Anda di halaman 1dari 83

Tugas Kelompok Dosen Pengampu

Pelayanan Publik Muslim S.Sos, M.Si

KUALITAS UNIT PELAYANAN TERPADU PERLINDUNGAN


PEREMPUAN DAN ANAK (UPT PPA) DI KOTA PEKANBARU

DISUSUN OLEH

DIAN SRI RAHAYU (12170521414)

EGI RAMADANI (12170510037)

RAHMAD DWI YUANDA (12170514171)

SUCI ARTI RANTIKA (12170524419)

SUCI JUFATMA (12170521815)

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023 M/1444
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah datang
dengan Islam dan Al-Qur’an sebagai pedoman setiap insan yang senantiasa teguh
dengan pendiriannya dalam melaksanakan ajarannya serta membimbing umat manusia
menuju ilmu pengetahuan dan keimanan.

Tujuan dari penyusunan makalah ini sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah pelayanan publik Program Studi Administrasi Negara
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau. Adapun makalah yang peneliti ini berjudul: “KUALITAS UNIT PELAYANAN
TERPADU PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK (UPT PPA) DIKOTA
PEKANBARU" Penulis menyadari bahwa selama penyusunan makalah ini banyak
mengalami hambatan serta rintangan, namun berkat doa, bimbingan, dukungan
semangat dan bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini.

Untuk itu secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada Bapak Muslim S.Sos, M.Si selaku dosen pengampu dan teman teman
yang membantu dalam menulis penelitian ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai
kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak, sebagai modal penulis dimasa mendatang.

Pekanbaru, 23 Mei 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan ................................................................................................. 5

BAB II KERANGKA TEORITAS ............................................................... 6

A. Tinjauan Kualitas Pelayanan publik..................................................... 6


B. Perlindungan Perempuan Menurut Hukum Islam ................................ 8
C. Tinjauan Pelanyanan Publik................................................................. 14
D. Konsep Perlindungan Hukum .............................................................. 18
E. Tinjauan Pemberdayaan Perempuan dan Anak.................................... 21

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 32

A. Lokasi Penelitian .................................................................................. 32


B. Profil Unit Layanan Perlindungan Perempuan dan Anak Kota
Pekanbaru ............................................................................................. 37
C. Pelayanan Publik Dalam Islam ............................................................ 38
D. Tujuan Unit Layanan Perlindungan Perempuan dan Anak Kota
Pekanbaru ............................................................................................. 54
E. Asas dan Tujuan Unit Layanan Perlindungan Perempuan dan Anak
Kota Pekanbaru .................................................................................... 55
F. Tugas dan Fungsi unit Layanan Perlindungan Perempuan dan Anak
Kota Pekanbaru .................................................................................... 56

ii
G. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 63
H. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................ 64
I. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 64
J. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 65
K. Teknik Analisis Data ............................................................................ 65
L. Dokumentasi ........................................................................................ 66
M. Hasil Penelitian .................................................................................... 66

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 70

A. Kesimpulan .......................................................................................... 70
B. Saran ..................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 72

DOKUMENTASI ..................................................................................... 75

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rekap kasus perempuan korban kekerasan di UPT PPA

Kota Pekanbaru tahun 2019-2021 ............................................ 4

Tabel 1.2 Informasi Database UPT PPA Di Indonesia ............................. 33

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
UPT PPA (Unit Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak)
adalah lembaga pelayanan publik yang bertujuan untuk melindungi perempuan
dan anak dari kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi. Lembaga ini
menyediakan layanan terpadu yang meliputi perlindungan hukum, kesehatan,
pendidikan, rehabilitasi, dan konseling psikososial. UPT PPA bekerja sama
dengan berbagai instansi terkait, seperti kepolisian, rumah sakit, sekolah, dan
lembaga sosial lainnya, untuk memberikan perlindungan dan pemulihan bagi
perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan atau perlakuan tidak adil.
UPT PPA adalah untuk membahas pelayanan publik yang diberikan
oleh UPT PPA (Unit Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak).
UPT PPA merupakan lembaga yang bertugas memberikan layanan bagi
perempuan dan anak yang mengalami masalah kekerasan, diskriminasi,
perlindungan khusus, dan masalah lainnya. Pelayanan yang diberikan oleh UPT
PPA meliputi pemberian layanan pengaduan tentang permasalahan perempuan
dan anak.
Pelayanan publik yang diberikan oleh UPT PPA sangat penting untuk
memberikan perlindungan dan keamanan bagi perempuan dan anak yang
membutuhkan. Namun, dalam pelaksanaannya, masih terdapat beberapa
kendala yang perlu diatasi, seperti kurangnya sosialisasi mengenai layanan
yang diberikan oleh UPT PPA, kurangnya sumber daya manusia dan sarana
prasarana yang memadai, serta kurangnya koordinasi antara UPT PPA dengan
instansi terkait lainnya.
Namun dari sudut pandang penulis ada beberapa yang menjadi
permasalahan dalam sarana prasarana yang mana kantor UPT PPA tampak

1
seperti rumah warga biasa bukan seperti kantor dinas, kedua tidak ada nya
satpam yang betugas dengan menggunakan atribut satpam, dan ketiga kurang
nya ruangan yang tersedia dalam pelayanan. Menurut Kotler (Laksana,
2018:85), pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak
berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Menurut Kotler dan
Keller (2016:37) bahwa kualitas produk merupakan suatu kemampuan produk
dalam melakukan fungsi-fungsinya, kemampuan itu meliputi daya tahan,
kehandalan, ketelitian, yang diperoleh produk dengan secara keseluran
Kesejahteraan anak menurut ketentuan pasal 1 ayat 1 Undang-undang
nomor 4 tahun 1979 adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang
dapat menjamin pertumbuhan danperkembangannya dengan wajar, baik secara
rohani, jasmani maupun sosial. Oleh karena itu usaha pengadaan kesejahteraan
anak sebagai segi perlindungan anak mutlak harus dikembangkan. Kasus
kekeresan dapat terjadi pada siapa saja termasuk anak dan perempuan.
Kekerasan ini dilakukan secara perorangan, yaitu perlakuan kekerasan dengan
menggunakan kekerasan fisik, seperti verbal (termasuk menghina/bullying),
psikologis (pelecehan), oleh seseorang dalam lingkup lingkungannya.1
Unit Layanan Perlindungan Perempuan Dan Anak Anak (UPT PPA)
mempunyai tujuan, tugas dan fungsi yaitu:
1. Tujuan umum dibentuknya Unit Layanan Perlindungan Perempuan dan
anak adalah memberikan kontribusi terhadap terwujudnya kesetaraan
keadilan gender dengan mengintegrasikan strategi pengarusutamaan
gender dalam berbagai kegiatan pelayanan terpadu bagi peningkatan
kondisi, peran dan perlindungan perempuan serta memberikan
kesejahteraan dan perlindungan anak.

1
Amin, Rahman. 2021. Hukum Perlindungan Anak dan Perempuan di Indonesia. Yogyakarta:
Deepublish

2
2. Tujuan khusus dibentuknya Unit Layanan Perlindungan Perempuan Dan
Anak adalah :
a. Menyediakan data terpilah menurut jenis kelamin dan informasi
tentang isu pemberdayaan dan perlindungan perempuam dan anak bagi
masyarakat yang membutuhkan.
b. Mendorong penyediaan sarana, prasarana dan berbagai jenis layanan di
berbagai bidang kehidupan bagi perempuan dan anak meliputi pusat
data dan informasi, konseling, terapi psikologis dan medis,
pendampingan, pendidikan dan pelatihan, pusat rujukan, dan
sebagainya, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
perempuan, kesejahteraan dan perlindungan anak yang dikelola
masyarakat secara mandiri dan disesuaikan dengan hal sebelumnya,
dan
c. Membangun mekanisme dialog antara masyarakat, pemerintah dan
dunia usaha dalam rangka terbangunnya kerjasama /kemitraan yang
dapat mendukung keberadaan Unit Layanan Perlindungan Perempuan
Dan Anak.

Adapun bentuk Pelayanan Unit Layanan Perlindungan Perempuan Dan Anak


Kota pekanbar meliputi:

1. Pelayanan, pemulihan, dan kesehatan.

2. Pendampingan dan advokasi.

3. Pendidikan dan penelitian.

4. Penguatan jaringan dan kelembagaan.

5. Pendataan dan pelaporan

Adapun kasus kekerasan tehadap perempuan yang terjadi di Kota


Pekanbaru tahun 2019 sampai dengan tahun 2021 yang telah dilayani di UPT

3
PPA Kota Pekanbaru yang merupakan unit layanan Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel
berikut

Tabel 1.1
Rekap kasus perempuan korban kekerasan di UPT PPA Kota
Pekanbaru tahun 2019-2021
Tahun
NO Jenis Kasus
2019 2020 2021
1 Kekerasan Berbasis Gender 7 9 20
2 Kekerasan Dalam Rumah Tangga 20 14 46
3 Penelantaran 0 0 0
4 Pencabulan 1 0 0
5 Human Trafficking 0 0 0
6 Kejahatan Seksual 0 1 0
Jumlah 28 24 66
Sumber: UPT Perlindungan Perempuan dan Anak Kota Pekanbaru tahun 2019-2021.

Berdasarkan tabel 1.1 di atas, pengaduan kasus kekerasan terhadap


perempuan yang masuk di UPT PPA Kota Pekanbaru pada tahun 2019
berjumlah 28 kasus dengan jumlah kasus KDRT sebanyak 20 kasus, pada tahun
2020 jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan menurun sebanyak 24 kasus
dengan jumlah kasus KDRT sebanyak 14 kasus dan pada tahun 2021 jumlah
kasus kekerasan terhadap perempuan melonjak menjadi 66 kasus dengan
jumlah kasus KDRT sebanyak 46. Kekerasan berbasis gender dan kekerasan
dalam rumah tangga menjadi kasus terbanyak terhadap perempuan dan anak
dikota pekanbaru. Untuk penanganan permasalahan perempuan dan anak
korban kekerasan telah dibentuk Unit Layanan Perlindungan Perempuan dan
Anak adalah unit layanan yang menyediakan pelayanan bagi perempuan dan
anak korban kekerasan dikota Pekanbaru. Keputusan Walikota Pekanbaru

4
Nomor 107 Tahun 2019 Tentang Pembentukan Unit Layanan Perlindungan
Perempuan dan Anak Kota Pekanbaru. Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor
100 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi
Serta Tata Kerja Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota
Pekanbaru

Dapat dilihat dari pembahasan diatas dapat dilihat permasalahan yang


terjadi yaitu tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak masih tinggi,
khususnya dikota Pekanbaru. Dan karena masih minimnya kemauan
masyarakat untuk melaporkan tindak kekerasan yang dialaminya disebabkan
mereka beranggapan bahwa urusan intern tidak perlu dicampuri pihak lain.
Berdasarkan fenomena yang ada di latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul ‘‘Analisis Peran Unit Layanan
Perlindungan Perempuan Dan Anak Dalam Menangani Kekerasan
Terhadap Perempuan Dan Anak Di Kota Pekanbaru”

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa UPT PPA didirikan di lingkungan masyarakat kota Pekanbaru
2. Bagaimana kualitas pelayanan UPT PPA dalam menangani kekerasan
terhadap perempuan dan anak
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui UPT PPA didirikan di lingkungan masyarakat kota
Pekanbaru
2. Untuk mengetahui kualitas pelayanan UPT PPA dalam menangani
kekerasan terhadap perempuan dan anak

5
BAB II

KERANGKA TEORITAS

A. Tinjauan Kualitas Pelayanan publik


Menurut Tjiptono (2000:51), kualitas merupakan suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk jasa manusia. Perusahaan sebagai sebuah
lembaga bisnis akan mengejar keuntungan yang dijalankan nya tetapi harus
memperhatikan pelayanan yang diberikan agar kepuasan pelanggan dapat
tercapai. Menurut Kotler & Keller (2002:83), definisi pelayanan adalah
tindakan ataupun perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada
pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan
tidak menghasilkan sesuatu. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya
kepuasan pada konsumen itu sendiri. 2
Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat
sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang
bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang
yang lebih sering. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
semakin baik nya pelayanan yang diberikan maka kepuasan pelanggan terhadap
perusahaan itu semakin tinggi sehingga terjadi pembelian ulang
yang lebih sering. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan
Menurut Nasution (2008:47), terdapat dua jenis kualitas pelayanan, yaitu:
1. Kualitas pelayanan internal
Pelayanan ini berkaitan dengan interaksi jajaran pegawai perusahaan
dengan fasilitas yang tersedia.
2. Kualitas pelayanan eksternal

2
Dwiyanto, Agus. 2006. Mewujudkan Good Governance Melayani Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University.

6
Kualitas pelayanan eksternal yang dimaksud yaitu seperti layanan
distribusi jasa, penjualan jasa, penyampaian jasa, dan yang berkaitan
dengan penyediaan jasa.

Menurut Hardiyansyah (2011:46), 5 dimensi kualitas tersebut yaitu,


Tangible (Bukti fisik), Reliability (Kehandalan), Responsiveness
(Ketanggapan), Assurance (Jaminan), dan Empathy (Empati). Masing-masing
dimensi memiliki indikator-indikator sebagai berikut:

a. Bukti fisik (Tangible)


1. Penampilan petugas/aparatur dalam melayani pelanggan.
2. Kenyamanan tempat melakukan pelayanan.
3. Kemudahan dalam proses pelayanan.
b. Kehandalan (Reliability)
1. Kecermatan petugas da Memiliki standar pelayanan yang jelas.
2. Kemampuan petugas/aparatur dalam menggunakan alat bantu dalam
proses pelayanan.
3. Keahlian petugas dalam menggunakan alat bantu dalam proses
pelayanan.
c. Daya tanggap (Responsiveness)
1. Merespon setiap pelanggan/pemohon yang ingin mendapatkan
pelayanan.
2. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cepat.
3. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan tepat.
d. Jaminan (Assurance)
1. Petugas memberikan jaminan tepat waktu dalam pelayanan.
2. Petugas memberikan jaminan biaya dalam pelayanan.
3. Petugas memberikan jaminan legalitas dalam pelayanan.
4. Petugas memberikan jaminan kepastian biaya dalam pelayanan.

7
e. Empati (Emphaty)
1. Mendahukan kepentingan pemohon/pelanggan
2. Petugas melayani dengan sikap sopan santun.
3. Petugas melayani dengan tidak diskriminatif (membeda-bedakan).lam
melayani pelanggan.

