Anda di halaman 1dari 159

PENGEMBANGAN E-MODUL FISIKA BERBASIS ETNO STEM

BERBANTUAN ALAT MUSIK SERUNAI TERHADAP


KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KOLABORASI
PESERTA DIDIK

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Sebagai


Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi
Tadris Fisika

Oleh:
AKLARA NOVIOLA
NIM: 1814080034

JURUSAN TADRIS IPA KONSENTRASI FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN IMAM BONJOL PADANG
1443 H/ 2022 M
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Pengembangan E-modul Fisika Berbasis Etno-


STEM Berbantuan Alat Musik Serunai Terhadap Keterampilan Berpikir
Kritis dan Kolaborasi Peserta Didik” yang disusun oleh Aklara Noviola
NIM.1814080034 telah memenuhi persyaratan ilmiah dan disetujui untuk
diajukan ke siding Munaqasyah.

Padang, 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Prima Aswirna, S.Si., M.Sc Allan Asrar, M.Si


NIP. 197104212005012007 NIP. 198605122019031003

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Aklara Noviola

NIM : 1814080034

Tempat, Tanggal Lahir : Pondok Baru, 24 November 2001

Pekerjaan : Mahasiswa

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi ini yang berjudul


“Pengembangan E-modul Fisika Berbasis Etno-STEM Berbantuan Alat
Musik Serunai Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Kolaborasi
Peserta Didik” adalah benar hasil karya saya; bukan merupakan tiruan atau
duplikasi dari skripsi atau karya yang sudah dipublikasikan atau pernah digunakan
untuk memperoleh kesarjanaan di Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
atau perguruan tinggi lainnya, kecuali bagian yang sumber informasinya telah
dicantumkan sebagaimana mestinya. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa
skripsi ini adalah plagiasi atau tidak orisinil, maka saya bersedia untuk dibatalkan
keabsahan skripsi ini dan gelar kesarjanaan saya.

Padang, 2022
Yang Menyatakan

Aklara Noviola
1814080034

iii
KATA PERSEMBAHAN

ALHAMDULILLAHIROBBIL’ALAMIN…
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
kesehatan dan kesempatan serta hati yang kuat melewati perjalanan panjang di
bangku perkuliahan dengan berbagai macam ujian dalam memuntaskan skripsi
ini dan shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini Aku hadiahkan sebagai ucapan terimakasih kepada semua pihak yang
telah berperan penting atas selesainya karya ini:

Ayah dan Ibu Terhebat:


Kupersembahkan karya ini untuk orang pertama yang mengantarku ke
sekolah 16 tahun lalu yang kupanggil Ayah (Abdul Mulud) dan yang setia
membangunkan aku setiap pagi, kupanggil Ibu (Afriyen Yusda) sebagai tanda
bakti, rasa hormat, dan rasa terima kasih yang tidak ada ujungnya atas segala
do’a, kasih saying, arahan, harapan dan pengorbanan yang telah diberikan
selama ini dari Aku masih belum melihat wajahmu sampai sekarang. Terima
kasih atas semua yang sudah Ayah dan Ibu berikan kepadaku sampai detik ini
tidak bisa aku membalasnya. Maaf atas semua kesalahan yang pernah anak
sulung Ayah dan Ibu lakukan, aku harap Ayah dan Ibu selalu sehat dan semoga
selalu dalam lindungan Allah SWT. Terlahir menjadi anak sulung Ayah dan Ibu
merupakan anugerah untukku. Love You More..

Keluarga Besar:
Terimakasih kepada seluruh keluarga besar yang sudah memberikan
semangat, do’a yang tidak pernah bosan juga memberikan arahan dan kasih
saying yang berlimpah. Selalu ada untuk menghibur dan mendukung atas semua
yang aku lakukan.

Dosen Pembimbing:
Terimakasih Aku ucapkan kepada Dosen Pembimbing I sekaligus
Penasihat Akademik (PA) Dr. H. Prima Aswirna, S.SI., M.Sc yang telah
membimbing, membantu, memberikan motivasi, dan pengalaman-pengalaman
luarbiasa yang tak bisa dilupakan selama penyusunan skripsi ini. Aku juga
mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing II Allan Asrar, M.Si. yang
telah membimbing dan membantu proses pembuatan skripsi ini. Semoga Bapak
dan Ibu selalu sehat dan panjang umur.

iv
Kaladeh Crew:
Terimakasih atas semua semangat dan dukungannya selama ini, dari
bangku sekolah menengah pertama kalian menemaniku sampai sekarang.
Senantiasa mendengar apapun keluhan serta memberikan warna setiap proses
yang aku lalui. Semoga kita selalu sehat-sehat dan dilimpahkan begitu banyak
rahmat oleh Allah SWT.

Ibu-Ibu S.Pd:
Kurang lebih 5 tahun kita bersama melalui rumitnya duniawi perkuliahan
dan canda tawa hari ke hari, terimakasih sudah menjadi bagian dari prosesku
selama di perkuliahan. Untuk Riski Inayah (Iki) jangan lupa sama Ara nanti jika
sudah tidak dengan Ara lagi, tetaplah menjadi Iki yang tidak bisa makan pedas,
tidak bisa nyebrang jalan, dan tidak bisa membawa motor. Dan untuk Cherly
Utami (Ice) yang senantiasa mendengar apapun halnya, semoga Ice tidak dengan
posisi yang bermalas-malasan dalam segala hal. Terimakasih banyak untuk
kalian. Untuk weweku (Nur Hazizah) tetaplah optimis dalam hal apapun, kita
selalu ada buat zizah. Terimkasih zizah sudah menjadi bagian dari proses Ara.

Kost Amran Pride:


Untuk adik-adikku kost amran pride yang tidak bisa aku sebutkan satu-
satu, terimakasih sudah menemani dalam keadaan suka dan duka selama ini,
terimakasih kalian selalu menemani, menghibur, mekhawatirkan serta peduli atas
apa yang sudah terjadi selama proses dari awal perkuliahan sampai selesai.
Kalian adalah bagian dari prosesku, semangat kuliahnya dan semoga hal baik
selalu datang. Amiin allahhuma amiin..

Teman-teman seperjuangan:
Terimakasih kepada teman-teman Fisika A 18 yang sedikit banyaknya
selalu memberi nasihat, saran dan motivasi. Semoga semua teman-teman
dimudahkan Allah SWT proses skripsinya.

HMJ T.IPA-Fisika:
Teman-teman kepengurusan HMJ T.IPA Fisika dari periode 2020/2021,
2021/2022, 2022/2023, terimakasasih atas proses indah dan bermakna selama
dikepengurusan. Banyak hal yang kupelajari selama berproses dirumah kecil
penuh makna HMJ T.IPA Fisika. Terimakasih, semoga HMJ T.IPA Fisika jaya
selalu.

By: Aklara Noviola

v
ABSTRAK
Serunai merupakan salah satu alat musik tradisional yang memiliki banyak
konsep fisika untuk dieksplorasikan dan berpotensi untuk diterapkan dalam
pembelajaran fisika berbasis Etno-STEM. Pendekatan Etno-STEM dapat
berpengaruh positif terhadap perkembangan kemampuan berpikir kritis dan
kolaborasi peserta didik dalam proses pembelajaran fisika khususnya. Pendidik
dapat mengintegrasikan serunai dalam konsep fisika pada materi gelombang
mekanik dan gelombang bunyi. Dengan perkembangan pendidikan dan teknologi
pembelajaran fisika pada materi gelombang mekanik dan gelombang bunyi dapat
disajikan dalam bentuk e-modul fisika menggunakan aplikasi canva sehingga
memenuhi kriteria kelayakan valid, praktis, dan efektif. Jenis Penelitian ini
merupakan Research & Development (RnD) dengan menggunakan model
pengembangan Plomp yang terdiri dari 3 tahap yaitu: penelitian pendahuluan
(preliminary research), pengembangan prototipe (development prototype phase),
dan tahap penilaian (assesment phase). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa e-
modul Fisika berbasis etno-STEM valid denga skor rata-rata 70% dilihat dari
perolehan persentasi uji kelayakan isi/materi 81,25%, kelayakan bahasa 96,66%,
dan kelayakan kontruksi 75,71%. Praktikalitas oleh pendidik 80% dan peserta
didik 79,86% dengan kategori praktis. Keefektifan dikategorikan sangat efektif
dengan perolehan skor rata-rata angket efektifitas 88,46% Untuk soal tes berpikir
kritis pada K.D 3.8 dan K.D 3.10 diperoleh skor rata-rata 87,7% dengan kategori
sangat efektif. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa e-modul
Fisika berbasis Etno-STEM berbantuan Alat Musik Serunai terhadap
Keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi peserta didik valid, sangat praktis dan
sangat efektif.
Kata Kunci: E-modul; Etno-STEM; Serunai; Berpikir Kritis; Kolaborasi.

