Anda di halaman 1dari 4

Silakan rekan-rekan mahasiswa berdiskusi dalam forum diskusi ini, dengan 

salah
satu topik berikut.

1. Bagaimana kesiapan ekonomi Indonesia dalam menghadapi globalisasi?


2. Apakah pandemi seperti ini dapat menyebabkan krisis dalam ilmu ekonomi?
Jangan lupa menulis sumber materi untuk menghindari indikasi plagiasi. Hindari copy
paste jawaban teman. Copy paste diperbolehkan dari sumber utama (buku/jurnal)
namun diwajibkan  untuk di rewrite terlebih dahulu dan dilengkapi sumber referensi
sebelum di upload
Jawaban :

1. Globalisasi dalam bidang ekonomi merupakan aktivitas ekonomi dan perdagangan


secara menyeluruh dan terbuka. Dengan kata lain, seluruh negara di dunia menjadi
pasar yang satu dan terintegrasi, tanpa mengenal batasan teritorial atau wilayah.
Karenanya, setiap negara harus pandai dalam menyiapkan berbagai upaya di bidang
ekonomi untuk menghadapi globalisasi.

Berikut kesiapan ekonomi Indonesia dalam menghadapi globalisasi :


Merujuk pada buku Perdagangan Internasional:
Konsep dan Aplikasi karya Eddie Renaldy, Denny Ikhlas, dan Ardha Utama, pemerintah
telah mengeluarkan kebijakan khusus yang berkaitan dengan kesiapan Indonesia
dalam menghadapi globalisasi, di antaranya:
1. Menjalin kerjasama dengan negara lain
Demi mempercepat pertumbuhan ekonomi sekaligus sebagai upaya dalam menghadapi
globalisasi, pemerintah Indonesia melakukan berbagai bentuk kerjasama dengan
negara lain. Bentuk kerjasama yang dilakukan, di antaranya:
WTO (World Trade Organization):
Organisasi internasional yang bertugas untuk menata dan memfasilitasi lalu
lintas perdagangan antarnegara serta mengatasi perselisihan perdagangan
antarnegara.
AFTA (Asean Free Trade Area):
Wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu
kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi
kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi
dunia serta serta menciptakan pasar regional.
APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation):
Didirikan pada 1989, APEC bertujuan mengukuhkan pertumbuhan ekonomi dan
mempererat komunitas negara-negara di Asia Pasifik.
MEA (Masyarakat Ekonomi Asean):
Bentuk integrasi ekonomi di mana semua negara yang berada di kawasan Asia
Tenggara (ASEAN) dapat menerapkan sistem perdagangan bebas.
2. Peningkatan kinerja ekspor
Upaya kesiapan ekonomi Indonesia dalam menghadapi globalisasi berikutnya adalah
peningkatan kinerja ekspor. Ekspor sendiri dapat dimaknai sebagai kegiatan menjual
barang atau jasa ke luar negeri.
Dengan melakukan ekspor, suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya dengan
menambah devisa, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan
ekonomi.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia pada Mei 2021
mencapai 16,60 miliar dolar AS, naik 58,76% dibandingkan dengan Mei 2020.
Akumulasi nilai ekspor Indonesia pada Januari-Mei 2021 mencapai 86,25 miliar dolar
AS, naik 30,68% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020.
Nilai ekspor Indonesia juga lebih besar dari nilai impornya, sehingga menciptakan
surplus perdagangan sebesar 10,17 miliar dolar AS pada Januari-Mei 2021.
Peningkatan nilai ekspor Indonesia ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Pulihnya ekonomi global, sehingga meningkatkan permintaan barang-barang dari
Indonesia.
Adanya kenaikan harga komoditas global yang menguntungkan bagi Indonesia sebagai
negara pengekspor komoditas utama seperti minyak sawit, batu bara, karet, nikel,
timah, dan emas.
Diversifikasi produk ekspor dari berbagai sektor, mulai dari industri pengolahan,
pertanian, perkebunan, pertambangan, dan gas.
Meningkatnya daya saing produk ekspor Indonesia yang didukung oleh inovasi
teknologi, peningkatan kualitas produk, penurunan biaya produksi dan logistik.
3. Menyiapkan sumber daya manusia yang unggul
Sumber daya manusia (SDM) adalah faktor penting dalam pembangunan ekonomi
karena berperan sebagai pelaku utama dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi
barang maupun jasa.
Jika suatu negara memiliki SDM yang berkualitas, tentunya dapat meningkatkan
produktivitas, inovasi, dan kreativitas dalam menciptakan nilai tambah bagi
perekonomian.
Dalam menyiapkan SDM yang siap menghadapi globalisasi, maka bisa melakukan
beberapa hal yang dituliskan dalam Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs
Kelas 9 karya Nurul Hidayati, S.Pd berikut ini:
- Meningkatkan akses dan mutu pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat,
mulai dari pendidikan dasar hingga tinggi.
- Mendorong pengembangan vokasi dan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan
pasar kerja lokal maupun global.
- Meningkatkan investasi di bidang penelitian dan pengembangan (litbang) yang
dapat menghasilkan inovasi teknologi, produk, dan proses yang bermanfaat bagi
perekonomian.
- Meningkatkan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan perguruan
tinggi dalam mendukung pengembangan SDM.