Pasal 4 UUD NO 25 tahun 2009 Penyelenggaraan pelayanan publik


berasaskan:

a. kepentingan umum
b. kepastian hukum
c. kesamaan hak
d. keseimbangan hak dan kewajiban
e. keprofesionalan
f. partisipatif
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
h. keterbukaan
i. akuntabilitas
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok
k. rentan ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan

B. Perlindungan Perempuan Menurut Hukum Islam


a. Konsep perlindungan hukum
Secara etimologi, kata “perlindungan” berasal dari kata lindung,
mendapat awalan perdan akhiran–an. Dalam kamus umum Bahasa
Indonesia disusun W.J.S. Poerwodarminto bahwa perlindungan artinya
tempat berlindung. Terkait dengan perlindungan hukum, Philipus M.
Hadjon menyatakan bahwa sarana perlindungan hukum ada dua, yaitu:
sarana perlindungan hukum preventif dan sarana perlindungan hukum

8
represif. Sarana perlindungan hukum preventif terutama erat kaitannya
dengan azas freis ermessen sebagai bentuk perlindungan hukum secara
umum. Sedangkan sarana perlindungan hukum represif di Indonesia
ditangani oleh badan-badan Pengadilan dalam lingkunganPeradilan Umum,
Instansi Pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi dan
badan-badan khusus. Sarana perlindungan hukum represif yang dilakukan
oleh pengadilan misalnya dalam bentuk penjatuhan pidana kepada pelaku.
Salah satu tujuan penjatuhan pidana menurut Andi Hamzah dan
Sumangelipu adalah perlindungan terhadap umum (protection ofthe
public), termasuk di dalamnya perlindungan hukum terhadap korban.3
Dalam terminologi agama (Islam), hadirnya agama yang di turunkan
Tuhan tentu berpijak pada tujuan kebaikan bersama (maslahat al-„ammah).
Tujuan hukum tersebut dijabarkan secara 20 jelas dalam firman Allah: “Dan
aku tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.” Teks
tersebut merupakan landasan teologis bagi umat manusia untuk menebar
kebaikan di muka bumi melalui ajaran agama, termasuk mewujud dalam
salah satu fungsi keluarga secara legal dan bertanggung jawab secara sosial
maupun moral. Demikian juga dalam konteks rumah tangga, reproduksi
selama dalam wujud yang di syari‟atkan, bukanlah sesuatu yang tabu dalam
Islam. Reproduksi dianggap kebutuhan prokreasi, maka perkawinan dalam
Islam menjadi penting karena menjadi institusi prokreasi. Dalam
terminologi ushul fiqh, perlindungan hukum selaras dengan tujuan hukum,
yakni terhadap lima aspek (al-kulliyat al-khams atau ad-daruriyah al-
khams). Lima aspek perlindungan itu mencakup agama (hifz ad-din), jiwa
(hifz an-nafs), akal (hifz al-aql), keturunan (hifz an-nasl), harta (hifz al-
mal). Ini menegaskan bahwa hukum Islam datang ke dunia membawa misi

3
Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), Cet. II; Jakarta: Raja Granfindo
Persada.

9
perlindungan yang sangat mulia, yaitu sebagai rahmat bagi seluruh manusia
di muka bumi
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an surah Yunus ayat 57:
b. Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Menurut Hukum Islam
Isu penindasan terhadap perempuan terus menerus menjadi perbincangan
hangat. Perjuangan penghapusan kekerasan terhadap perempuan nyaring
disuarakan organisasi, kelompok atau bahkan negara yang meratifikasi
konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan. Convention on the Elimination of All Discrimination
(CEDAW) melalui undang-undang No. 7 tahun 1984. Juga berdasarkan
deklarasi pengahapusan kekerasan terhadap perempuan yang dilahirkan
PBB tanggal 20 Desember 1993 dan telah diratifikasi oleh pemerintah
Indonesia. Perjuangan penghapus kekerasan terhadap perempuan berangkat
dari banyaknya kasus yang dengan korban perempuan. Hal ini berdasarkan
sejumlah temuan Komisi Nasional anti-Kekerasan terhadap Perempuan
(KOMNAS Perempuan) dari berbagai organisasi penyedia layanan korban
kekerasan dilaporkan menjadi korban tindak kekerasan (TKT). Pengertian
kriminalitas (jarimah) dalam Islam adalah tindakan melanggar peraturan
yang telah ditetapkan oleh syariat Islam dan termasuk kategori kejahatan.
Sementara kejahatan dalam Islam adalah tercela (al-qobih) yang ditetapkan
oleh hukum syara‟, bukan yang lain. Sehingga apa yang dianggap sebagai
tindakan 23 kejahatan terhadap perempuan harus distandarkan pada hukum
syara‟. Dalam hukum Islam kekerasan terhadap perempuan adalah bentuk
kriminalitas (jarimah). Menurut Imam Al- mawardi Jarimah (tindak pidana)
adalah segala larangan syara‟ (melakukan hal-hal yang dilarang dan atau
meninggalkan hal-hal yang diwajibkan) yang diancam dengan had atau
ta‟zir.27 Bentuk-bentuk Jarimah sebagai berikut:
1. Jarimah Hudud, meliputi: perzinaan, qadzaf (menuduh zina), minum
khamar, pencurian, perampokan, pemberontakan dan murtad.

10
2. Jarimah Qishash/diyat, meliputi: pembunuhan sengaja, pembunuhan
semi sengaja, pembunuhan karena kesalahan.
3. Jarimah ta‟zir. Jarimah ta‟zir terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Jarimah hudud atau qishash/diyat yang subhat atau tidak memenuhi
syarat, namun sudah merupakan maksiat
b. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh Al-Qur‟an dan al-Hadits,
namun tidak ditentukan sanksinya. Misalnya penghinaan, saksi
palsu, tidak melaksanakan amanah, dan menghina agama.
c. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh Ulil Amri untuk
kemaslahatan umum. Dalam hal ini, nilai ajaran Islam dijadikan
pertimbangan penentuan kemaslahatan umum.

Kekerasan atau kejahatan sendiri dipicu oleh dua hal. Pertama, faktor
individu. Tidak hanya ketakwaan pada individu-individu, lemahnya
pemahaman terhadap relasi keluarga, dan karakteristik individu yang
tempramental adalah pemicu bagi seseorang untuk melanggar hukum
syara‟, termasuk melakukan tindakan kekerasan. Kedua, Faktor
Sistematik. Kekerasan yang terjadi saat ini sudah menggejala
dimasyarakat menjadi penyakit sosial di masyarakat, baik di lingkungan
domestik maupun publik. Kekerasan yang terjadi bersifat struktural
yang disebabkan oleh berlakunya sistem yang tidak menjamin
kesejahteraan masyarakat, mengabaikan nilai-nilai ruhiyah dan
menafikan perlindungan atas eksistensi manusia. Tak lain dan tak bukan
ialah sistem kapitalisme-sekuler yang memisahkan agama dan
kehidupan. Dari sisi hukum, ketiadaan sanksi yang tegas dan membuat
jera pelaku telah melanggengkan kekerasan atau kejahatan di
masyarakat. Seperti pelaku pemerkosaan yang dihukum ringan, pelaku
perzinahan yang malah dibiarkan, dan lain-lain. Dari sisi sosial-budaya,
gaya hidup hedonistik yang melahirkan perilaku permisif, kebebasan

11
berprilaku dan seks bebas, telah menumbuh suburkan perilaku
penyimpangan seksual seperti homoseksual, lesbianisme, dan hubungan
seks disertai kekerasan. Dari sisi pendidikan, menggejalanya
kebodohan telah memicu ketidakpahaman sebagian masyarakat
mengenai dampak-dampak kekerasan dan bagaimana seharusnya
mereka berprilaku santun. Hal ini akibat rendahnya kesadaran
pemerintah dalam penanganan pendidikan, sehingga kapitalis
pendidikan hanya berpihak pada orang-orang berduit saja. Lahirlah
kebodohan secara sistematis pada masyarakat dan kemorosotan
pemikiran masyarakat sehingga perilakupun berada pada derajat yang
sangat rendah. Untuk persoalan sistematik ini, dibutuhkan penerapan
hukum yang menyeluruh oleh negara. Kalau tidak akan terjadi
kepentingan. Kekerasan terhadap perempuan, contohnya dalam rumah
tangga, kalau hanya si isteri yang mengabdi kepada suami, pastilah
timpang. Padahal dalam Islam, suami diwajibkan berbuat baik kepada
isteri. Kekerasan yang dilakukan oleh suami bisa diberikan sanksi diyat.
Disinilah letak penting tegaknya hukum yang tegas dan menyeluruh.
Kejahatan bukan sesuatu yang fitri (ada dengan sendirinya) pada diri
manusia. Kejahatan bukan pula profesi yang diusahakan oleh manusia,
juga bukan penyakit yang menimpa manusia. Tapi kejahatan adalah
setiap hal yang melanggar peraturan Allah, siapapun pelakunya, baik
laki-laki maupun perempuan. Semua bentuk kriminalitas, baik di
lingkungan domestik maupun publik akan mendapatkan sanksi sesuai
jenis kriminalitasnya, baik pelakunya laki-laki maupun perempuan.
Berdasarkan syariat Islam ada beberapa bentuk kekerasan atau
kejahatan yang menimpa perempuan dimana pelakunya harus diberikan
sanksi yang tegas. Namun sekali lagi perlu ditegaskan kejahatan ini bisa
saja menimpa laki-laki, pelakunya juga bisa laki-laki maupun
perempuan itu pada dasarnya harus dikenai sanksi karena merupakan

12
bentuk kriminalitas (Jarimah). Dalam konteks perkawinan yang tentu
melibatkan laki-laki dan perempuan, suami memiliki kewajiban untuk
mendidik istri dan anak-anaknya agar taat kepada Allah Swt. Dalam
mendidik istri dan anak-anak ini, bisa jadi terpaksa dilakukan dengan
“pukulan”. Nah “pukulan” dalam konteks pendidikan atau ta‟dib ini
dibolehkan dengan batasan-batasan dan kaidah tertentu yang jelas.
Kaidah itu antara lain:

1. Pukulan yang diberikan bukan pukulan yang menyakitkan, apalagi


sampai mematikan, pukulan hanya diberikan jika tidak ada cara lain
(atau semua cara sudah ditempuh) untuk memberi hukuman atau
pergantian
2. Tidak boleh memukul ketika dalam keadaan marah sekali, karena
dikhawatirkan akan membahayakan.
3. Tidak memukul pada bagian-bagian tubuh vital semisal wajah,
kepala, dan dada.
4. Tidak boleh memukul lebih dari tiga kali pukulan, kecuali sangat
terpaksa dan tidak melebihi sepuluh kali pukulan.
5. Tidak boleh memukul anak dibawah usia 10 tahun, jika kesalahan
baru pertama kali dilakukan, maka diberi kesempatan bertobat dan
minta maaf atas perbuatannya, dll.

Dengan demikian perempuan yang tidak taat kepada suami atau


nusyuz, misalnya tidak mau melayani suami padahal tidak ada uzur
(sakit atau haid), maka tidak bisa disalahkan jika suami
memperingatkannya dengan “pukulan” yang tidak menyakitkan. Atau
istri yang melalaikan tugasnya sebagai ibu rumah tangga karena
disibukkan dengan berbagai urusan diluar rumah, maka bila suami
melarangnya ke luar rumah bukan berarti bentuk kekerasan terhadap
perempuan karena dalam UU No.1 tahun 1974 pasal 31 ayat (3)

13
dinyatakan dengan jelas bahwa suami adalah kepala keluarga.28
Apabila terjadi pertikaian atau konflik dalam lingkup rumah tangga,
maka Islam telah mengupayakan jalur penyelesaian dengan berbagai
cara yang dapat ditempuh oleh suami dan istri. Salah satunya dengan
menyiapkan seseorang sebagai penengah dari lingkup keluarga guna
menangani permasalahan dalam rumah tangga tersebut. Perpisahan
diantara keduanya merupakan upaya terakhir yang boleh ditempuh
apabila hubungan keduanya sudah tak bisa disatukan kembali dan ini
bersifat sebagai ultimatum remedium. Pun Islam menganjurkan untuk
melakukan usaha-usaha perdamaian diantara kedua belah pihak baik
melalui mediator ataupun perbuatan-perbuatan tertentu yang bersifat
mendidik sebelum keduanya memilih jalan untuk berpisah

C. Tinjauan Pelayanan Publik


Pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu
kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak
terikat pada suatu produk secara fisik (Kotler dalam Sinambela dkk, 2011: 4).
Kata pelayanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata layan,
yang berarti menolong, menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain.
Sementara menurut Gronroos dalam Ratminto (2010: 2) menjelaskan bahwa
pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak
kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi
antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh
perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan konsumen atau pelanggan. Menurut Peraturan Pemerintah No.
65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal, menjelaskan bahwa pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik

14
yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan.4
Sementara itu, istilah publik berasal dari Bahasa Inggris public yang berarti
umum, masyarakat, negara. Inu dkk (dalam Sinambela dkk, 2011:5),
mendefinisikan publik sebagai sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan
berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik
berdasarkan nilai-nilai norma yang merasa memiliki. Menurut Kepmenpan No.
63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan
yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai pemenuhan
kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sehingga pelayanan publik diartikan sebagai setiap
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang
memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada
suatu produk secara fisik. Pelayanan umum diartikan sebagai segala bentuk
kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan di
lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dalam bentuk barang atau
jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun
dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Lembaga
Administrasi Negara, 1998) Tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah
memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas
pelayanan prima yang tercermin dari:5
a. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat
diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara
memadai serta mudah dimengerti.

4
Dwiyanto, Agus. 2006. Mewujudkan Good Governance Melayani Publik Yogyakarta: Gadjah Mada
University.
5
Undang undang pelayanan publik (UU RI No 25 tahun 2009)

15
b. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip
efisiensi dan efektivitas.
d. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan, dan harapan masyarakat.
e. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat
dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan
sebagainya.
f. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang
mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima
pelayanan publik (Sinambela dkk, 2011: 6) Penyelenggaraan pelayanan
umum menurut Lembaga Administrasi Negara (1998) dapat dilakukan
dengan berbagai macam pola antara lain:
1. Pola Pelayanan fungsional, yaitu pola pelayanan umum yang diberikan
oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan tugas, fungsi dan
kewenangannya.
2. Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan umum yang diberikan
secara tunggal oleh suatu instansi pemerintah berdasarkan pelimpahan
wewenangan dari instansi pemerintah lainnya yang bersangkutan.
3. Pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan umum yang dilakukan
secara terpadu pada suatu tempat tinggal oleh beberapa instansi
pemerintah yang bersangkutan sesuai kewenangannya masing-masing.
4. Pola pelayanan secara terpusat, yaitu pola pelayanan umum yang
dilakukan oleh satu instansi pemerintah yang bertindak selaku
koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah lainnya yang
terkait dengan bidang pelayanan umum yang bersangkutan.

16
Sesuai Keputusan MENPAN Nomor 63 tahun 2003 prinsip
penyelenggaran pelayanan publik adalah sebagai berikut:

a. Kesederhanaan, yakni prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit,


mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
b. Kejelasan, yakni mencakup kejelasan dalam hal:
1. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik.
2. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau
persoalan atau sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.
3. Rincian biaya pelayanan publik dan tatacara pembayaran.
c. Kepastian waktu, yakni pelaksanaan pelayanan publik dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
d. Akurasi, yakni produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat,
dan sah.
e. Keamanan, yakni proses dan produk pelayanan publik memberikan
rasa aman dan kepastian hukum.
f. Tanggung jawab, yakni pimpinan penyelenggara pelayanan publik
atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan
pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan
pelayanan publik.
g. Kelengkapan sarana dan prasarana, yakni tersedianya sarana prasarana
kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
sarana telematika.
h. Kemudahan akses, yakni tempat dan lokasi serta sarana pelayanan
yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan memanfaatkan
teknologi telematika.

17
i. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, yakni pemberi pelayanan
harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta ikhlas dalam
memberi pelayanan.
j. Kenyamanan, yakni lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, ruang
tunggu yang nyaman, bersih, rapi, serta disediakan fasilitas pendukung
seperti tempat parkir, toilet, tempat ibadah, dan sebagainya (Ratminto,
2010: 21-23)

D. Konsep Perlindungan Hukum


Pada hakikatnya, salah satu ciri negara hukum adalah dengan adanya asas
persamaan di depan hukum (equality before the law). Menurut R. Soeroso,
SH, hukum adalah himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang
dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan masyarakat, dengan ciri
memerintah, melarang, serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan
sanksi hukuman bagi yang melanggarnya. Hukum juga dapat diartikan sebagai
peraturan yang bersifat memaksa yang dibuat oleh penguasa, yang mengatur
tingkah laku manusia, guna tercapainya suatu keteraturan dalam masyarakat.
Perlindungan hukum terhadap setiap warga negara merupakan suatu
keharusan, karena merupakan bagian dari hak asasi manusia. Secara umum,
perlindungan dapat diartikan sebagai mengayomi seseorang atau sesuatu dari
hal-hal yang mengancam maupun membahayakan. Dalam pengertian lain,
perlindungan juga diartikan sebagai mengayomi pihak yang lemah, supaya
dapat merasa aman. Sehingga perlindungan hukum dapat dikatakan sebagai
perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum dalam bentuk perangkat
hukum, baik yang bersifat preventif maupun represif, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis.
Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan
pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia yang dirugikan orang lain dan
perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua

18
hak-hak yang diberikan oleh hukum. Hukum bertujuan untuk
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai kepentingan dalam
masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap
kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara memberi batas
kepentingan pihak lain. Dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum adalah
mengayomi hak asasi korban yang telah dilanggar atau dirugikan orang lain,
dan supaya hak-hak korban dapat dipulihkan kembali. Sementara perlindungan
hukum menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan
rasa aman kepada saksi dan atau korban yang wajib dilaksanakan oleh Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban atau lembaga lainnya sesuai ketentuan undang-
undang. Suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum
apabila mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Adanya pengayoman dari pemerintah terhadap warganya.
2. Adanya jaminan kepastian hukum.
3. Berkaitan dengan hak-hak warganegara.
4. Adanya sanksi hukuman bagi yang melanggarnya. Sebagai negara hukum,
korban juga harus mendapat pelayanan hukum berupa perlindungan hukum.
Bukan hanya tersangka atau terdakwa saja yang dilindungi hak-haknya,
tetapi korban juga wajib dilindungi

Menurut Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang


Perubahan Atas Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan
Saksi dan Korban, bahwa perlindungan korban berdasarkan pada :

1. Penghargaan atas harkat dan martabat manusia, Asas penghargaan atas


harkat dan martabat manusia adalah asas dalam pemenuhan hak dan
pemberian bantuan yang memandang setiap manusia, khususnya sebagai
saksi dan/atau korban, sebagai makhluk ciptaan Allah, yang harus dihargai

19
dan dilindungi, dan hak-hak tersebut tidak boleh dikurangi oleh siapapun
dan dalam keadaan apapun.
2. Rasa aman, Asas rasa aman adalah asas dalam pemenuhan hak dan
pemberian bantuan kepada saksi dan/atau korban, berguna untuk
menciptakan kondisi dalam suasana tenteram baik lahiriah dan batiniah,
baik secara fisik maupun psikis.
3. Keadilan,
Asas keadilan adalah asas dalam pemenuhan hak dan pemberian hukum
kepada saksi dan/atau korban sesuai dengan hak-haknya, secara
proporsionalitas, prosedural, sesuai dengan kewajibannya memberikan
kesaksian dalam setiap tahap peradilan.
4. Tidak diskriminatif
Asas tidak diskriminatif adalah asas dalam pemenuhan hak dalam
pemberian bantuan yang memandang setiap saksi dan/atau korban
memperoleh pengakuan yang dalam keadaan sama, harus diterapkan secara
sama di depan hukum, tanpa membedakan tingkat ekonomi, golongan, ras,
agama, suku bangsa, dan sebagainya.
5. Kepastian hukum.
Asas kepastian hukum, adalah asas dalam pemenuhan hak dan pemberian
bantuan di negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggara negara.
Sebagai negara hukum, seharusnya aparat penegak hukum kita dalam
menegakkan hukum tidak semata-mata menegakkan peraturan perundang-
undangan saja. Kemampuan untuk menggali pemahaman hukum sebagaimana
diajarkan dalam teori hukum progresif oleh Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, S.H,
yaitu bukan hanya sekedar memahami hukum positif yang selama ini berlaku,
tetapi juga bagaimana seorang penegak hukum itu mampu mengangkat nilai-
nilai hukum yang bermuara kepada sebuah keadilan yang sesungguhnya, bukan

20
hanya keadilan yang didasarkan pada uraian kata-kata peraturan perundang-
undangan saja, tetapi lebih kepada keadilan yang sesungguhnya. Keadilan yang
sesungguhnya itu sebagaimana tergambar dalam benak dan hati sanubari setiap
orang yang menghendaki keteraturan yang mereka butuhkan.
Melalui penggalian nilai-nilai keadilan yang ada dalam masyarakat itulah
yang seharusnya menjadi tujuan utama, atau tujuan yang paling dalam tentang
tujuan dan hakikat kebutuhan hukum itu. Tujuan atau inti dari hukum itu harus
dilandasi oleh penilaian hati nurani dan makna hukum yang paling dalam. Di
sinilah diperlukannya peran hukum progresif. Hukum progresif adalah suatu
tinjauan teori yang dicetuskan oleh Satjipto Rahardjo tentang makna hukum
yang sesungguhnya, yaitu hukum yang benar-benar ingin mewujudkan jati
dirinya pada sebuah nilai keadilan yang sebenarnya, bukan hanya keadilan
menurut peraturan perundang-undangan saja, tetapi lebih kepada bagaimana
seharusnya manusia itu berperilaku.

E. Tinjauan Pemberdayaan Perempuan dan Anak


Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) dalam Suwatno (2011:182)
Pemberdayaan secara etimologis berasal dari kata daya yang berarti
kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak. Mendapat
awalan ber- menjadi “berdaya” artinya berkekuatan, berkemampuan, bertenaga,
mempunyai akal (cara dan sebagainya) untuk mengatasi sesuatu.
Pemberdayaan dikutip dari bahasa Inggris yaitu empowerment, menurut
Stewart (2008:18) dalam Suwatno (2011:182) yang secara etimologis
pemberdayaan berasal dari kata power yang berarti kekuasaan, yaitu
kemampuan untuk mengusahakan agar sesuatu itu terjadi ataupun tidak sama
sekali. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-
orangyang lemah atau tidak beruntung. Usman (2004) dalam Zaili Rusli
(2012:34) mengatakan pemberdayaan mengandung makna adanya
aktivitas/usaha untuk menjadikan sesuatu dari keadaan yang tidak berdaya,

21
tidak bertenaga, tidak berkekuatan menjadi kondisi atau keadaan yang berdaya,
bertenaga, atau kuat. Empowerment yang dalam Bahasa Indonesia berarti
“pemberdayaan” adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari
perkembangan alam pikiran masyarakat kebudayaan Barat, utamanya Eropa. 6
Memahami konsep empowerment secara tepat harus memahami latar
belakang kontekstual yang melahirkannya. Menurut HAW Widjaja (2005:169)
pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan kemampuan dan
potensi yang dimilki masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati
diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan
mengembangkan diri secara mandiri baik dibidang ekonomi, sosial, agama dan
budaya. Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya
untuk meningkatkan kemampuan dan potensi masyarakat secara maksimal
untuk dapat bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri agar masyarakat
dapat bebas dari kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan demikian,
pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan
politik (Peraturan Gubernur Riau Nomor: 21 tahun 2011). Pemberdayaan
perempuan adalah upaya terstruktur untuk mewujudkan kesetaraan gender
dalam hal akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat dalam pembangunan dan
penguasaan sumber daya dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan
peningkatan peran perempuan.
a. Anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud anak secara
bahasa adalah keturunan kedua atau manusia yang masih kecil. Lebih lanjut
yang dimaksud Anak dalam Konvesi PBB tentang Hak Anak (Convention
on the Right of the Child) adalah anak berarti setiap manusia dibawah umur

6
Dewi Resky Amalia, 2021,”Efektifitas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Dalam Menghadapi
Permasalahan Kekerasan Anak dan Perempuan (Studi Kasus UPT P2TP2A di Kel. Lamalaka Kab.
Bantaeng)”. Universitas Muhammadiyah Makassar

22
18 (delapan belas) tahun, kecuali menurut undang-undang yang berlaku
terhadap seorang anak yang kedewasaan dicapai lebih awal. Di Indonesia
sendiri terdapat beberapa pengertian tentang anak menurut peraturan
perundang – undangan, pengaturan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
1. Menurut Pasal 1 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak, “Anak merupakan seorang yang belum berusia
18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan”
2. Menurut pasal 45 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
“Anak ialah seseorang yang umurnya belum mencapai 16 (enam
belas) tahun”.
3. Menurut pasal 1 butir 2 Undang- undang No 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak, “Anak ialah seseorang yang usianya belum
mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin”
Menurut Pasal 1 ayat (3) UU SPPA “Anak merupakan anak yang
telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18
(delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana”. Anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan sesuai isi dari pasal 1
angka (1) Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Anak merupakan keturunan antara ayah dan ibu
melalui perkawinan yang sah maupun tidak.7

Manusia sebagai makhluk hidup berkembang dan menghasilkan


keturunan yang berkembang sehingga membentuk silsilah keluarga.
Pengertian anak berdasarkan Black’s Law Dictionary adalah keturunan

7
Amin, Rahman. 2021. Hukum Perlindungan Anak dan Perempuan di Indonesia. Yogyakarta:
Deepublish

23
sebagai korelatif dari orang tua yang berarti putra atau putri dari ayah dan
ibu.Di dalam keluarga, anak merupakan hal yang sangat berharga bagi orang
tua.Setiap orang tua yang baik, pasti merawat, menjaga, membimbing, serta
mendidik anaknya sebaik mungkin agar menjadi anak yang berguna bagi
semua orang. Kita perlu mengetahui pengertian anak menurut peraturan-
peraturan hukum yang lain, diantaranya:

1. Konvensi Hak Anak (Convention on The Right of The child)


Konvensi Hak Anak menyebutkan bahwa manusia yang umurnya
belum mencapai 18 (delapan belas) tahun.Namun, diberikan
pengakuan terhadap batasan umur yang berbeda yang mungkin
diterapkan dalam perundangan nasional.
2. Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP) KUHP mengatur dan
menunjuk proses hukum dan materi hukum anak – anak di bawah
umur. Pasal – pasal yang terkait adalah pasal 45, 46, dan 47 KUHP.
Pasal 45 KUHP adalah pasal yang mengatur batas umur dan batas
waktu penuntutan karena berkaitan dengan perbuatan kejahatan dan
pelanggaran yang dilakukan di bawah usia 16 (enam belas) tahun.
Namun, ketentuan tersebut dicabut dengan keluarnya Undang -
Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.
3. Kitab Undang Hukum Perdata Pasal 330 (KUHPerdata)
KUHPerdata mengatur tentang batasan umur bagi orang yang belum
dewasa, yaitu mereka yang belum mencapai umur 21 (dua puluh
satu) tahun dan belum pernah menikah.
4. UNICEF ( United Nations Emergency Children's Fund ) UNICEF
merupakan organisasi internasional di bawah naungan PBB yang
didirikan pada 11 Desember 1946 untuk memberi bantuan
kemanusiaan khususnya kepada anak-anak yang hidup akibat dari

24
perang dunia ke II. UNICEF mendefenisikan anak sebagai
penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun.
5. Undang–Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan
AnakUndang–Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan
Anak, Pasal 1 butir 2 merumuskan bahwa anak adalah orang dalam
perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun,
tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum
pernah menikah.

Aspek sosiologis pengertian anak menunjukan bahwa anak sebagai


makhluk sosial ciptaan Tuhan, yang senantiasa berinteraksi dengan
lingkungan masyarakat bangsa dan negara.Dalam hal ini anak diposisikan
sebagai kelompok sosial paling kecil di masyarakat.Arti anak dari aspek
sosial ini mengarahkan pada perlindungan kodrati karena keterbatasan yang
dimiliki oleh anak sebagai wujud untuk berinterkasi dengan orang dewasa.
Faktor keterbatasan kemampuan dikarenakan anak berada pada proses
pertumbuhan, proses belajar, dan proses sosialisasi dari akibat usia yang
belum dewasa: disebabkan kemampuan daya nalar (akal) dan kondisi fisik
dalam pertumbuhan atau mental spritual yang berada di bawah kelompok
usia orang dewasa. Dalam psikologi perkembangan anak banyak dibicarakan
bahwa dasar kepribadian seseorang terbentuk pada masa anak-anak. Proses-
proses perkembangan yang terjadi dalam diri seorang anak ditambah dengan
apa yang dialami dan diterima selama ia masa anak-anaknya secara sedikit
demi sedikit memungkinkan ia tumbuh dan berkembang menjadi manusia
dewasa.

Dengan tumbuhnya sang anak, maka sang anak tersebut akan terus
menjajagi sampai sejauh mana lagi orang tua mereka bisa mentolerir
tindakannya dan hal inilah yang membutuhkan penilaian kembali oleh orang
tua. Mereka juga merasa bahwa mereka masih harus mentes ketegasan orang

25
tua mereka, sampai sejauh mana orangtuanya masih bisa bertahan terhadap
tingkah laku mereka sendiri. Para orang tua yang tadinya hanya bersikap
sebagai seorang sahabat, mau tak mau akanterbentur pada persoalan yang
demikian. Pada akhinya para orang tua ini harus bersikap tegas, setidaknya
mulai dari saat-saat tersebut, atau akhirnya mereka akan kehilangan
kesabarannya dan menjadi marah. Kenyataan-kenyataan dalam masyarakat
sering memproses anak-anak melakukan kegiatan ekonomi atau kegiatan
produktivitas yang dapat menghasilkan nilai-nilai ekonomi. Kelompok
pengertian anak dalam bidang ekonomi, mengarah pada konsepsi
kesejahteraan anak yang ditetapkan oleh Undang-Undang No. 4 Tahun 1979
tentang kesejahteraan anak adalah “hak asasi anak harus diusahakan
bersama.” Pandangan anak dari pengertian religius akan dibangun sesuai
ajaran agama, anak mendapat kedudukan istimewa. Anak adalah titipan
Tuhan kepada orang tua untuk disayangi dan dididik. Didalam hukum kita
terdapat pluralisme mengenai pengertian anak, hal ini adalah sebagai akibat
dari tiap-tiap peraturan perundang-undangan yang mengatur secara
tersendiri mengenai pengertian anak itu.

Pengertian serta definisi perlindungan menurut kamus Bahasa Indonesia


(KBBI) maknanya adalah tempat berlindung atau memperlindungi.
Perlindungan merupakan tempat berlindung dari tindakan yang
merugikan.Perlindungan ada untuk melindungi suatu hal karena
ketidakmampuan untuk melindungi diri sendiri.Sebagai contoh
perlindungan anak, anak perlu mendapatkan perlindungan dari pemerintah,
keluarga, masyarakat, serta orang tuanya dalam masa pertumbuhannya agar
tidak mendapat perlakuan sewenang-wenang dari pihak yang tidak
bertanggung jawab.Pengertian perlindungan anak berdasarkan kamus
hukum adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara

26
optimal, sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan anak adalah
segala upaya yang ditujukan untuk mencegah, merehabilitasi dan
memberdayakan anak yang mengalami tindak perlakuan salah, ekspoitasi
dan penelantaraan agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak secara wajar, baik fisik, mental maupun
sosialnya.Hakekatnya anak tidak dapat melindungi diri sendiri terhadap
berbagai macam ancaman mental, fisik, sosial dalam berbagai bidang
kehidupan. Oleh karena itu anak harus dibantu orang lain dalam melindungi
diri mengingat situasi dan kondisinya. Melindungi anak adalah melindungi
manusia dan membangun manusia seutuhnya. Perlindungan anak
merupakan hal yang sangat penting demi terciptanya kontiunitas negara,
karena anak merupakan cikal bakal suatu generasi manusia dalam
pembangunan bangsa.Perlindungan anak adalah suatu usaha mengadakan
kondisi dan situasi yang memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajiban
anak secara manusiawi positif.

Arif Gosita menyatakan bahwa perlindungan anak merupakan suatu


hukum baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang menjamin anak
benarbenar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.Pengertian
perlindungan anak dalam arti luas adalah semua usaha yang melindungi anak
melaksanakan hak dan kewajibannya secara manusiawi positif.Setiap anak
melaksanakan haknya, ini berarti dilindungi untuk memperoleh dan
mempertahankan haknya untuk hidup mempunyai kelangsungan hidup,
bertumbuh kembang dan perlindungan pelaksanaan hak dan kewajibannya
sendiri dan dapat perlindungan.

a. Bentuk Kekerasan Pada Perempuan Dan Anak


Kekerasan atau (bahasa Inggris Violence) violentus yang berasal
dari kata vī atau vīsberarti kekuasaan atau berkuasa) adalah dalam

27
prinsip dasar dalam hukum publik dan privat Romawi yang merupakan
sebuah ekspresibaik yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal
yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada
kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh
perorangan atau sekelompok orang umumnya berkaitan dengan
kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat diartinya
bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan
atau tindakan kesewenang-wenangan itu dapat pula dimasukan dalam
rumusan kekerasan ini. Kekerasan yang menimpa perempuan dan anak
hadir dalam seluruh jenis hubungan sosial yang dijalaninya, termasuk
dalam hubungan keluarga, perkawanan dekat, dalam hubungan
kerjanya, maupun hubungan sosial kemasyarakatannya. Kekerasan itu
pun dapat menimpa perempuan dan anak dimana saja, baik itu berada di
ruang publik ataupun ruang rumah tangga. Adapun jenis - jenis
kekerasan terhadap perempuan dan anak menurut Nurdjunaida dalam
Harnoko (2010:184) dapat terjadi dalam bentuk:
a. Kekerasan Fisik Yaitu tindakan yang bertujuan untuk melukai,
menyiksa atau menganiaya orang lain, dengan menggunakan
anggota tubuh pelaku (tangan, kaki) atau dengan alat-alat lain.
Bentuk kekerasan fisik yang dialami perempuan dan anak, antara
lain: tamparan, pemukulan, penjambakan, mendorong secara kasar,
penginjakan, penendangan, pencekikan, pelemparan benda keras,
penyiksaan menggunakan benda tajam, seperti: pisau, gunting,
setrika serta pembakaran. Tindakan tersebut mengakibatkan rasa
sakit, jatuh sakit dan luka berat.
b. Kekerasan Psikologis/Nonfisik Yaitu tindakan yang bertujuan
merendahkan citra seorang perempuan, baik metalui kata-kata
maupun perbuatan (ucapan menyakitkan, kata-kata kotor, bentakan,
penghinaan, ancaman) yang menekan emosi perempuan. Tindakan

28
tersebut mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,
hilangnya kernampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan
penderitaan psikis berat pada seseorang.
c. Kekerasan Seksual Yaitu kekerasan yang bernuansa seksual,
termasuk berbagai perilaku yang tak diinginkan dan mempunyai
makna seksual yang disebut pelecehan seksual, maupun berbagai
bentuk pemaksaan hubungan seksual yang disebut sebagai
perkosaan. Tindakan kekerasan ini bisa diklasifikasikan dalam
bentuk kekerasan fisik maupun psikologis.

Tindak kekerasan seksual meliputi perkosaan, pelecehan seksual. Kasus


tindakan kekerasan terhadap perempuan cenderung terjadi di dalam
rumah tangga, Soeroso (2010:80). Adapun bentuk-bentuk tindak
kekerasan yang terjadi diantaranya:

Kekerasan individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal


untuk mengubah tingkah laku orang lain. Salleh (2003) mendefinisikan
kompetensi komunikasi sebagai sejumlah kemampuan, selanjutnya,
disebut resources, yang dimiliki seorang komunikator untuk digunakan
dalam proses komunikasi. Menurut De Vito (dalam Suharsono &
Dwiantara, 2013), Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan
pesan di antara dua orang ataukelompok dengan orang dengan beberapa
efek dan beberapa umpan balik seketika. Sedangkan menurut Deddy
Mulyana (dalam Suharsono & Dwiantara, 2013), komunikasi adalah proses
berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih. Ada lima unsur penting yang terkait dengan konsep
komunikasi (Suharsono & Dwiantara, 2013), yaitu: Unsur Who (Siapa)
Unsur Says What (apa yang dikatakan-pesan) Unsur Which Channel
(media/saluran) Unsur to Whom (kepada siapa) Unsur With What Effect
(akibat yang terjadi)

29
Menurut Effendi (2012) proses komunikasi primer dilakukan
denganmenggunakan simbol. Simbol yang digunakan itu berupa bahasa, kial
(gesture), isyarat, gambar dan warna dan lainnya yang secara langsung dapat
“menerjemahkan” pikiran dan perasaan pemberi pesan (komunikator). Dengan
kata lain, dengan menggunakan simbol orang (komunikan) mampu memahami
isi pesan yang disampaikan komunikator. Sedangkan proses sekunder pada
dasarnya merupakan aktivitas komunikasi yang dilakukan dengan
menggunakan alat bantu sekunder (kedua) yang antara lain berupa surat,
telepon, faks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan sebagainya. Proses
komunikasi primer dipandang lebih efisien dan efektif dalam menyampaikan
pesan yang bersifat persuasif (nasihat, larangan, ajakan dan sebagainya).
Sedangkan proses sekunder akan lebih efisien dan efektif untuk menyebarkan
pesan-pesan yang bersifat informatif, misalnya pengumuman atau
pemberitahuan sesuatu yang bersifat massal (untuk khalayak banyak), berbagai
berita misalnya situasi perekonomian, politik, sosial di Indonesia yang
ditujukan untuk masyarakat Indonesia
Menurut (Rivai, 2011), kinerja Pegawai merupakan prilaku nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai
sesuai dengan perannya dalam perusahaan untuk mencapai tujuan.
(Mangkunegara, 2013) menyebutkan bahwa kinerja Pegawai adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesusai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Namun sayangnya, evaluasi secara resmi dan terbuka terhadap
kinerja perangkat Menurut sinambella, dkk (2012) mengemukakn bahwa
kinerja pegawai didefinisikn sebagai kemampuan pegawai dalam melakukan
sesautu keahlian tertentu.
Kinerja pegawai sangatlah perlu, sebab dengan kinerja ini, akan diketahui
seberapa jauh kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya. Menurut simamora (1995), kinerja adalah tingkat

30
terhadap mana para pegawai mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan,
menurut Byars dan Rue (dalam Harsuko 2011) kinerja merupakan derajat
pengusunan tugas yang mengatur pekerjaan seseorang. Jadi, kinerja adalah
kesedian seseorang atau kelompok orang untuk melakukan kegiatan atau
menyempurnaakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti
yang diharapkan.
Menurut Harsuko (2011), kinerja pegawai adalah sejauh mana seseorang
telah memainkan baginya dalam melaksanakan strategi organisasi, baik dalam
mencapai sasaran khusus yang berhubungan dengan peran perorangan dan atau
dengan memperlihatkan kompetensi yang dinyatakan relavan bagi organisasi.
Kinerja adalah suatu konsep yang multi dimensional mencakup tiga aspek yaitu
sikap (attitude), kemampuan (ability), dan prestasi (accomplishment).

31
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian bertempat pada
provinsi Riau Kecamatan Sukajadi, Jalan Tiung Ujung NO. 56 Kampung
Melayu. Yang mana secara letak geografis Desa Sukajadi terletak di antara
109°27’30’’-109°28’13’’ garis Bujur Timur dan 7°50’-7°50’84’’ garis Lintang
Selatan. Topografi dataran rendah dengan kemiringan rata-rata 4% dan berada
pada ketinggian rata-rata 25-100 dpl dengan bentuk topografi agak
bergelombang sampai berbukit. Desa Sukajadi memiliki jenis konfigurasi jenis
vertikal tanah liat tinggi yang mengembang pada waktu basah dan pecah-pecah
pada waktu kering.
Sukajadi adalah salah satu kecamatan yang ada dikota pekanbaru. Kota
pekanbaru juga merupakan ibukota dari provinsi Riau dan menjadi salah satu
wilayah yang sangat di perhatikan oleh pemerintah daerah, baik dari segi
kepadatan penduduk, letak bangunan, hingga segi anak anak di lampu merah
atau anak gelandangan. Sukajadi memiliki beberapa desa kelurahan yang
terletak pada kecamatan sukajadi yang mana terdapat 7 desa kelurahan yang
menjadi perhatian desa kelurahan di suka jadi, 7 desa tersebut di antaranya:
a. Harjosari
b. Jadirejo
c. Kampung Melayu
d. Kampung Tengah
e. Kedungsari
f. Pulau Karomah
g. Suka jadi

32
Ke-7 desa tersebut yang berada pada desa suka jadi yang mana desa
kelurahan Kampung melayu yang menjadi tempat berdirinya Kantor dari Dinas
Unit Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA) yang
berada tepat pada jalan tiung ujung no 50. Persebaran letak Unit Pelayanan
Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak ( UPT PPA ) terdapat 34 daerah
yang ada di Indonesia yang menjadi prasarana terhadap masyarakat.

Tabel 1.2
Informasi Database UPT PPA Di Indonesia
No Daerah Alamat Kantor Kelas (UPT PPA)
1 Sumatera Utara Jalan Iskandar Muda Tipe A
No. 272 Medan
2 Sumatera Barat Jalan Rasuna Said Tipe A
No. 74 Padang
3 Riau Jalan Tiung Ujung Tipe A
NO. 56 Kampung
Melayu, Sukajadi
4 Kepulauan Riau Jalan Riau No. 1-2 Tipe A
Kota Tanjung
Pinang, Kepri
5 Sumatera Selatan Jalan Ade Irma Tipe A
Nasution NO.1254
6 Kepulauan Bangka Komplek Tipe A
Belitung Perkantoran Terpadu
Pemprov Kep.
Bangka Belitung
Kelurahan Air hitam

33
7 Lampung Jalan Puri Bersakih Tipe A
Blok. EE 5 Taman
Putri Way Halim.
Bandar Lampung
8 Bengkulu Jalan Pembangunan Tipe A
No. 13 Kota
Bengkulu
9 DKI Jakarta Jalan Raya Bekasi Tipe B
Timur KM.18,
Jatinegara Kaum,
Pulo Gadung,
RT07/RW06,
Jatinegara Kaum,
Kota Jakarta Timur,
DKI Jakarta
10 Jawa Tengah Jl. Pamularsih No Tipe B
28, Semarang
11 Sulawesi Selatan Jl. Urip Sumoharjo Tipe A
No 269, Komp.
Kantor Gubernur
Sulsel Gedung E
12 Sulawesi Barat Jl. K.H Abdul Malik Tipe A
Pattana Endeng,
Kab. Mamuju
13 Sulawesi Tenggara Jl. Pangeran Antasari Tipe A
Nomor 1 Komplek
Bumi Praja
Anduonohu

34
14 Aceh Jl. Medan Banda Tipe A
Aceh Gampong Paya
lipah, Kecamatan
Peusangan,
Kabupaten Bireuen
15 Lampung Selatan Jl. Mustafa Kemal Tipe A
No 31 Kalianda,
Lampung Selatan
16 Jawa Barat Jl. Alun-Alun Tipe A
Selatan No 2
Pagaden, 41252
17 Surakarta-Jawa Tengah Jl. Jenderal Tipe A
Sudirman Nomor 2,
Surakarta
18 Kabupaten Sleman-DIY Paten, Tridadi, Tipe A
Sleman DIY, 55511
19 Kota Yogyakarta – DIY Jl. Batikan nomor Tipe A
20, Umbulharjo,
Yogyakarta
20 Kabupaten Bantul-DIY Jl. Dr.Wahidin Tipe A
Sudiro Husodo no
76, Bantul
21 Kabupaten Ngawi- Jl. Untung Suropati Tipe A
Jawa Timur Nomor 35, Ngawi
22 Kabupaten Sidoarjo-Jawa Jl. Pahlawan IX No Tipe A
Timur 173

35
23 Kota Denpasar-Bali Jl. Gatot Subroto VI Tipe A
J No 26, Kota
Denpasar
24 Kabupaten Kutai Jl. Danau Aji No 67 Tipe A
Kertanegara-Kalimatan RT VII, Kelurahan
Timur Melayu, Kecamatan
Tenggarong,
Kabupaten Kutai
Kertanegara
25 Kabupaten Hulu Sungai Jl. Negara Dipa RT 8 Tipe A
Utara-Kalimantan No 25, Kel. Sungai
Selatan Malang, Kab.Hulu
Sungai Utara
26 Kabupaten Luwu Utara - Jl. Syuhada Tipe A
Sulawesi Selatan
27 Kota Bandung-Jawa Jl. IbrahimAji no 84, Tipe A
Barat Bandung
28 Kota Metro-Lampung Jl. Soekarno Hatta Tipe A
No 17 (16C)
Mulyojati, Metro
Barat, Kota Metro
29 Kota Lubuk Linggau - Kota Lubuk Linggau Tipe A
Sumatera Selatan - Sumatera Selatan
30 Kabupaten Garut- Jawa Jl. Raya Jalancagak Tipe A
Barat (8 UPTD) No 2, Kec.
Jalancagak
31 Kabupaten Cirebon- Jl. Raya Cibogo KM Tipe A
Jawa Barat (40 UPTD) 61, Kec. Cibogo

36
32 Kabupaten Bogor-Jawa KK. Mayjen Sutoyo Tipe A
Barat (5 UPTD) Sm No 40, Kec.
Subang
33 Kabupaten Labuhanbatu Jalan Labuhan Batu Tipe A
-Sumatera Utara
34 Jambi Jalan Delima Jambi Tipe A

B. Profil Unit Layanan Perlindungan Perempuan dan Anak Kota


Pekanbaru
Untuk penanganan permasalahan perempuan dan anak korban kekerasaan telah
dibentuk Unit Layanan Perlindungan Perempuan dan Anak Kota Pekanbaru
adalah pusat kegiatan terpadu yang menyediakan pelayanan bagi perempuan
dan anak korban kekerasan di kota pekanbaru. Pembentukan Unit Layanan
Perlindungan Perempuan Dan Anak Kota Pekanbaru berdasarkan keputusan
walikota Pekanbaru Nomor 107 Tahun 2019 tentang Pembentukan Unit
Layanan Perlindungan Perempuan Dan Anak Kota Pekanbaru UPT PPA
beroperasi pada tahun 2019 dimana pada tahun 2019 dan 2020 masih paa zzman
perkembangan dalam beroperasi namun ketika tahun 2021 dan 2022 sudah
memebrikan efek kepada masyarakat dalam beroperasi. Pembentukan Unit
Layanan Perlindungan Perempuan Dan Anak Kota Pekanbaru dibawah
koordinasi Dinas PPPA yang kegiatannya meliput:
1. Penanganan Pengaduan
2. Pelayanan Kesehatan
3. Rehabilitas Social
4. Penegakan Dan Bantuan Hukum
5. Pelayanan Pemulangan Dan Reintegrasi Social
6. Rumah Aman (Shelter) melalui rujukan secara gratis

37
C. Pelayanan Publik Dalam Islam
Pelayanan Publik Dalam Islam Islam sendiri merupakan agama langit yang
diturunkan oleh Allah SWT melalui Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul-nya.
Menurut pandangan Islam jika tugas sesuai dengan perintah Allah swt adalah
suatu ibadah yang dihitung sebagai pahala untuknya. Melakukan perbuatan
yang bukan perintah dari Allah swt, bukanlah ibadah dan akan mendapatkan
dosa. Sama halnya di dalam konsep Islam mengajarkan bahwa, dalam
memberikan layanan dari usaha yang dijalankan baik itu berupa barang atau
jasa jangan memberikan yang buruk atau tidak berkualitas Melainkan yang
berkualitas kepada orang lain. Hal ini tampak di dalam al-quran dalam surah al-
baqarah ayat 267, yang menyatakan bahwa:

ۗ‫ض‬ ِ ‫س ْبت ُ ْم َو ِم َّما ٰٓ ا َ ْخ َر ْجنَا لَ ُك ْم ِمنَ ْاْلَ ْر‬ َ ‫ت َما َك‬ َ ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا ا َ ْن ِفقُ ْوا ِم ْن‬
ِ ‫ط ِي ٰب‬
‫ض ْوا فِ ْي ِه ۗ َوا ْعلَ ُم ْٰٓوا‬ ٰٓ َّ ‫ْث ِم ْنهُ ت ُ ْن ِفقُ ْونَ َولَ ْست ُ ْم ِب ٰا ِخ ِذ ْي ِه ا‬
ُ ‫ِْل اَ ْن ت ُ ْغ ِم‬ َ ‫َو َْل تَ َي َّم ُموا ْال َخ ِبي‬
‫ي َح ِميْد‬ َ َ‫ا َ َّن اللّٰه‬
ٌّ ِ‫غن‬
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari usahamu yang baik-baik dan dan sebagian dari apa yang kami
keluarkan dari buki untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah maha kaya lagi maha terpuji. (Q.S. Al-Baqarah
(2):267)8
1. Pelayanan Dalam Islam Islam biasanya didefinisikan sebagai berikut:
Al-Islam wah-yun ilahiyun unzila ilanabiyyi Muhammadin
Sallallahu’alaihi wasallam lisa’adati al-dunya waal-akhirah (Islam adalah
agama atau wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW

8
Rina Nurul Kharismawati, Perlindungan Kaum Perempuan dalam Perspektif KeIslaman dan
Keindonesiaan, Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hukum, Volume 7, Nomor.2, 2021.

38
sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup manusia didunia dan akhirat).
Jadi, istilah Islam sendiri adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw. Kita percaya bahwa wahyu itu terdiri atas dua macam:
wahyu yang berbentuk Al-Quran dan, wahyu yang berbentuk hadits,
sunnah nabi Muhammad saw.9 Islam adalah kata bahasa arab yang
terambil dari kata salima yang berarti selamat, damai, tunduk, pasrah dan
berserah diri. Objek penyerahan diri ini adalah pencipta seluruh alam
semesta, yakni Allah SWT. Dengan demikian, Islam berarti penyerahan
diri kepada Allah SWT. Sebagaimana tercantum dalam potongan arti ayat
Al-quran surat Ali Imran “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi
allah swt adalah agama Islam.” Tegasnya, agama disisi Allah ialah
penyerahan diri yang sesungguhnya kepada Allah SWT. Jadi walaupun
seseorang mengaku beragama Islam, kalau dia tidak menyerah yang
sesungguhnya kepada Allah, belumlah dia Islam, sebab dia belum
menyerah atau tunduk. Menurut Ensiklopedia Islam, pelayanan adalah
suatu keharusan yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syari’ah.
Agar suatu pelayanan yang dikantor kampung Negeri Besar Kecamatan
Negeri Besar Kabupaten Way Kanan harus lebih terarah maka semua
pihak harus mempunyai pedoman dan prinsip-prinsip yang dituangkan
didalam ajaran Islam. Dimana Islam menekankan keabsahan suatu
pelayanan yang sesuai dengan harapan konsumen merasa kepuasan
secara maksimum.
2. Konsep-Konsep Pelayanan Dalam Islam Dalam ajaran agama Islam
sendiri mempunyai beberapa konsep atau prinsip dalam memberikan
pelayanan, adapun konsep pelayanan dalam Islam yang bisa dituangkan
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Prinsip Tolong-Menolong (ta’awun) Memberikan pelayanan yang
terbaik untuk sesama umat manusia adalah suatu pekerjaan yang
sangat mulia dan itu merupakan pintu kebaikan bagi siapa saja yang

39
ingin melakukannya. Ajaran Islam memang sudah menetapkan agar
orang beriman saling tolong menolong atau bantu membantu dalam
berbuat kebaikan dan ketakwaan saja, tidak boleh bantu membantu
didalam berbuat dosa dan pelanggaran. Sebagaimana firman Allah
Swt dalam Surat Al-Maidah dibawah ini:

ِ ‫اْلثْ ِم َو ْالعُد َْو‬


‫ان َۖواتَّقُوا‬ َ ‫علَى ْال ِب ِر َوالت َّ ْق ٰو ۖى َو َْل تَ َع َاونُ ْوا‬
ِ ْ ‫علَى‬ َ ‫َوتَ َع َاونُ ْوا‬
ُ ‫ش ِد ْيد‬
َ َ‫اللّٰهَ ۗا َِّن اللّٰه‬
ِ ‫ْال ِعقَا‬
‫ب‬
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
allah amat berat siksa-nya.” (Q.S. Al-Maidah (5):2)

Dan juga ada sebuah hadits yang menjelaskan tentang kita harus
bersikap tolong menolong di dalam kebaikan. Penjelasan hadits
tersebut diantanya, yang Artinya: “orang yang menunjukkan
(sesama) kepada kebaikan, ia bagaikan mengerjakannya.”(Hr.
Muslim). Maksud dari hadits diatas adalah di ibaratkan orang berilmu
yang membantu orang lain dengan ilmunya, orang kaya membantu
dengan kekayaannya. Dan hendaknya kaum muslimin menjadi satu
tangan dalam membantu orang yang membutuhkan. Jadi, orang
mukmin setelah mengerjakan suatu amal shalih, berkewajiban
membatu orang lain dengan ucapan atau dengan tindakan yang
memacu semangat orang lain untuk beramal.

b. Prinsip Memberi Kemudahan (At- Taysir) Menyadari sepenuhnya


bahwa tabiat manusia yang tidak menyukai beban yang membatasi
kemerdekaannya, maka Allah SWT menurunkan syari’at Islam untuk
memelihara dan mengusahakan agar ketentuan yang dibebankan pada

40
manusia dapat dengan mudah dilaksanakan serta dapat
menghilangkan kesulitan dan kesempitan adalah menghilangkan hal-
hal yang menyulitkan (masyaqah) masyarakat yang berlebih-lebihan,
dan dapat menghabiskan daya manusia dalam melaksanakannya.
Meskipun demikian tidaklah berarti bahwa syariat Islam
menghilangkan sama sekali kesulitan yang mungkin di alami oleh
manusia dalam kehidupannya. Hanya saja diharapkan ketentuan yang
tepat dalam syariat Islam dapat mengurangi kesulitan bagi manusia.
Sebagaimana bunyi sebuah hadits dari anas bin malik
Radiayaallahu’anhu, ia berkata: Rasulallah shalallahu’alahi wasallam
bersabda yang artinya: “permudahlah dan jangan persulit, berilah
buatlah mereka gembira dan jangan buat mereka lari.”
(Muttafaq’alaih).
c. Prinsip Persamaan (musawah) Persamaan didalam Islam disebut
alwusawa adalah sikap yang memandang seimbang, sejajar, sama rata
antar sesama manusia. Dalam demokrasi Islam, almusawa
berhimpitan dengan nilai assyura (musyawarah) dan Al-adalah
(keadilan). Dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat, persamaan merupakan prinsip untuk bersikap tidak
Diskriminatif terhadap sesama manusia apapun latar belakangnya.
Semua manusia dimata Allah adalah sama, dari asal kejadian yang
sama yaitu dari tanah dan dari diri yang satu yakni dari adam yang
diciptakan dari tanah. Oleh karena itu tidak ada yang harus
disombongkan dan juga dibanggakan dari individu satu dengan yang
lainnya. Manusia yang ada di dunia ini hanya ada dua golongan yang
pertama yaitu orang yang baik bertakwa dan mulia disisi Allah.
Golongan yang kedua yaitu orang yang durhaka (fajir), ini adalah
orang yang celaka dan hina disisi Allah. Seperti yang dikatakan dalam
sebuah hadits yang Artinya: “sesungguhnya Rasulullah SAW

41
berkhutbah pada hari kemenangan mereka mekah, Nabi bersabda:
“wahai manusia, sesungguhnya Allah sungguh-sungguh telah
menghapuskan kesombongan jahiliyah dan mangagung-agungkan
bapak mereka, maka manuisa terbagi menjadi dua golongan:
golongan yang bagus, bertaqwa dan mulya disisi allah, dan golongan
yang fajir celaka dan hina disisi allah. Dan manusia adalah anak turun
adam yang diciptakan dari tanah. ”Oleh karena itu tidak layak dan
juga tidak pantas seseorang atau satu golongan menyombongkan diri
atau menghina yang lain. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
AlQuran
Artinya: “wahai, manusia kami ciptkan kamu dari laki-laki dan juga
perempuan dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia
disisi allah adalah yang paling takwa. Sungguh allah maha
mengetahui dan maha mengenal.” (Q.S Al-Hujurat (49): 13) Dari
terjemahan ayat diatas sudah sangat jelaslah bahwa kita dianjurkan
oleh Allah untuk bersosialisasi kepada masyarakat sekeliling kita,
tampa harus membedakan bangsa, agama, suku ataupun dari
golongan mana individu tersebut berasal.
d. Prinsip Saling Mencintai (muhabbah) Islam adalah agama yang
mengajarkan untuk mencintai dan menyayangi saudara. Rasullullah
mengajarkan agar mencintai saudara seperti halnya mencintai diri
sendiri. Rasa saling cinta atau mencintai ialah rasa kasih sayang yang
muncul dari lubuk hati yang paling dalam untuk rela berkorban, tampa
mengharapkan imbalan apapun. Contoh sederhana yang bisa diambil
dalam kehidupan sehari-hari. Seorang karyawan yang memberikan
pelayanan kepada orang lain (pelanggan) dengan memperlakukan
orang tersebut dengan baik seperti memperlakukan dirinya sendiri.
Sebagaimana yang telah dijelaskan didalam Al-Quran yang berbunyi:

42
Artinya: “orang-orang yang (semasa didunia) saling mencintai pada
hari itu sabagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali
orang-orang yang bertakwa. (QS. Az-zukhruf (43): 67) Dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh al-bukhari dan muslim dijelasakan
bahwa Rasulullah SAW berkata: “tidak beriman salah seorang dari
kamu sampai mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya
sendiri.” (HR: bukhari dan musim). Inti dari hadits ini adalah
“perlakukan saudara anda seperti anda memperlakukan diri
sendiri.Artinya: “orang-orang yang (semasa didunia) saling mencintai
pada hari itu sabagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepadanya.” (Q.S. Ali Imron (3):159)
Dimaksud dengan bersikap keras disini adalah bertutur kata yang
kasar. Al-hasan mengatakan, “berlaku lemah lembut inilah akhlaq
Muhammad Shallallahu alaihi wasallam yang dimana beliaulah yang
diutus dengan membawa akhlaq yang mulia ini. Artinya kita selaku
umatnya harus selalu mengikuti apa yang menjadi perintah dan juga
larangan dari baginda kita Nabi Muhammad shallallahu alaihi
wasallam. Terlebih lagi ajaran beliau yang menyeru untuk berperilaku
yang baik dan lemah lembut, yang sudah beliau ajarkan baik dengan
perbuatan, perkataan dan tingkah laku. Melihat dari penjelasan dalil
di atas, untuk memberikan pemahaman yang mudah Ibnu Katsir, juga
menyatakan bahwa maksud dari ayat tersebut adalah jika bahasamu
buruk dan kasar hati kepada mereka, niscaya mereka menjauhkna diri
dan meninggalkanmu.
e. Prinsip Kekeluargaan (Ukhuwah) Banyak didalam Al-Quran maupun
didalam Hadits yang menjelaskan tentang kekeluargaan, ukhuwah
yang secara jelas dinyatakan dalam Al-Quran adalah persaudaran
seagama dan persaudaraan yang bukan jalinannya bukan karena

43
agama. Ini telah tercermin jelas didalam firman allah, surat Al-
Hujurat ayat 10 yang berbunyi:
Artinya: “orang-orang yang beriman itu sesungguhnya bersaudara.
Sebab itu damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu
itu dan takutlah terhadapa allah, supaya kamu mendapatkan rahmat.”
(Q.S. Al-Hujurat (49):10) Secara majasi kata ukhuwah (persaudaraan)
mencakup persamaan salah satu unsure seperti suku, agama, profesi,
dan perasaan. Sehingga di dalam al-quran dijelasakan bahwa
ukhuwah adalah persaudaraan seagama Islam, dan persaudaraan yang
jalinannya bukan karena agama. Disebuah hadits juga di sebutkan
yang artinya: “seorang muslim adalah saudara orang muslim lainya.
Ia tidak boleh menzalimi dan tidak boleh membiarkanya di ganggu
orang lain (bahkan iya wajib menolong dan membela).”

3. Etika Pelayanan Dalam Islam Islam sendiri adalah agama yang damai,
banyak ajaran-ajaran yang menuntun umatnya menuju kehidupan yang
bahagia dunia dan akhirat. Dalam hal kecilpun Islam mengajarkan
sesuatu yang menunjukkan kerukunan dalam bersama. Dalam Agama
Islam sendiri contoh kecil yang bisa diberiakan adalah dalam memberikan
pelayanan yang dimana harus mempunyai etika yang telah di ajarkan oleh
baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. adapun budaya
kerja dalam Islam yang mengacu kepada sifat-sifat Nabi adalah
kesuksesan Nabi Muhammad SAW berbisnis dalam arti (melayani
pembeli) dilandasi oleh:9
a. Fathonah Berarti cerdas atau pandai, mengerti, memahami, dan
menaati secara mendalam segala hal yang menjadi tugas dan
kewajiban. Fathonah ini adalah sikap yang didasarkan pada Nabi

9
Kumorotomo, Wahyudi. 1996. Etika Administrasi Negara. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

44
Muhammad Saw dalam perantaraan beliau berbisnis. Sifat Fathonah
sendiri banyak sekali artinya ada berpendapat bahwa Fathonah itu
bijaksana dan cerdas, Namun pada hakikatnya adalah sama. Nabi
Muhammad Saw sendiri dalam mempraktekkan sifat ini melalui
berbisnis yang secara tidak langsung mengajarkan dengan uamtnya.
b. Shiddiq Artinya memiliki sifat kejujuran, dan selalu melandasi
ucapan, keyakinan dan perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Dalam
dunia kerja dan usaha, kejujuran ditampilkan dengan kesungguhan
dan ketepatan, janji, dan pelayanan. Jujur juga dapat diartikan sebagai
suatu sikap yang lurus hati, menyatakan sesuatu yang sebenar-
benarnya tanpa ada kebohongan, artinya berkata dengan fakta dan
realita yang sesungguhnya. Banyak sekali dalil yang menjelaskan
tentang harus berperilaku Shiddiq (jujur) yang mengarahkan untuk
hidup damai.
c. Amanah (tanggung jawab) Mengutip dari kisah baginda Nabi
Muhammad Saw, sejak kecil Rasulullah Saw sudah memiliki sifat
amanah, bahkan dia dijuluki oleh masyarakat dengan Al-amin yang
artinya dapat dipercaya. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat
Al-Araf di bawah ini:
Artinya: “aku menyampaikan amanat-amanat tuhanku kepadamu dan
aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” (Q.S. Al-
Araf (7):68), Amanah berarti memiliki rasa tanggung jawab dalam
melaksanakaan setiap tugas dan kewajiban, artinya benar-benaar bisa
dipercaya. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran,
pelayanan yang optimal, dan ihsan (berbuat yang baik) dalam segala
hal. Seorang muslim yang telah memiliki sifat profesianal haruslah
memiliki sifat yang amanah, yakni percaya dan bertanggung jawab.
Rasulullah Saw memerintahkan setiap muslim untuk selalu menjaga
amanah yang diberikan kepadanya. “tunaikanlah amanat terhadap

45
orang mengamanatimu dan janganlah berkhianat terhadap orang yang
mengkhianatimu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Jadi orang yang tidak menepati niatnya berarti mendustai dirinya


sendiri. Apabila niat tadi sudah terlahir dalam kata-kata, padahal tidak
ditepati maka kebohonggan nya disaksikan orang lain. Pada hakikatnya
jujur atau kejujuran ditandai oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran
pengakuan akan adanya hak dan kewajiban serta adanya rasa takut
terhadap dosa kepada tuhan. Kejujuran juga merupakan perilaku yang
sangat mulia, oleh karena itulah semua Agama pasti mengajarkan
umatnya untuk selalu perperilaku jujur di setiap perkataan ataupun
perbuatan. Dalam Agama Islam sendiri Allah ta’ala telah memerintahkan
umatnya agar selalu bersikap jujur. Selain itu juga Rosulullah SAW juga
menekankan bahwa kejujuran dapat membawa kebaikan dan memberikan
ketenangan jiwa. ada beberapa dalil dalam AlQuran dan Hadits tentang
kejujuran diantaranya adalah sebagai berikut:

Artinya: “wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada allah dan


bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar (jujur).” (Q.S. At-
Taubah (9):119)

a. Jika seseorang senantiasa selalu berlaku jujur dan berusaha untuk


jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.
Berhatihatilah kalian dari perbuatan dusta, karena sesungguhnya
dusta akan mengantarkan kepada kejahatan akan mengantar pada
neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk
berdusta, maka ia akan di catat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR.
Muslim No. 2607)
b. Sabar Sesungguhnya kata sabar berulang-ulang di jelaskan didalam
Al-Quran dan haditshadits Rosulullah, dan senantiasa mengingatkan

46
manusia antara satu dengan yang lain. Sabar ini memiliki makna yang
demikian penting, sehingga sampai pada salah satu sifat yang empat,
yang menjadi manusia dapat terhindar dari kerugian. Allah SWT
berfirman di dalam Al-Quran yang berbunyi:
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan orang yang
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati
kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S.
Al-Ashr (103): 1-3). Allah SWT menegaskan bahwa, manusia akan
senantiasa berada dalam kerugian kecuali mereka yang melakukan
empat perkara: iman kepada Allah, melakukan amal saleh, saling
menasehati untuk menaati kebenaran dan saling menasehati dengan
kesabaran. Sesungguhnya kata sabar sangangatlah mudah untuk di
ucapkan namun sulit untuk menjalankannya. Apalagi kaitanya dengan
sabar dalam memberikan pelayanan.
c. Ikhlas Sesungguhnya ikhlas itu adalah salah satu rukun dari rukun-
rukun diterimanya amal. Seperti yang sudah di ketahui bahwa,
pekerjaan apapun tidak akan pernah diterima disisi Allah Swt kecuali
dengan ikhlas dan niat yang benar sesuai dengan sunnah dan syariat.
Dengan ikhlas, maka akan terealisasi kebenaran batin. Telah
disebutkan dalam sabdanya: “sesungguhnya pekerjaan-pekerjaan itu
sangat tergantung dengan niat.” Dan juga Allah SWT telah
memberikan rambu-rambu kepada kita untuk senantiasa ikhlas dalam
beramal. Berikut ini ada ayat Al-Quran yang membahas tentang
ikhlas:
Artinya: “maka sembahlah Allah dengan tulus Ikhlas beragama pada-
nya, meskipun orangorang kafir tidak menyukainya.” (Q.S Ghafir:
(40):14) Dalam hadits Abu Hurairah Radiallahuanhum, ia berkata:
Rosulullah Saw pernah bersabda, “sesungguhnya Allah tidak melihat

47
(menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan
wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu.” (HR.
Muslim). Sudah jelas bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dengan
ikhlas sangatlah disukai oleh Allah SWT. dan jangan sesekali kita
melakukan sesuatu tampa di dasari sifat ikhlas Allah SWT sangat
tidak menyukai hal tersebut.
d. Bertanggung Jawab Tanggung jawab sebenarnya senapas dengan
amanah, untuk menumbuh kembangkan para karyawan yang amanah
ditumbuhkan pradikma, sikap mental dan cara berpola fikir didalam
kalbu para karyawan itu, sikab tersebut sering juga disebut sebagai
taqwa, takwa merupakan bentuk tanggung jawab yang dilaksanakan
dengan penuh rasa cinta dengan menunjukkan amal prestatif di bawah
semangat pengharapan Ridho Allah Swt, sehingga kita sadar bahwa
dengan taqwa, berarti ada semacam keinginan dalam hati yang
mendorong pembuktian atau menunaikan amanah sebagai rasa
tanggung jawab yang mendalam atas kewajiban-kewajiban kita
sebagai hamba allah. Kaitannya dengan pelayanan disini adalah
semua yang namanya aparat pemerintah baik itu pangkat nya tinggi
sampai kepangkat yang paling rendah yang namanya mengembankan
amanat atau tanggung jawab itu harus benarbenar dikerjakan sesuai
dengan ketetapan yang yang ada. Sebuah dalil yang membahas
tentang bertanggung jawab atara lain artinya: “Dan tuhanmu tidak
akan membinasa negeri-negeri secara zalim, selama penduduknya
orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan jika tuhanmu menghendaki,
tentu dia jadikan manusua umat yang satu, tetapi mereka senantiasa
berselisih (pendapat). Kecuali orangorang yang diberi rahmat oleh
tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka kalimat
(putusan) tuhanmu telah tetap: aku akan pasti memenuhi neraka
jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.”Dalam

48
hadits juga ada yang membahas tentang sikap bertanggung jawab,
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari pada kalimat seperti yang ada
di bawah ini yang artinya: “setiap dari kalian adalah pemimpin, dan
tiap-tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban.”
e. Disiplin Disiplin adalah suatu sikap yang selalu menepati janji,
sehingga orang lain itu akan percaya. Sebenarnya asal mula kata
disiplin itu dari bahsa laten Discere yang berarti belajar. Dari kata
inilah muncul kata Disciplina yang berartikan pengajaran atau
pelatihan. Sedangkan dalam bahasa inggrisnya sendiri adalah
“disciple” yang berarti pengikut atau murid. Disiplin itu sendiri
adalah masalah kebiasaan, setiap tindakan yang berulang pada tempat
dan waktu yang sama. Suatu kebiasaan positif yang dipupuk dan terus
ditingkatkan dari waktu kewaktu. Disiplin yang sejati tidak dibentuk
dalam waktu yang singkat misalnya satu atau dua tahun saja, akan
tetapi merupakan bentuk kebiasaan yang dibawa dari kecil hingga
besar. Kemudian perilaku tersebut dipertahankan sampai kapan pun
hingga memetik hasilnya.Disiplin telah menjadi suatu ilmu yang di
ajarkan dalam ajaran agama Islam disiplin sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, apalagi sikap tersebut sangat berpengaruh
besar dalam menentukan kesuksesan kita dimasa mendatang. Dalam
hadits juga ada yang menjelaskan tentang kedisiplinan, dari Ibnu
Umar Radhiallahu Anhuma, ia berkata “Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam memegang pundakku, lalu bersabda: jadilah engkau di
dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara. Lalu
Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma berkata: “jika engkau di waktu sore,
maka janganlah engkau menunggu pagi dan jika engkau di waktu
pagi, maka janganlah menunggu sore, dan pergunakanlah waktu
sehatmu sebelum kamu sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu
mati.” (HR. Bukhari, Kitab Ar-Riqaq). Jadi didalam hadits diatas

49
mengajarkan kepada kita bahwa dalam hidup ini kita harus menjadi
manusia yang disiplin. Oleh karena itu, kita sering mendapatkan
banyak ayat AlQuran yang menjelaskan tentang disiplin, yang salah
satunya surah Al-Ashar, yang kemudian di perjelaskan lagi oleh
hadits ini guna memberikan pemahaman yang mendalam.
f. Tidak Menipu Menipu adalah suatu kebohongan yang dibuat oleh
seseorang untuk meraih keuntungan untuk dirinya sendiri atau pribadi
yang merugikan orang lain. Islam sendiri tidak mengajarkan hal ini,
dan allah sangat benci orang yang memiliki sifat seperti ini. Malah
sebaliknya Islam sendiri mengajarkan agar manusia tidak berlaku
tidak menipu. Tidak menipu artinya perkataan atau perbuatan yang
baik yang disampaikan sesuai dengan kenyataan dan fakta yang ada,
yang sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-harinya. Perbutan
menipu sendiri termasuk perbuatan dosa yang besar, yang dimana
sangat dilarang oleh Allah SWT. Ada sebuah hadits yang
menyingkung tentang larangan utuk tidak menipu, yang dimana
dalam sebuah kisah percakapan Nabi dengan salah seorang pedagang
yang berjualan makanan yang basah terkena hujan akan tetapi tidak
ditunjukkan ke pembeli melainkan menyimpannya (diam-diam). Lalu
Rosullullah SAW bersabda yang artinya: “kenapa engkau tidak
meletakkannya di atas agar bisa dilihat oleh pembeli? Barang siapa
yang menipu, ia bukan termasuk golonganku.” (Hadits Riwayat
Muslim dan Turmudzi).
g. Menepati Janji Islam adalah agama yang damai, Dalam Islam sendiri
memiliki dua perilaku yang di contohkan atau yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad Saw kita yaitu perilaku jujur dan perilaku menepati
janji, jadi dua perilaku ini saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya. Akan tetapi konteks pembahasannya di sini adalah menepati
janji, janji adalah sebuah ucapan seseorang kepada orang lain yang

50
menyatakan kesediaan atau kesanggupan dalam berbuat sesuatu.
Dalam ajaran Islam sendiri ketika orang sudah berjanji ia harus
menepatinya, ketika seseorang ingkar kepada janjinya akan terhitung
hutang untuk dirinya sendiri sampai diakhirat. Menepati janji sendiri
adalah sebuah sikap kita memuliakan, menghormati, dan menghargai
sesama manusia. Ketikan seseorang selalu menepati janji akan mudah
untuknya menjalin hubungan silaturahmi kepada orang lain. Dalam
kehidupa ini, manusia selaku terikat oleh pergaulan antara orang satu
dengan yang lainnya. Dengan kata lain manusia selalu membutuhkan
orang lain. Pergaulan harus dilandasi dengan akhlak yang mulia.
Semakin mulia akhlak seseorang, maka semakin besar pula
kehormatan dan kewibawaannya didalam lingkungan masyarakat
setempat. Disinggung juga dalam sebuah hadits Nabi yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah R.a berkata, Rasulullah Saw
bersabda yang artinya: “sesungguhnya yang terbaik diantara kamu
adalah sikap yang paling baik menunaikan janji.” Setiap seorang
mukmin diwajibkan menunaikan janji dengan sebaik-baiknya. Allah
SWT telah mengancam orang-orang yang melanggar janjin dengan
azab yang pedih. Yang lebih jelasnya, dijelaskan didalam firman
Allah SWT dalam Al-Quran yang Artinya: “sesungguhnya orang-
orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah
mereka dengan harga yang sedikit, mereka tidak mendapatkan
bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata
dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari
kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab
yang pedih.” (Q.S Ali-Imran (3):77). Sementara itu kebiasaan ingkar
janji sendiri termasuk salah satu dari tanda-tanda kemunafikan.
Sebagaimana hadits lain yang menjelaskan tentang sifat orang yang
munafik, Rosullullah SAW bersabda yang artinya: “tanda-tanda

51
orang yang munafik itu ada tiga, apabila berkata ia berdusta, apabila
ia berjanji tidak ditepati atau ingkar, dan apalila ia dipercaya
berkhianat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
h. Melayani Dengan Rendah Hati Kerendahan hati sejatinya bukanlah
sikap merendahkan diri sendiri, melainkan tidak selalu memusatkan
perhatian pada diri sendiri. Akan tetapi kita selalu memusatkan
perhatian kita kepada masyarakat dalam melayani keluh kesah
masyarakat alami, dari masalah yang ada kita bisa membantu
masyarakat yang sedang mendapatkan masalah dengan cara
membantunya. Kita harus ikhlas dalam menjalankan tugas yang
sedang kita jalani dalam mengemban amanah untuk menyelesaikan
masalah masyarakat kita harus konsisten dan sabar dalam
menjalankannya. Semua manusia sama statusnya di hadapan Allah,
hanyalah ketakwaan yang membedakan antara satu dengan yang lian.
Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah dalil Allah SWT dalam Al-
Quran yang Artinya: “Dan bersikap rendah hatilah kamu terhadap
orang-orang beriman yang mengikutimu.” (Q.S. As-Syuara (26):215).
Sikap melayani dengan rendah hati atau tawadu sendiri juga di
jelaskan oleh sebuah Hadits Nabi Saw, bersabda: “siapa yang
tawadhu karena Allah, maka Allah akan mengangkat (derajadnya)
baik didunia maupun di akhirat. Dan siapa yang sombong maka Allah
akan merendahkannya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu
Mandah dan Imam Abu Nu’aim dari sahabat Aus bin Khauli R.a.
i. Tidak Melupakan Akhirat Karakteristik yang satu ini, adalah tidak
melupakan akhirat hal ini yang harus diperhatikan Sebagaimana yang
telah di jelaskan didalam salah satu hadits yang berbunyi “Sholat itu
adalah tiang agama (Islam), maka barang siapa yang mendirikannya
susungguhnya iya telah mendirikan agama, dan sebaliknya barang
siapa yang meninggalkannya (Sholat), maka sesungguhnya ia telah

52
merubuhkan agama.” Pada dasarnya, Sholat adalah satu hal yang
utama (wajib) harus dilakukan oleh seorang muslim.

