepat agar dapat menggunakan
kesempatan sebaik-baiknya.

3) Pemecahan Persoalan
Kita telah memperhatikan secara panjang lebar segi-segi rasional dari pengambilan
keputusan “metode ilmiah” pemecahan persoalan dan pengambilan keputusan.
Biasanya prosedur-prosedur itu meliputi langkah-langkah berikut:
a) Kenalilah persoalannya secara umum;
b) Tentukan fakta-fakta yang penting yang berkaitan dengannya;
c) Indentifikasikanlah problem-problem utama
d) Carilah sebab-sebab problem itu
e) Pertimbangkanlah pelbagai kemungkinan jalan keluar dari problem itu;
f) Pilihlah jalan keluar yang paling dapat dilaksanakan;
g) Laksanakanlah jalan penyelesaiannya;
h) Periksalah apakah cara penyelesaian itu tepat.

Ancangan rasional ini merupakan cara yang logis dan masuk akal dalam memecahkan
persoalan-persoalan bisnis. Namun, “metode ilmiah” itu tidak akan menjamin
keberhasilan suatu cara penyelesaian tertentu; kepemimpinan dan kekuasaan anda
diperlukan untuk pelaksanaan cara penyelesaian dengan berhasil.
Pemecahan dan cara-cara penyelesaian tidaklah sukar jika anda bekerja dalam
lingkungan yang sudah biasa bagi anda. Biasanya keputusan-keputusan dapat dibuat
dengan cepat dan tepat, karena berdasarkan atas pengalaman masa lampau.

Agar efektif, anda harus mampu melihat setiap aspek dari sebuah persoalan dan juga
mengerti/memahaminya secara keseluruhan. Kebanyakan orang dalam organisasi anda,
karena terlihat dalam kegiatan khusus dan terbatas, hanya dapat melihat bagianbagian
dari persoalan. Di tangan andalah terletak tantangan untuk memadukan semua bagian
itu sehingga menjadi suatu pandangan yang menyeluruh atas persoalan tersebut.

Pengalaman lampau dan intuisi anda akan memungkinkan anda memilih factorfaktor
dan hal-hal yang vital dari setiap persoalan. Dari semua ini, akan lebih anda sadari
61 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
perbedaan-perbedaan yang besar antara “bagaimana kenyataannya” dan “bagaimana
seharusnya” dari sesuatu.

4) Mengambil Keputusan
Banyak masalah utama dapat dipecahkan dengan jalan yang berlain-lainan. Jika fakta-
fakta saja tidak mencukupi sebagai bagian besar pemilihan suatu arah tindakan, maka
keputusan-keputusan diambil dalam keadaan yang sangat tidak pasti, di mana risiko
mungkin tidak dikenal. Pedoman untuk mengambil keputusan kunci adalah sebagai
berikut:
a) Tentukan fakta dari persoalan yang sudah Anda kenal. Janganlah
mencampuradukkan antara fakta dan opini.
b) Identifikasi bidang manakah dari persoalan tadi yang tidak berdasarkan fakta. Di
bidang yang tidak dikenal inilah Anda harus menggunakan logika, penalaran, dan
intuisi untuk mencapai keputusan.
c) Jauhilah keputusan-keputusan yang akan mengubah secara drastic susunan
organisasi Aanda yang sekarang. Keputusan-keputusan jenis ini haruslah dipikirkan
selama jangka waktu tertentu.
d) Ambillah resiko yang sedang-sedang saja, jika tidak terdapat ketidakpastian yang
besar.
e) Keputusan-keputusan haruslah diuji coba dahulu. Hal ini mengurangi risiko Anda,
dan memungkinkan Anda menilai hasil-hasilnya sebelum mengikatkan diri secara
penuh pada keputusan itu.
f) Dalam keadaan-keadaan tertentu, mungkin lebih baik bagi Anda meneruskan saja
apa yang telah berhasil di masa lampau. Menggunakan cara-cara yang belum dicoba
dan mencoba-coba dengan ide-ide baru dapat menyebabkan malapetaka.
g) Meskipun sebuah keputusan bukan merupakan keputusan yang terbaik, keputusan
itu bisa saja memberikan hasil-hasil yang sangat berhasil.

Bersedialah untuk mengambil tindakan agresif dalam menerapkan sebuah keputusan.