vi
ABSTRACT

Serunai is one of the traditional musical instruments that has many physics
concepts to explore and has the potential to be applied in Ethno-STEM-based
physics learning. The Ethno-STEM approach can have a positive effect on the
development of critical thinking skills and collaboration of students in the physics
learning process in particular. Educators can integrate cerunai in physics concepts
on the material of mechanical waves and sound waves. With the development of
physics education and learning technology, the material of mechanical waves and
sound waves can be presented in the form of physics e-modules using the Canva
application so that they meet the eligibility criteria of being valid, practical, and
effective. This type of research is Research & Development (RnD) using the
Plomp development model which consists of 3 stages, namely: preliminary
research, prototype development (development prototype phase), and assessment
phase (assessment phase). The results of this study indicate that the ethno-STEM-
based Physics e-module is valid with an average score of 70% seen from the
percentage of content/material feasibility test percentages of 81.25%, language
feasibility 96.66%, and construction feasibility 75.71%. Practicality by 80% of
educators and 79.86% of students in the practical category. Effectiveness is
categorized as very effective with an average score of 88.46% on the effectiveness
questionnaire. For critical thinking test questions at K.D 3.8 and K.D 3.10, an
average score of 87.7% is obtained in the very effective category. Based on these
results, it can be concluded that the Ethno-STEM-based Physics e-module assisted
by the Serunai Musical Instrument on students' critical thinking and collaboration
skills is valid, very practical and very effective.
Keywords: E-module; Ethno-STEM; Fife; Critical thinking; Collaboration.
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER
DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah..................................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 10
D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11
G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ................................................. 12
H. Spesifikasi Produk ..................................................................................... 13
I. Definisi Operasional .................................................................................. 14
J. Definisi Istilah............................................................................................ 16
BAB II TEORI KEPUSTAKAAN ................................................................................... 18
A. Konsep Pelajaran Fisika............................................................................. 18
B. E-Modul ..................................................................................................... 22
C. Etno Stem................................................................................................... 29
1. Definisi Etno Stem ............................................................................. 29
2. Tujuan Pendekatan STEM ................................................................. 33
D. Kearifan Lokal ........................................................................................... 35
1. Alat Musik Serunai ............................................................................ 37
2. Materi Fisika Gelombang Stasioner dan Gelombang bunyi (Pipa
Organa) ..........................................................Error! Bookmark not defined.
E. Berpikir Kritis ................................................Error! Bookmark not defined.
F. Kolaborasi ......................................................Error! Bookmark not defined.
G. Penelitian Relevan ..................................................................................... 65

ii
H. Kerangka Berpikir...................................................................................... 67
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 70
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 70
B. Model Pengembangan................................................................................ 70
C. Prosedur Penelitian .................................................................................... 71
1. Fase Invertigasi Awal (Preliminary Reseach) ................................... 71
2. Fase Pengembangan atau Pembuatan Prototipe (Development or
Prototypephase) ......................................................................................... 73
3. Fase Penilaian (Assessment Phase) .................................................... 78
D. Instrumen Penelitian ......................................Error! Bookmark not defined.
1. Lembar Validasi E-modul ......................Error! Bookmark not defined.
2. Lembar Kepraktisan E-modul ............................................................ 83
3. Keefektifan E-modul .......................................................................... 83
E. Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 84
F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 90
G. Penilaian Produk ............................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 139

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat Musik Serunai/ Sonai ................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.2 Bentuk Grafik Gelombang (a) Longitudinal, (b) Transversal ....................... 53
Gambar 2. 3 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 69

Gambar 3.1 Model Plomp ................................................................................................. 71


Gambar 3. 2 Skema alur pengembangan model Plomp .................................................... 79

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Cepat Rambat Bunyi pada Berbagai Medium................................................... 53


Tabel 2. 2 Indikator Berpikir Kritis .................................................................................. 58
Tabel 2. 3 Indikator Kolaborasi ....................................................................................... 64

Tabel 3. 1 Pedoman Skor Penilaian Ahli ..............................Error! Bookmark not defined.


Tabel 3.2 Kriteria Kelayakan ............................................................................................ 92
Tabel 3.3 Pedoman Skor Penilaian Kepraktisan ...................Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.4 Kriteria Angket Respon Peserta Didik dan Guru ..Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai ...................................................Error! Bookmark not defined.

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dan budaya adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari

dalam kehidupan sehari-hari, karena budaya merupakan kesatuan yang

utuh dan menyeluruh, berlaku dalam suatu masyarakat dan pendidikan

merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap inidividu dalam masyarakat.

Melalui kegiatan studi dokumentasi kurikulum 2013 yang terevisi

diperoleh permasalahan, yaitu: pada capaian KI 3 ditetapkan: ”memahami

pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait

fenomena dan kejadian tampak mata”.1 Potensi besar kearifan lokal

tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal dalam bidang pendidikan.

Kearifan lokal merupakan tradisi leluhur yang diyakini oleh masyarakat

sekitar sehingga dapat membentuk karakter masyarakat di wilayah

tersebut. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat

perlahan-lahan dapat mengikis eksistensi budaya lokal. Hal ini tentunya

akan menghilangkan budaya bangsa dalam jangka panjang. Kearifan lokal

yang mengedepankan nilai-nilai budaya perlu diperkenalkan kembali

kepada peserta didik (Tusriyanto, 2020).2 Salah satu contohnya adalah alat

1
Dian Bakhtiar, “bahan ajarberbasis kearifan lokal terintegrasi stm (sains, teknologi, dan
masyarakat) pada mata pelajaran fisika,” t.t., 11.
2
Uus Toharudin, Iwan Setia, dan Dahlia Fisher, “Sundanese Traditional Game ‘Bebentengan’
(Castle): Development of Learning Method Based On Sundanese Local Wisdom,”
European Journal of Educational Research 10, no. 1 (15 Januari 2021): 199–209,
https://doi.org/10.12973/eu-jer.10.1.199.

1
2

musik serunai yang merupakan alat musik utama pengiring tari gandai.

Alat musik ini memiliki kekhasan sendiri yang berbeda dengan alat musik

serunai lainnya di beberapa daerah. Salah satu kekhasan alat musik ini

adalah bahan hanya terbuat dari potongan ruas bambu yang disambung-

sambung sedemikian rupa ditambah dengan penghasil suara dari daun

kelapa. Kesederhanaan alat musik ini mampu mengiringi berbagai lagu-

lagu untuk tari gandai. Keberadaan alat musik sunai di wilayah Kabupaten

Mukomuko masih tetap bertahan seiring dengan keberadaan tari gandai itu

sendiri.3

Pendidikan di daerah harus tumbuh dan berkembang dalam

konteks budaya dimana lembaga pendidikan itu berada. Pengetahuan

tentang budaya lokal bagi pendidik tentu menjadi prasyarat. Makna

kearifan lokal dalam dunia pendidikan sangat kurang. Nilai-nilai lokal

mulai luntur dan ditinggalkan, sehingga pemahaman peserta didik

terhadap nilai-nilai budaya lokal semakin berkurang. Sejauh ini sekolah

sebagai lembaga pendidikan yang paling bertanggung jawab terhadap

lingkungan, belum tercermin sebagai lembaga konseling bagi peserta

didik. Pembelajaran disekolah cenderung fokus pada buku teks yang ada,

pendidik sebagai sumber belajar utama, pendidik mendominasi proses

pembelajaran, peserta didik hanya mendengarkan dan menghafal sehingga

3
Rois Leonard Arios, “fungsi dan pelestarian alat musik sunai di kabupaten mukomuko propinsi
bengkulu,” jurnal penelitian sejarah dan budaya 5, no. 1 (13 Juli 2019): 128–49,
https://doi.org/10.36424/jpsb.v5i1.40.
3

rendahnya keterampilan abad 21 terkhusus pada keterampilan berpikir

kritis dan kolaborasi peserta didik.4

Pendidik memiliki peran penting dalam proses pembelajaran untuk

mengembangkan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Pendidik

merupakan salah satu objek dalam pembelajaran yang dituntut untuk

mampu dan berperan aktif dalam pembentukan ketarampilan berpikir kritis

dan kolaborasi peserta didik. Keterampilan berpikir kritis dipandang suatu

kegiatan yang digunakan untuk memberikan penjelasan sederhana

(elementary clarification), Membangun keterampilan dasar (basic

support), Menyimpulkan (inference), Membuat penjelasan lanjut

(advanced clarification), Mengatur strategi dan taktik (strategy and

tactics).5 Sedangkan kolaborasi upaya untuk menunjukkan kemampuan

untuk bekerja secara efektif dalam kelompok, menerima tanggung jawab

dan memberi kontribusi dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan

menunjukkan keluwesan dan kemauan untuk membantu teman mencapai

tujuan bersama.6

Mengembangkan berpikir kritis dan kolaborasi memiliki

bermacam-macam solusi suatu permasalahan serta lancar mengajukan

banyak ide yang bersifat original secara individu dan dengan cara

4
Department of Elementary Education, State University of Jakarta, Indonesia,
sarnely_u@yahoo.com dkk., “Development of Social Studies Learning Model Based on
Local Wisdom in Improving Students’ Knowledge and Social Attitude,” International
Journal of Instruction 12, no. 3 (3 Juli 2019): 375–88,
https://doi.org/10.29333/iji.2019.12323a.
5
SlaĿana ŽivkoviĿ, “A Model of Critical Thinking as an Important Attribute for Success in the
21st Century,” Procedia - Social and Behavioral Sciences 232 (Oktober 2016): 102–8,
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.10.034.
6
Jonathan Osborne, “Arguing to Learn in Science: The Role of Collaborative, Critical Discourse,”
Science 328, no. 5977 (23 April 2010): 463–66, https://doi.org/10.1126/science.1183944.
4

melawan reputasi rendah pembelajaran Fisika sebagai abstrak, sulit

bahkan membosankan.7 Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila di

dukung dengan media pembalajaran yang efektif dan praktis sesuai dengan

era revolusi industry 4.0.

