Anda di halaman 1dari 4

Model Keterhubungan (Connected) Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat

dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran kosakata, struktur, membaca dan mengarang
misalnya, dapat dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran
tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan
pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru
harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu. Untuk membantu Anda memahami
model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di atas.

Model Keterhubungan Connected


Model keterhubungan merupakan pendekatan pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan
untuk menghubungkan satu topik dengan topik lain, satu konsep dengan konsep lain, satu keterampilan
dengan keterampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan
dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada
satu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu bidang studi.
Sebagai contoh, ketika seseorang guru matematika sekolah dasar menyajikan sebuah topik tentang estimasi.
Dia dapat menggunakan media pembelajaran, sebagai ilustrasi, misalkan sebungkus kue marie dalam
kemasan. Selanjutnya, ia bertanya kepada para siswa, “berapa keping kue marie di dalam kemasan?”. Semua
anak diberi kesempatan untuk menebak estimasi berapa keping kue marie di dalam kemasan. Berdasarkan
pengalaman para siswa sehari-hari, mereka menerka berapa keping kue marie di dalam bungkusnya. Setelah
semua siswa berkesempatan menebak isi kue mari dalam bungkus, kemudian guru membuka kemasan kue
marie tersebut. Selanjutnya guru bersama dengan siswa menghitung isi kue marie yang ada di dalam
bungkusnya. Dari sini, siswa dapat mendapatkan pengalaman bagaimana mengestimasi suatu fenomena
secara tepat. Selanjutnya, guru bersama-sama dengan siswa menghitung prosentase siswa yang menjawab
benar dan hampir benar, untuk tidak mengatakan salah. Mana yang lebih banyak? Bagaiman
perbandingannya? Pembahasan ini tidak sekedar materi estimasi, tetapi mencakup juga perbandingan dan
sebagainya. Keunggulan model ini adalah dengan adanya hubungan atau kaitan antara gagasan di dalam satu
bidang studi, siswa mempunyai gambaran yang lebih komprehensif dan beberapa aspek tertentu mereka
pelajari secara lebih mendalam. Sebagai tambahan, konsep – konsep kunci dikembangkan dengan waktu yang
cukup sehingga lebih cepat dicerna 5.5 oleh siswa. Kaitan-kaitan dengan sejumlah gagasan di dalam satu
bidang studi memungkinkan murid untuk dapat mengkonseptualisasi kembali dan mengasimilasi gagasan
secara bertahap. Disamping itu, pembelajaran terpadu model terhubung tidak mengganggu kurikulum yang
sedang berlaku. Model terhubung ini merupakan model pembelajaran terpadu yang paling sederhana, mudah
diterapkan, kebermaknaan konsep cukup tinggi, keterampilan murid terlatih dengan baik, dan sekali lagi tidak
mengganggu jadwal pelajaran dan kurikulum yang sedang berlaku. Kelemahan model ini adalah berbagai
bidang studi masih tetap terpisah dan nampaik tidak ada hubungan meskipun hubungan-hubungan itu telah
disusun secara eksplisit di dalam satu bidang studi.

Model Jaring Laba-laba (Webbed) Selanjutnya, model yang paling populer adalah model webbed. Model ini
bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini
tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata
pelajaran. Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di atas.

Pengertian Model Jaring Laba-Laba (Webbed)


Seperti yang telah sedikit dibahas di atas. Salah satu model pembelajaran menurut Fogarty yaitu
model webbed. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 secara tegas mengatakan pembelajaran pada Kelas I s.d.
III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan
mata pelajaran. Penerapan untuk kelas rendah (1, 2, dan 3) Sekolah Dasar dilakukan dengan pendekatan
tematik webbed jaring labang-laba. Kelas atas (4, 5, dan 6) dengan pendekatanintegrated atau terpadu
beberapa mata pelajaran.
Menurut Trianto dalam bukunya Model Pembelajaran Terpadu dalam teori dan Praktek menyatakan
bahwa pembelajaran Model webbed (Model Jaring Laba-laba) adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema
tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negoisasi dengan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama
guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memerhatikan kaitannya
dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktifitas belajar yang harus dilakukan
siswa.  Jadi model webbed atau jaring laba- laba terimplementasi melalui pendekatan tematik sebagai
pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan ini adalah model pembelajaran yang digunakan
untuk mengajarkan tema tertentu yang cenderung dapat disampailan melalui beberapa bidang study lain.
Dalam hubungan ini, tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran maupun lintas
mata pelajaran.
Model webbed ini menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by
doing). Oleh karena itu guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang berkesan agar belajar
siswa lebih bermakna. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan
proses pembelajaran lebih efektif. Selain itu dengan penerapan pembelajaran terpadu model webbed yang
menggunakan pendekatan tematik  disekolah dasar, akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan
tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu dengan satu kesatuan (holistic).