Sumber :
https://kumparan.com/berita-bisnis/bagaimana-kesiapan-ekonomi-indonesia-dalam-
menghadapi-globalisasi-20Us2RSRHFs/full

2. Ya, sangat di mempengaruhi. Penularan yang sangat cepat dan menimbulkan korban jiwa,
serta upaya mitigasinya yang unprecedented menciptakan perubahan besar pada interaksi di
tingkat individu hingga pada tingkatan institusi/negara. Pembatasan gerak dan interaksi yang
masif membawa konsekuensi pada perekonomian. Kebijakan-kebijakan yang tidak dapat
dihindari seperti lockdown, physical distancing, travel ban/restriction, dan lainnya
menimbulkan konsekuensi turunnya aktivitas ekonomi secara signifikan, yang tentunya
menghasilkan implikasi yang sangat besar.
Ancaman krisis kesehatan dan ekonomi juga menimbulkan gejolak besar di pasar
keuangan di awal masa pandemi. Volatilitas di pasar keuangan global sudah mulai
terasa meningkat di awal penyebaran Covid-19 dipicu kekhawatiran terhadap
dampak ekonomi Tiongkok yang merupakan negara penopang utama pertumbuhan
global. Volatilitas semakin intensif seiring ketika eskalasi Covid-19 terjadi di banyak
negara. CBOE Volatility Index (VIX), sebagai indikator yang menggambarkan
kecemasan investor, sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada
pertengahan Maret 2020, yaitu ketika penyebaran Covid-19 sedang sangat eskalatif
di Eropa dan Amerika Serikat. Kepanikan investor memicu terjadinya capital flight,
dan peralihan permintaan pada aset yang aman seperti emas, US Treasury bonds,
dan mata uang Dollar Amerika (US$). Negara berkembang kembali menjadi yang
paling tersudut pada situasi seperti ini. IMF mengestimasi arus modal keluar dari
pasar keuangan negara emerging markets mencapai US$100 miliar dalam waktu
yang relatif singkat, atau setara dengan 0,4% dari Produk Domestik Bruto atau PDB-
nya, jauh lebih cepat dan dalam serta melebihi periode tekanan lain seperti GFC dan
Taper Tantrum.

Gejolak ekonomi akibat pandemi sudah tergambar pada data realisasi pertumbuhan
ekonomi negara-negara di dunia pada triwulan pertama 2020. Tiongkok, misalnya,
sebagai negara yang sudah berhadapan dengan Covid-19 sejak awal tahun,
mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif 6,8% di triwulan I 2020, meskipun
akhirnya dapat pulih cepat dan menjaga pertumbuhan positif untuk keseluruhan
2020. Untuk pertama kalinya sejak 1992 (statistik pertumbuhan ekonomi Tiongkok
mulai dirilis), negara tersebut mencatatkan kontraksi ekonomi atau pertumbuhan
ekonomi negatif.
Kontraksi yang cukup dalam juga dialami negara-negara yang menjalankan
kebijakan restriksi sangat ketat, seperti negara-negara Eropa. Hanya sedikit negara
yang masih mampu mencapai pertumbuhan ekonomi positif di triwulan I 2020, dan itu
pun pada tingkat yang jauh lebih rendah dibanding sebelumnya. Indonesia, Vietnam,
dan AS menjadi beberapa negara yang berada dalam kategori tersebut.

Di awal tahun 2020 sebelum pandemi terjadi, berbagai pihak masih melihat bahwa tahun
2020 merupakan tahun pemulihan ekonomi global. IMF bahkan memperkirakan Dunia akan
tumbuh 3,3%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi global pada 2019 yang mencapai
2,9%. Meski sebetulnya masih sangat rentan dipengaruhi berbagai dinamika ekonomi seperti
produktivitas yang turun, proteksionisme dan perang dagang, tapi tidak ada yang menduga
badai ekonomi akan datang dan terjadi akibat isu kesehatan. Covid-19 telah mengubah
wajah sosial ekonomi dunia secara drastis dan mengubah arah perekonomian global yang
semula optimis membaik, menuju resesi.

Sumber :
https://pen.kemenkeu.go.id/in/page/sosialekonomiglobal

Anda mungkin juga menyukai