Hasil keputusan dipengaruhi oleh sejauh mana wewenang dan dukungan Anda atas
keputusan yang dibuat.
Keberanian dan antusiasme adalah perlu dalam menerapkan sebuah keputusan. Anda
harus berfikir positif tentang hasil-hasil masa depan keputusan. Jangan membuang
waktu dengan ragu-ragu. Sekali Anda telah memulai menerapkan suatu keputusan,
semua keragu-raguan dan ketidakpastian haruslah dibuang.
Sebagai seorang wirausaha, Anda harus bersifat tegar dalam tindakan-tindakan Anda.
Organisasi Anda haruslah mempunyai tujuan-tujuan yang pasti dan jelas untuk dicapai.
Kebanyakan wirausaha tidak takut pada pengambilan keputusan karena mereka tidak
memanntikan kegagalan. Mereka menentukan standar-standar keberhasilan mereka
sendiri.
Anda seharusnya merasa aman, karena mengetahui bahwa masa depan terletak di
tangan Anda sendiri. Perasaan aman ini memungkinkan Anda membuat keputusan
kunci tanpa takut pada akibat-akibatnya. Perasaan aman ini juga memungkinkan Anda
memasuki bidang-bidang bisnis yang baru. Wirausaha memelopori, dan orang-orang
lain mengikuti.

62 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
IV. MANAJEMEN WAKTU

Waktu adalah sesuatu yang tidak dapat Anda tabung, semakin sore Anda sungguh semakin
kehilangan waktu. Di akhir hari tak ada sisa waktu yang dapat digunakan. Semua
wirausaha perlu memanajemeni waktu secara efektif, dan kunci menggunakan waktu secara
efektif adalah melalui manejemn yang lebih baik.
Melalui penganggaran waktu, Anda akan mencapai hasil yang lebih baik. Cara-cara khusus
untuk membuat penggunaan waktu Anda lebih baik mencakup penetapan tujuan-tujuan,
menentukan batas waktu, menjatah waktu untuk setiap kegiatan penting.
Kreativitas, pemecahan persoalan, dan pencarian peluang-peluang, merupakan ciri khas
wirausaha. Oleh sebab itu, Anda harus mengkhususkan waktu untuk hal-hal tersebut, dan
semua tugas lainnya hendaklah diberi prioritas lebih rendah serta dikerjakan kemudian.
Anda meski menggunakan waktu secara efektif untuk menyelesaikan hal-hal yang Anda
yakini sebagai sangat penting.
Salah satu cara untuk meningkatkan penggunaan waktu yang produktif adalah dengn
memulai pelbagai kegiatan secara serempak. Umpamanya, Anda hanya menangani
persoalan utama, sedang staf Anda menangani empat kegiatan yang berkaitan.

Anda tidak saja harus mengunakan waktu Anda dengan efektif, melainkan harus juga
berminat pada efektivitas penggunaaan waktu perusahaan Anda. Waktu merupakan salah
satu harta perusahaan Anda yang paling pentingn, namun tergantung kepada Andalah
untuk mewujudkan waktu menjadi harta yang penting bagi semua karyawan Anda.
Wirausaha haruslah menggunakan sebagian besar waktunya untyuk sasaran-sasaran dan
problem-problem yang memengaruhi organisasi sebagai keseluruhan.

Namun waspadalah agar Anda jangan terlalu banyak menggunakan waktu untuk problem-
problem yang Anda suakai dan terlalu sedikit waktu untuk problem yang paling tidak
Anda kenal. Anda haruslah mengenal problem utama yng dihadapi organisasi Anda dan
menanganinya menurut urutan prioritasnya, dengan mendahulukan problem jangka
pendek daripada jangka panjang.

1) Teknik Manajemen Waktu


Manajemen waktu itu menyerupai kebiasaan-kebiasaan kerja yang baik. Penggunaan
waktu yang terbaik semata-mata berarti mencapai keluaran maksimum dalam waktu
yang tersedia. Hal ini dapat dicapai dengan berbagai cara yakni:
a) Identifikasi tujuan-tujuan khusus harian. Pastikan bahwa Anda memahami apa yang
ingin dicapai setiap hari. Sebelum sampai atau segera setelah Anda sampai di tempat
kerja, susunlah tujuan kerja Anda menurut urutan pentingnya. Jangan biarkan
pengeruh luar menghentikan penyelesaian tujuan.
b) Motivai dari dalam. Para wirausaha biasanya adalah individu yang bermotivasi
tinggi, dan tampaknya menikmati pekerjaan apa pun yang mereka kerjakan.
Kebanykan orang mampu mencapai tujuan-tujuan yang mirip dengan apa yang
mereka inginkan. Namun, wirausaha mampu memotivasi dirinya untuk
memproduksi keluaran tinggi pada pekerjaan yang harus mereka lakukan.