Selain budaya, teknologi juga berperan penting dalam pendidikan

karena pendidikan memerlukan dukungan terhadap pendidik dan peserta

didik dalam menghilangkan hambatan dan keterbatasan dalam

pengembangan proses pembelajaran. Untuk mempermudahkan proses

pembelajaran pendidik dapat memanfaatkan perkembangan teknologi

untuk media pembelajaran berupa bahan ajar modul elektronik atau biasa

di sebut e-modul. Penerapan e-modul dapat meningkatkan pemahaman

konsep pembelajaran yang disampaikan karena menampilkan video, teks,

gambar dan animasi (syahrial, 2022).8 E-modul merupakan pengembangan

modul cetak dalam bentuk digital yang banyak mengadaptasi dari modul

cetak. Kelebihan e-modul yaitu sifatnya yang interaktif memudahkan

dalam navigasi, memungkinkan menampilkan atau memuat gambar, audio,

video, dan animasi serta dilengkapi teks/kuis formatif.9

7
Safirah Salsabillah, “analisis penguasaan konsep – konsep fisika pokok bahasan gelombang
elektromagnetik pada siswa kelas xii sma,” t.t., 9.
8
Syahrial Syahrial dkk., “Development of E-Module Based on the Traditional Puyuh Game on the
Cooperation Character and the Tolerance of Elementary School Students,” Journal of
Innovation in Educational and Cultural Research 3, no. 3 (2 Juni 2022): 478–86,
https://doi.org/10.46843/jiecr.v3i3.154.
9
Nyoman Sugihartini dan Nyoman Laba Jayanta, “pengembangan e-modul mata kuliah strategi
pembelajaran,” Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 14, no. 2 (31 Juli 2017),
https://doi.org/10.23887/jptk-undiksha.v14i2.11830.
5

Penggunaan suatu media juga harus mampu memberikan sudut

pandang yang baik bagi peserta didik. Selesai kegiatan proses

pembelajaran, para peserta didik memiliki keinginan untuk memikirkan

kembali materi yang diajarkan dikelas. Mereka berkeinginan untuk

memikirkan segala sesuatu mengenai materi tersebut, termasuk dalam

pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sesuai dengan penjelasan Al-Qur’an surah An Nahl ayat 125 yang

berbunyi:









Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan

hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka

dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih

mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.

Tafsir Alquran Hidayatul Insan yang menyebutkan bahwa:

Penggunaan media dalam pembelajaran harus mempertimbangkan aspek

pesan yang disampaikan adalah positif, dan bahasa yang santun sebagai

sarana penyampai pesan, dan jika dibantah pun seorang pendidik harus

menjelaskannya dengan bahasa yang logis, agar peserta didik dapat


6

menerima dengan baik. Media bisa menyampaian pesan dengan bahasa

lisan sebagai pengantar pesan.

E-modul juga dapat membantu peserta didik terhadap suatu

bahasan (materi) yang bersifat abstrak, tidak terlihat, dan sulit untuk di

pahami peserta didik sekolah menengah atas. Upaya menunjang berpikir

kritis dan kolaborasi peserta didik dengan menerapkan penggunaan media

pembelajaran saat pembelajaran sedang berlangsung, yaitu sebagai

penunjang keberhasilan pembelajaran fisika yang dapat membantu

pendidik maupun peserta didik di kelas. Mencapai tujuan pembelajaran di

kelas dan menyerap materi pelajaran fisika yang baik untuk menghadapi

tantangan pendidikan di Indonesia dan mencapai hasil yang baik, yaitu

menggunakan pembelajaran berbasis Etno-STEM (Science, Technology,

Engineering, and Math).

Dengan adanya pendekatan Etno-STEM (Science, Technology,

Engineering, and Math) Serunai ini dapat di integrasikan ke dalam salah

satu konsep pembelajaran fisika pada materi gelombang mekanik dan

gelombang bunyi sehingga dapat membantu meningkatkan keterampilan

berpikir kritis dan kolaborasi peserta didik. Karena Pendekatan Etno-

STEM merupakan pendekatan yang mengkolaborasikan Etnosains

pendekatan dan pendekatan STEM. Pendekatan Etno-STEM dikatakan

sebagai pendekatan yang signifikan karena ilmu yang diterapkan di suatu

daerah harus sesuai dengan budaya lokal atau keunikan pengetahuan


7

masyarakat sekitar yang dapat membantu tercapainya keberhasilan

pembelajaran (nikmatul azmi zakiyah, 2022).10

Pendekatan Etno-STEM dapat di integrasikan dengan kearifan

lokal serunai yang berasal dari kabupaten Mukomuko. Integrasi kearifan

lokal serunai dapat di gunakan untuk menambah wawasan peserta didik

dengan mengaitkannya ke dalam materi fisika agar materi fisika lebih

kongkrit dari fisika yang abstrak, fisika yang sulit, dan membosankan.

Integrasi kearifan lokal serunai dalam pembelajaran fisika dapat di

gunakan untuk memahami materi dengan konteks kehidupan sehari-hari

yang ada di lingkungan sekitar peserta didik. Integrasi kearifan lokal tari

serunai dapat di gunakan juga dalam keterampilan berpikir kritis dan

kolaborasi peserta didik agar lebih berinovasi berkembang lebih kreatif

dan menarik pada pembelajaran fisika. Di lihat dari Fakta di lapangan dari

hasil wawancara pada November 2021 dengan pendidik fisika di SMA

Negeri 14 Mukomuko yaitu bapak Yudi Ardianto, S.Pdi adalah kesulitan

pendidik dalam menyiapkan media dan model pembelajaran yang relevan.

Peneliti melakukan pengembangan e-modul fisika yang di

kolaborasikan dengan konsep dan prinsip secara nyata yang dapat di

aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yang berintegrasikan kearifan

lokal serunai dan memanfaatkan akses internet dengan menggunakan e-

modul fisika berbasis Etno-STEM (Science, Technology, Engineering, and

Mathematics) sehingga peserta didik dapat melihat konsep fisika secara

10
Nikmatul Azmi Zakiyah, “Development of E-Module STEM Integrated Ethnoscience to
Increase 21st Century Skills,” 2022, 10.
8

nyata melalui pendekatan Etno-STEM terhadap keterampilan berpikir

kritis dan kolaborasi Peserta didik.

E-Modul fisika berbasis Etno-STEM berbantuan alat musik serunai

didesain untuk mempermudah peserta didik dalam memahami materi

pembelajaran, serta mambantu pendidik dalam menyampaikan materi

pembelajaran. Hal ini dikarenakan E-Modul yang dikembangkan

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. E-modul bermuatan

kearifan lokal menggunakan canva yang nantinya akan menjadi panduan

peserta didik ketika belajar dikelas maupun belajar secara mandiri.

Aplikasi canva ini bersifat desain grafis yang digunakan untuk

membuat grafis media sosial, presentasi, poster, dokumen dan konten

visual lainnya. Aplikasi ini juga menyediakan beragam contoh desain

untuk digunakan. Canva terdiri dari dua jenis layanan, yakni gratis dan

berbayar. E-modul yang memadukan pendekatan Etno-STEM dengan

kearifan lokal serunai membantu peserta didik untuk menguasai konsep

dari pembelajaran fisika. Selain dengan pendekatan Etno-STEM,

memadukan pembelajaran dengan kearifan lokal bermanfaat untuk peserta

didik agar bisa merefleksikan nilai-nilai budaya Mukomuko dan

melestarikan budaya-budaya yang ada di Indonesia.11

11
Indika Irkhamni, Aini Zulfa Izza, dan Wilda Tsaniya Salsabila, “pemanfaatan canva sebagai e-
modul pembelajaran matematika terhadap minat belajar peserta didik,” 2021, 8.
9

Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dan pengembangan media pembelajaran

berjudul “Pengembangan E-modul fisika berbasis etno stem berbantuan

alat musik serunai terhadap keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi

peserta didik.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang yang diatas, muncul

masalah-masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Penggunanaan bahan ajar masih berupa buku cetak yang

menyebabkan pembelajaran masih berpusat kepada pendidik (Teacher

Centered) yang menyebabkan keterampilan berfikir kritis dan

kolaborasi kurang berkembang.

2. Peserta didik masih mengalami kesulitan dalam memahami

materi dalam pembelajaran fisika dan motivasi serta sikap ilmiah

peserta didik untuk belajar Fisika masih rendah.

3. Kurangnya pendekatan kearifan lokal sehingga peserta didik kurang

memahami konsep yang dekat dengan lingkungannya sendiri.

4. Pendidik memiliki keterbatasan waktu dalam membuat bahan ajar

yang kreatif dan inovatif.

5. Pembelajaran masih metode konvensional seperti ceramah, tanya

jawab dan penugasan.


10

C. Pembatasan Masalah

Cakupan penilitian dibatasi agar penelitian lebih terarah dan tidak

menyimpang dari permasalahan yang di kaji, yaitu sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini difokuskan pada pengembangan E-modul

berbasis STEM terintegrasi kearifan lokal serunai berbantuan aplikasi

canva untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi

serta dapat dijadikan sarana dalam menyampaikan materi

pembelajaran

2. E-modul yang dikembangkan memenuhi kriteria valid, praktis dan

efektif. Kriteria valid dilihat dari segi kelayakan isi, kelengkapan

media dan penggunaan Bahasa. Kriteria praktis dilihat dari aspek

kemudahan dalam proses bagi pendidik dan peserta didik, sedangkan

kriteria efektif dilihat dari aspek berpikir kritis dan kolaborasi.

3. Pokok bahasan materi dalam penelitian ini adalah Gelombang

Mekanik dan Gelombang Bunyi pada kelas XI semester genap.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah

dikemukakan dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

Mengembangkan e-modul berbasis etno STEM berbantuan alat music

serunai yang valid, praktis, dan efektif terhadap keterampilan berpikir

kritis dan kolaborasi peserta didik?”


11

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dapat di ketahui tujuan penelitian

ini yaitu:

1. Untuk mengembangkan E-modul berbasis etno STEM berbantuan alat

musik serunai menggunakan aplikasi canva yang valid, praktis, dan

efektif.

2. Untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi

peserta didik sehingga layak digunakan dalam pembelajaran Fisika.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi khalayak umum

dan khusunya diranah pendidikan, antara lain sebagai berikut:

1. Teoritik

Hasil penelitian yang diharapkan dapat dijadikan rujukan atau

referensi bagi peneliti yang lain dan menambah wawasan baru tentang

penggunaan E-modul Fisika berbasis Etno STEM berbantuan alat

musik serunai menggunakan Canva disekolah terhadap Keterampilan

berpikir Kritis dan Kolaborasi peserta didik.

2. Praktis

a. Guru

Pengembangan e-modul di harapakan mampu:

1) Menambah pengetahuan guru terkait pembelajaran berbasis

elektronik yang digunakan dalam kelas.


12

2) Membantu guru dalam pembelajaran dikelas sehingga

mempermudah proses belajar mengajar.

3) Mempermudah guru untuk melakukan inovasi pembelajaran

yang modern.

4) Mempermudah guru untuk mengaitkan materi dengan kearifan

lokal dilingkungan sekitarnya.

b. Siswa

Pengembangan E-modul fisika berbasis kearifan lokal ini

diharapkan mampu memperkenalkan pembelajaran yang lebih

modern dan mempermudah siswa mengaitkan materi yang telah

dipelajari dengan kearifan lokal dilingkungan sekitarnya.

c. Sekolah

Pengembangan E-modul diharapkan mampu memberikan

manfaat positif dalam meningkatkan proses pembelajaran dan

mutu sekolah akan lebih baik.

d. Peneliti

Sebagai sumber ide dan referensi dalam mengembangkan

lebih luas penelitian yang sejenis atau bidang lainnya.

G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1. Asumsi Pengembangan

a. E-modul berbasis Etno STEM berbantuan alat music serunai ini

dapat di akses melalui notebook atau laptop dan juga gadget yang

didukung aplikasi canva.


13

b. Materi yang dikembangkan pada e-modul fisika sesuai dengan KI

dan KD yang berlaku secara nasional dan diintegrasikan dalam

kearifan lokal serunai.

c. Sekolah memiliki fasilitas yang dapat mendukung proses

pembelajaran fisika.

2. Keterbatasan Pengembangan

a. Keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki oleh peneliti sehingga

materi dalam penelitian pengembangan ini hanya terbatas pada

materi Gelombang mekanik dan Gelombang bunyi.

b. E-modul yang dikembangkan dalam penelitian ini hanya dapat

digunakan bila menggunakan data internet atau didukung oleh

aplikasi canva.

H. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu:

1. E-modul yang dikembangkan sesuai dengan materi mata pelajaran

fisika di SMA/MA dengan mengaitkan pembelajaran dengan

kearifan lokal serunai.

2. E-modul dirancang untuk digunakan sebagai sumber belajar fisika

secara mandiri dan fleksibel dengan berbasis Etno STEM

3. E-modul yang dikembangkan dengan memanfaatkan aplikasi Canva

4. E-modul menggunakan aplikasi canva yang dapat membantu peserta

didik dalam memahami materi pembelajaran, hal ini dikarenakan


14

aplikasi canva memiliki fitur-fitur yang unik dan menarik sehingga

proses pembelajaran lebih menyenangkan.

I. Definisi Operasional

1. E-modul

Modul elektronik (E-modul) merupakan pengembangan modul

cetak dalam bentuk digital yang banyak mengadaptasi dari modul cetak.

Menurut Suarsana dan Mahayukti (2013), kelebihan E-modul

dibandingkan dengan modul cetak adalah sifatnya yang interaktif

memudahkan dalam navigasi, memungkinkan menampilkan/memuat

gambar, audio, video, dan animasi serta dilengkapi tes/kuis formatif.12

2. Etno Stem

Kearifan lokal merupakan segala sesuatu yang merupakan potensi

dari suatu daerah serta hasil pemikiran manusia maupun hasil karya

manusia yang mengandung nilai yang arif dan bijaksana serta

diwariskan secara turun temurun sehingga menjadi ciri khas daerah

tersebut.Pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran sebagai

untuk meningkatkan rasa cinta kearifan lokal dilingkungannya serta

sebagai upaya menjaga eksistensi kearifan lokal ditengah derasnya arus

globalisasi.13

12
Nyoman Sugihartini dan Nyoman Laba Jayanta, “PENGEMBANGAN E-MODUL MATA
KULIAH STRATEGI PEMBELAJARAN,” Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
14, no. 2 (31 Juli 2017), https://doi.org/10.23887/jptk-undiksha.v14i2.11830.
13
Naela Khusna Faela Shufa, “Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Di Sekolah Dasar: Sebuah
Kerangka Konseptual” 1, no. 1 (2018): 6.
15

Etno-Stem merupakan mengembangan model pelajaran yang

memfokuskan pada penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan

matematika melalui seni atau desain.Etno-Stem membawa peserta didik

ke tingkat berikutnya, yakni memungkinkan peserta didik untuk

menghubungkan pengetahuan di bidang sains, teknologi, teknik dan

matematika bersamaan dengan seni.

3. Alat musik Serunai

Sonai atau Serunai sebagai Identitas Sosiokultur Masyarakat

Mukomuko Sonai sebagai alat musik pengiring Gandai bukan lagi

hanya milik suku Pekal yang ada di Kecamatan Malin Deman, tetapi

sudah menjadi milik masyarakat dan ikon Kabupaten Mukomuko.

Dominasi Sonai sebagai identitas musik tradisi merata di seluruh

wilayah Kabupaten Mukomuko.

4. Berpikir Kritis

Berpikir Kritis merupakan proses disiplin intelektual untuk secara

aktif dan terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis,

mensintesis atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau

dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau

komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan dan tindakan.

5. Kolaborasi

Kolaborasi atau kolaboratif merupakan sebuah proses dimana

peserta didik pada berbagai tingkat kemampuan bekerja sama dalam

kelompok kecil menuju tujuan bersama. Menurut (Bernard, Rubalcava, &


16

St-Pierre, 2000) Pembelajaran kolaboratif merupakan bentuk interaksi

antara pembelajar dan pembelajar.

6. Canva

Canva adalah aplikasi desain grafis yang digunakan untuk

membuat grafis media sosial, presentasi, poster, dokumen dan konten

visual lainnya. Aplikasi ini juga menyediakan beragam contoh desain

untuk digunakan. Canva terdiri dari dua jenis layanan, yakni gratis dan

berbayar.

J. Definisi Istilah

1. Penelitian pengembangan adalah salah satu jenis penelitian yang

bertujuan untuk mengembangkan suatu produk/model dan menilai

produk/model yangdihasilkan.

2. Media pembelajaran merupakan segala alat pembelajaran pengajar

yang digunakan untuk membantu dalam menyampaikan materi

pelajaran kepada peserta didik sehingga memudahkan dalam

pencapaian tujuan pembelajaran.

3. Kemampuan Berpikir Kritis peserta didik merupakan keterampilan

berpikir mengolah segala informasi, observasi dan permasalahan yang

didapat, dengan membuat keputusan apa yang harus dilakukan disertai

denganlogika. Kolaborasi atau diartikan dengan kolaborasi merupakan

proses bekerja sama untuk mengemukakan gagasan atau ide dalam

memecahkan suatu permasalahan secara bersama-sama untuk

mencapai suatu visi bersama dalam sebuah kelompok.


17
BAB II
TEORI KEPUSTAKAAN

A. Konsep Pelajaran Fisika

Sains merupakan komponen afektif yang sangat penting karena

motivasi belajar melandasi proses pengkonsepsian suatu materi, berpikir

kritis, strategi dalam belajar, dan keberhasilan dalam belajar. Hal ini

selaras dengan konsep literasi sains yang dikemukakan oleh PISA

(Programme for International Student Assessment). Konteks literasi sains

dalam penelitian ini dikhususkan hanya pada pembelajaran fisika. Sains

sebagai ilmu pengetahuan memiliki empat dimensi (Chiappetta & Koballa,

2010, p. 102) yaitu (1) science as a way of thinking, (2) science as a way

of investigating, (3) science as a body of knowledge, dan (4) science and

its interactions with technology and society. Keempat dimensi tersebut

diperlukan dalam kegiatan pembelajaran sains. Pembelajaran sains yang

dilaksanakan harus dapat menjawab tantangan pada abad ke-21 yaitu

untuk membentuk manusia yang dapat bertahan dengan perkembangan

teknologi. Ilmu fisika merupakan salah satu konteks dalam sains yang

diukur dalam PISA. Fisika juga menjadi salah satu ilmu pengetahuan yang

mendasari perkembangan teknologi. Dalam fisika terdapat integrasi antara

konsep fisika, konsep matematika, cara merangkai peralatan sehingga

menghasilkan teknologi yang inovatif.

