Anda di halaman 1dari 51

BAB 3

PERENCANAAN

3.1 Pengorganisasian

Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional dalam

menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum, kelompok

menyusun struktur organisasi sebagai berikut:

2.1.1 Struktur organisasi umum

Ketua : Kristina Barek Bali, S.Kep.

Wakil Ketua : Rudi Sarkim, S.Kep.

Sekretaris 1 : Fransiskus Leong, S.Kep.

Sekretaris 2 : Kori Morina Silla, S.Kep.

Bendahara : Petronella Kana, S.Kep.

2.1.2 Struktur Organisasi MAKP

M1 penanggung jawab: Rudi Sarkim, S.Kep

M2 Penanggung jawab : Kristina Barek Bali. S.Kep

M3 Penanggung jawab :

- MAKP : Stefanus Barong, S.Kep

- Timbang Terima : Fransiskus Leong. S.Kep


- Penerimaan pasien baru : Kori M. Sila ,S.Kep & Jusmi

Banunaek S.Kep

- Discharge planning : Petronella Kana S.Kep

- Sentralisasi obat : Albertina kakisina , S.Kep

- Supervisi : Maria Fatima Floyanti , S.Kep

- Ronde keperawatan: Noviyanti Lede Riwu, S.Kep

 M5 penanggung jawab : Rudi Sarkim, S.Kep

Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah

pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional di ruangan.

3.2 Strategi Pelaksanaan

3.2.1 Model asuhan keperawatan profesional

a. Latar belakang

Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi

tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Tingginya tuntutan

masyarakat tersebut merupakan tantangan bagi perawat untuk

mengalami perubahan dalam sistem pelayanan. Perubahan ini

merupakan cara untuk mempertahankan diri sebagai profesi dan

berperan aktiv dalam menghadapi era globalisasi. Namun dalam

pelaksanaan MAPK terdapat beberapa hambatan termasukyang terjadi

pada pelaksanan yang dilakukan pada ruang Kelimutu.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan diruang Kelimutu terhadap

ketuan tim didapatkan pegelolahan pelayanan keperawatan yang

dilakukan pada ruang Kelimutu menggunakan metode tim. Pada ruang


Kelimutu dibentuk 4 tim dengan 4 orang perawat penanggungjawab

pasien dimana perawat tersebut berpendidikan Sarjana. Namun saat

pagi hari akan di ketua oleh 2 orang perawat primer dimana sore dan

malam yang menjadi penanggung jawab adalah PPJA.

Struktur MAKP Tim

Kepala Ruangan

Katim Katim Katim

PA 1 PA 1 PA 1

pasien pasien pasien

Gambar 3.1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan”Nursing Team”


(Marquis & C, 2000)

b. Masalah
Pelaksanaan MAKP metode Tim telah terlaksana namun belum
optimal. Sebagaian perawat telah mengetahui penerapan metode tim
didalam dalam ruangan, namun dalam pelaksanaannya terdapat
persepsi dimana pelayanan keperawatan menggunakan metode
moduler. Hal ini menyebaban belum optimalnya pembagian tugas
yang dilakukan saat pelayanan didalam tim dan proses perencanaan
tidak digambarkan secara baik pada setiap perawat pelaksana.Metode
Tim merupakan pemberian asuhan keperawatan yang melibatkan tim
yang professional dan tehnikal bertanggung jawab untuk

berkoordinasi selama dinas dalam satu shift.


Tujuan

a Tujuan umum

Mahasiswa mampu menerapkan MAKP Primary Nursing

dengan baik

b. Tujuan khusus

1. Pelayanan keperawatan dilaksanakan sesuai pembagian

tugas

2. Terdapat petunjuk tertulis tentang pembagian tugas

perawat agar MAKP terlaksana dengan baik

3. Pelaksanaan MAKP sesuai dengan pembagian tugas

perawat

4. Melakukan evaluasi dari pelaksanaan MAKP yang telah

direncanakan.

Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan

pengorganisasian dalam pembagian peran sebagai berikut:

1. Kepala Ruangan

Metode tim akan berjalan dengan baik jika didukung oleh kepala ruangan

yang berperan sebagai manajer di ruangan . Kepala ruangan bertanggung jawab

dalam

b. Perencanaan

1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan.


2) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien gawat, transisi

dan persiapan pulang bersama ketua tim.

3) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan

berdasarkan

aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur

penugasan penjadwalan.

4) Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan.

5) Membantu staf dalam menetapkan sasaran asuhan keperawatan

c. Pengorganisasian

1) Merumuskan metode dan tujuan penugasan yang digunakan.

2) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara

jelas.

3) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat

proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari.

4) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.

5) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di

tempat kepada ketua tim.

6) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang

fungsi asuhan keperawatan professional model tim dalam

sistem pemberian asuhan keperawatan

d. Pengarahan

1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.

2) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,

ketrampilan dan sikap.


3) Menginformasikan hal yang dianggap penting yang

berhubungan

dengan asuhan keperawatan pada pasien.

4) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.

5) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam

tugasnya

6) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim.

7) Memberikan kesempatan kepada ketua tim untuk

mengembangkan

kepemimpinan.

8) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua

staf

e. Pengawasan

1) Melalui komunikasi mengawasi dan berkomunikasi langsung

dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan

keperawatan yang diberikan kepada pasien.

2) Melalui supervisi langsung dilakukan dengan cara inspeksi,

mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan

dan memperbaiki kelemahan yang ada.

3) Melalui supervisi tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir

ketua tim membaca dan memeriksa rencana asuhan

keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah

proses keperawatan yang dilaksanakan, mendengar laporan

ketua tim tentang pelaksanaan tugas


2. Perawat Primer

Metode Asuhan Keperawatan Profesional model Tim akan berjalan

baik tergantung melaksanakan tanggung jawabnya. Tanggung jawab ketua tim

antara lain:

1) Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana perawatan.

2) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.

3) Memberi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota tim dan

memberikan bimbingan melalui pre dan post conference.

4) Mengenali kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien.

5) Mengembangkan kemampuan anggota.

6) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses maupun hasil yang

diharapkan serta mendokumentasikannya

3. Perawat Associate

1) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang

telah disusun pada pasien di bawah tanggung jawabnya.

2) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah

diberikan berdasarkan respon pasien.

3) Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk meningkatkan

asuhan keperawatan.

4) menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim.

5) Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim.

c. Rencana Strategi:
1) Mendiskusikan bentuk dan penerapan Model Asuhan

Keperawatan Professional (MAKP) yang dilaksanakan

yaitu model Primary Nursing.

2) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.

3) Melakukan pembagian peran perawat.

4) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga

perawat.

5) Menerapkan model MAKP yang direncanakan.

d. Pengorganisasian

a. Penanggungjawab : Stefanus Barong , S.Kep


b. Waktu : Tanggal 04 April 2022

3.2.1 Timbang terima

a. Latar belakang

Manajemen keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota staf

keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional.

Profesional dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi

mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui

komunikasi yang efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan

yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan

efektifitasnya adalah saat pergantian shift (timbang terima pasien)

(Nursalam, 2015).
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

mengoptimailkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi

mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui

komunikasi yang efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan

yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan

efektifitasnya adalah saat pergantian shift yaitu saat timbang terima

klien.Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima sesuatu (informasi) yang berkaitan dengan

keadaan klien. Timbang terima klien harus dilakukan seefektif mungkin

dengan menjelaskan secara singkat jelas dan komplit tentang tindakan

mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan

perkembangan klien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat

sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan

sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift

secara tulisan dan lisan.

Di Ruang Kelimutu RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang telah

diadakan timbang terima. Timbang terima perlu terus ditingkatkan baik

tehnik maupun alurnya. Hal ini dilakukan untuk perbaikan pada masa

yang akan datang sehingga timbang terima menjadi bagian penting dalam

menginformasikan permasalahan klien sehari-hari. Keakuratan data yang

diberikan saat timbang terima sangat penting, karena dengan timbang

terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan bisa

dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggungjawab dan

tanggunggugat dari seorang perawat. Bila timbang terima tidak dilakukan


dengan baik, maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan

yang diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa digunakan

sebagai dasar pemberian tindakan keperawatan. Hal ini akan menurunkan

kualitas pelayanan keperawatan dan menurunkan tingkat kepuasan pasien.

Kegiatan timbang terima yang telah dilakukan perlu dipertahankan dan

ditingkatkan kualitasnya.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka mahasiswa Prodi Profesi Ners STIKes

Maranatha Kupang akan melaksanakan timbang terima pasien

berdasarkan konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional Primary

Nursing di Ruang Kelimutu RSUD Prof.DR.W.Z.Johannes Kupang.


Gambar 3.2 Alur Timbang
Terima (Nursalam, 2018).

b. Masalah

Hasil observasi dalam pelaksanaan timbang terima, perawat belum

melaporkan aspek umum dengan lengkap dan lebih fokus pada diagnosis

medis, tindakan delegatif, terapi medis dari pada diagnosis keperawatan

dan tindakan mandiri keperawatan. Timbang terima tidak tepat waktu.

pelaksanaan timbang terima tidak dilakukan optimal sesuai dengan SBAR

dan tidak menvalidasi data ke pasien.


c. Tujuan

Tujuan Umum

Setelah dilakukan timbang terima, maka mahasiswa dan perawat mampu

mengkomunikasikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan

baik, sehingga kesinambungan informasi mengenai keadaan klien dapat

dipertahankan.

Tujuan Khusus

1. Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus).

2. Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan

keperawatan pada klien.

3. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh

dinas berikutnya.

4. Menyusun rencana kerja sesuai MK untuk shift berikutnya

5. Mendokumentasikan evaluasi secara lengkap

d. Rencana Kegiatan

1. Menentukan penanggung jawab timbang terima

2. Menyusun proposal kegiatan roleplay

3. Menyusun format/protap timbang terima serta petunjuk teknis

pengisiannya

4. Menyiapkan RM pasien yang akan digunakan untuk timbang terima

5. Menyiapkan kasus kelolaan yang akan digunakan untuk timbang

terima

6. Mengatur jadwal pelaksanaan timbang terima

7. Melaksanakan timbang terima pada setiap pergantian shift dan


melakukan roleplay timbang terima.

8. Berdiskusi dan mendokumentasikan hasil timbang terima pasien.

e. Langkah – langkah timbang terima

1. Persiapan

a) Shift yang akan menyerahkan, mempersiapkan hal-hal yang

akan disampaikan.

b) Kedua kelompok shift duduk bersama di nurse station dan

dalam keadaan siap

2. Pelaksanaan

Dilakukan pada Ners station

a) Kepala ruangan membuka acara timbang terima

b) Ketua tim menyampaikan kepada penanggung jawab shift

dan anggota tim selanjutnya meliputi :

(1) Kondisi dan keadaan secara umum (identitas pasien,

diagnosis medis, keluhan subyektif dan obyektif).

(2) Masalah keperawatan yang muncul dan kemungkinan

masih dapat muncul.

(3) Intervensi keperawatan yang sudah dilakukan dan

belum dilakukan

(4) Intervensi kolaboratif dan dependen.

(5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan

dalam kegiatan selanjutnya


c) Selanjutnya melakukan klarifikasi atau validasi dengan

melakukan timbang terima di samping bed pasien.

Timbang terima di samping bed pasien

(1) Ketua tim menyampaikan salam

(2) Ketua tim menyampaikan keadaan pasien lagi kepada

shift berikutnya.

(3) Shift yang menerima operan dapat melakukan

klarifikasi dengan menanyakan kepada pasien atau

kepada shift yang memberi operan terkait hal yang

belum jelas.

(4) Penyampaian timbang terima singkat dan jelas.

(5) Lama timbang terima untuk setiap pasien kurang lebih

5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan

penjelasan yang lengkap dan rinci terutama pada

pasien baru atau pasien dalam keadaan kritis dengan

SBAR (Situation, Background, Assesment,

Recomendation).

(6) Kepala ruangan,ketua tim dan anggota tim keliling ke

tiap pasien dan melakukan validasi data.

(7) Setelah selesai timbang terima di samping bed pasien

kembali ke nurse station, kalau ada yang perlu

didiskusikan

(8) Ketua tim dan penanggung jawab shift menanda

tangani pada format timbang terima.


f. Pengorganisasian

1. Penanggungjawab : Fransiskus Leong. S.Kep

2. Waktu : Tanggal 04 April 2022

3.2.2 Penerimaan pasien baru

a. Latar belakang

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan

dirasakan sebagai fenomena yang harus direspons oleh perawat. Respon yang

ada harus bersifat kondusif dan belajar banyak langkah-langkah konkrit

dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2002). Salah satunya adalah pada saat

penerimaan pasien baru. Di Ruang Kelimutu RSUD Prof.Dr.W.Z.Johannes

Kupang, penerapan dalam masalah penerimaan pasien baru sudah dilakukan,

namun dalam pelaksanaannya belum optimal.

Penerimaan pasien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan

kesehatan yang komprehensif melibatkan klien dan keluarga, dimana sangat

mempengaruhi mutu kualitas pelayanan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien

dapat dimulai dengan adanya suatu upaya perencanaan tentang kebutuhan

asuhan keperawatan sejak masuk sampai pasien pulang. Penerimaan pasien

baru yang belum dilakukan sesuai standart maka besar kemungkinan akan

menurunkan mutu suatu kualitas pelayanan yang pada akhirnya dapat

menurunkan tingkat kepercayaan pasien terhadap pelayanan suatu Rumah

Sakit.
Penerimaan pasien baru merupakan menerima kedatangan pasien di

ruang pelayanan keperawatan, khususnya di ruang rawat inap atau ruang

intensif (Nursalam, 2016). Pada saat penerimaan pasien baru disampaikan

mengenai orientasi ruangan, pengenalan ketenagaan perawat dan dokter

sebagai penanggung jawab tata tertib ruangan. Salah satu strategi untuk

mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam tekanan pelayanan

keperawatan adalah dengan melakukan proses penerimaan pasien baru sesuai

standart. Dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal sehingga mampu

menjadi wahana bagi peningkatan keefektifan pelayanan keperawatan

sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.

b. Tujuan

1. Tujuan Umum:

Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan diharapkan

mahasiswa mampu untuk mengapliasian konsep penerimaan pasien

baru sesuai dengan standar operasional dalam pelaksanaannya.

2. Tujuan Khusus:

a. Menerima dan menyambut kedatangan pasien baru dengan ramah dan

terapeutik

b. Menjelaskan tentang orientasi ruangan

c. Menjelaskan tentang perawatan di rumah sakit

d. Menjelaskan tentang penanganan medis (dokter yang menangani dan

jadwal visite)

e. Menjelaskan tentang tata tertib ruangan.


f. Melakukan / melengkapi pengkajian pasien baru

c. Tahapan Penerimaan Pasien Baru

1. Tahap pra penerimaan pasien baru

a. Menyiapkan kelengkapan administrasi

b. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan

c. Menyiapkan format penerimaan pasien baru

d. Menyiapkan format pengkajian

e. Menyiapkan informed consent sentralisasi/pengelolaan obat.

f. Menyiapkan nursing kit

g. Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan

h. Menyiapkan lembar hak dan kewajiban pasien

i. Menyiapkan kartu penunggu

j. Menyiapkan kuisioner kepuasan pasien

2. Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru

a. Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/ KaTim /

perawat yang diberi delegasi.

b. Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya.

c. Perawat menunjukkan kamar/ tempat tidur klien dan mengantar ke

tempat yang telah ditetapkan.

d. Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat

tidur (apabila pasien datang dengan branchard/ kursi roda) dan

berikan posisi yang nyaman.

e. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan

format.
f. Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar.

g. Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat

memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang

orientasi ruangan, perawatan (termasuk perawat yang

bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang

bertanggung jawab dan jadwal visite), dan tata tertib ruangan.

h. Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang

telah disampaikan

i. Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk

menandatangani informed concent sentralisasi obat.

j. Perawat menyerahkan kepada pasien lembar kuesioner tingkat

kepuasan pasien.

3. Tahap terminasi

a. Ketua tim menanyakan kembali kepada pasien dan keluarga

tentang hal-hal yang belum dimengerti dari penjelasan yang telah

diberikan.

b. Ketua tim dan perawat pelaksana kembali ke ruangan.

c. Ketua tim dibantu perawat pelaksana mendokumentasikan hasil

pengkajian.

d. Ketua tim merencanakan tindakan keperawatan.

d. Peran perawat dalam penerimaan pasien baru

1. Kepala ruangan

a. Menerima pasien baru

b. Memeriksa kelengkapan pasien baru


2. Ketua Tim

a. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru

b. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru

c. Melakukan pengkajian pada pasien baru

d. Mengorientasikan klien pada ruangan

e. Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung

jawab

f. Memberikan penjelasan tentang sentralisasi obat pada pasien

g. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru

3. Perawat Pelaksana

a. Membantu KaTim dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru

b. Melakukan pemeriksaan fisik bersama Katim

c. Melakukan suhan keperawatan yang direncanakan oleh Katim


Alur penerimaaan pasien baru

Kepala ruangan memberitahukan Katim akan ada pasien

Katim dan anggota tim menyiapkan


1. Tempat tidur sesuai pemesanan
2. Nursing kit

Kepala ruangan dan Katim serta anggota tim


menyambut pasien baru

Ketua tim mengorientasikan kepada pasien dan


keluarganya tentang fasilitas ruangan. Menjelaskan
peraturan yang ada di ruangan

Ketua tim dan perawat pelaksanan melakukan


pengkajian ulang dan pemeriksaan fisik. Selanjutnya

Kepala ruangan memeriksa kembali kelengkapan


dokumentasi Ketua tim membuat rencana asuhan
keperawatan
Gambar 3.3 Alur penerimaan pasien baru

g. Rencana strategis

1. Mahasiswa menentukan penanggungjawab penerimaan pasien baru

2. Mahasiswa menentukan materi penerimaan pasien baru

3. Mahasiswa menentukan pasien yang akan dijadikan

subjek roleplay penerimaan pasien baru.

4. Mahasiswa menentukan jadwal pelaksanaan penerimaan pasien baru.

Mahasiswa melaksanakan penerimaan pasien baru


h. Pengorganisasian

1. Penanggung jawab : Kori M. Sila ,S.Kep & Jusmi

Banunaek S.Kep

2. Waktu : Tanggal 04 April 2022

3.2.3 Sentralisasi obat

a. Latar Belakang

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan

keperawatan yang prima dirasakan sebagai suatu fenomena yang

harus segera direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat

kondusif dengan mempelajari langkah-langkah konkrit dalam

pelaksanaannya (Nursalam, 2002). Salah satunya adalah dalam

pengelolaan obat pasien.Teknik pengelolaan obat secara sentralisasi

merupakan pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan

diberikan pada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat.

Pengeluaran dan pembagian obat juga sepenuhnya dilakukan oleh

perawat.