63 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
c) Tetapkan batas waktu. Lebih banyak pekerjaan yang dapat Anda kerjakan, jika Anda
menetapkan batas waktu realistik. Sekali setelah ditetapkan Anda haruslah berbuat
apa pun untuk memenuhi batas waktu.
d) Memanfaatkan telepon. Telepon merupakan hubungan komunikasi utama antara
Anda dan dunia kerja Anda. Persoalan-persoalan dapat dipecahkan dengan lebih
cepat melalui penggunaan telepon, karena dapat berkomunikasi dua arah.
e) Buatlah catatan. Sediakanlah selalu sebuah buku catatan. Pencatatan isi-isi pokok
mengabadikan isi rapat, diskusi dengn pelanggan, dan pikiran-pikiran Anda sendiri.
f) Janganlah melakukan segala-galanya. Sebuah pepatah lama berbunyi:
“Jika Anda ingin menjadikan sesuatu suruhlah seseorang yang sibuk untuk
melakukannya”. Wirausaha sibuk, namun tindakan-tindakannya ada tujuannya.
Pusatkan perhatian Anda hanya pada yang penting-penting.
g) Dengan berorientasikan tujuan Anda harus melakukan kegiatan-kegiatan yang
mengarah pada hail-hasil yang berarti.
h) Bersifatlah selektif dalam kegiatan-kegiatan kerja Anda dan jangan melakukan
segalanya. Belajarlah untuk mengatakan “tidak” kepada kegiatan-kegiatan yang
memakan waktu, yang tidak berkaitan dengan tujuan prioritas Anda.
i) Tetapkan waktu. Tetapkanlah waktu Anda untuk melakukan tugas-tugas utama,
selama tiga atau empat jam pada saat Anda biasanya merasa paling efektif dalam
satu hari.
j) Ajukan pertanyaan-pertanan sebelum memulai pekerjaan. Hampi semua pekerjaan
dapat dilakukan dengan lebih efisien. Sebelum memulainya, jawablah lebih dulu
pertanyaan ini: Apa? Kapan? Dimana? Siapa? Bagaimana? Mengapa? Untuk setiap
langkah kegiatan, tanyalah diri Anda: “mengapa saya perlu melakukan ini?”
Jawaban-jawan Anda akan membantu dalam menentukan tugas-tugas terpenting
kegiatan itu.
k) Berorientasilah pada tindakan. Sekali Anda memutuskan untuk memecahkan suatu
persoalan tertentu, rancangnlah tindakan Anda dan mulaialah. Sekali Anda mulai,
cobalah selesaikan sebanyak mungkin secepat-cepatnya. Dengan kata lain, sediakan
waktu untuk merencanakan pekerjaanAnda dan lalu luangkan waktu untuk
mengerjakan rencana Anda.
l) Berlakukan reflektif. Berpikir secara reflektfi berarti memetik hikmah dari kegiatan-
kegiatan masa lampau, sekarang dan yang akan datang. Kebanyakan kita tidak
berpikir banyak mengenai apa yang kita lakukan dan mencari waktu untuk
berefleksi sangatlah sukar.
m) Rencanakan hari esok secara terperinci. Pada akhir setiap hari, siapkan suatu jadwal
untuk kegiatan-kegiatan hari berikutnya. Bahkan Anda mungkin dapat mulai
dengan satu kegiatan sebelumna, sehingga besoknya Anda lebih lancar mulai
bekerja dan tidak menunda-nunda.
n) Bergurulah pada pengalaman Anda. Meninjau kembali pengalaman lampau Anda
membantu Anda menentukan pengelaman mana yang menarik, dan produktif dan
mana yang membosankan, menghbiskan waktu dan tidak produktif.
o) Tanyakan pengguanaan waktu Anda. Agar Anda dapat memanejemeni waktu
dengan baik, ajukan pertanyaan berikut ini:
1) Kegiatan-kegiatan manakah yang sedang saya lakukan, yang seharusnya tidak
saya lakukan atau dapat didelegasikan kepada orang lain?
64 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan
2) Apakah saya menetapkan prioritas ketika memutuskan kegiatan-kegiatan yang
harus saya lakukan?
3) Apakah kegiatan-kegiatan saya terjadwal sehingga dapat dilaksanakan dalam
jangka waktu masuk akal?
4) Apakah saya mampu berkonsentrasi atas satu kegiatan secara berturut-turut?