Fisika adalah bagian dari sains, Sains berasal dari kata scientia

yang berarti pengetahuan. Fisika dapat diartikan sebagai ilmu yang

18
19

mempelajari tentang kejadian-kejadian alam yang bersifat fisik dan dapat

dipelajari secara pengamatan, eksperimen, dan teori. Menurut Suparwoto

tahun 2007 hasil-hasil Fisika dapat dinyatakan dalam bentuk fakta,

konsep, prinsip, hukum, dan teori. Ilmu Fisika dibelajarkan melalui

kegiatan pembelajaran di sekolah melalui serangkaian kegiatan yang

dirancang untuk mendukung proses belajar Peserta didik yang bersifat

internal14

Menurut Depdiknas tahun 2006 Fisika merupakan salah satu

cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari tentang

kejadian alam. Fisika merupakan ilmu pengetahuan sains yang berkaitan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, berupa

penemuan, penguasaan kumpulan pengetahuan. Pengetahuan meliputi

fakta, konsep, atau prinsip, serta proses pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkan pengetahuan di dalam kehidupan sehari – hari. Dalam hasil

penelitian Rusmiati (2009: 75) menyatakan bahwa mata pelajaran fisika

yang disampaikan melalui proses penyelidikan ilmiah, dapat melatih dan

mengembangkan keterampilan proses pada peserta didik.15

Sutrisno menyatakan Fisika merupakan suatu cabang ilmu

pengetahuan sains.Fisika mempelajari tentang sesuatu yang konkret dan

dapat dibuktikan secara matematis. Pada dasarnya pembelajaran fisika

14
Nurmalita Sari, Widha Sunarno, dan Sarwanto Sarwanto, “ANALISIS MOTIVASI BELAJAR
SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS,” Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan 3, no. 1 (24 Juli 2018): 17,
https://doi.org/10.24832/jpnk.v3i1.591.
15
Salsabillah, “ANALISIS PENGUASAAN KONSEP – KONSEP FISIKA POKOK BAHASAN
GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK PADA SISWA KELAS XII SMA.”
20

perlu disesuaikan dengan cara fisikawan terdahulu dalam memperoleh

pengetahuan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran fisika harus diarahkan

untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik

untuk memperoleh penguasaan konsep yang lebih mendalam. Fisika

mempelajari struktur materi dan interaksinya untuk memahami sistem

alam dan sistem buatan atau teknologi. Fisika merupakan ilmu yang

memahami aturan-aturan alam yang dapat dideskripsikan secara

matematis. Matematis dalam hal ini berfungsi sebagai bahasa komunikasi

sains termasuk Fisika. Keterkaitan sains dan kehidupan manusia beberapa

tahun terakhir ini menunjukkan kemajuan yang pesat berkat keberhasilan

manusia dalam menganalisis dan mendeskripsikan alam.

Menurut Koes H., (2003:4) membicarakan hakikat fisika sama

halnya dengan membicarakan hakikat sains karena fisika merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari sains. Oleh karena itu, karakteristik fisika

pada dasarnya sama dengan karakteristik sains pada umumnya. Kaitannya

dalam pembelajaran fisika, objek yang diajarkan adalah fisika. Sedangkan

fisika pada dasarnya sama dengan karakteristik sains pada umumnya,

maka dalam belajar fisika tidak terlepas dari penguasaan konsep-konsep

dasar fisika, teori, atau masalah baru yang memerlukan jawaban melalui

pemahaman sehingga ada perubahan dalam diri peserta didik.16

16
Inung Diah Kurniawati dan Sekreningsih - Nita, “MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS
MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
MAHASISWA,” DoubleClick: Journal of Computer and Information Technology 1, no. 2
(27 Februari 2018): 68, https://doi.org/10.25273/doubleclick.v1i2.1540.
21

Pembelajaran Fisika yang baik harus memenuhi 3 hakikat fisika

yaitu; Fisika sebagai produk, Fisika sebagai proses, dan Fisika sebagai

sikap. Produk Fisika berisi sekumpulan pengetahuan yang ditemukan atau

didapat secara ilmiah. Fisika sebagai proses adalah segala kegiatan yang

diperlukan dalam rangka menemukan produk fisika, sedangkan fisika

sebagai sikap memberikan arti bahwa dalam mempelajari fisika perlu

didasari dengan sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, jujur, tanggung jawab,

bersikap objektif, terbuka, dan juga mau medengarkan pendapat orang

lain. Pembelajaran fisika dipadang sebagai suatu proses berpikir untuk

mengembangkan kemampuan dalam memahami konsep, prinsip, maupun

hokum-hukum fisika, sehingga dalam proses kegiatan pembelajaran harus

mempertimbangkan strategi dan metode pembelajaran fisika. Peserta didik

perlu diarahkan untuk mencari tahu konsep-konsep fisika terbentuk,

sehingga dengan pembelajaran tersebut diharapkan keterampilan berpikir

kritis peserta didik terbentuk.17

Menurut penulis Fisika merupakan salah satu dari Ilmu

Pengetahuan Alam yang mempelajari tentang fenomena alam atau tingkah

laku alam, salah satunya terkait dengan bunyi ataupun gerak suatu benda.

Fenomena alam dibentuk oleh interaksi berbagai hal yang mungkin tidak

terduga dan logika bagi manusia. Dimana Fisika dapat menunjukkan suatu

konsep yang actual tanpa rekayasa sehingga dapat memicu pola pikir

peserta didik.

17
Ridho A. Negoro dkk., “Upaya Membangun Ketrampilan Berpikir Kritis Menggunakan Peta
Konsep Untuk Mereduksi Miskonsepsi Fisika,” Jurnal Pendidikan (Teori dan Praktik) 3,
no. 1 (13 Oktober 2018): 45, https://doi.org/10.26740/jp.v3n1.p45-51.
22

B. E-Modul

Menurut Suarsana dan Mahayukti (2013) Modul elektronik (e-Modul)

merupakan pengembangan modul cetak dalam bentuk digital yang banyak

mengadaptasi dari modul cetak.

Menurut beberapa ahli teori E- Modul adalah sebagai berikut:

a. Nugraha

Modul elektronik atau e-modul, didefinisikan sebagai suatu

media pembelajaran dengan menggunakan komputer yang

menampilkan teks, gambar, grafik, audio, animasi dan video

dalam proses pembelajaran18

b. Imansari & Sunaryatiningsih

E-modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang

berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi

yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat

kompleksitasnya secara elektronik.19

E-modul merupakan salah satu jenis modul yang di dalamnya

terdapat teks, gambar, grafik, animasi, dan juga video yang bisa

diakses di manapun dan kapanpun. E-modul atau elektronik modul

adalah modul dalam bentuk digital, yang terdiri dari teks, gambar,

18
Nugraha, A., Subarkah, C., & Sari.(2015). Penggunaan E-Module Pembelajaran Pada Konsep
SifatKoligatif Larutan Untuk Mengembangkan Literasi Kimia SIswa.Prosiding Simposium
Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains, 201-204.
19
Imansari, N., & Sunaryatiningsih, I. (2017).Pengaruh Penggunaan E-Modul Interaktif Terhadap
Hasil Belajar Peserta didik Pada Materi Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Teknik Elektro, 11-16.
23

atau keduanya yang berisi materi elektronika digital disertai dengan

simulasi yang dapat dan layak digunakan dalam pembelajaran

(Fauziah et al., 2016; Herawati & Muhtadi, 2018; Imansari &

Sunaryantiningsih, 2017).

E-modul merupakan sumber belajar yang dikembangkan secara

terstruktur yang disajikan dalam bentuk digital yang memuat video,

audio, animasi, serta konsep belajar yang menarik dan komunikatif

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirancang. Dengan

adanya E-modul lebih memudahkan peserta didik dalam proses belajar

secara mandiri dan memberikan pembaharuan dalam pembelajaran

yaitu pengganti buku tanpa megurangi fungsi sebagai sumber

informasi (Anggraini et al., 2017). Sehingga E-modul ini disusun dan

disajikan melalui media teknologi dan siswa dapat belajar secara

mandiri tanpa bantuan guru.20

Berdasarkan definisi tersebut, e-modul tidak hanya menampilkan

media yang sifatnya dua dimensi saja sebagaimana halnya pada modul

berbasis cetak. E-modul disebut juga sebagai multimedia interaktif

karena beragam media pembelajaran dapat disajikan ke dalamnya.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa e-modul merupakan perangkat pembelajaran yang disusun

secara sistematis dan interaktif menggunakan program komputer

20
Mimin Ninawati dan Feli Cianda Adrin Burhendi, “Pengembangan E-Modul Berbasis Software
iSpring Suite 9” 7, no. 1 (2021): 8.
24

untuk menunjang kegiatan belajar mandiri dalam mencapai tujuan

pembelajaran/kompetensi pembelajaran.

Kelebihan dan kekurangan e-modul di paparkan sebagai berikut:

a. Kelebihan E-modul

1) E-modul merupakan bahan ajar yang efektif, efisien dan

mengutamakan kemandirian peserta didik.

2) Ditampilkan menggunakan monitor atau layar monitor.

3) Lebih praktis untuk di bawa kemana-mana.

4) Menggunakan CD, USB, Flasdiskh, atau memory card

untuk medium penyimpanan datanya.

5) Biaya produksinya lebih murah dibanding dengan modul

cetak. Tidak perlu biaya tambahan untuk

memperbanyaknya, hanya perlu copy antar user satu dengan

yang lainnya. Proses distribusi pun bisa dilakukan melalui

email.

6) Menggunakan sumber daya berupa tenaga listrik dan

komputer atau laptop untuk mengoperasikannya. Tahan

lama dan tidak lapuk dimakan waktu.

7) Naskah dapat disusun secara liniear maupun non liniear,

serta dapat dilengkapai audio dan video dalam satu paket

penyajiannya.
25

b. Kekurangan E-modul

Kelemahan e-modul terletak pada ketersedian perangkat

untuk mengaksesnya, karena e-modul hanya bisa diakses

menggunakan perangkat elektronik berupa komputer atau

android. Jika perangkat tersebut tidak tersedia maka e-modul

tidak dapat digunakan.

E-modul dalam pembelajaran fisika adalah media atau alat yang

dikemas dalam bentuk digital yang efektif, efesien dan mengutamakan

kemandirian siswa yang digunakan saat pembelajaran berlangsung

yang berisi satu unit bahan ajar, sehingga terjadinya proses penciptaan

lingkungan dalam belajar yang dapat melatih untuk berfikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta memiliki kemampuan

berkerjasama dalam menghadapi berbagai masalah serta mampu

memanfaatkan informasi yang diterimanya.

E-modul pembelajaran fisika ini adalah e-modul yang bersifat

praktis dan efektif dengan menggunakan canva. E-modul ini juga

memiliki banyak kelebihan yaitu, lebih menarik, dilengkapi berbagai

macam fitur sehingga dapat menyisipkan berbagai macam video,

animasi, gambar-gambar, simulasi, kuis yang disertai feedback, yang

tidak ditemukan dalam aplikasi desain pada umumnya.

Spesifikasi produk E-modul yang dikembangkan sesuai dengan

karakteristik modul, yaitu:

1. Self Instruction
26

E-modul yang dikembangkan memuat beberapa komponen

yang memungkinkan peserta didik mandiri dan meminimalisi

keterlibatan pendidik dalm proses pembelajaran. Komponen

tersebut antara lain:

a) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat

menggambarkan pencapaian standar kompetensi dan

kompetensi dasar.

b) Tersedia deskripsi dan contoh yang mendukung

kejelasan pemaparan kearifan local alat musik Serunai

sehingga membantu pemahaman peserta didik terhadap

materi dan lingkungannya.

c) Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit

kegiatan yang kecil dan spesifik sehingga mudah

dipelajari peserta didik.

d) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang

memungkinkan untuk mengukur penguasaan materi

peserta didik.

e) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan

suasana, tugas, atau konteks kegiatan dan juga

lingkungan peserta didik.

f) Menggunakan Bahasa yang komunikatif dan sederhana

g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran di akhir E-

modul
27

h) Terdapat informasi tentang rujukan, pengayaan dan juga

referensi yang mendukung materi pelajaran yang ada di

dalam E-modul.

2. Self Contained

Materi yang terdapat di dalam E-modul yang

dikembangkan sesuai dengan silabus Fisika SMAN 14

MUKOMUKO pada KD 3.8. mengenai gelombang mekanik dan

KD 3.10 mengenai menerapkan konsep dan prinsip gelombang

bunyi (Pipa Organa). Materi dalam E-modul yang

dikembangkan dapat memberikan ruang kepada peserta didik

dalam memahami materi tersebut dengan lebih menyeluruh dan

tuntas. Karena materi belajar dikemas dalam satu kesatuan yang

utuh dan terstruktur. E-modul yang dikembangkan juga

memisahkan materi dari setiap kompetensi dasar yang dilakukan

dengan memperhatikan ketuntasan kompetensi dasar yang harus

dikuasai oleh peserta didik. Hal ini menjadi salah satu

keunggulan E-modul yang dikembangkan berbeda dengan E-

modul lain dari sisi konten dan cara penyajiannya.

3. Stand Alone

Peserta didik di dalam pembelajaran dapat menggunakan E-

modul yang dikembangkan ini tanpa tergantung pada bahan ajar

dan media lain. Penggunaan E-modul ini juga tidak harus

digunakan bersama-sama dengan bahan ajar atau media


28

pembelajaran lain dalam mempelajari dan menuntaskan

kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik.

4. Adaptive

E-modul yang dikembangkan dirancang sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel

utuk digunakan oleh peserta didik. E-modul juga sangat

dibutuhkan di era pembelajaran jauh dimana peserta didik

belajar sendiri di rumah tanpa adanya bimbingan langsung dari

pendidik.

5. User Friendly

E-modul didesain menggunakan Bahasa komunikatif,

sederhana, dan mudah dimengerti, serta menggunakan istilah

umum digunakan agar mudah dipahami peserta didik. Selain itu,

E-modul yang dikembangkan dikemas menggunakan canva

yang memiliki keunggulan yaitu suatu program desain yang

berbasis web yang dirancang untuk membantu dan menampilkan

fitur berupa foto atau video. E-modul dikemas aplikasi canva ini

mudah digunakan, praktis dibawa hanya menggunakan piranti

handphone android, dan ukuran file kecil. E-modul yang

dikembangkan telah diberikan kepada peserta didik sebagai

fasilitas untuk memudahkan peserta didik dalam pembelajaran.

Peserta didik mampu mengakses e-modul kapan pun peserta


29

didik inginkan sehingga dapat fleksibel untuk belajar secara

mandiri.21

C. Etno Stem

1. Definisi STEM

Pendekatan pembelajaran adalah pandangan awal untuk

menentukanpelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh

pernyataan Sanjaya (2013) pendekatan pembelajaran dapat diartikan

sebagai titik tolak atau sudut pandang kitaterhadap proses

pembelajaran.22

Berdasarkan kajian literatur terkait pendekatan Etno-STEM

daribeberapa sumber seperti penelitian dari dosen Universitas

MuhammadiyahSidoarjo (UMSIDA) Dr. Septi Budi Sartika, M.Pd dan

jurnal mahasiswa magister Pendidikan fisika, didapatkan kesimpulan

bahwa etno-STEM adalah pendekatan yang sedang dikembangkan.

Ethno-STEM terdiri daridua suku kata “ethno” dan “STEM”.23

Model Pembelajaran dengan pendekatan Etno-Stem merupakan

pengembangan pendekatan STEM yang berbasis pada kearifan local

suatu daerah. Pelaksanaan Pembelajaran dengan pendekatan Etno-

STEM dimulai dari suatu tema pembelajaran IPA yang bermuatan

21
Rini Muzijah, Mustika Wati, dan Saiyidah Mahtari, “Pengembangan E-modul Menggunakan
Aplikasi Exe-Learning untuk Melatih Literasi Sains,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika 4,
no. 2 (30 September 2020): 89, https://doi.org/10.20527/jipf.v4i2.2056.
22
Reffiane, Fine. Sudarmin, Wiyanto, Saptono Sigit. “Penerapan Model Hybrid Learning
berpendekatan Ethno-Stem 2”, (Penerbit NEM-Anggota IKAPI). Pekalongan, Jawa
Tengah. Hal 18.
23
Sudarmin.dkk. “Berkrasi Mendesain Pembelajaran berbasis EthnoSains untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan”.Pustaka rumah cinta, Jawa Tengah. Hal 7-10.
30

kearifan local suatu daerah, tema pembelajaran dengan bermuatan

kearifan local tersebut akan dikembangkan menjadi pengetahuan

ilmiah yang meliputi pengetahuan sains, teknologi, teknik rekayasa

sederhana, dan perhitungan Matematika. Pada setiap pengetahuan

tersebut dilakukan pengamatan terhadap hasil belajar dan pengaruhnya

terhadap keterampilan berpikir kritis, mengembangkan kreatifitas,

komunikasi dan bekerja sama.24

Department of Education, 2009, p. 19; Breiner, Harkness,

Johnson, & Koehler, 2012, p. 3; Gonzalez & Kuenzi, 2012, p. 1;

Reeve, 2013, p. 3; Hernandez et al., 2014, p. 108 menyatakan STEM

(Science Technology Engineering dan Mathematic) adalah salah satu

alternatif solusi bagi pembelajaran abad 21. Pendekatan STEM

merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan Science Technology

Engineering dan Mathematic dalam pembelajaran Engineering Stem

juga merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan siswa

kesempatan untuk memperluas pengetahuan dalam sains dan

humaniora. Namun pada abad ke-21 ini yang sangat dibutuhkan yaitu

mengembangkan keterampilan komunikasi, kemampuan berpikir

kritis, kepemimpinan, kerja sama, kreativitas, ketangguhan dan

keterampilan lainnya.25

24
Ibid.
25
Khoirul Bashooir dan Supahar Supahar, “Validitas dan reliabilitas instrumen asesmen kinerja
literasi sains pelajaran fisika berbasis STEM,” Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
22, no. 2 (27 Desember 2018): 219–30, https://doi.org/10.21831/pep.v22i2.19590.
31

Etno-Stem merupakan mengembangan model pelajaran yang

memfokuskan pada penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, teknik,

dan matematika melalui seni atau desain. Etno-Stem membawa peserta

didik ke tingkat berikutnya, yakni memungkinkan peserta didik untuk

menghubungkan pengetahuan di bidang sains, teknologi, teknik dan

matematika bersamaan dengan seni. Dalam model pembelajaran ini,

seni tidak hanya dianggap sebagai subjek tersendiri, tetapi sebagai titik

akses ke semua mata pelajaran lainnya, dan juga sebagai bentuk

inovasi pembelajaran di abad 21 yang mana model pembelajaran Etno-

Stem ini merupakan pembelajaran kontekstual (Yakman,2012).26

Menurut Margot dan Ketler, 2019. Model pembelajaran Etno-

Stem ini menggunakan pendekatan “berpusat pada peserta didik”

untuk mengembangkan pengarahan diri peserta didik, pemecahan

masalah, kolaborasi, dan manajemen proyek. Hal ini dapat mendorong

inovasi melalui penciptaan, merancang dan menghasilkan solusi untuk

masalah dunia nyata dan menggunakan tantangan dunia nyata sebagai

poin untuk integrase disiplin.27

Integrase Stem dalam pembelajaran sains dapat meningkatkan

kebermaknaan ilmu sains, sehingga mudah diterima, diajarkan,

menumbuhkan soft skill peserta didik seperti kerja sama, toleransi,

komunikasi, dan empati. Integrasi Etno-Stem menunjukkan teori

26
Ibid.
27
Lieve Thibaut dkk., “Integrated STEM Education: A Systematic Review of Instructional
Practices in Secondary Education,” European Journal of STEM Education 3, no. 1 (1 Mei
2018), https://doi.org/10.20897/ejsteme/85525.
32

belajar kontruktivisme, dimana peserta didik aktif membangun

pengetahuan sendiri. Pembelajaran aktif menciptakan strategi secara

mandiri untuk proses belajarnya dan Etno-Stem mengarahkan peserta

didik untuk memiliki keterampilan pemecahan masalah, Keterampilan

Berpikir Kritis dan Kolaborasi (Yakman, 2012).28

Pendekatan Etno-STEM merupakan pendekatan pembelajaran

yang melibatkan aspek-aspek STEM yang berbasis pada budaya lokal

setempat atau dikenal juga sebagai pengetahuan khas masyarakat

sekitar, dimana pendekatan Etno-STEM dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam hal Keterampilan Berpikir Kritis dan

Kolaborasi Skill. Pendekatan Etno-STEM juga dapat dikatakan sebagai

kolaborasi dari Pendekatan etnosains dengan empat aspek STEM

(sains, teknologi, teknik, dan matematika). Berdasarkan hal tersebut,

dalam rangka mendukung tujuan Kurikulum 2013 dan menghadapi

pendidikan abad 21, perlu adanya sebuah E-Modul berbasis model

pembelajaran terpadu berbasis proyek dengan pendekatan Ethno-

STEM yang diterapkan pada smartphone.29

Maka dapat penulis simpulkan sains, teknologi, teknik, dan

disiplin matematika (STEM) telah menjadi lebih penting dari

sebelumnnya. Peningkatan STEM dapat menyamai tujuan akademis di

28
Mahmut Kertil dan Cem Gurel, “Mathematical Modeling: A Bridge to STEM Education,”
International Journal of Education in Mathematics, Science and Technology 4, no. 1 (3
Januari 2016): 44, https://doi.org/10.18404/ijemst.95761.
29
Hasbi Azis, “Effectiveness of E-Module Based on Integrated Project Based Learning Model
Ethno-STEM Approach on Smartphones for Student Senior High School Grade XI,” no.
1 (2021): 7.
33

antara negara-negara maju dengan sejarah penelitian dan

pengembangan yang berkepanjangan dan sejahtera sebagai salah satu

cara mengembangkan pendidikan dengan menggunakan model

pembelajaran Etno-Stem ini yang terbukti berguna dan sangat

menantang peserta didik.

2. Tujuan Pendekatan STEM

Pendidikan Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM)

sedang menjadi tren di dunia sebagai solusi untuk tantangan tersebut.

Apalagi seiring dengan kebutuhan akan sumber daya manusia yang

berlatar belakang STEM juga semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Tren pendidikan STEM sendiri sejalan dengan tuntutan pendidikan

nasional kita saat ini. Penelitian tentang STEM di Indonesia telah

dirintis sejak tahun 2013 yang berfokus pada integrasi pendidikan

STEM dalam proses belajar mengajar di sekolah dasar dan menengah.

Seperti yang dikemukakan oleh Roberts, penerapan kurikulum STEM

terintegrasi paling mudah dilakukan di sekolah dasar karena siswa

ditangani oleh satu guru dengan waktu yang cukup lama.Sementara

itu, kurikulum SMA tidak terintegrasi secara tematis. Setiap mata

pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda. Oleh karena itu, penerapan

STEM terintegrasi di sekolah menengah lebih sulit daripada di sekolah

dasar. Mengubah struktur kurikulum saat ini bukanlah pilihan terbaik

yang bisa diambil. Cara yang paling mungkin untuk mengintegrasikan

STEM tanpa restrukturisasi kurikulum adalah pendekatan STEM


34

tertanam. Dalam pendekatan ini, domain pengetahuan diperoleh

melalui teknik pemecahan masalah dalam konteks sosial, budaya,

fungsional dan juga ditekankan melalui aktivitas seperti ahli pada

situasi dunia nyata. Oleh karena itu, banyak penelitian diperlukan

untuk menganalisis konteks dalam situasi dunia nyata untuk

menekankan pengetahuan domain dalam pembelajaran STEM yang

tertanam.

Pengembangan materi pembelajaran dapat dilakukan pada konteks

lokal dan relativisme budaya. Dalam penelitian ini, konteks yang

digunakan untuk pengembangan pembelajaran Fisika SMA

berpendekatan STEM adalah Konteks alat musik Serunai. Desain ini

biasa digunakan untuk merekonstruksi pengetahuan yang relatif baru

atau konteks inovatif dalam sains yang belum tersedia dalam

kurikulum sekolah.Sementara itu, ide dari penelitian ini adalah

menjadikan konteks alat musik Serunai dan permasalahan

lingkungannya sebagai tema pembelajaran STEM di SMA.30

a. Untuk Peserta didik

1) Literasi STEM

2) Kompetensi abad 21

3) Kesiapan tenaga kerja STEM

4) Minat dan keterlibatan siswa

I R Anugrah, “Scientific content analysis of batik Cirebon and its potential for high school
30

STEM-approached project-based instruction,” Journal of Physics: Conference Series


1806, no. 1 (1 Maret 2021): 012215, https://doi.org/10.1088/1742-6596/1806/1/012215.
35

5) Membuat koneksi

b. Untuk Pendidik

1) Meningkatkan konten STEM

2) Meningkatkan pendagogical content knowledge31

D. Kearifan Lokal

Kesenian merupakan salah satu unsur budaya yang paling

menonjol, dan kesenian itu sendiri terdiri dari banyak cabang serta macam.

Di antaranya adalah musik, tari, dan sastra yang merupakan hasil seni

budaya suatu daerah yang sangat erat hubungannya dengan lingkungan

masyarakat pendukungnya. Hal ini menunjukkan bahwa seni tradisonal

tidak berdiri sendiri dan tidak dapat terlepas dari masyarakat

pendukungnya apabila keberadaannya masih difungsikan sebagai salah

satu bagian kehidupan. Kesenian merupakan pengungkapan kreatifitas

manusia dengan masyarakat sebagai penyanggahnya. Keberadaannya tidak

mandiri tetapi luluh lekat dengan adat, pandangan hidup, tata masyarakat,

kepercayaan yang secara turun temurun telah diakui keberadaannya oleh

masyarakat di lingkungan kebudayaan itu lahir.

Masuknya berbagai etnis ke wilayah Propinsi Bengkulu serta

adanya pengaruh dari budaya yang dibawa oleh kolonial sehingga

memunculkan budaya baru. Menurut beberapa catatan, masyarakat Melayu

Bengkulu sendiri merupakan perpaduan (asimilasi) budaya rejang dan

31
Todd R. Kelley dan J. Geoff Knowles, “A Conceptual Framework for Integrated STEM
Education,” International Journal of STEM Education 3, no. 1 (Desember 2016): 11,
https://doi.org/10.1186/s40594-016-0046-z.
36

minangkabau dan mendapat pengaruh dari berbagai etnis yang datang ke

Bengkulu seperti Bugis, Cina, Arab, Jawa, Aceh, Palembang, dan India

(Anwar, 2004:273). Demikian juga daerah lainnya seperti wilayah

Mukomuko yang diyakini memiliki hubungan erat dengan suku bangsa

Minangkabau (Refisrul dan Seno, 2016). Perpaduan berbagai budaya ini

membawa pengaruh dalam bidang kesenian yang sering ditampilkan pada

acara-acara adat maupun perayaanperayaan tertentu.32

Masyarakat Mukomuko secara umum memiliki adagium adat

kapuang sati ratau batuah. Adagium ini mengisyaratkan posisi penting

dan strategis alam Mukomuko, baik ditujukan kepada masyarakat

Mukomuko sendiri maupun ditujukan kepada mereka yang bermaksud

mengenal atau datang berkunjung ke Mukomuko. Secara implisit,

ungkapan ”kapuang sati” bermakna bahwa wilayah Mukomuko beserta

masyarakat yang menempatinya memiliki keunikan serta kekuatan yang

bersifat alamiah dan kolektifitas dalam menjaga serta memelihara diri dari

berbagai akibat buruk yang datang dari luar.