Kesalahan pemberian obat (medication error) masih menjadi

salah satu tren isu keselamatan pasien. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi ketepatan pemberian obat yaitu faktor organisasi,

faktor manajemen unit, dan faktor individu (WHO, 2009). Institute

of Medicine (2001) dalam (Aprilia et al., 2016) melaporkan bahwa

sekitar 44.000–98.000 orang meninggal karena medical error dan

medication error merupakan jenis medical error yang banyak terjadi


Sentralisasi obat diharapkan dapat diberikannya terapi

farmakologi (pengobatan) secara tepat pasien,tepat waktu,tepat

dosis,tepat cara pemberian sehingga akan memperpendek waktu

rawat inap. Sentralisasi obat di ruang Kelimutu dilaksanakan pada

obat injeksi yang disimpan oleh petugas ditempat khusus di ruang

perawat dan diberikanmenurutjadwal pemberian,sedangkan obat oral

diberikan kepada pasien/keluarganya dan perawat hanya

memberitahukan cara pemberiaannya. Resep dari dokter

diberikankeluarga pasien untuk dibelikan di apotek, setelah

mendapatkan obatnya diserahkan keperawat untuk dicatat pada buku

penerimaan obat.

Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan

berbagai kerugian padapasien. Resistensi tubuh terhadap obat dan

resiko resistensi kuman penyakit dapat terjadi jika konsumsi obat

oleh penderita tidak terkontrol dengan baik. Kerugian lain yang

bisaterjadi adalah terjadinya kerusakan organ tubuh atau timbulnya

efek samping obat yang tidak diharapkan.Selain itu penggunaan obat

yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian pasien secara

ekonomi. Oleh karena itu diperlukan suatu cara yang sistematis

sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat

dan pasien/keluargaserta resiko kerugian baik secara material

maupun non material dapat dihindari, padaakhirnya kepercayaan

pasien terhadap perawat juga semakin meningkat. Berdasarkan hal

tersebut,untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan sentralisasi


keperawatan di Ruang Kelimutu,kami akan melaksanakan

sentralisasi obat oral di ruangan tersebut.

b. Masalah

Cara penyimpanan obat terkait sarana dan prasarana masih

masih disedikan didalam 1 tempat. Cairan infus pasien digabung,

tidak disimpan di kotak masing-masing pasien. Saat memberikan

obat ke pasien, masih ada perawat yang tidak menginformasikan

jumlah kepemilikan obat yang digunakan, sehingga pasien tidak tahu

tentang persediaan obat.

c. Tujuan
1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengaplikasikan peran perawat dalam

pengelolaan sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil

pengelolaan sentralisasi obat..

2 Tujuan Khusus

a) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang

sentralisasi obat

b) Mampu mengelola obat pasien

c) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi

d) Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap perawat

dalam pengelolaan sentralisasi obat

e) Menurunkan risiko terjadinya salah pemberian obat

d. Rencana strategis
1 Penanggung jawab pengelolaan obat adalah mahasiswa ruangan

yang secara operasional dapat didelegasikan.

2 Menyusun proposal sentralisasi obat

3 Melaksanakan sentralisasi obat pasien bekerjasama dengan

perawat, dokter, dan farmasi

4 Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan sentralisasi

obat dengan pembuatan sentralisasi obat secara terlampir

e. Pengorganisasian

1. Penanggung jawab : Albertina kakisina , S.Kep

2. Waktu : Tanggal 04 April 2022

f. Peran

1. Kepala Ruangan

a) Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan

malpraktek.

b) Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.

c) Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.

2. Katim

a) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.

b) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.

c) Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program

terapi.

3. AnggotaTim
Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian

obat selama klien dirawat.

3.2.4 Supervisi keperawatan

a. LatarBelakang

Tuntutan masyarakat terhadap respon kualitas pelayanan keperawatan

dirasakan sebagai hal yang harus direspon oleh perawat.Respon yang ada harus

bersifat kondusif dan konkret dalam langkah-langkah pelaksanaannya (Nursalam,

2007). Salah satu upayauntuk memenuhi tingginya tuntutan masyarakat yaitu

pemberian asuhan keperawatan yang optimal dan mandiri kepada pasien.Dalam

menjalankan tugas secara dependen, perawat tetap membutuhkan pengawasan dan

pendampingan dari atasan didalam suatu institusi yang dikenal dengan supervisi.

Supervisi keperawatan merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan

peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan

tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Nursalam,2009:

226).

Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien

dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan dan kemampuan

perawat dalam melaksanakan tugas. Kegiatan supervisi di ruang Kelimutu RSUD

Prof. Dr. Johannes Kupang dilakukan secara langsung oleh bidang keperawatan di

ruangan Kelimutu kepada kepala ruangan dan ketua tim diruangan dan ketua

tim secara langsung memberikan supervisi secara langsung ke perawat pelaksana.

Bila kegiatan supervisi ini telah dilakukan dan didokumentasikan dengan

terstruktur serta terdapat format penilaian supervisi yang jelas, maka akan dicapai
hasil yang maksimal, karena kepala ruangan akan memiliki catatan kinerja

perawat untuk perbaikan selanjutnya, dan perawat yang disupervisi juga akan

memiliki catatan kinerja sebagai bahan evaluasi diri. Dengan demikian maka akan

mudah untuk dilakukan upaya perbaikan dalam pelayanan keperawatan. Namun

bila kegiatan supervisi tidak dilakukan secara terstruktur dan terdokumentasi

dengan baik serta tidak ada format penilaian untuk supervisi yang baku, maka

bentuk evaluasi yang dilakukan tidak bisa dilaksanakan secara berkelanjutan

karena tidak adanya catatan yang digunakan sebagai bahan evaluasi secara

terstruktur.

b. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengaplikasikan atau melakukan supervisi sesuai peran

kepala ruangan sebagai supervisor dalam lingkup tanggung jawabnya.

2. Tujuan Khusus

a) Mahasiswa profesi ners mampu merumuskan tujuan dan melakukan

supervisi tindakan keperawatan.

b) Mahasiswa profesi ners mampu mengevaluasi dan menilai pengetahuan

pelaksanaan tindakan keperawatan.

c) Mahasiswa profesi ners mampu mengevaluasi dan menilai kinerja

mahasiswa yang berperan sebagai ketua tim atau perawat pelaksana dalam

pelaksanaan tindakan keperawatan.

d) Mahasiswa profesi ners mampu mengevaluasi dan menilai sikap mahasiswa

yang berperan sebagai ketua tim atau perawat pelaksana dalam melakukan

prosedur pelaksanaan tindakan keperawatan.


e) Mahasiswa profesi ners mampu memberikan reward kepada mahasiswa

yang berperan sebagai ketua tim atau perawat pelaksana dalam prosedur

pelaksanaan tindakan keperawatan.

f) Mahasiswa profesi ners mampu memberikan konsep solusi dan perbaikan

dalam pelaksanaan prosedur pelaksanaan tindakan keperawatan.

g) Mahasiswa profesi ners mampu mendokumentasikan hasil supervisi

prosedur pelaksanaan tindakan keperawatan.

c. Masalah
Masalah yang di temuan dalam supervisi yaitu Instrumen yang diperlukan

untuk supervisi kurang lengkap, hal ini terjadi akibat tidak terdapat kontrak

jelas dan feedback dari supervisor kepada perawat tentang supervisi yang telah

dilakukan.

d. Unsur Pokok Supervisi (Nursalam, 2011:L78-L79)


a. Pelaksana Supervisi

• Kepala Ruangan:

1. Bertanggumg jawab dalam supervise pelayanan keperawatan

pada klien di ruang perawatan.

2. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya

tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

3. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik

keperawatan di ruang perawatan sesuai dengan tujuan yang

didelegasikan.

• Pengawas Keperawatan

Bertanggung jawab dalam melakukan supervise pelayanan

kepada kepala ruangan yang ada di instalasinya.


• Kepala Seksi Keperawatan

Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung

dan seluruh perawat secara tidak langsung.

e. Sasaran

Menurut Nursalam (2014: L-63), sasaran atau obyek dari supervisi

adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan yang melakukan

pekerjaan. Sasaran yang dilakukan oleh bawahan disebut sebagai sasaran

langsung

f. Frekuensi

Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda.Supervisi

yang dilakukan hanya sekali, bukan supervisi yang baik.Tidak ada pedoman

yang pasti seberapa sering supervisi dilakukan. Pegangan umum yang

digunakan tergantung dari derajad kesulitan pekerjaan yang dilakukan serta

sifat penyesuaian yang akan dilakukan.

Nursalam (2014: L-63), melakukan supervisi yang tepat harus bisa

menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervisi dan bantuan.

Sepanjang control/ supervisi penting tergantung bagaimana staf melihatnya.

1. Over control

Kontrol yang berlebihan akan merusak delegasi yang diberikan, staf

tidak akan dapat memikul tanggung jawabnya

2. Undercontrol

Kontrol yang kurang juga dapat berdampak buruk terhadap delegasi,

diamana staf akan tidak produktif melaksanakan tugas dan berdampak


secara signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini akan

berdampak padapemborosan waktu dan anggaran ya g sebenarnya dapat

dihindarkan. Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf untuk

berpikir dan melaksanakan tugas tersebut.


g. Alur Supervisi (Nursalam, 2014:L-70)

Ka. Bid Perawatan

Kasi Perawatan

Ka Per IRNA

Ka Ru

Menetapkan kegiatan dan


tujuan serta Supervisi
instrumen/alatukur
PRA
PP 1 PP 2

Menilai Kinerja PA PA
Perawat: R-A-A

Responsibility,
PELAKSANAAN

Pembinaan (3F) :

Penyampaian penilaian ( Fair) Kinerja perawat dan kualitas


pelayanan
Feed back

PASCA

Keterangan SUPERVISI
h. Langkah Supervisi (Nursalam, 2014:L-70-L-71)

1. Pra-supervisi

 Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi

 Supervisor menetapkan tujuan

2. Pelaksanaan supervise

 Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrument

yang telah disiapkan.

 Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.

 Supervisor memanggil Ketua Tim dan PA untuk mengadakan pembinaan

dan klarifikasi permasalahan.

 Pelaksanaan supervise dengan inspeksi, wawancara dan memvasilitasi

data sekunder:

a) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.

b) Supervisor melakukan Tanya jawab dengan perawat.

3. Pasca supervise-3F

 Supervisor memberikan penilaian supervise (F-Fair).

 Supervisor memberikan Feedback dan klarifikasi.

 Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.

4. Cara supervisi

Supervisi dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu:

a. Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang

berlangsung dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan

umpan balik dan perbaikan

Proses supervisi meliputi:

a. Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan

keperawatan didampingi oleh supervisor

b. Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan

reinforcement dan petunjuk.

c. Setelah selesai supervisor dan perawat pelaksana melakukan

diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai

dan memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada

aspek yang positif sangat penting dilakukan oleh supervisor

b. Supervisi tidak langsung

Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulin maupun lisan.

Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan

sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat

diberikan secara tertulis.

i. Pengorganisasian

1 Penanggung jawab : Maria Fatima Floyanti , S.Kep

2 Waktu : Tanggal 04 April 2022


3.2.5 Discharge planning

a. Latar belakang
Salah satu bentuk peran perawat dalam asuhan keperawatan

profesional adalah membuat perencanaan pulang (Discharge planning)

pasien. Perencanaan pulang (Discharge planning) merupakan

komponen yang penting dari program keperawatan pasien, dimulai

segera setelah pasien masuk rumah sakit (Nursalam, 2018). Discharge

planning atau perencanaan pulang bertujuan untuk mempertahankan

kontinuitas perawatan lanjutan di rumah setelah pasien dipulangkan

dari rumah sakit. Discharge planning yang efektif mampu menjamin

pasien dan keluarga melakukan tindakan perawatan paliatif lanjutan

yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Fitri,

Andini, & Natosba, 2020). Hasil penelitian Ernita, Rahmalia, &

Novayelinda (2015) menunjukkan bahwa pemberian Discharge

planning pada pasien TB memberikan kesiapan yang baik bagi pasien

dan keluarga dalam menghadapi pemulangan (71,43%). Dan penelitian

oleh Serawati, Suryani, & Astuti (2015) menunjukkan bahwa 94,6%

pasien nifas menyatakan siap pulang ke rumah setelah dilakukan

Discharge planning (Fitri et al.,2020). Perencanaan pulang akan

menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi yaitu antara

keperawatan yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan

keperawatan yang diberikan setelah pasien pulang. Perawatan di rumah

sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan perawatan oleh ners di

rumah. Kegagalan untuk memberikan dan mendokumentasikan


perencanaan pulang akan beresiko terhadap beratnya penyakit ancaman

hidup dan disfungsi fisik dalam perencanaan pulang di perlukan

komunikasi yang baik terarah sehingga apa yang disampaikan dapat

dimengerti dan berguna untuk keperawatan di rumah (Nursalam, 2018).

