MANAJEMEN TRANSPORTASI
Kebutuhan perjalanan entah itu seorang individu atau masyarakat secara keseluruhan timbul
karena setiap orang melaksanakan berbagai bentuk kegiatan, sementara itu, Iokasi kegiatan-
kegiatan tersebut sering kali secara fisik tidak berdekatan dengan orang tersebut. Hampir setiap
lokasi kegiatan seseorang selalu berada pada tempat yang berbeda dengan tempat bermukim.
Untuk mencapai lokasi kegiatan yang berbeda tempat, setiap orang dalam masyarakat mau tidak
mau harus melakukan proses perpindahan atau pergerakan. Perpindahan atau pergerakan inilah
yang dalam ilmu transportasi diistilahkan dengan perjalanan. Dengan kata iain, setiap orang tidak
bisa mengelak dari kebutuhan perjalanan agar dapat hadir secara fisik di tempat kegiatan. Hanya
saja, jarak perjalanan masing-masing orang berbeda-beda. Perjalanan ada yang berjarak dekat,
sedang, jauh, dan bahkan sangat jauh. Untuk jarak yang cukup dekat, seseorang mungkin tidak
memerlukan dukungan teknologi tinggi dan cukup dengan berjalan kaki. Akan tetapi, pada jarak
yang cukup jauh setiap orang sudah dapat dipastikan membutuhkan sarana pendukung yang
berteknologi tinggi entah itu yang beroperasi di jalan raya, sungai, laut, rel kereta api. atau di udara.
Perjalanan dengan kendaraan bermotor inilah yang dalam llmu transportasi disebut dengan
kebutuhan manusia akan pelayanan sistem transportasi.
Untuk perjalanan dengan jarak yang sangat jauh dan memerlukan pelayanan sistem
transportasi, setiap orang harus mengeluarkan biaya yang dalam ilmu ekonomi transportasi disebut
dengan biaya transportasi dalam bentuk rupiah sesuai dengan nilai atau harga pelayanan sistem
transportasi yang digunakan. Dengan kata lain, dalam pembahasan analisis ekonomi kebutuhan
perjajalanan ini sistem transportasi yang melayani kebutuhan perjalanan masyarakat (khususnya
yang berjarak jauh dan memerlukan dukungan prasarana dan sarana berteknologi tinggi) harus
ditempatkan sebagai barang dan jasa konsumsi. Barang dan jasa konsumsi menurut Teweng (1990)
merupakan objek-objek material yang digunakan langsung untuk memenuhi kebutuhan atau
keinginan manusia sebagai konsumen.
Kebutuhan konsumen dengan sejumlah anggaran tertentu dapat berbentuk kebutuhan
perjalanan untuk mendekatkan jarak fisik antara lokasi awal tempat orang berada dengan lokasi
kegiatan orang tersebut. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa karakteristik kebutuhan perjalanan
seseorang tidak sama dengan kebutuhan seseorang akan barang dan jasa konsumsi lain seperti
kebutuhan akan baju, sepatu, makanan, rumah, atau mobil. Ketidaksamaan ini terletak pada
kenyataan bahwa kebutuhan orang akan perjalanan ini bersifat tidak langsung atau merupakan
13
Manajemen Transportasi
kebutuhan turunan, sementara kebutuhan orang akan barang dan jasa selain perjalanan
(transportasi) seperti baju, sepatu, beras, rumah, televisi, telepon genggam, dan seterusnya bersifat
kebutuhan langsung. Maksud jasa transportasi sebagai kebutuhan turunan ini adalah bahwa barang
dan jasa sistem transportasi ini hanya sebagai media perantara untuk memenuhi kebutuhan barang
dan jasa lain di luar transportasi. Semua kebutuhan ini berada di lokasi yang berbeda dengan lokasi
konsumen. Untuk itu setiap konsumen membutuhkan perjalanan (dengan dukungan sistem
transportasi) untuk mencapai atau menuju tempat barang dan jasa serta kegiatan itu berada. Jadi
kebutuhan perjalanan diturunkan dari kebutuhan akan baju, kulkas, sepatu, makanan, televisi,
rekreasi, dan berbagai bentuk kegiatan manusia lainnya yang disebut kebutuhan langsung.
Karena semua yang dibutuhkan ini terdapat pada lokasi yang jauh atau berbeda dari tempat
orang yang memerlukan, maka timbullah keinginan untuk melakukan perjalanan yang harus dilayani
dengan jalur gerak dan kendaraan (sistem transportasi) agar tempat yang dapat dicapai dengan
mudah dan murah.
Walaupun demikian, analisis ekonomi kebutuhan perjalanan (sistem transportasi) ini tetap
dikembangkan dan dijabarkan dengan metode pendekatan teori-teori dan model-model fungsi
kebutuhan dalam teori ekonomi mikro. Seperti yang dinyarakan oleh Morlok (I988), teori kebutuhan
perjalanan (jasa transportasi) sebagian besar dikembangkan dari teori ekonomi tentang pilihan
konsumen. Dalam teori ekonomi mikro, model-model permintaan selalu dipakai untuk
memperkirakan berapa jumlah kebutuhan seseorang terhadap suatu barang dan jasa pada tingkat
harga tertentu dengan sejumlah uang (pendapatan) yang tersedia pada orang itu, di samping
variabel lain yang mempengaruhi seperti, selera, dan lain-lain. Begitu juga halnya dengan jumlah
kebutuhan perjalanan (pelayanan sistem transportasi) untuk masa yang akan datang oleh seorang
pelaku perjalanan (konsumen).