D. Latihan
Pertanyaan Konsep
1. Jelaskan pengertian kepemimpinan !
2. Jelaskan mengapa wirausaha harus mempunyai jiwa kepemimpinan !
3. Jelaskan pendekatan studi kepemimpinan!
4. Jelaskan perilaku pemimpin yang berorientasi tugas !
5. Jelaskan perilaku pemimpin yang berorientasi karyawan !
6. Jelaskan ketrampilan yang dibutuhkan oleh pemimpin !
7. Jelaskan tipe-tipe pemimpin !
8. Jelaskan karakeristik pemimpin yang efektif !
9. Jelaskan pengertian risiko dalam kewirausahaan !
10. Evaluasilah kebutuhan-kebutuhan Anda sendiri sebelum memutuskan untuk mengambil
risiko. Beberapa pertanyaan bagi Anda sebelum mengambil keputusan yang mengandung
risiko adalah, sebagai berikut:
a) Apakah risiko itu sepadan dengan hasilnya?
b) Bagaimanakh risiko dapat dikurangi?
c) Informasi apakah yang diperlukan sebelum risiko diambil?
d) Orang-orang dan sumber-sumber daya manakah yang dapat membantu mengurangi
risiko dan mencapai tujuan.
e) Mengapa risiko ini penting?
f) Apakah ketakutan Anda dalam mengambil risiko ini?
g) Apakah Anda bersedia berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan ini?
h) Apakah yang akan dapat Anda capai dengan mengambil risiko itu?
i) Persiapan-persiapan apakah yang perlu Anda buat sebelum mengambil risiko itu?
j) Bagaimana Anda dapat mengetahui secara kuantitatif bahwa tujuan Anda telah
tercapai?
k) Apakah halangan-halangan terbesar dalam mencapai tujuan itu?

11. Susunlah rencana kegiatan Anda dalam satu tahun ke depan (mencakup faktor: Apa,
mengapa, dimana, kapan, siapa, dan bagaimana)
12. Susunlah kegiatan 1 hari ke depan secara detail dari menit ke menit.

65 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com
smas unggulan ar-rahman sukabumi modul kewirausahaan

Pertanyaan Kasus

Kasus :
Sofjan Wanandi : Ketua Umum Apindo
Usahawan dari Grup Gemala Sofjan Wanandi (62), Rabu (14/5), terpilih sebagai Ketua Umum
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menggantikan Suparwanto. "Hal pertama yang kami
kerjakan adalah konsolidasi pengusaha, dengan tujuan ikut memberi kontribusi membangun
republik ini," tutur Sofjan Wanandi hari Kamis 15/5/03.
Apindo di bawah kepengurusan baru akan segera membentuk sekretariat kerja bersama dengan
serikat buruh untuk memperlancar komunikasi dan menyelesaikan persoalanpersoalan perburuhan
secara bipartit. Dengan cara itu diharapkan iklim investasi bias membaik karena keributan antara
pengusaha dan buruh bisa dihindarkan. Selain itu Apindo akan bekerja sama dengan Organisasi
Buruh Internasional (ILO) untuk meningkatkan kualitas buruh dan sekaligus pengusaha sehingga
dapat terbentuk kemitraan yang bertujuan memperbaiki iklim investasi karena semakin baiknya
saling pengertian. "Kami akan membuka Sekretariat Bersama dengan buruh sehingga kalau ada
masalah bipartit bisa kita selesaikan sendiri sebelum ribut. Jadi tidak usah lewat pemerintah dulu
selama kita bisa selesaikan masalah-masalah kita," ujar Sofjan.

Komunikasi
Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa Wea, ada 68 serikat buruh, sementara
yang memiliki anggota hanya sekitar 38 buah. "Kami usulkan para pimpinan serikat buruh ketemu
paling sedikit sekali sebulan sehingga komunikasi lancar agar persoalan bisa kita selesaikan
sebelum ribut. Kami betul-betul ingin membuat suatu iklim investasi yang kondusif karena banyak
dari pengusaha asing selalu mempersoalkan masalah buruh ini sebagai salah satu dari masalah
besar mereka," ujarnya.
Tahun lalu, katanya, setidaknya 43 perusahaan Korea dan 10 perusahaan Jepang hengkang dari
Indonesia antara lain karena persoalan buruh di samping masalah legal dan keamanan. Selain itu,
daya kompetisi buruh Indonesia juga sudah kalah dari Cina dan Vietnam.

Sumber: http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/sofjan-wanandi/index.shtml

Pertanyaan diskusi:
1. Jelaskan orientasi kepemimpinan yang dilakukan oleh tokoh di atas!
2. Jelaskan kelebihan dan kelemahan strategi kepemimpinan yang ia terapkan!

66 | k e p e m i m p i n a n suwandise.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai