Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN :

1. Metode – Metode Pemeriksaan Tekanan Darah (Langsung Dan Tidak


Langsung)
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan cara langsung maupun tidak
langsung. Cara langsung pengukuran tekanan darah dilakukan dengan memasukkan
kateter arteri ke dalam arteri kemudian diukur tekanannya. Sedangkan cara tidak
langsung dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop
(Smeltzer & Bare, 2002:731). Cara pengukuran tekanan darah secara tidak langsung
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Cara Palpasi (metode Riva Rocci)


Pada metode ini semua pakaian harus dibebaskan dari lengan atas dan manset
dipasang pada lengan. Saluran karet dari manset kemudian dihubungkan dengan
manometer. Kemudian raba arteri radialis pada pergelangan tangan dan tekanan
dalam manset kemudian diturunkan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan
yaitu dengan kecepatan sekitar 3 mm/detik. Ketika denyut arteri radialis teraba
kembali, itu menunjukkan tekanan darah sistolik. Metode palpasi harus dilakukan
sebelum melakukan auskultasi untuk menentukan tinggi tekanan sistolik yang
diharapkan. Palpasi dilakukan bila tekanan darah sulit didengarkan tetapi dengan
palpasi tekanan diastolik tidak dapat ditentukan dengan akurat (Smeltzer & Bare,
2002:732).
b. Cara Auskultasi
Metode standar dalam pengukuran tekanan darah seseorang dengan metode
auskultasi pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan oleh Korotkov pada
tahun 1905. Metode auskultasi dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik
dengan lebih akurat. Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang
berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah
lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis
muncul di antara kedua kaput otot biseps. Dalam cara auskultasi ini harus
diperhatikan bahwa 13 terdapat suatu jarak paling sedikit 5 cm antara manset dan
tempat meletakkan stetoskop. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3
mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak yang
menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut yang dikenal sebagai bunyi
Korotkoff, terjadi bersamaan dengan detak jantung dan akan terus terdengar dari
arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik.
Pada titik tersebut bunyi akan menghilang. Dalam praktik sebenarnya bunyi
menjadi lebih sember (karakternya berubah) saat distolik tercapai dan kemudian
menghilang sekitar 10 mmHg di bawah tekanan diastolik. Hilangnya bunyi sangat
dekat dengan tekanan diastolik yang sebenarnya (Smeltzer & Bare, 2002:732).
c. Cara Osilasi
Metode ini dilakukan dengan cara melihat osilasi air raksa pada manometer.
Manset dipompa sampai tekanannya 10-20 mmHg melebihi tekanan sistolik yang
ditentukan dengan metode Riva Rocci. Tekanan manset diturunkan perlahan-lahan
sambil memperhatikan air raksa manometer. Saat timbulnya osilasi pada
manometer menunjukkan tekanan sistolik. Tekanan manset terus diturunkan
sampai osilasi menghilang yang menunjukkan tekanan diastole (Smeltzer & Bare,
2002:732).

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah


Faktor yang mempengaruhi tekanan darah berbeda dan tergantung dari jenis
kondisinya. Secara garis besar, berikut adalah faktor yang mempengaruhi tekanan
darah:
1. Stres
Salah satu pemicu naik atau turunnya tekanan darah adalah kondisi emosi yang
sedang Anda alami, termasuk tingkat stres. Stres diketahui dapat memengaruhi
kondisi fisik secara keseluruhan, dan menyebabkan tekanan darah Anda
meningkat secara mendadak.

2. Usia
Risiko mengalami tekanan darah tinggi ataupun rendah dapat meningkat seiring
bertambahnya usia, khususnya pada orang-orang berusia di atas 65 tahun. Oleh
karena itu pastikan Anda ataupun orangtua Anda menghindari berbagai penyebab
hipertensi dengan melakukan pola hidup sehat dan menghindari stres.

3. Jenis kelamin
Faktor yang mempengaruhi tekanan darah lainnya adalah jenis kelamin. Menurut
The Journal of Clinical Endocrinology Metabolism, pria ditemukan lebih
berpotensi mengalami tekanan darah tinggi daripada wanita.

4. Genetik
Faktor genetik bisa jadi salah satu peluang Anda mengalami tekanan darah tinggi.
Tak jarang, hipertensi juga dapat menurun dari keluarga meskipun Anda telah
menjalani gaya hidup yang jauh dari pemicu hipertensi.

5. Ras
Siapa sangka, ternyata orang-orang yang berasal dari ras Afrika atau yang berkulit
gelap lebih rentan untuk mengalami tekanan darah tinggi.

6. Obesitas atau berat badan berlebih


Obesitas atau memiliki berat badan berlebih dapat meningkatkan risiko kenaikan
tekanan darah dan penyakit kardiovaskular karena ada sistem tertentu di tubuh
yang teraktivasi. Sistem ini akan meningkatkan tekanan darah.