Banyak dari perjalanan ini sangat fleksibel dalam kaitannya dengan waktu, moda perjalanan
serta tujuan perjalan itusendiri. Sebagai contoh, banyak komuter akan beragam dalam memilih
waktu dan bagaimana pergi untuk bekerja atau sekolah. Sama halnya dengan kegiatan memenuhi
kebutuhan hidup (belanja) yang dapat dilakukan dalam bermacam cara seperti berjalan atau
bersepeda pasar lokal, memakai mobil pribadi menuju pusat perbelanjaan di pusat kota ataupun
melakukan perjalanan ke berbagai tempat tujuan dengan menggunakan bermacam mode kendaraan
bermotor. Beberapa faktor yang akan mempengaruhi pilihan masyarakat dalam melakukan
perjalanan diantaranya kenyamanan dan keamanan berbagai jenis moda perjalanan (seperti
kenyamanan fasilitas pejalan kaki, keamanan di angkutan umum), biaya (ongkos angkutan umum,
biaya parkir), faktor tata guna lahan (ketersediaan sarana pendidikan, pusat perbelanjaan di
lingkungan permukiman).
a) Kebijakan road pricing seperti sistem stiker, Electronic Road Pricing (ERP), Area licensing
Scheme (ALS) .
b) Strategi lainnya dapat berupa: penetapan rute angkutan barang, three-in-one, penetapan
ruas jalan khusus untuk angkutan umum, dan lain-lain.
d. Perubahan lokasi tujuan perjalanan
Kebijakan yang menghasilkan dampak pergeseran lokasi tujuan dibutuhkan agar proses
pergerakan masih dapat dilakukan pada lokasi, waktu, dan moda transportasi yang sarna tetapi
dengan lokasi tujuan yang berbeda. Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mendukung
kebijakan ini adalah:
a) Upaya mengarahkan pembangunan tata guna lahan sedemikian rupa sehingga
pergerakan yang dibangkitkan atau yang tertarik terjadi hanya pada satu lokasi atau
beberapa lokasi yang saling berdekatan saja. Semakin jauh kita bergerak dan semakin
lama kita menggunakan jaringan jalan, maka semakin besar kontribusi kita dalam proses
terjadinya kemacetan. Beberapa strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengupayakan pembangunan pusat-pusat kegiatan yang terpadu dengan berbagai jenis
dan macam kegiatan sehingga penduduk untuk- pergi bekerja, belanja, sekolah, dan lain-
lain cukup hanya pada satu lokasi yang berdekatan saja.
b) Penyebaran secara lebih merata lokasi pusat kegiatan utama (sentra-sentra primer) dan
rayonisasi sekolah di daerah perkotaan juga akan sangat mendukung kebijakan
pergeseran lokasi. Seseorang tidak perlu jauh-jauh untuk mendapatkan kebutuhannya
atau sekolah karena semakin jauh seseorang bergerak, semakin besar kontribusinya
terhadap terjadinya kemacetan.
2. Strategi manajemen kebutuhan transportasi
Beberapa strategi mempunyai tujuan untuk meningkatkan pilihan transportasi yang ada,
beberapa strategi menyediakan insentif untuk merubah moda yang dipakai, waktu atau tujuan;
sementara strategilain meningkatkan aksesibilitas guna lahan; strategi lainnya menitikberatkan pada
reformasikebijakan transportasi dan program-program baru sebagai dasar dalam penerapan
MKT.Beberapa lingkup MKT diantaranya termasuk :
a) Peningkatkan perencanaan elemen-elemen infrastuktur transportasi yang berbasiskan pejalan
kaki, seperti penyebrangan jalan, jalur pejalan kaki dll.
b) Peningkatan infrastruktur transportasi umum, seperti Sarana Angkutan Umum Massal (SAUM),
prioritisasi angkutan umum (busway)
c) Fasilitas dan lingkungan yang ramah lingkungan seperti sepeda (bicycle-friendly).
untuk maksud-maksud kegiatan yang produktif saja. Jika kegiatannya produktil perjalanan dilakukan,
tetapi jika kegiatannya tidak produktif lebih baik perjalanan tidak dilakukan. Sekedar contoh saja,
kegiatan produktif antara lain ialah bekerja, berjualan, belajar, melakukan hubungan sosial dan
seterusnya, sementara contoh kegiatan non-produktif antara lain ialah sekadar jalan-jalan, rekreasi
yang terus menerus, tujuan yang tidak menentu, dan sebagainya.
Penerapan cara-cara di atas, tentunya mudah terlaksana apabila ada koordinasi yang utuh di
antara seluruh pemangku kepentingan bukan saja pemerintah, tetapi juga perencana tata ruang,
anggota masyarakat, lingkungan, sehingga pemerintah dapat menetapkan kebijaksanaan yang akan
diterapkan dengan disertai pengawasan di lapangan.