4. Pendekatan Pelayanan Publik Dalam Islam Pelayanan pada dasarnya


dapat didefinisikan sebagai aktifitas seseorang, sekelompok, dan atau
organisasi baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Di dalam pelayanan publik Islam sendiri ada dua
hal yang harus diketahui atau diperhatikan yang dijadikan sebagai alat
pendekatan yang ada kaitannya dengan etika diantaranya pendekatan
“teleologi” dan pendekatan “deontologi”. Pendekatan teleologi yaitu
sesuatu yang bertolakan dari pemahaman bahwa apa yang baik dan apa
yang buruk atau sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh pejabat publik
yang berdasarkan pada nilai kemanfaatan yang akan dihasilkan atau
diperoleh, yang dimana baik dan buruk dilihat dari konsekuensi tindakan
atau putusan yang telah di ambil dengan atau dengan cara komprehensip.
Menurut tinjauan hukum Islam dalam hal ini sebagaimana didalam firman
Allah SWT dalam surat fushilat yang sebagai berikut:
Artinya: “bararang siapa yang mengerjakan amal shalih maka
(pahalanya) untuk dirinya sendiri dan maka yang berbuat jahat maka
(dosanya) atas dirinya sendiri, dan sekali-kali tuhanmu tidaklah
menganiaya hamba-hambanya”. (Q.S. fushillat (41): 46). Dalam konteks
pelayana publik, pendekatan ini di ukur antara lain dari pencapaian
sasaran kebijakan-kebijakan publik seperti kualitas pelayanan,
kesempatan mengikuti pendidikan, pertumbuhan ekonomi, pelayanan
kesehatan, pemenuhan pilihan-pilihan publik ataupun perwujudan
organisasi. Pendekatan ini sebenarnya bermuara pada cara
mengembangkan kebaikan untuk diri pejabat dan nilai guna atau
mengusahakan yang terbaik bagi publik. Sedangkan pendekatan
Deontologis atau Deontologi adalah pandangan etika normative,

53
didasarkan atas prinsip-prinsip moral yang harus ditegakkan karena
kebenaran yang ada pada dirinya yang sama sekali tidak ada kaitannya
dengan akibat atau konsekunsi dan berlandaskan pada nilai-nilai dan
moral yang mengikat. Dalam mengambil kebijakan-kebijakan selalu
mengedepankan aspek moral sehingga pada kebijakan tersebut mampu
menjadi karakter yang membawa dampak positif bagi masyarakat.
Apabila hal ini tekah melembaga didalam diri pejabat, maka
kemungkinan besar mereka tidak akan pernah melakukan sesuatu yang
dimana sifatnya merugikan negara seperti yang sudah tidak asing lagi kata
“korupsi, kolusi, dan nepotisme”. Pelayanan publik yang diselenggarakan
oleh pemerintah saat ini seringkali mengabaikan dan mengecewakan
rakyar. Pada dasarnya rakyat kecewa pada birokrasi, karena mereka tidak
ditemapatkan selayaknya sebagai penerima pelayanan yang semestinya,
konteknya rakyat saat ini masih melayani bukan untuk dilayani birokrat
yang seperti ini masih disalah gunakan. Padahal rakyat telah membayar
birokrat itu dengan baik melalui pajak dan lain sebagainya

D. Tujuan Unit Layanan Perlindungan Perempuan Dan Anak Kota


Pekanbaru
Tujuan perlindungan perempuan dan anak dari tindak kekerasan adalah:
a. mencegah segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak
b. memberikan perlindungan dan pelayanan terhadap perempuan dan anak
korban kekerasan yang berbasis gender
c. memberikan rasa aman terhadap perempuan dan anak korban kekerasan
d. memulihkan kondisi fisik, psikis dan ekonomi Perempuan dan anak
korban kekerasan
e. kepentingan terbaik bagi perempuan dan anak korban keker

54
Menyelenggarakan fungsi pelayanan terhadap perempuan dan anak korban
kekerasan secara terintegrasi dan menjunjung tinggi kerahasiaan pelapor,
korban, pelaku, sebagai privasi yang sangat rahasia.

E. Asas Dan Tujuan Unit Layanan Perlindungan Perempuan Dan Anak Kota
Pekanbaru
a. Keimanan Dan Kemanusiaan Sebagaimana nilai- nilai yang terdapat
didalam agama bahwa setiap manusia memiliki hak untuk diperlakukan
secara baik dan manusiawi, oleh sebab itu, setiap lembaga pelayanan harus
mengedepankan hak asasi manusia dan melaksanakan proses pelayanan
yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
b. Keadilan Sosial Keadilan social merupakan hak semua orang, termasuk hak
perempuan dan anak. Setiap orang berhak memperoleh pendidikan,
pekerjaan, penghidupan yang layak, dan pelindungan.
c. Non Diskriminasi Dan Kesetaraan Gender Tidak ada perbedaan antara satu
orang dengan orang lainnya dalam menerima suatu pelayanan yang sifatnya
umum seperti: pendidikan, kesehatan, penghidupan yang layak, dan
perlindungan hukum. Baik laki-laki, perempuan, maupun anak- anak semua
sama-sama berhak mendapatkannya.
d. Keterpaduan Dan Kemitraan Pelayanan yang ada di Unit Layanan
Perlindungan Perempuan Dan Anak Kota Pekanbaru tidaklah incidental
melainkan sudah dipadukan mulai dari disiplin ilmunya, lembaga pelaksana
pelayanan, programprogram, sampai dengan para pelaksananya, sehingga
membentuk satu kesatuan yang utuh dimana sama-sama mewujudkan
kesejahteraan bagi masyarakat, khususnya perempuan dan anak.
e. Keterbukaan Dan Akuntabilitas Siapapun boleh mengakses dan mendapat
pelayanan dari Unit Layanan Perlindungan Perempuan Dan Anak Kota
Pekanbaru. Untuk pendanaan dan program- program pun secara rutin
dilaporkan kepada Pemda Provinsi Kota Pekanbaru.

55
f. Profesionalitas Artinya, semua hal yang ada dalam Unit Layanan
Perlindungan Perempuan Dan Anak Kota Pekanbaru dapat dipertanggung
jawabkan dan bukan merupakan pelayanan sampingan, melainkan
pelayanan yang utama dan terpadu.
g. Keberlanjutan Dan Pemberdayaan Maksudnya disini setiap pelayanan terus
dilakukan walaupun klien sudah merasa cukup dan kembali kepada
kehidupannya. Hal ini dapat dilihat karena masih adanya pemantauan
secara berkala dan pemberian keterampilan.

Selain itu tujuan dari adanya UPT PPA di antaranya:

a mencegah segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak;


b memberikan perlindungan dan pelayanan terhadap perempuan dan
anak korban kekerasan yang berbasis gender;
c memberikan rasa aman terhadap perempuan dan anak korban
kekerasan;
d memulihkan kondisi fisik, psikis dan ekonomi Perempuan dan anak
korban kekerasan;
e kepentingan terbaik bagi perempuan dan anak korban kekeresan

F. Tugas Dan Fungsi Unit Layanan Perlindungan Perempuan Dan Anak


Kota Pekanbaru
1. Kepala Dinas
Tugas:
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
mempunyai tugas membantu Walikota dalam melaksanakan urusan 52
pemerintahaan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
dan tugas pembantuan lainnya.
Fungsi:

56
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam
melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan dan penetapan rencana strategis dinas
b. Penyusunan program dan anggaran satuan kerja Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak
c. Pelaksanaan koordinasi rencana strategis dan rencana anggaran satuan
kerja Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
d. Perumusan penetapan kinerja unit kerja
e. Pelaksanaan koordinasi pengkajian dan perumusan kebijakan teknis
dalam rangka pelaksanaan urusan daerah bidang pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak
f. Penerimaan dan pelaksanaan tindaklanjut data dan informasi di lingkup
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
g. Pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
h. Pelaksanaan evaluasi rencana strategis dan rencana anggaran satuan
kerja dinas secara berkala
i. Perumusan laporan secara berkala evaluasi kinerja Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
j. Pelaksanaan penilaian hasil prestasi kerja bawahan
k. Pengelolaan keuangan dinas
l. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai
dengan tugas dan fungsinya
2. Sekretaris
Tugas:
Sekretagris mempunyai tugas merencanakan, menyusun, merumuskan
dan melaksanakan program kerja Sekretariat berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Fungsi:

57
Sekretaris dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan koordinasi penyusunan program dan anggaran Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
b. Perencanaan, penyusunan, perumusan dan pelaksanaan serta
pengkoordinasian pelaksanaan program reformasi birokrasi
c. Penyelenggaraan kegiatan administrasi umum dan kepegawaian,
pengelolaan keuangan, penatausahaan aset dan perlengkapan serta
penyusunan program
d. Pengkoordinasian dan pelaksanaan pelayanan dan pengaturan rapat
dinas, upacara serta keprotokolan
e. Pengkoosrdinasian, pembinaan, perumusan laporan tahunan dan
evaluasi setiap bidang sebagai pertanggungjawaban
f. Pengkoordinasian dan pembinaan pemeliharaan kebersihan, ketertiban
dan keamanan kantor dan lingkungannya, kendaraan dinas serta
perlengkapan gedung kantor;
g. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai
dengan tugas dan fungsinya

3. Bidang Pengarusutamaan Gender


Tugas:
Bidang Pengarusutamaan Gender mempunyai tugas membantu
sebagian tugas Kepala Dinas dalam melaksanakan pengarus utamaan
gender.
Fungsi:
Bidang Pengarusutamaan Gender dalam melaksanakan tugas
menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gen der dan
pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi, sosial, politik, hukum
dan kualitas keluarga

58
b. Penyiapan forum koordinasi penyusunan kebijakan pelaksanaan
pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan di bidang
ekonomi, sosial, politik, hukum dan kualitas keluarga
c. Perumusan kajian kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender dan
pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi, sosial, politik, hukum
dan kualitas keluarga
d. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan
pelaksanaan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan di
bidang ekonomi, sosial, politik, hukum dan kualitas keluarga
e. Pelaksanaan fasilitasi, sosialisasi dan distribusi kebijakan pelaksanaan
pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan di bidang
ekonomi, sosial, politik, hukum dan kualitas keluarga
f. Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi penerapan
kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan
perempuan di bidang ekonomi, sosial, politik, hukum dan kualitas
keluarga
g. Pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan penerapan kebijakan
pelaksanaan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan di
bidang ekonomi, sosial, politik, hukum dan kualitas keluarga
4. Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak
Tugas:
Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak mempunyai tugas
membantu sebagian tugas Kepala Dinas dalam melaksanakan sub urusan
perlindungan perempuan dan anak.
Fungsi:
Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak dalam melaksanakan tugas
menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang pencegahan dan penanganan kekerasan
terhadap perempuan di dalam rumah tangga, di bidang ketenagakerjaan,

59
dalam situasi darurat dan kondisi khusus serta dari tindak pidana
perdagangan orang
b. Perumusan kebijakan di bidang perlindungan dan pemberdayaan
perempuan korban kekerasan di dalam rumah tangga, di bidang
ketenagakerjaan, dalam situasi darurat dan kondisi khusus serta dari
tindak pidana perdagangan orang
c. Penyiapan forum koordinasi penyusunan kebijakan di bidang
pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan di dalam
rumah tangga, di bidang ketenagakerjaan, dalam situasi darurat dan
kondisi khusus serta dari tindak pidana perdagangan orang
d. Penyiapan forum koordinasi penyusunan kebijakan di bidang
perlindungan dan pemberdayaan perempuan korban kekerasan di dalam
rumah tangga, di bidang ketenagakerjaan, dalam situasi darurat dan
kondisi khusus serta dari tindak pidana perdagangan orang
e. Perumusan kajian kebijakan di bidang pencegahan dan penanganan
kekerasan terhadap perempuan di dalam rumah tangga, di bidang
ketenagakerjaan, dalam situasi darurat dan kondisi khusus serta dari
tindak pidana perdagangan orang
f. Perumusan kajian kebijakan di bidang perlindungan dan pemberdayaan
perempuan korban kekerasan di dalam rumah tangga, di bidang
ketenagakerjaan, dalam situasi darurat dan kondisi khusus serta dari
tindak pidana perdagangan orang
g. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan di bidang
pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan di dalam
rumah tangga, di bidang ketenagakerjaan, dalam situasi darurat dan
kondisi khusus serta dari tindak pidana perdagangan orang
h. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan di bidang
perlindungan dan pemberdayaan perempuan korban kekerasan di dalam

60
rumah tangga, di bidang ketenagakerjaan, dalam situasi darurat dan
kondisi khusus serta dari tindak pidana perdagangan orang
5. Bidang Pemenuhan Hak Anak
Tugas:
Bidang Pemenuhan Hak Anak mempunyai tugas membantu sebagian
tugas Kepala Dinas dalam melaksanakan sub urusan pemenuhan hak anak.
Fungsi:
Bidang Pemenuhan Hak Anak dalam melaksanakan tugas
menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan pemenuhan hak anak terkait hak sipil, informasi
dan partisipasi, pengasuhan, keluarga dan lingkungan, kesehatan dan
kesejahteraan serta pendidikan, kreativitas dan kegiatan budaya
b. Penyiapan forum koordinasi penyusunan kebijakan pemenuhan hak
anak terkait hak sipil, informasi dan partisipasi, pengasuhan, keluarga
dan lingkungan, kesehatan dan kesejahteraan serta pendidikan,
kreativitas dan kegiatan budaya
c. Perumusan kajian kebijakan pemenuhan hak anak terkait hak sipil,
informasi dan partisipasi, pengasuhan, keluarga dan lingkungan,
kesehatan dan kesejahteraan serta pendidikan, kreativitas dan kegiatan
budaya
d. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan
pemenuhan hak anak terkait hak sipil, informasi dan partisipasi,
pengasuhan, keluarga dan lingkungan, kesehatan dan kesejahteraan
serta pendidikan, kreativitas dan kegiatan budaya
e. Pelaksanaan fasilitasi, sosialisasi dan distribusi kebijakan pemenuhan
hak anak terkait hak sipil, informasi dan partisipasi, pengasuhan,
keluarga dan lingkungan, kesehatan dan kesejahteraan serta pendidikan,
kreativitas dan kegiatan budaya

61
f. Pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan penerapan kebijakan
pemenuhan hak anak terkait hak sipil, informasi dan partisipasi,
pengasuhan, keluarga dan lingkungan, kesehatan dan kesejahteraan
serta pendidikan, kreativitas dan kegiatan budaya
g. Perumusan kebijakan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian
data dan informasi di bidang pemenuhan hak anak
h. Penyiapan forum koordinasi penyusunan kebijakan pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyajian data dan informasi di bidang
pemenuhan hak anak
i. Perumusan kajian kebijakan pengumpulan, pengolahan, analisis dan
penyajian data dan informasi di bidang pemenuhan hak anak
j. Penyiapan forum koordinasi penyusunan kebijakan pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyajian data dan informasi di bidang
pemenuhan hak anak
k. Perumusan kajian kebijakan pengumpulan, pengolahan, analisis dan
penyajian data dan informasi di bidang pemenuhan hak anak
l. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan
pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data dan informasi di
bidang pemenuhan hak anak
m. Pelaksanaan fasilitasi, sosialisasi dan distribusi kebijakan pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyajian data dan informasi di bidang
pemenuhan hak anak
n. Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi penerapan
kebijakan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data dan
informasi di bidang pemenuhan hak anak
o. Pelaksanaan kelembagaan pemenuhan hak anak pada lembaga
pemerintah, non pemerintah dan dunia usaha
p. Penyiapan penguatan dan pengembangan lembaga penyedia layanan
peningkatan kualitas hidup anak

62
q. Pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan penerapan kebijakan
pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data dan informasi di
bidang pemenuhan hak anak
r. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai
dengan tugas dan fungsinya

G. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis data
Jenis data yang penulis gunakan adalah jenis kualitatif. Dalam buku
Sugiono (2011:56) Data Kulitatif adalah data yang dinyatakan dalam
bentuk kata. Data Kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata,
kalimat, dan gambar. Yang menggambarkan atau melukiskan secara
sistematis, aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan yang
diselidiki peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dan
informan

2. Sumber Data
Data adalah unsur penting dalam penelitian yang berupa fakta-fakta yang
ada untuk memperoleh data-data yang dapat teruji kebenarannya, relevan
dan lengkap. Adapun jenis dan sumber data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
a. Data primer adalah data yang berkaitan dengan objek penelitian, yang
didapatkan ketika peneliti terjun kelapangan, baik berupa wawancara,
serta pengamatan yang merupakan hasil gabungan dari kegiatan
melihat, mendengar dan bertanya dengan pihak informasi yang dalam
hal ini adalah pejabat yang bertugas di Unit Layanan Perlindungan
Perempuan dan Anak Kota Pekanbaru
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber kedua atau
secara tidak langsung melalui laporan-laporan, buku-buku atau data-

63
data yang telah diolah, seperti data pelengkap buku-buku, termasuk
skripsi, tesis, disertasi dan jurnal.

H. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek
Subjek ialah individu, benda, atau tempat yang dijadikan sumber
informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Adapun
subjek dalam penelitian ini ialah Kepala serta staf Unit Pelaksana Teknis
Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA) Kota Pekanbaru
2. Objek
Objek ialah hal yang menjadi sasaran penelitian atau berupa himpunan
elemen yang dapat berupa orang, organisasi, atau barang yang akan diteliti
agar pokok persoalan yang hendak diteliti bisa mendapatkan data secara
lebih terarah. Adapun objek dalam penelitian ini ialah Pendampingan
perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di Unit Pelaksana Teknis
Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA) Kota Pekanbaru

I. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek
yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
dalam penelitian ini adalah Ketua dan pegawai-pegawai Unit Pelaksana
Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak Kota Pekanbaru yang berjumlah
8 orang.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil
menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Teknik

64
pengambilan sampel yang digunakan ialah purposive sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel yang mana peneliti menentukan kriteria khusus atau
pertimbangan karakteristik tertentu terhadap sampel atau subjek penelitian
yang akan diteliti, terutama orang-orang yang dianggap ahli di bidangnya
atau paling mengetahui suatu peristiwa tertentu dan sebagainya. Dengan
inklusi sebagai berikut
1. 1 orang Kepala UPT PPA Kota Pekanbaru
2. 2 orang petugas Asesmen UPT PPA Kota Pekanbaru
3. 2 orang Psikolog Klinis UPT PPA Kota Pekanbaru
4. 3 orang Konselor UPT PPA Kota Pekanbaru.

J. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data yang
sistematis terhadap obyek penelitian baik secara langsung maupun tidak
langsung
2. Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung atau percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam hal ini penulis melakukan
dialog langsung dengan Ketua serta staf Unit Pelaksana Perlindungan
Perempuan dan Anak (UPT PPA) Kota Pekanbaru.

K. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.
Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-
data yang sudah ada. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah

65
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dalam
penelitian ini dokumentasi berupa gambar atau foto kegiatan wawancara antara
peneliti dengan narasumber.

L. Teknik Analisa Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari, dan membuat simpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis
deskriptif kualitatif, yaitu analisis dilakukan dengan cara mendalami kemudian
menggambarkan hal-hal peranan Unit Pelaksana Teknis Perlindungan
Perempuan dan Anak (UPT PPA) dalam pendampingan perempuan korban
kekerasan dalam rumah tangga di Kota Pekanbaru di tinjau dari Hukum Islam

M. Hasil Penelitian
1. Sejarah didirikan UPT PPA dikota Pekanbaru
Unit pelayanan terpadu perlindungan perempuan dan anak awal mula di
dirikan pada tahun 2019 yang mana pada tahun 2019 layanan UPT PPA
masih kurang eksis di lingkungan masyarakat kota Pekanbaru di karenakan
masih awal berdirinya kantor tersebut, namun seiring berjalannya waktu
kantor UPT PPA sudah memberikan dampak positif dan sudah mulai tidak
asing lagi ditelinga masyarakat yang mana dalam upaya nya memberikan
pelayan yang terbaik terhadap masyarakat seperti mengupdate situs UPT
PPA dalam mengadukan dampak kekerasan dan memberikan layanan
keliling atau layanan mobile. Sayang nya pada tahun 2021 kantor dinas Unit
Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA )

66
mengalami masalah yang dimana kantor UPT PPA sering mengalami
kebanjiran yang pada akhirnya kantor dinas UPT PPA yang awal nya
beralamat di jalan arifin berpindah lokasi pada kecamatan suka jadi jalan
tiung ujung no 56. Yang akhirnya menyebabkan kantor dinas UPT PPA
hanya kantor sederhana.
2. Sarana Prasarana
a. Gedung
Gedung UPT PPA yang berdiri pada tahun 2019 yang beralamat di
jalan Arifin namun dalam 2 tahun berjalan kantor upt PPA yang
beralamat di jalan Arifin sering mengalami kebanjiran kondisi tersebut
sehingga memaksakan untuk berpindah kantor yang mana sekarang
kantor upt PPA berada pada kecamatan suka jadi jalan tiung ujung no
56, berpindah nya kantor upt PPA ke tiung ujung berujung terhadap
kantor yang terlihat seperti rumah warga pada umunya hal ini lah yang
menyebabkan kantor upt PPA mengalami kurangnya image terhadap
identitas kantor, tetapi kantor yang seperti rumah warga pada umunya
ini juga memiliki nilai postif bagi kantor tersebut yang mana memliki
kenyaman terhadap masyarakat yang ingin berkonsultasi namun karena
kantor yang seperti rumah warga sehingga kantor tersebut mengalami
kekurangan tempat dalam kantor tersebut yang pasa dasarnya ruangan
tersebut sempit dari ruang konsultasi hingga ruangan tamu menjadi satu
yang mana ini juga menyebabkan kurang nya privasi dalam menyampai
kan keluhannya selain itu kantor yang seperti rumah warga ini juga tidak
memiliki pos khusus satpam yang mana seharusnya adanya pos satpam
untuk menjaga kenyaman lingkungan kantor UPPT PPA
b. Parkir
Gambaran parkiran dari kantor upt PPA menurut penulis tidak
memiliki parkiran yang mana ini terjadi karena kantor yang hanya
berupa rumah pada umunya sehingga untuk parkir roda dua dan roda

67
empat hanya parkir di halaman depan kantor dari UPT PPA sehingga
terlihat tidak tersusun dalam parkiran
c. Sarana prasarana
Sarana prasarana yang dimiliki di dalam kantor UPT PPA cukup
lengkap mulai dari meja tamu, meja konsultasi, cctv, sofa, AC, kipas
angin, toilet yang berjumlah 2 untuk laki laki dan perempuan, bahkan
memiliki hidangan makanan di meja tamu serta memiliki televisi di
ruang tunggu yang mana ruang tunggu terdapat 2 tempat, ruang tunggu
pertama di luar ruangan dan ruang tunggu kedua menjadi satu dengan
ruang tamu.
Dari pandangan penulis saran prasaran yang ada pada kantor UPT
PPA cukup memuaskan di karena tempat yang tidak begitu luas di
dalam kantor PPA namun tempat yang tidak begitu luas juga menjadi
permasalahan dalam menyampai privasi setiap orang yang bekonsultasi
di karenakan ruangan konsultasi tidak ada pembatas dari ruang
konsultasi ke ruang tamu dan juga setiap meja konsultasi saking
berdekatan
d. Kualitas Pegawai
Kualitas pelayanan ditentukan oleh pegawai yang bertugas untuk
melayani kebutuhan masyarakat dan juga harus sesuai dengan standar
pelayanan yang terdapat pada Undang-Undang Pelayanan publik No 25
Tahun 2009. Menurut penulis pegawai pada kantor UPT PPA hampir
memenuhi standar yang di tentukan Undang-Undang pelayanan publik
No 25 Tahun 2009
e. Kualitas Pelayanan
Pelayanan yang di berikan oleh UPT PPA menurut penulis cukup
memuaskan pelayanan yang di berikan,mulai dari respon cepat yang di
berikan oleh UPT PPA dalam layanan mobile dan pelayanan yang
ramah dan sopan santun yang di berikan. Selain itu kantor UPT PPA

68
juga memiliki slogan dalam melakukan pelayanan yakni 5S ( Senyum,
Salam, Sapa, Sopan, Santun ) dan UPT PPA memberika layananan
seperti meberikan pendampingan psikologis terhadap korban kekerasan
perempuan dan anak di kota pekan baru, UTP PPA juga mendampingin
korban sesuai kebutuhan misalnya :
1. Mendampingin saat persidangan
2. Pembuatan berita acara pemeriksaan ( BAP )
3. Pendampingan untuk visum,
4. Mediasi
5. konseling atau trapi

69
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian melalui observasi dan wawancara dapat simpulkan
bahwa Analisis Peran Unit Layanan Perlindungan Perempuan dan Anak Dalam
Menangani Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Di Kota Pekanbaru
diantaranya:
1. Kualitas dari unit layanan perlindungan perempuan dan anak dalam
menangani kekerasan terhadap perempuan dan anak di kota Pekanbaru
dilaksanakan melalui tahap tahap yaitu tahap awal sebelum melaksanakan
proses konseling adalah berupa Membangun hubungan konseling yang
melibatkan klien (rapport). Tahapan inti meliputi gambaran masalah yang
dihadapi dengan menggunakan asesmen atau pemeriksaan, yaitu
pemeriksaan psikologis berupa taraf kecerdasan sosial dan emosional
tahapan akhir yaitu penilaian dan tindak lanjut dengan melakukan
pendampingan psikologis menggunakan metode play therapy yaitu dengan
cara bermain, dengan adanya peran konselor menunjukkan adanya
perubahan terhadap masalah yang dihadapi anak dan perempuan korban
kekerasan serta kemampuan dalam pengambilan keputusan dan dalam
menunjukkan kepercayaan diri dari cara berinteraksi dengan lingkungan
sosial melalui pengembangan bakat minat dan potensi yang dimilikinya
maka dapat dikatakan konselor berperan dalam menumbuhkan kepercayaan
diri anak dan perempuan korban kebermain
2. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh Unit Pelaksana Perlidungan
Perempuan dan Anak Kota Pekanbaru yaitu pendampingan hukum dan
pendampingan psikologis. Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan
Anak (UPT PPA) mendampingi korban sesuai dengan kebutuhannya misalnya

70
mendampingi pada saat persidangan, pembuatan Berita Acara Pemeriksaan
(BAP), proses pendampingan untuk visum, mediasi, konseling atau terapi.
3. Faktor pendukung ketika proses pendampingan di Unit Pelaksana Teknis
Perlindungan Perempuan dan Anak Kota Pekanbaru yaitu tenaga profesi yang
dapat diandalkan, adanya koordinasi yang baik dengan instansi tekait. Adapun
Faktor hambatan yang dihadapi ketika proses pendampingan di Unit Pelaksana
Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak Kota Pekanbaru yaitu pelapor maupun
terlapor kurang kooperatif, terbatasnya anggaran dana APBN, sarana yang kurang
memadai
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran
yang peneliti ajukan, sebagai berikut:
1. Unit Pelaksana Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA) Kota
Pekanbaru perlu meningkatkan sarana dan prasarana untuk memenuhi
kebutuhan korban, seperti adanya ruangan khusus mediasi, peningkatan
anggaran dana dan lainnya sehingga pendampingan dapat dilaksanakan
secara optimal.
2. Kepada masyarakat apabila terjadi tindakan kekerasan terhadap perempuan
maka tidak perlu takut untuk melaporkan pelaku kepada pihak berwajib.
Peran masyarakat juga sangat dibutuhkan untuk melindungi perempuan dan
anak dari tindak kekerasan

71
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amin, Rahman. 2021. Hukum Perlindungan Anak dan Perempuan di Indonesia.


Yogyakarta: Deepublish.

Abdul Rahman Shaleh. 2008. Psikologi suatu pengantar dalam perspektif Islam.
Jakarta: Kencana.

Dwiyanto, Agus. 2006. Mewujudkan Good Governance Melayani Publik Yogyakarta:


Gadjah Mada University.

Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), Cet. II; Jakarta:
Raja Granfindo Persada.

G Mahmudi, 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: AMP YKPN.


Ratminto, dan Winarsih, Atik Septi. 2010. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Hardani, et.al. 2020. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka
Ilmu.

Kumorotomo, Wahyudi. 1996. Etika Administrasi Negara. Jakarta: Raja

Tahir. Palmawati dan Dini Handayani. 2018. Hukum Islam. Jakarta Timur: Sinar
Grafika.

Rosadi Ruslan. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Robbins, Stephens P. 2001. Perilaku Organisasi, Edis Indonesia. Jakarta: Indekrafindo


Persada.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi Dan R&D. Bandung: Penerbit


Alfabeta

72
JURNAL

Ade Irma Sakina dan Dessy Hasanah Siti A, ”Menyoroti Budaya Patriarki
DiIndonesia”, Social Work Jurnal, Volume.7, Nomor.1, 2017.

Bustanul Arifin dan Lukman Santoso, “Perlindungan Perempuan Korban Kekerasan


Dalam Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Hukum dan Syari’ah,
Volume. 8, Nomor. 2 2016.

Dewi Resky Amalia, 2021,”Efektifitas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Dalam


Menghadapi Permasalahan Kekerasan Anak dan Perempuan (Studi Kasus UPT
P2TP2A di Kel. Lamalaka Kab. Bantaeng)”. Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Djamila Usup, “Kedudukan Dan Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Dalam


Hukum Islam”, Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah, Volume. 13, Nomor.1, 2015.

Hamdanah. Husman, “KDRT Analisis Gender Equality”, Fajar Jurnal Pendidikan


Islam, Volume.1, Nomor.1, 2021.

Imroni, 2018, "Konsep Keluarga Sakinah dalam Al-Qur'an Kajian Tafsir Tematik",
UIN Thaha Saifuddin Jambi.

Maryam Lamona dan Nurhafifah, "Kekerasan Dalam Rumah Tangga Oleh Suami
Terhadap Isteri Perspektif Hukum Islam", JIM Bidang Hukum Pidana, Volume
5, Nomor. 3, 2021.

Muklir, "Penanganan Korban KDRT oleh Pusat Pelayanan Terpadu


PemberdayaanPerempuan dan Anak", Jurnal Hukum, Volume 7, Nomor 1.
2021.

Munir, Misbahul, "Konsep Mediasi Konflik Suami Isteri Menurut Tafsir Surah An-
Nisa' Ayat 35", Jurnal Pengembangan Hukum Keluarga Islam, Volume 2, 2021.

73
Rina Nurul Kharismawati, Perlindungan Kaum Perempuan dalam Perspektif
KeIslaman dan Keindonesiaan, Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hukum, Volume 7,
Nomor.2, 2021.

Suriandi, 2018, “Peran Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(P2TP2A) Dalam Menangani Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
di Kota Palangkaraya”. IAIN Palangkaraya.

Wahyudiarti, Lela, 2012, "Pelaksanaan Program Pendampingan Terhadap Korban


Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan (BKBPP). Universitas Negeri Yogyakarta.

Wibisana, Wahyu, "Pernikahan dalam Islam", Pendidikan Agama Islam, Volume 4,


Nomor 2, 2016.

Undang-Undang

Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik

Indonesia Nomor 4 tahun 2018 BAB II Pasal 1

Undang undang pelayanan publik (UU RI No 25 tahun 2009)

74
DOKUMENTASI WAWANCARA

Gambar Parkiran UPT PPA Gambar Buku tamu

Gambar pengisian data diri Gambar Monitor CCTV

75
Gambar wawancara UPT PPA Gambar fasilitas sofa

Gambar Fasilitas AC Gambar Fasilitas TV

76
STOP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

77

Anda mungkin juga menyukai