ilustrasi model jaring laba-laba


(webbed)
Adapun karakteristik model jaring laba-laba (webbed) adalah sebagai berikut :
1.      Berpusat pada siswa
Pendekatan ini lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator yaitu dengan memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk
melakuakan aktivitas belajar.
2.      Memberi pengalaman langsung
Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata/konkrit sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.      Pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan
kehidupan siswa.
4.      Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan
demikian siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini deperlukan untuk membantu
siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.

5.      Bersifat Fleksibel
Guru dapat mengkaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain, bahkan
mengkaitkan mata pelajaran dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah dimana meraka
berada.
a.       Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat siswa
b.      Menggunakan prinsip belajar sambil bermain yang menyenangkan.
B.     Penerapan Model Jaring Laba-Laba (Webbed) Dalam Proses Belajar Mengajar
Pembelajaran terpadu menggunakan model webbed dimulai dengan menentukan tema. Sebagai
contoh tema yang sudah ditentukan bersama adalah “Keluarga”. Dari tema ini dikembangkan dan dipadukan
menjadi sub-sub tema yang ada pada beberapa mata pelajaran, misalnya :
·         IPA
Standar Kompetensi : mengenal bebagai benda langit dan peristiwa alam (cuaca dan musim) serta
pengaruhnya terhadap kegiatan manusia.
Siswa diajarkan tentang macam-macam benda langit dan peristiwa alam yang terjadi di sekitar. Dari peristiwa
alam tersebut siswa diharapkan dapat menjaga kebersihan rumah.
·         IPS
Standar Kompetensi : mendeskripsikan lingkugan rumah
     Siswa diajarkan untuk mendeskripsikan lingkungan rumahnya masing-masing.
·         Matematika                                                               
Standar Kompetensi : mengenal bangun datar
Siswa diajarkan tentang bentuk-bentuk bangun datar misalnya, misalnya pintu rumah berbentuk persegi
panjang,  jendela berbentuk persegi,
·         Pkn
Standar Kompetensi : menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah
Siswa diajarkan tentang mengikuti tata tertib di rumah. Bekerja sama dengan anggota keluarga yang lain
dengan baik.
·         Bahasa Indonesia
Standar Kompetensi : memahami teks pendek dengan membaca nyaring.

C.    Kelebihan Dan Kekurangan Model Jaring Laba-Laba (Webbed)


1.      Kelebihan
·      Penyeleksian tema sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk belajar
·      Lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman
·      Memudahkan perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema kesemua bidang isi pelajaran
·       Pendekatan tematik dapat memotivasi siswa
·      Memberikan kemudahan bagi anak didik dalam kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.
Keuntungan pendekatan jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi
sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor motivasi siswa juga dapat
berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa.
2.      Kekurangan
·         Sulit dalam menyeleksi tema
·         Cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal sehingga hal ini hanya berguna secara
·          Artifisial dalam perencanaan kurikulum, sehingga kurang bermanfaat bagi siswa
·         Dalam pembelajaran guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan dari pada
·          pengembangan konsep
·         Memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran
D.    Langkah-langkah Merancang  Model Jaring Laba-Laba (Webbed)
Dengan penerapan pembelajaran terpadu model webbed yang menggunakan pendekatan tematik
disekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih
melihat segala sesuatu sebagai satu kesatuan (holistik).
Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba yaitu:
1.       Mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-
masing kelompok usia.
2.        Mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema.
3.       Mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan subtema.
4.        Menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator
5.       yang akan dicapai dan subtema yang dipilih.
6.       Menyusun Rencana Kegiatan Mingguan.
7.       Menyusun Rencana Kegiatan Harian.

Model Keterpaduan (Integrated) Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang
berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam mata
pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan
kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam
teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang
dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi
bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai
mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD. Untuk
membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di atas. Pendekatan pembelajaran
terpadu merupakan salah satu implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada jenjang
pendidikan dasar. ”Pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik” (Puskur, 2006:1).
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan
beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu
siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna
bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami
konsep-konsep yang merka pelajaran melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan
antarkonsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Jika dibandingkan dalam konsep
konvensional, maka pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga
siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Setiap siswa memerlukan bekal
pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini diharapkan diperoleh melalui
pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan
bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang
cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.

Anda mungkin juga menyukai