Kebutuhan ini diperkirakan pada tingkat biaya perjalanan tertentu, di samping variabel lain yang
mempengaruhi misalnya, antara lain, jumlah penduduk, tingkat pelayanan, perkembangan kota atau
wilayah, perkembangan industri dan perdagangan di suatu kota atau wilayah, dan perkembangan
kegiatan masyarakat lainnya yang harus dapat diukur secara kuantitatif. Di sini, model kebutuhan
akan barang dan jasa adalah model fungsi kebutuhan yang menggambarkan kekuatan hubungan
antara jumlah kebutuhan dengan harga barang yang dibutuhkan. Jumlah kebutuhan perjalanan
seorang (pelaku perjalanan) dapat pula dimodelkan seperti bentuk Persamaan (2.1) dan dianalisis
dengan metode analisis regresi linear berganda seperti Persamaan (2.2). Dari model persamaan
(2.3) ini dapat dilihat bagaimana keterhubungan antara jumlah kebutuhan perjalanan dengan harga
(biaya) perjalanan melalul Gambar 2.1 yang melukiskan bagaimana bentuk suaru kurva kebutuhan.
𝑄𝑡𝑟𝑖𝑝 = ƒ(𝑃, 𝐼, 𝑃𝑜𝑝) ..................................................................... (2.1)
di mana:
𝑄𝑡𝑟𝑖𝑝 = Jumlah Kebutuhan Perjalanan
P = harga (biaya) perjalanan
I = pendapatan seseorang yang membutuhkan
Pop = jumlah penduduk
ƒ = fungsi yang menghubungkan 𝑄𝑡𝑟𝑖𝑝 dengan P, I dan Pop
Berapa jumlah kebutuhan perjalanan yang diperkirakan akan terjadi (timbul) pada masa yang akan
datang dapat dianalisis dengan merode berikut:
𝑄𝑡𝑟𝑖𝑝 = 𝑎 − 𝑏1 𝑃1 + 𝑏2 𝐼 + 𝑏3 𝑃𝑜𝑝 .............................................. (2.2)
dimana:
𝑄𝑡𝑟𝑖𝑝 = .jumlah perjalanan dari asal ke tujuan
P = biaya perjalanan atau harga sistem transportasl (semua pengorbanan yang telah
dikeluarkan selama perjalanan dari tempat asal ke tujuan)
Pengelolaan sistem rransportasi dari sisi penyediaan jasa dapat berarti sebagai upaya
pengadaan seluruh komponen sistem transportasi sesuai.jumlah yang dibutuhkan oleh masyarakat
yang didasari oleh besaran jumlah kebutuhan perajanan yang telah diperkirakan sebelumnya. Jadi,
dalam hal ini, pengelola harus mengupayakan agar pengadaan semua komponen sistem
transportasi dari seluruh bentuk moda dalam tatanan sistem transportasi. yang luas itu berimbang
dengan besaran estimasi jumlah kebutuhan perjalanan yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.
Mengelola pengadaan semua komponen dalam sistem transportasi untuk seluruh bentuk moda
transportasi dapat dilakukan dengan teknik pengukuran kinerja yang berupa: . Kapasitas seluruh
komponen sistem transportasi dalam menampung objek yang diangkut. Sebagai contoh, kapasitas
angkut kendaraan, kapasitas terminal, kapasitas jalan raya dalam mengalirkan arus lalu lintas, dan
seterusnya.
Kondisi teknis seluruh komponen sistem transportasi seperti layak pakai atau tidak layak pakai,
baru, rusak, berteknologi tinggi. Sebagai contoh, misalnya, kendaraan baru, pesawat terbang baru,
jalannya baru dilapis-ulang, jalan rusak berat, terminal tidak layak pakai, kereta api beroperasi
dengan peralatan otomatis, dan lain-lain.
Peralatan penunjang yang cukup untuk mendukung kelancaran operasional sistem transportasi.
Sebagai contoh, pelabuhan lautnya memiliki alat bongkar muat yang cukup, bandara memiliki sistem
pemantauan yang iengkap, dan seterusnya. Kualltas personel (sumber daya manusia) yang
mengelola atau yang menyediakannya. Sebagai contoh, stasiun kereta api dioperasikan oleh
puluhan tenaga terampil di bidangnya, personel yang bertugas di jalan tol telah teruji
keterampilannya, dan lain-lain. Jaringan trayek dan ketepatan waktu operasi, berapa banyaknya
lokasi yang diiayani oleh angkutan umum apakah itu dalam kota, antar kota, pelayaran,
penerbangan dan banyaknya kendaraan yang melayani setiap waktu. Sebagai contoh, seluruh
kawasan di suatu kota dilayani oleh trayek angkutan dengan berbagai bentuk moda transportasi,
kereta api di stasiun tertentu sering terlambat, pesawat tertentu berangkatnya selalu tepat-waktu,
dan seterusnya. Peningkatan kapasitas, perbaikan kondisi teknis, pengadaan peralatan penunjang,
peningkatan mutu personel, dan perluasan jaringan trayek, dapat dllakukan dengan didasari oleh:
a. Prinsip-prinsip manajerial yaitu penggunaan tenaga orang lain untuk mencapai tujuan
b. Fungsi-fungsi manajerial yaitu:
a) Perencanaan
b) Pendanaan
c) Pemasaran
d) Pengorganisasian/Strukturisasi
e) Keserasian hubungan
f) Pengawasan
c. Konsep-konsep manajerial yaitu kualitas (Q), biaya rendah (C), dan tepat-waktu (D)
Penyedia layanan sistem transportasi yang didasari prinsip manajemen, fungsi manajemen,
dan konsep manajemen seperti dijelaskan di atas dapat berupa perorangan atau kelompok
yang berwujud sebagai lembaga, organisasi atau sebuah badan usaha. Badan usaha dapat
dimiliki oleh swasta. koperasi (kerja sama perorangan) atau pemerintah yang dapat berupa
badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha milik daerah (BUMD) atau bahkan
pemerintah sendiri secara langsung. Baik perorangan maupun non-perorangan yang
menyediakan layanan sistem transportasi dapat menyediakan komponen-komponen sistem
transportasi tertentu dan dalam bentuk moda transportasi tertentu pula seperti pada tabel 2.1.