7. Konsumsi garam
Sudah bukan rahasia lagi bahwa konsumsi garam berlebih adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi tekanan darah tinggi. Sodium dapat memicu penyerapan air
dalam tubuh yang meningkatkan tekanan darah.

8. Konsumsi potassium
Konsumsi kadar garam berlebih dan potasium yang kurang adalah resep jitu untuk
terjangkit hipertensi. . Potasium dapat membantu menurunkan tekanan darah
dengan menyeimbangkan efek buruk dari garam.

9. Konsumsi alcohol
Minum alkohol sebenarnya sah-sah saja, hanya saja Anda perlu mengatur takaran
yang dikonsumsi. Minum alkohol secara berlebih dalam merusak jantung serta
pembuluh darah dan meningkatkan kemungkinan Anda terkena hipertensi.

10. Aktivitas fisik


Kurangnya aktivitas fisik dapat menjadi salah faktor yang mempengaruhi
kemunculan tekanan darah tinggi. Orang-orang yang kurang aktif cenderung
memiliki detak jantung yang lebih cepat dan merupakan indikasi bahwa otot
jantung perlu bekerja lebih ekstra. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik, seperti
olahraga atau berjalan, dapat meningkatkan peluang Anda mengalami obesitas.

11. Merokok
Merokok adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah dan dapat
memicu penyakit jantung. Hal ini karena tembakau dapat merusak dan
mempersempit dinding pembuluh darah arteri.

12. Obat tertentu


Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat tekanan darah tinggi dapat
memperbesar peluang Anda mengalami tekanan darah rendah.

13. Kondisi medis tertentu


Beberapa kondisi medis tertentu dapat meningkatkan risiko Anda mengalami
hipertensi ataupun hipotensi, seperti kolesterol tinggi, diabetes, penyakit
Parkinson, penyakit jantung, sleep apnea, dan penyakit ginjal.

3. Parameter Yang Diukur Pada Pemeriksaaan Tekanan Darah


Parameter yang digunakan saat mengukur tekanan darah adalah tekanan sistole dan
diastole. Tekanan darah normal orang dewasa kurang lebih 120/80mmHg. Angka 120
adalah tekanan sistole, 80 adalah tekanan diastole. Sistole adalah periode kontraksi
yaitu bilik jantung menguncup dan mendorong darah keluar. Diastole adalah periode
relaksasi saat bilik mengembang dan darah mengalir dari serambi ke bilik.

4. Komponen Suara Jantung/Suara Korokoff


Suara jantung merupakan salah satu contoh sinyal bunyi yang dihasilkan dari denyut
jantung atau siklus jantung. Siklus jantung adalah interval dari akhir satu kontraksi
jantung ke akhir kontraksi berikutnya. Siklus jantung terdiri dari dua periode yaitu,
periode kontraksi (systole) dan periode relaksasi (diastole). Selama fase sistol dan
diastol, suara jantung dihasilkan dari pembukaan dan penutupan katup jantung, aliran
darah di dalam jantung, dan getaran otot jantung. Suara jantung pertama memiliki
empat komponen :
 Pada suara jantung pertama (S1), hanya komponen dua dan tiga yang
terdengar, disebut sebagai M1 dan T1.
 Suara jantung kedua (S2), yang disebabkan oleh penutupan katup semilunar
(aortic dan pulmonary), terjadi pada akhir periode sistol ventrikular. S2
memiliki dua komponen, yaitu aortic (A2) dan pulmonary (P2).
 Suara jantung ketiga (S3) disebabkan oleh osilasi darah antara dinding aorta
dan ventrikel.
 Suara jantung keempat (S4) disebabkan oleh turbulensi ejeksi darah. Suara
jantung ketiga dan keempat disebabkan oleh terminasi fase pengisian
ventrikular, setelah fase isovolumetrik dan kontraksi atrial.

Jantung yang tidak normal memperdengarkan suara tambahan yang disebut murmur.
Murmur disebabkan oleh pembukaan katup yang tidak sempurna atau stenosis, yang
memaksa darah melewati bukaan sempit, atau oleh regurgitasi yang disebabkan oleh
penutupan katup yang tidak sempurna dan mengakibatkan aliran balik darah. Murmur
diklasifikasikan menjadi murmur sistolik dan diastolik, tergantung pada fase
terjadinya. Murmur sistolik adalah bunyi yang terdengar terus menerus di antara S1
dan S2. Murmur diastolik adalah bunyi yang terdengar terus menerus antara S2 dan
S1 berikutnya. Penyebab yang umum adalah regurgitasi aorta dan pulmonal.

Anda mungkin juga menyukai