Perawat adalah salah satu anggota team Discharge planning,

dan sebagai discharge planner seorang perawat harus bisa menentukan

keadaan pasien dengan melakukan pemeriksaan klinis dan didukung

pemeriksaan penunjang lainnya untuk mengidentifikasi masalah aktual

dan potensial, sehingga perawat dapat melakukan tindakan lanjutan

sebelum pasien pulang berupa pemberian pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan yang diberikan perawat kepada pasien pada saat

perencanaan pulang, bertujuan agar pasien dan keluarga mampu

mengenali tanda bahaya dan memberikan informasi serta pengetahuan

bagaimana cara manajemen pemberian perawatan lanjutan di rumah

(Nursalam, 2018).

b. Masalah

Discharge planning sudah berjalan namun pasien dan keluarga

tidak mendapatkan leaflet keperawatan dari tenaga medis perawat

sehingga edukasi yang diberikan hanya secara lisan. Leaflet yang

tersedia hanya dari Gizi dan rehabilitasi medik, sedangkan dari

keperawatan tidak ada.

c. Tujuan

a) Tujuan umum
Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa

di ruang Kelimutu mampu mengaplikasikan Discharge planning sesuai

standar pelaksanaan operasional

b) Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan Discharge planning

dan bekerja sama dengan perawat.

b. Adanya pemberian leaflet dan penjelasan tentang isi leaflet oleh

mahasiswa saat pasien pulang.

c. Mahasiswa mampu mendokumentasikan pelaksanaan Discharge

planning

d. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil pelaksanaan Discharge

planning.

e. Mahasiswa mampu menyusun media leaflet untuk membantu

pemberian informasi kepada pasien dan keluarga.

d. Rencana strategis
a. Mahasiswa menentukan penanggung jawab Discharge planning

b. Mahasiswa menentukan materi Discharge planning

c. Mahasiswa menentukan pasien yang akan dijadikan

subjek Discharge planning.

d. Mahasiswa menentukan jadwal pelaksanaan Discharge planning

e. Mahasiswa melaksanakan Discharge planning.

e. Pengorganisasian
1. Penanggung jawab : Petronella Kana S.Kep

2. Waktu : Tanggal 04 April 2022


M4(MONEY)
Pada M4 (Money) tidak ada masalah karena semua pembiayaan pasien

sudah diatur dan ditetapkan oleh pihak Rumah Sakit dan sudah terpusat pada

satuketetapan di kasir Rawat Inap. Sedangkan untuk pendapatan perawat juga

sudah diatur oleh ketetapan pemerintah bagi perawat yang berstatus PNS,dan

perawat yang berstatus sebagai tenaga kontrak juga sudah ditetapkan oleh Rumah

Sakit,termasukdidalamnya ada tunjangan kinerja yang sudah ditetapkan oleh

instansi rumah sakit.

M5 (MUTU)
a. Evaluasi struktur

Semuaformatterkait mutu telah dibuat dan tersedia,diantaranya format

penilaian nyeri, kecemasan tingkat ketergantungan perawatan diri,

risiko jatuh,flebitis, dekubitus, sudah disiapkan di rekam medis.Format

kepuasan sudahdisiapkan di luar rekam medis dan diisi oleh pasien

dan atau keluarga pasienyangtelah mendapat perawatan minimal 1x24

jam.

b. Evaluasi proses

Selamapelaksanaan MAKP,pelaksanaan peningkatan mutu

sudahberjalan sesuai rencana. Format penilaian nyeri, risiko jatuh,

phlebitis diisi setiap harioleh perawat primer pagi dan dicek ulang oleh

perawat yang shift sore danmalam.Pengajaran cuci tangan terlaksana

etiap pagi dengan bantuanmahasiswa praktika dan perawat ruangan.

Selain itu pengendalian infeksi jugadilakukan dengan cara sosialisasi


cuci tangan kepada pasien saat penerimaan pasien baru. Kiat untuk

menghindari resiko kesalahan dalam identifikasi setiappasientelah

diberikan gelang bagi pasien dan setiapmelakukantindakanseperti

pemberian obat,pengambilan darah,dan pemberiansemuaprodukdarah

telah dilakukan identifikasi nama dan no rekam medis pasien

disesuaikandengangelangmasing-masingpasien.

Upaya penurunan kejadian phlebitis terutama mekanik dilakukan

dengan caramemberitahukan pasien dan keluarga untuktidak

melakukan banyak manipulasi pada selang infus. Peningkatan

kepuasan dan penurunan kecemasanpasien sudah dilaksanakan dengan

adanya pemberian penjelasan mengenai hakdan kewajiban pasien, tata

tertib ruangan dan penyakit pasien melalui leafletdandibantu dengan

penjelasan oleh dokter.

c. Evaluasi hasil

Pelaksanaan peningkatan mutu sudah berjalan sesuai denganrencana,

denganbantuanpembimbingdanperawatruangan.Evaluasi pelaksanaan

program mutu dan sasaran keselamatan pasien di Ruang Kelimutu

RSUD.Prof.DR.W.Z.Johannes Kupang sesuai dengan Standar

Akreditasi Rumah Sakit dan sudah berjalan sesuai dengan rencana,

adapun hasil penilaian mutu antaralain:

1. Dekubitus

Tabel Angka Kejadian Dekubitus di Ruang Kelimutu RSUD. Prof.


Dr.W.Z.Johannes Kupang bulan Maret2022.
Kategori Hasil pengkajian Hasil minggu
minggu pertama kedua
Jumlah pasien dengan 0 0% 0 0%
decubitus
Jumlah pasien yang berisiko 2 20% 1 6,25%
decubitus
Jumah klien yang tidak 8 80% 15 93,75%
beresiko decubitus
10 100% 16 100%
Sumber:Data Primer Ruang Kelimutu RSUD Prof. Dr.W.Z.Johannes
Kupang 2022.

Berdasarkan tabel di atas, saat pengkajian tidak ada pasien yang

mengalami dekubitus, 2 pasien (20 %) berisiko dekubitus dan 8 pasien

(80%) tidak berisikodekubitus pada minggu pertama. Selama

pelaksanaan pengkajian yang dilakukan minggu kedua, tidak terdapat

pasien menderitadecubitus (0%), 1 pasien (6,25%) berisiko dekubitus

dan 15 pasien (93,75%) tidak berisiko dekubitus.

2. Phlebitis

Tabel Rekapitulasi Kejadian phebitis pada Pasien Ruang

KelimutuRSUD.Prof.Dr.W.Z.Johannes Kupang bulan Maret 2022

Angka Hasil pengkajian Hasil minggu kedua


plebitis minggu pertama
Ya 0 0% 0 0%
Tidak 21 100% 23 100%
TOTAL 21 100% 23 100%

Sumber: Data Primer Ruang Kelimutu RSUD Prof.Dr.W.Z.Johannes


Kupang 2022.
Berdasarkan tabel di atas, tidak ditemukan pasien yang mengalami
phlebitis.

3. Patient Safety

Evaluasi pelaksanaan sasaran keselamatan pasien (SKP) di Ruang

Ruang Kelimutu RSUD.Prof.Dr.W.Z.Johannes Kupang sesuai dengan

Standar AkreditasiRumah Sakit antara lain:

a) Ketepatan identifikasi pasien

Pemberian gelang pasien sebagai upaya identifikasi pasien yaitu:


 Gelang biru digunakan untuk pasien laki-laki.

 Gelang pink digunakan untuk pasien perempuan

 Stiker kuning digunakan untuk pasien risiko jatuh.

Tabel Rekapitulasi Pemakaian Gelang Identitas di Ruang Kelimutu


RSUD.Prof.Dr.W.Z.Johannes bulan Maret
Kategori Hasil pengkajian Hasil minggu kedua
minggu pertama
Terpasang gelang 21 100% 2 100
3 %
Tidak terpasang gelang 0 0 0%
TOTAL 21 100% 2 100
3 %

Sumber: Data Primer Ruang Kelimutu RSUD Prof. Dr. W.Z.


JohannesKupangtahun2022.
Tabel di atas menunjukkan bahwa saat dilakukan observasi pada minggu

kedua pertama dan kedua pasien yang terpasang gelang yaitu 100%

b) Upaya peningkatan komunikasi efektif

Komunikasi efektif yang diterapkan di Ruang Bedah Kelimutu

RSUD.Prof.Dr.W.Z.Johannes Kupang adalah dengan menggunakan

metode SBAR., komunikasi kelompok menggunakan SBAR.

c) Upaya peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

Selama tanggal 10 Maret s.d 15 Maret 2022 terdapat 4 pasien yang

diberikan obat high alert berupa drip KCL, 1 orang pasien mendapat terapi
drip noreepinephrine,2 orang pasien mendapat injeksi Furosemid, 6 orang

pasien mendapat terapi injeksi Ranitidin,dan 5 orang pasien mendapatkan

terapi injeksi Ceftriaxone.

Tabel Rekapitulasi Kejadian Salah Obat di Ruang Kelimutu RSUD. Prof.


Dr. W.Z.Johannes Kupang bulan Maret 2022
Kategori Hasil pengkajian Hasil minggu kedua
minggu pertama
Kejadiansalah obat 0 0% 0 0%
TOTAL 0 0% 0 0%

Sumber: Data Primer Ruang Kelimutu RSUD Prof. Dr. W.Z.Johannes


Kupang tahun 2022.
d) Upaya yang dilakukan yaitu pengurangan infeksi dengan cuci tangan,

memakai masker, dan APD lainnya, terutama saat wabah Covid-19 yang

sedang merebak.Cuci tangan sudah dilakukan setiap hari oleh perawat

setiap five moments cucitangan kepada pasien dan keluarga. Setiap

dilakukan Handover tidak selalu dilakukan pembacaan five moment cuci

tangan dan peragaan cuci tangan untuk mengingatkan perawat dan staf

ruangan dalam upaya untuk peningkatan risikoinfeksi terkait dengan

pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan tentang cucitangan dan lima

momen cuci tangan dilaksanakan saat penerimaan pasien baru.Setiap pagi

juga telah dilaksanakan pembacaan dan demontrasi 6 langkah cuci tangan

sebagai bagian dari budaya profesi

e) Upaya pengurangan resikojatuh


Upaya pengurangan resiko jatuh yang sudah dilakukan yaitu dengan cara

mengunci roda bed, memasang pembatas bed dan memasang stiker risiko

jatuh pada gelang pasien. Selama pelaksanaan MAKP bulan Maret tidak

ditemukan adanyakejadianpasien jatuh.


POA (PLANNING OF ACTION)

No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Waktu PJ


Keberhasilan
1 M1–MAN Memperbaiki struktur (1) Bekerjasama dengan 1. Papan informasi Maret
organisasi MAKP kepala ruangan terkait struktur 2022 Rudi Sarkim
1. Papan informasi struktur organisasi dan struktur informasi mengenai tenaga organisasi ,S.Kep
belum diperbaharui dengan organisasi yang keperawatan yang ada MAKP yang
ketenagaan sekarang sesuai dengan diruangan. sudah sesuai
2. kurangnya peningkatan dalam hal ketenagaan yang ada (2) Memperbarui papan dengan
update kompetensi perawat yang di ruangan Kelimutu informasi struktur
terkait dengan pelatihan Perawatan organisasi MAKP yang tenagakeperawata
Luka dimana ruang sesuai dengan tenaga n yang ada.
Kelimutumerupakan ruangan keperawatan yang ada. 2. Dapat
perawatan Bedah kelas 3 (3) Mengkoordinasikan terlaksana100%
dengan bagian mutu rumah
sakit untuk merencanakan
pelatihan perawatan luka
pada perawat Kelimutu
2. M2–Material Meningkatkan Melakukan inventaris alat 1. Petugas Maret Kristina
1. Jumlah persediaan standart keamanan kesehatan yang ad di kesehatan 2022 Barek Bali.
termometer digital, syringe pasien Kelimutu dan koordinasi memahami S.Kep
pump, nebulizer,torniket,dan dengan bagian IPRS untuk urgens
belum sesuai dengan melakukan perbaikan dan pemanfaatan alat
Peraturan Menteri Kesehatan kalibrasi medis
Republik Indonesia 2. Adanya
Nomor340/MENKES/PER/II followup
I/2010\ pengadaan
- dari Kepala
Ruang Kelimutu
3 M3-MAKP Mampu menerapkan 1. Mendiskusikan MAKP 1. pelaksanaan Maret Stefanus
Pelaksanaan MAKP metode tim telah MAKP sesuai dengan 2. Merencanakan kebutuhan MAKP sesuai 2022 Barong
terlaksana namun belum optimal tugas dan uraian ketenagaan di ruangan dengan ,S.Kep
karena dalam pelaksanaannya PPJA tugas Kelimutu perencanaan
bisa menjadi perawata sociate di pagi 3. Melakukan pembagian yang dilakukan
hari shift 2. penentuan
4. Mendeskripsikan tugas ketenagaan
dan tanggungjawab sesaui dengan
masing-masing peran tingkat
ketegantungan
pasien dan
jumlah pasien
yang dirawat
M3-TIMBANG TERIMA Maret Fransiskus
Diharapkan mahasiswa 2022 Leong.
1. Dalam proses timbang dapat melakukan proses 1. Menentukan Adanya format S.Kep
terima belum melaporkan timbang terima dengn penanggung pengkajian saat
SBAR secara berurutan optimal sesuai dengan jawab timbang melakukan timbang
2. Pelaporan lebih fokus proser pelaporan SBAR terima terima agar dapat
padadiagnosa medis dan 2. Menusun dilakukan timbang
rencana medis proposal timbang terima secara
3. Timbang terima pada sore terima optimal
dan malam tidak tepat 3. Menyipakan .
waktu pasien untuk
dilakukan
timbang terima.
4. Melaksanakan
timbang terima
pada pergantian
shift
5. Melakukan
diskusi kasus
pada timbang
terima
M3-PENERIMAAN PASIEN Diharapkan dapat 1. Menetukan penanggung Mahasiswa mampu Mare 2022 Kori M.
BARU melakukan jawabpenerimaan pasien berperan dalam Sila ,S.Kep
penerimaan pasien baru roleplay saat & Jusmi
1. Kurang optimalnya baru sesaui dengan 2. Membuat materi melakukan Banunaek
penjelasan mengenai standar. penerimaan pasien baru penerimaan pasien S.Kep
orientasi, hak pasien dan 3. Menetukan subyek untuk baru
tata terbib ruangan dilakukan roleplay
2. Kepala ruang Kelimutu 4. Melakukan pelaksaanaan
kadang tidak mendampingi penrimaan pasien baru
saat terimapasien baru sesuai dengan peran
masing-masing