Komponen Sistem
Transportasi yang Bentuk Moda Transportasi
disediakan
.Usaha Milik Perorangan (individu)
Sarana (kendaraan) Di jalan raya:
ojek sepeda, ojek sepeda motor, becak motor, bemo, bajaj, mikrolet, truk,
bus-bus kota ukuran sedang
Di air:
Perahu-perahu kecil mesin tempel di sungai dan danau yang dimiliki
secara perorangan
Usaha Milik Kelompok 0rganisasi Swasta
Sarana (kendaraan) Di jalan raya:
Taksi, mikrolet, bus penumpang dalam kota dan antar kota, truk{ruk
barang dan peti kemas, tangki dan molen
Di air:
Kapal sungai, kapal penyeberangan, kapal laut baik untuk penumpang
atau barang
Di udara:
Pesawat-pesawat terbang yang dimiliki oleh maskapai penerbangan
swasta domestk dan asing seperti Batavia Air, Lion Air, Air Asia, Sriwijaya
Air, KLM, Lufthansa. dan lain_lain
Usaha Milik Pemerintah (pusat atau Daerah)
Prasarana (jalan & terminal) Di lalan raya:
khusus lalan raya (di luar tol) Seluruh jenis dan klasifikasi jalan raya,jalan tol (BUMN) dan kelengkapan
dan terminal angkutan jalan penunjangnya
raya disediakan langsung Di jalan baja:
oleh pemerintah pusat dan Rel kereta api dan kelengkapan penunjangnya
daerah tanpa melalui BUMN Terminal di lalan raya:
ataupun BUMD Lahan parkir yang dimiliki pemda, terminal bus dan truk (lokal, regional,
Tipe c, Tipe B dan lipe A)
Terminal di jalan baja:
Stasiun kereta api segala ukuran baik penumpang atau barang, stasiun
peti kemas, batu bara,
semen, mrnyak, milik PT. (persero) Kereta Api lndonesia
Terminal di jalan air:
Pelabuhan sungai, danau, penyeberangan, pelabuhan laut seluruh kelas
(kecuali perintis)
Terminal di jalan udara:
Bandar udara seluruh kelas (kecuali perintis)
Setiap penyedia layanan sistem transportasi, dan apa pun komponen sistem transportasi itu,
semuanya harus mutlak mengacu kepada prinsip-prinsip manajemen, fungsi-fungsi manajemen, dan
konsep manajemen yaitu QCD.
QCD adalah istilah manajemen yang merupakan singkatan dari quality (bermutu), cost (biaya
terjangkau), dan derivery (cepat, tepat-waktu) yang maksud nya adalah:
a) Quality (Bermutu)
Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, sistem transporrasi beroperasi sesuai dengan urutan
rangkaian masukan, proses, dan keluaran (produk). Ketiga rangkaian ini haruslah bermutu.
1) Masukan. Masukan sistem transportasi yang harus bermutu tinggi terdiri dari:
- Perangkat keras yaitu prasarana berupa jalan dan terminal serta sarana berupa
kendaraan
pagi, siang, sore, malam, tengah malam, waktu puncak, diluar waktu puncak, selalu ada
untuk melayani masyarakat yang berkegiatan pada waktu-waktu tersebut. Tentu saja
pengaturannya disesuaikan dengan jumlah perjalanan masyarakat pada segmen waktu itu.
Kalau misalnya perjalanan terbanyak terjadi pada jam 08.00 pagi maka frekuensi sistem
transportasi harus ditingkatkan sesuai dengan jumlah kebutuhan; begitu pula sebaliknya,
kalau perjalanan yang terjadi tidak banyak pada jam 03 00 dini hari maka frekuensinya
diturunkan.
Dalam hal menyediakan jasa, sistem transportasi harus berorientasi pada pelayanan sektor lain
di luar sektor transportasi itu sendiri tanpa alasan apa pun. Di sinilah letak peran pemerintah sebagai
pembina yaitu memberikan insentif (subsidi) dengan anggaran pemerintah kepada pihak penyedia
jasa transportasi yang merugi dalam pengoperasian sistem transportasinya
D. SISTEM PERGERAKAN
Dengan munculnya kebutuhan (keinginan) melakukan perjalanan/melakukan pergerakan yang
didorong oleh kegiatan masyarakat yang menyebar secara spasial ke seluruh lokasi dan
kemunculan ini direspons dengan penyediaan sistem transportasi dari seluruh bentuk teknik
transportasi, seketika itu juga timbul dan mengalirlah arus pergerakan yang wujudnya dalam
transportasi adalah arus lalu lintas seluruh bentuk moda transportasi seperti arus laiu lintas:
a. Kendaraan di jalan raya
b. Kereta api di rel
c. Kapal di sungai, danau, lintasan penyeberangan atau di laut
d. Pesawat terbang di angkasa
e. Kereta gantung di kabel
Di antara arus lalu lintas seluruh moda transportasi di atas, yang paling banyak memunculkan
persoalan adalah arus lalu lintas kendaraan di jalan raya, khususnya jalan raya perkotaan atau
kendaraan yang bergerak melalui jalan raya sekunder. Hal ini dapat dimaklumi bersama karena jalan
raya terkait erat dengan tata guna lahan, tempat masyarakat melakukan berbagai bentuk kegiatan.
Selain itu, jalan raya adalah sebuah fasilitas tetap yang dapat digunakan oleh berbagai bentuk alat
transportasi jalan raya baik bermesin maupun yang memanfaatkan gerakan alamiah. Dengan kata
lain, semuanya terkonsentrasi di satu ruang gerak yang sama yaitu ruas jalan raya.
1. Kegiatan Penduduk
Sebelum profil perjalanan penduduk diketahui, terlebih dahulu kegiatan penduduk diketahui
karena bentuk (profil) perjalanan penduduk sangat berhubungan erat dan ditentukan sekali oleh
kegiatan penduduk yang melakukan perjalanan itu. Mengetahui secara lengkap seluruh kegiatan
penduduk yang mendiami sebuah wilayah, baik dari desa sampai ke kota besar sekalipun,
merupakan suatu pekerjaan yang sangar sulit. Melihat begitu banyaknya kegiatan penduduk mana
kegiatan itu dilakukan dalam waktu yang tidak bersamaan dalam arti tidak teratur, adalah suatu hal
yang tidak mungkin untuk merincinya secara lengkap.
Unluk menentukan bentuk (jenis) perjalanan, kegiatan penduduk yang beragam dan multi
dimensi ini dapat dilihat pada kegiatan umum atau yang biasa terjadi saja, seperti yang
dikelompokkan oleh Nasution (1990) ke dalam:
a. Kegiatan penduduk yang dikaitkan dengan sumber daya (kebutuhan hidup) diwujudkan dengan
kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan yang berupa.
1) Usaha produksi
2) Cara berkonsumsi
3) Distribusi (berdagang)
b. Kegiatan penduduk yang dikaitkan dengan kegiatan sosial seperti:
1) Hubungan berkeluarga (masyarakat).
2) Pendidikan
3) Kesehatan
4) Agama
5) Pemerintahan
6) Rekreasi, dan lain-lain
c. Kegiatan penduduk yang berhubungan dengan ruang (spasial), dapat berupa:
1) Pertambahan penduduk
2) Urbanisasi, migrasi dan yang sejenis lainnya
3) Tata guna lahan (penzonaan) atau pembentukan kawasan baru
4) Perkembangan wilayah
Semua kegiatan penduduk ini dapat dituangkan ke dalam bentuk bagan seperti pada Gambar
2.2 agar lebih mudah dipahami.
Kegiatan ekonomi dan kegiatan sosial masyarakat mempunyai intensitas yang akan berpengaruh
langsung pada kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan tata guna lahan (tata ruang). Hal ini
berarti bahwa pola tata ruang atau tata guna lahan suatu wilayah tergantung pada kegiatan ekonomi
dan sosial penduduk di wilayah itu. Uraian dan penjabaran tiap-tiap kegiatan masyarakat di atas
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Usaha Produksi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan sesuatu yang belum
ada menjadi ada atau mengubah bentuk fisik suatu benda sehingga menjadi bernilai ekonomis
untuk memenuhi keburuhan hidup manusia. Pengubahan ini dilakukan dapat melalui proses
manufaktur, pertanian, pertambangan, kerajinan rumah tangga, pengadaan jasa, dan lain-lain.
2) Cara Berkonsumsi merupakan kegiatan penduduk untuk menghabiskan nilai ekonomis atau
menggunakan suatu benda agar tingkat kesejahteraan hidupnya dapat tercapai secara optimal.
Di antara kegiatan ini ialah cara berkendaraan, berpakaian, berekreasi, jalan-jalan ke pasar,
membelanjakan uang, mendiami rumah untuk tempat tinggal, makan minum, dan lain-lain.
3) Distribusi (Berdagang) merupakan bentuk kegiatan penduduk untuk menyebarluaskan suatu
benda telah dihasilkan atau jasa yang telah disediakan kepada para konsumen yang belum
mendapatkannya atau memiliki keterbatasan untuk mendapatkan suatu benda produksi tertentu
atau kegiatan penyaluran barang dari sektor produksi ke sektor pasar.
Hubungan Berkeluarga
Pendidikan
Kegiatan Penduduk yg Agama
Kegiatan Penduduk Berhubungan dengan
(Masyarakat) Masyarakat (kegiatan Sosial) Kesehatan
Pemerintah
Rekreasi
Pertambahan Penduduk
Kegiatan Penduduk yg Urbanisasi
Berhubungan dengan tata
Guna Lahan (tata ruang) Tata guna lahan (Penzonaan)
Perkembangan Wilayah
Kegiatan penduduk yang berhubungan dengan tata guna lahan (tata ruang wilayah) ini masih
merupakan kegiatan yang bersifat umum dan dianggap bahwa penduduk (masyarakat) yang
mendiami suatu lahan wilayah masih terkumpul dalam suatu ruang (hamparan) wilayah, dengan
kata lain, belum terbagi-bagi tempatnya sesuai dengan jenis kegiatannya masing-masing. Kegiatan
ini, antara lain, dapat berupa:
1) Pertambahan Penduduk merupakan salah satu unsur dari proses kependudukan (dapat
berupa kelahiran, urbanisasi, transmigrasi, migrasi, kematian, dan lain-lain). Kelompok
penduduk yang bertambah ini di anggap belum diketahui apa bentuk kegiatannya.
2) Urbanisasi adalah proses kependudukan berupa arus perpindahan penduduk dari desa ke
kota.
3) Tata Guna Lahan (Penzonaan). Dalam tata guna lahan inl dianggap bahwa bentuk-bentuk
kegiatan penduduk dalam suatu ruang wilayah telah diketahui. Karena itu, hamparan lahan
dalam lingkup wilayah tertentu perlu diatur sedemiklan rupa penggunaannya sesuai dengan
bentuk-bentuk kegiatan penduduk yang berbeda tadi. Penataan ini didasarkan pada
peraturan tata ruang yang berlaku dan rencana umum yang telah disiapkan sebelumnya.
Dengan demikian akan tercipta penggunaan lahan yang memiliki nilai estetika dan efisien
(ekonomis).
2. Profil Perjalanan
Setiap bentuk (profil) perjalanan ini dapat dihitung jumlah perjalanannya dan dapat digunakan
sebagai angka untuk mengukur jumlah penduduk yang melakukan perjalanan (kebutuhan akan jasa
transportasi) per segmen kegiatan, seperti jumlah perjalanan ke tempat kerja dari lokasi asal ke
lokasi tujuan pada hari Senin jam 8 - 9 pagi (kelompok kegiatan ekonomi), jumlah perjalanan untuk
berekreasi dari lokasi asal ke lokasi tujuan (objek wisata) pada hari libur (kelompok kegiatan wisata),
jumlah perjalanan komuter dari lokasi asal ke tujuan (bandara) pulang-pergi pada hari Rabu dan
seterusnya. Jenls-jenis profil per.lalanan berdasarkan segmen kegiatan ini dapat dilihat pada Tabel
2.2. Mengetahui bentuk perjalanan, seperti yang telah disusun pada Tabel 2.2, sangat penting dan
berguna untuk menjadi dasar perencanaan transportasi (memprediksi jumlah kebutuhan perjalanan)
pada masa mendatang (tahun rencana). Hasil estimasi jumlah kebutuhan perjalanan ini dapat
dijadikan dasar untuk memutuskan dan menetapkan kebijakan, misalnya seberapa besar
pengadaan jumlah sarana dan prasarana angkutan pada masa mendatang atau moda transportasi
apa yang sesuai dengan suatu kegiatan tertentu.
Menurut Golany (I976) perencanaan transportasi (memprediksi jumlah kebutuhan perjalanan)
merupakan bagian paling utama dalam perencanaan kota dan wilayah secara keseluruhan.
Selanjutnya, Golany menyebutkan bahwa sekurangnya ada lima kegiatan penduduk, dari
keseluruhan kegiatan penduduk yang telah diidentifikasi pada Tabel 2.2, yang berhubungan dengan
penataan ruang lahan yang sangat berperan dalam menentukan bentuk perjalanan. Kelima kegiatan
itu ialah permukiman (kegiatan berdomisili), kawasan tempat bekerja (kegiatan ekonomi), kawasan
pusat perbelanjaan (kegiatan konsums/berbelanja), kawasan wisata (kegiatan berwisata), dan
kawasan pendidikan (kegiatan sekolah).
Bagaimana pola pembagian zona kelima kegiatan penduduk pada kawasan ini dapat membentuk
pola perjalanan dapat dilihat Gambar 2.4. Gambar pola perjalanan ini dibuat berdasarkan bentuk
perjalanan yang sudah diketahul dari Tabel 2.2 dan data yang diperoleh dari survei asal-tujuan
(jumlah perjalanan yang terjadi di suatu kota besar setiap hari dari dan ke kawasan pabrik, pusat-
pusat perbelanjaan, kawasan perkantoran, sekolah atau kampus, terminal bus, bandara, pelabuhan
laut, stasiun kereta api dan seterusnya).
Angka-angka survei yang sudah terpola banyaknya seperti yang ditunlukkan pada Gambar 2.4
selanjutnya digunakan untuk memprediksi jumlah kebutuhan perjalanan antar kawasan dalam
lingkup ruang lahan, entah itu wilayah, dengan mempertimbangkan faktor-faktor penentu yang
mendorong orang untuk melakukan perjalanan (faktor non-spasial).
KEGIATAN EKONOMI
Usaha produksi Perjalanan ekonomi Ke dan dari kantor, pabrik Tiap profil perjalanan ini
(mencari nafkah, bisnis) Perlalanan bisnis. dan tempat mencari nafka dihitung jumtah
lainnya Kebutuhan perlalanannya,
serta waktu kapan terjadi
jumlah perjalanan yang
paling banyak
Konsumsi Perjalanan Belanja Ke dan dari pusat-pusat
perbelanjaan
Berdagang Perjalanan bisnis Ke dan dari toko, pasar
dan larn-lain
KEGIATAN SOSIAL
Hubungan berkeluarga Perlalanan sosial Ke dan dari tempat
dan bermasyarakat kegiatan sosial
Pendidikan Perjalanan sekolah Kekampus dari sekolah/
kampus
Budaya Perjalanan Budaya Ke dan dari tempat yang
berkaitan dgn kebudayaan
Agama Perlalanan ibadah Ke dan dari tempat ibadah
(meslid, gereja, & lain-lain)
Kesehaian Perjalanan berobat Ke dan dari rumah sakit
atau balai pengobatan lain
nya
Pemerintahan Politik Perjalanan politik Ke dan dari gedung-
gedung pemerjntah atau
tempat berpolitik lainnya
Retr'easi perlalaran w sata Ke dan dari objek-objek
wisata dan tempat hiburan
Iainnya
TATA RUANG
Pertambahan Perjalanan antar tata Ke dan dari terminal bus
penduduk, guna lahan, antar zona/ angkutan
urbanisasi, migrasi, kawasan Ke & dari stasiun KA
penzonaan lahan, dan sejenisnya Ke & dari pelabuhan
perkembangan wilayah, laut atau sungai
zona, dan lain-lain Ke dan dari bandara
Ke dan dari kawasan
bisnis, komplek
perhotelan dan
sebagainya
Ke dan dari lokasi
pertanian, Perkebunan,
pertambangan, perikanan
dan lain-lain
Ke dan dari kawasan
industri
Dan lain-lain
Sumber: Pengantar Sistem Transportasi (Fidel Miro, 2012)
Gambar 2.4 Pola perlalanan anlar Tona yang berbeda dalam ruang kota
Sumber: Pengantar Sistem Transportasi (Fidel Miro, 2012)
Lemahnya koordinasi antar lembaga akan berakibat negatif terhadap kinerja operasional sistem
transportasi (Tamin, 1997). Kelembagaan ini merupakan sistem yang menyeluruh dan terkait
dengan bagian sistem yang lain dalam kerangka hubungan sistem transportasi makro. Dengan
demikian, pada sistem kelembagaan inilah diharapkan terproduksi (terhasilkan) pemecahan masalah
transportasi (Miro, 1997).
Kelembagaan dalam kaitannya dengan sistem-sistem yang lain (kegiatan, transportasi dan
pergerakan atau lalu lintas) memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut (Miro, 1997):
1) Legalisasi di bidang sistem transportasi misalnya mengeluarkan undang-undang, peraturan-
peraturan, izin-izin, dan pengaturan lainnya dalam sebuah surat keputusan
2) Perencanaan transportasi
3) Politik
4) Organisasi transportasi seperti kementrian, badan usaha, pemda, dinas, organisasi (asosiasi)
penyedia. dan sebagainya
5) Sumber pembiayaan dalam pengoperasian sistem transporlasi
6) Pemeliharaan fasilitas
7) Pengawasan, sanksi hukum dan pembinaan
8) Pajak dan subsidi
Melalui fungsinya ini kelembagaan bersangkutan melakukan tugas menginventarisir, menata,
dan mengelola serta mengatur sistem kegiatan, menyederhanakan layanan, dan memelihara sistem
transportasi pada tingkat yang seimbang dengan perkembangan sistem kegiatan. Fungsi ini juga
mencakup penataan jaringan lintasan operasional sistem transportasi sesuai dengan kebutuhan
wilayah dan kawasan dan mengelola aliran laiu lintas khususnya lalan raya.
Beberapa organisasi kelembagaan yang memiliki keterkaitan yang kuat dan terlibat langsung
dengan pengoperasian sistem transportasi makro, dapat dikemukakan seperti yang tertera dalam
Tabel 2.3. Seluruh institusi yang telah disebutkan di atas wajib melakukan koordinasi dalam praktek
nyata (pelaksanaan operasional) sistem transportasi sehingga tidak menimbulkan suatu bentuk
tumpang tindih wewenang dan tugas. Jika setiap sistem yang ada dalam hubungan sistem
transportasi makro bekerja dan beroperasi secara seimbang dan bersinergi, sudah jelas dan pasti
akan memberikan kontribusi dan perubahan warna yang cukup berarti terhadap lingkungan hidup
masyarakat baik sedikit maupun besar-besaran.
Aspek lingkungan yang perlu diperhatikan secara serius oleh institusi terkait adalah lingkungan
fisik dan lingkungan non-fislk (seperti peradaban manusia, tatanan sosial masyarakat, ekonomi
masyarakat, politik, dan aspek lingkungan non-fisik lainnya seperti finansial, dan lain-lain). Pengaruh
yang ditimbulkan oleh kegiatan masyarakat dan pengoperasian sistem transportasi untuk
mendukung dan mengakomodasi kegiatan masyarakat tersebut serta sistem pergerakan (arus) lalu
lintas yang dibangkitkan oleh adanya kegiatan masyarakat dan pengoperasian sistem transportasi
itu terhadap lingkungan fisik masyarakat akan terasa sekali, yang di antaranya adalah:
1) Kebisingan (polusi suara)
2) Udara kotor (polusi udara)
3) Pemandangan lingkungan yang berubah (polusi estetika dan efek visual)
4) Kontaminasi cairan (polusi dan pencemaran air bersih)
5) Gempa lokal (polusi getaran)
6) Mutu lingkungan turun (polusi lingkungan seperti tidak nyaman, tidak hijau, tidak segar, kotor,
semrawut dan lainlain)
Semua akibat negatif yang dirasakan oleh lingkungan masyarakat dari adanya sistem kegiatan,
sistem transportasi, dan sistem pergerakan arus lalu lintas seluruh moda transportasi yang ada
dalam suatu lingkup wilayah atau kota dari tingkat lokal sampai nasional mutlak perlu dikurangi dan
dikendalikan melalui pendekatan kajian lingkungan seperti, salah satunya, adalah studi AMDAL
(analisis mengenai dampak lingkungan) dan pendekatan kekuatan hukum misalnya penerbitan
undang-undang lingkungan hidup oleh pemerintah dan kebijakan ke arah pengendalian dan
penjagaan lingkungan. Diterapkannya manajemen iingkungan bertujuan untuk meminimalkan akibat
negatif (pengaruh buruk) terhadap lingkungan dan habitat makhluk hidup.