M3-Discharge planning Mahasisswa mampu 1. Mahasiswa melaksanakan 80 % mahasiswa Maret Petronella


1. Discharge planning sudah mengaplikasikan Discharge planning mampu untuk 2022 Kana S.Kep
berjalan namun pasien dan proses discharge sesuai standar. melakukan
keluarga tidak mendapatkan palnning sesuai 2. Mahasiswa membuat discharge planning
leaflet keperawatan dari tenaga dengan standar. leaflet tuntuk Discharge saat pasien akan
medis perawat sehingga edukasi planning. pulang.
yang diberikan hanya secara 3. Mahasiswa memberikan
lisan. leaflet kepada pasien dan
keluarga saat pasien
. pulang.
M3–Sentralisasi Obat Diharapkan 1. menentukan penaggung Adanya alur Maret Albertina
1. pengelolahan obat tidak diberikan mahasiswamampu jawab dalam melakukan sentralisasi obat 2022 kakisina ,
wewenang terhadap perawat, dan menerapkan sentralisasiobat diruangan dan S.Kep
tidak ada buku obat tentang sentralisasi obat 2. melakukan penyusunan pengelolahan
permintaan dan persediaa obat di sesuai dengan standar proposal ang melakukan penyimpanan obat
ruangan pada ruangan sentralisasi obat dalam bentuk buku
2. saat memberikan obat masih ada Kelimutu 3. melaksanakan sentralisasi register obat masuk
perawat yang tidak menjelaskan obat dilaruangan dalam dan obat yang telah
jumlah persediaan obat yang sisa bentuk role play dengan digunakan paa setiap
bantuan farmasi klinis pasien
dan perawat
penaggungjawab ruangan
4. mendokumentasikan hasil
pelaksanaan sentralisasi
obat
M3 supervisi Tersedianya alat 1. menentukan penanggung Adanyaintrumen Maret Maria
Instrumen yang diperlukan untuk unutk kegiatan jawab supervisi cheklis ang terisi 2022 Fatima
supervisi kurang lengkap supervisi 2. mennyusun proposal dengan baik Floyanti ,
supervisi untuk penilaian S.Kep
3. menginformasinya pada perawat yang di
perawat yang akan supervisi
dilakukan supervisi
4. menyiapkan instrumen
supervisi
5. melakukan supervisi pada
perawat
6. melakukan feedback hasil
kegiatan supervisi
7. memberikan beberpaa
catatan dan reward
M3 Ronde Keperawatan Ronde keperawatan 1. menentukan penangguang Pelaksanaan ronde Marat Noviyanti
dilakukan secara jawab ronde keperawatan keperawatan 2022 Lede Riwu,
1. Ronde keperawatan belum optimal sesuai 2. melakukan kontrak waktu diharapakan S.Kep
menjadi kegiatan rutin dengan jadwalang dngan pasien untuk dapat dilakukan
2. Diskusi ilmiah yang dilakukan disusun dilakukan ronde sesuai dengan
dalam tim dan suasana ilmiah keperawatan jadwal yang
3. ronde keperawatan yang 3. pasien menandatangani dibuat
dilakukan sering kali tidak infomconsent
melibatkan pasien seperti 4. melakukan pengkajian
menvalidasi data pengkajian pada pasien
bersama dengan pasien 5. sehari setelahnya
melakukan ronde
keperawatan dimulai
dengan menvalisasi data
yang telah dikaji pada
kline
6. mendiskusikan kasus
dalm format studi kasus
7. mengambil kesimpulan
dan mencatat hal-hal ang
penting untuk efisiensi
perawatan pasien
8. menutup kegiatan ronde
keperawatan
4 M5-Mutu Diharapakan 1) Melakukan budaya 1. Semua perawat Maret RudiSarki
2. Kurangnya optimalnya mahasiswa mampu profesi setelah dilakuakn dapat 2022 m S.Kep
pemilahan sampah medis dan melakukan five overan ada dinas pasi melakukan five
nonmedis di ruangan Kelimutu. moment sesuai dengan dengan bersama-sama moment dan
3. Kurangnya kesadaran dalam langkah-langkah yang melakukan gerakan angkat infeksi
melakukan cuci tangan dan five sesuai dengan standar mencuci tangan dan nosokomial di
moments oleh ruangan. menyebutkan five ruangan
moment saat mencuci Kelimutu
tangan menurun
f. DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. (2012). Manajemen Keperawatan : Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar


Ruzz Media.

Gonçalves‐Bradley, D. C. (2016). Discharge planning from hospital. Cochrane


database of systematic reviews, (1).

Lin, C. J. (2012). Discharge planning. International Journal of Gerontology,, 6(4),


237-240.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan;Aplikasi dalam Praktik, edisi 4. Jakarta:


Salemba Medika.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Rosita, R. &. (2019). Penetapan mutu rumah sakit berdasarkan indikator rawat inap.
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 166-178.

Sesrianty, V. M. (2019). Analisa kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan


keperawatan. JURNAL KESEHATAN PERINTIS (Perintis's Health Journal),
6(2), 116-126.

Suni, A. (2018). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta: Bumi


Medika.

Supartiningsih, S. (2017). Kualitas pelayanan kepuasan pasien rumah sakit: kasus


pada pasien rawat jalan. Jurnal medicoeticolegal dan manajemen rumah sakit,
6(1), 9-15.

Anda mungkin juga menyukai