AMDAL untuk Sistem Transportasi. AMDAL adalah penelaahan secara cermat dan mendalam
tentang dampak besar dan penting dari suatu rencana dan pengoperasian suatu sistem. Pemerintah
Republik Indonesia telah mengeluarkan satu peraturan pemerintah untuk sistem transportasi yang
berlaku untuk seluruh moda dan kegiatan lainnya. Peraturan pemerintah itu ialah PP Nomor 27
Tahun 1999 tentang AMDAL.
Pendekatan Hukum. Dalam mengelola lingkungan hidup, pendekatan hukum dapat dilakukan
melalui peraturan atau perundangan tentang lingkungan hidup, misainya diberlakukannya:
1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL
3) Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
4) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1995 tentang AMDAL
5) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang AMDAL
6) Peraturan pemerintah daerah yang mengatur tentang pelanggaran lingkungan hidup
7) Undang-undang mengenai pencemaran di air dan di udara
8) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
9) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tentang Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan
10) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau
Pencemaran
11) Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan arau Lahan, dan lain-lain
Tabel 2.3 Beberapa Organisasi lnstitusi (Kelembagaan) di lndonesia yang Terkait dan Terlibat
Langsung dengan Pengoperasian Sistem Transportasi
Tingkat
Bagian Sistem yang Terkait Institusi (Nama Lembaga)
Pemerintahan
Sistem kegiatan Pemerintah 1. Ba ppenas
1. Pembangunan wilayah pusat 2. Kimpraswil (PU)
2. Penataan ruang kota, wilayah dan 3. Kementerian sektorai yang terkait:
nasional Pariwisata:
3. Pengembangan kawasan andalan - Perdagangan
4. Pemukiman dan penempatan penduduk - Perindustrian
5. Peningkatan pendapatan dan - Tenaga Kerja
kesejahteraan - Transmigrasi
6. Pembangunan kota baru dan kota Satelit - Agama
7. Pembangunan kawasan wisata dan Pertanian:
bisnis - Kehutanan
8. Politik, budaya, ibadah sosial ekonomi - Pendidikan Nasional
lainnya - Dalam/Luar Negeri
- Dan seterusnya
2. Masalah Spesifik
Masalah yang lebih spesifik, tentu saja, terdapat pada karakteristik operasi setiap moda
transportasi yang ada; di antaranya akan diuraikan berikut ini.
a. Moda Transportasi Jalan Raya.
Masalah rumit yang dirasakan masyarakat pengguna moda transportasi jalan raya dapat
berupa (Miro, 1997):
a) Untuk transportasi jalan raya dalam kota:
1) Rendahnya mobilitas dan aksesibilitas pada:
- Kendaraan pribadi, misalnya penundaan dan terbatasnya lahan parkir.
Mengapa dilakukan ketiga cara pendekatan demikian? Jawabnya adalah karena setiap pihak terkait
mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Dalam menyatukan perbedaan semua pihak yang
berhubungan dengan pengoperasian sistem transportasi diterapkanlah satu pendekatan dalam
proses perencanaan yaitu koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi.
Koordinasi. Dilakukannya pendekatan koordinasi bertujuan untuk mempertemukan dan
menyamakan segala kepentingan tiap-tiap pihak atau institusi yang terlibat dalam pengoperasian
sistem transportasi.yang berbeda-beda itu (Fair dan Williams, 1975). Kesamaan kepentingan akan
menjadikan persoalan transportasi sekurang-kurarrgtrya dapat diminimalkan.
Integrasi. Integrasi atau keterpaduan ini dapat berupa keterpaduan berbagai jenis moda
transportasi dan keterpaduan seluruh komponen dalam pengoperasian sistem transportasi.
Keterpaduan ini merupakan bagian dari koordinasi karena biasanya integrasi adalah salah satu cara
untuk berkoordinasi.
Sinkronisasi. Sinkronisasi, seperti halnya integrasi, juga merupakan alat koordinasi. Melalui
sinkronisasi ini persoalan operasi sistem transportasi juga dapat ditekan seminimal mungkin. Bentuk
sinkronisasi ini di antaranya adalah seperti sinkronisasi:
1) Tarif
2) Antara ongkos yang dlkeluarkan dengan pelayanan yang didapatkan
3) Rute yang ditempuh dan jaringan trayeknya dengan perkembangan kota
4) Letak fasilitas transportasinya misalnya lokasi terminal atau rambu-rambunya
5) Antara jumlah armada, jaringan jalan dengan tingkat perkembangan wilayah atau kotanya
Apakah dengan pendekatan tersebut persoalan operasional sistem transportasi dapat diminimalkan?
Untuk itu, sistem kelembagaan juga harus melakukan:
1) Pengumpulan data untuk tujuan pemecahan masalah sebelum dan sesudah studi diiakukan
2) Pengawasan operasional
3) Pengukuran kuantitatif dan kulitatif untuk evaluasi dan pelaksanaan
4) Memberikan sanksi terhadap pihak-pihak yang melanggar ketentuan yang telah ditetapkan
dan disepakati bersama oleh seluruh pihak