Fungsi seni, terutama dari hubungan praktis dan intergritasnya,

mereduksi menjadi tiga fungsi utama, yaitu: (1) untuk kepentingan social

atau sarana upacara; (2) sebagai ungkapan perasaan pribadi yang dapat

menghibur diri; dan (3) sebagai penyajian estetik. Kabupaten Mukomuko

sebagai bagian dari provinsi Bengkulu memiliki kesenian yang sudah

dikenal secara luas oleh masyarakat yaitu Tari Gandai. Tari Gandai

32
Rois Leonard Arios, “Fungsi Dan Pelestarian Alat Musik Sunai Di Kabupaten Mukomuko
Propinsi Bengkulu,” Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya 5, no. 1 (13 Juli 2019): 128–
49, https://doi.org/10.36424/jpsb.v5i1.40.
37

diyakini berasal dari mitologi Malin Deman di wilayah Kecamatan Malin

Deman Kabupaten Mukomuko. Malin Deman sendiri diyakini sebagai

nenek moyang suku bangsa Pekal yang menciptakan tari Gandai beserta

alat musik pengiringnya yaitu gendang (odap dalam bahasa lokal) dan

serunai (Sonai dalam bahasa lokal). Sonai adalah alat musik tradisional

tiup aerophone, tergolong dalam end blown flute atau bamboo clarinet

yang berfungsi sebagai pembawa melodi tutur tradisi yang dimainkan

secara perorangan (solo).33

1. Alat Musik Serunai

Serunai Mukomuko atau dalam bahasa Pekal disebut sunai

(selanjutnya akan disebut sunai) merupakan alat musik utama pengiring

tari gandai. Alat musik ini memiliki kekhasan sendiri yang berbeda dengan

alat musik serunai lainnya di beberapa daerah.Salah satu kekhasan alat

musik ini adalah bahan hanya terbuat dari potongan ruas bambu yang

disambung-sambung sedemikian rupa ditambah dengan penghasil suara

dari daun kelapa.Kesederhanaan alat musik ini mampu mengiringi

berbagai lagu-lagu untuk tari gandai.Keberadaan alat musik sunai di

wilayah Kabupaten Mukomuko masih tetap bertahan seiring dengan

keberadaan tari gandai itu sendiri.

Mengacu pada penamaan serunai (istilah yang umum dipakai

dalam bahasa Indonesia). Kamus Besar Bahasa Indonesia kata serunai

33
Bambang Parmadi, “Genealogi Sosiokultur Musikalitas Sonai Gandai Mukomuko Bengkulu,”
Mudra Jurnal Seni Budaya 36, no. 1 (23 Februari 2021): 121–27,
https://doi.org/10.31091/mudra.v36i1.1317.
38

berarti (n Mus) alat musik tiup jenis klarinet yang dibuat dari kayu.

Sedangkan jika merujuk pada asal usul pengunaan nama serunai diyakini

berasal dari wilayah Persia atau India Utara dengan sebutan shehnai atau

sanai. Sebutan ini berawal dari seseorang yang memainkan nai

(menyerupai pipa) dengan nada-nada yang menyenangkan raja (shah)

hingga akhirnya alat musik tersebut (nai) disebut shehnai (pipa atau sejenis

tabung yang terbuat dari kayu yang menyenangkan raja) (Ranade,

2006:307). Istilah inilah yang diadopsi hingga ke berbagai wilayah di

Indonesia.Penerimaan masyarakat terhadap kesenian gandai diikuti dengan

penerimaan terhadap alat musik sunai.Alat musik sunai bukan hanya

sebagai alat musik pengiring tari gandai tetapi menjadi ikon Kabupaten

Mukomuko dalam mempersatukan keberagaman budaya. Dari uraian

tersebut muncul pertanyaan bagaimana fungsi sunai dan bagaimana upaya

pelestariannya sehingga bisa diterima oleh masyarakat.34

Alat musik ini diyakini berasal dari suku bangsa Pekal yang ada di

Kecamatan Malin Deman Kabupaten Mukomuko dan berkembang hingga

ke seluruh wilayah Kabupaten Mukomuko.perjalanan genealogi eksistensi

alat musik Sonai pada masyarakat Mukomuko baik secara sosiokultur dan

musikologi. Makna Sonai pada konteks pertunjukan sangalah utama

sebagai leader, dan Sonai juga diyakini mempunyai kekuatan supranatural

baik pemainnya.Dominasi Sonai tidak hanya pada pentunjukan

34
Arios, “Fungsi dan Pelestarian Alat Musik Sunai Di Kabupaten Mukomuko Propinsi Bengkulu.”
39

musikalitasnya saja, namun telah menjadi identitas masyarakat Mukomuko

sebagai kearifan lokal musik tradisi.35

Berdasarkan hasil wawancara pada 23 Agustus 2021 dengan salah

sorang pakar Randai bernama Makruf, beliau mengatakan pemain Sonai

diharus mampu memainkan Sonai tanpa henti sesuai dengan durasi tarian.

Jika suara Sonai terhenti berarti tari Gandai harus berhenti karena suara

Sonai merupakan kunci penggerak tari Gandai. Agar suara Sonai tidak

terhenti dibutuhkan keahlian untuk memainkan nafas sehingga perlu

latihan khusus. Disamping itu, dengan tidak adanya nada standar yang

dapat dituliskan dalam notasi nada, maka pengetahuan pemain Sonai

terhadap lagulagu pengiring Gandai sangat diutamakan. Hal ini tidak bisa

dipelajari secara teori tetapi melalui praktek langsung terhadap Sonai dan

mendengar suara yang dihasilkan.

Sonai terbuat dari bambu kapa atau telang kapa yang hidup di tepi

sungai, menurut mitos yang berkembang di masyarakat bambu yang

dipakai untuk membuat Sonai haruslah bambu yang hanyut menetang arus

sungai, menurut Makruf orang Mukomuko mengenal beberapa jenis

bambu (aur, bahasa Mukomuko, atau telang bahasa Pekal), yaitu jenis (l),

aur berduri, aur licin, dan aur kuning. Dari beberapa jenis bambu tersebut,

yang dianggap terbaik adalah telang kapa karena tekstur bambu tersebut

lebih tipis, mudah untuk diolah, dan menghasilkan suara yang lebih

nyaring. Bambu yang dipakai harus dari satu jenis dan tidak boleh

35
Ibid.
40

dicampur dengan jenis lain karena bisa menghasilkan suara yang tidak

baik. Selain itu agar pembuatan serunai lebih baik dan lebih mudah dalam

penyambungan, bambu yang dipakai harus yang berasal dari satu batang

yang sama karena sudah memiliki ukuran yang pas untuk di setiap

ruasnya. Seperti gambar dibawah ini:

Gambar 1. 1 Alat Musik Serunai

Dapat penulis simpulkan bahwa Eksistensi Sonai Sebagai Identitas

Sosiokultur Masyarakat Mukomuko Sonai sebagai alat musik pengiring

Gandai bukan lagi hanya milik suku Pekal yang ada di Kecamatan Malin

Deman, tetapi sudah menjadi milik masyarakat dan ikon Kabupaten

Mukomuko.Dominasi Sonai sebagai identitas musik tradisi merata di

seluruh wilayah Kabupaten Mukomuko baik sebagai penari, pemusik

Sonai dan odap, dan juga sanggar-sanggar kesenian yang fokus pada

kesenian Gandai.Serunai dapat dilihat pada gambar.


41

2. Karakteristik Materi

Karakteristik materi yang diambil adalah materi kelas XI semester 2

KD 3.8 dan KD 3.10, yaitu sebagai berikut:

a. KD 3.8 : Menganalisis Karakteristik Gelombang Mekanik


Materi karateristik gelombang mekanik dipelajari oleh peserta

didik kelas XI SMA/MA sebagai berikut:

1) Gelombang

Gelombang adalah rambatan energi getaran. Ketika sebuah batu

kecil dijatuhkan pada permukaan air yang tenang, maka batu akan

menimbulkan suatu gangguan pada permukaan air, gangguan ini

kemudian dirambatkan oleh air ketepi kolam. Selain dirambatkan,

gangguan tidak menyeret materi yang terletak pada permukaan air

yang dilewatinya. Perambatan gangguan ini dinamakan

gelombang. Karena gangguan ini membawa energi maka

gelombang didefenisikan sebagai perambatan energi dari suatu

tempat ketempat lain tanpa mengeret energi yang dilewatinya.

Disamping gelombang air, beberapa jenis gelombang yang ditemui

antara lain: gelombang tali, gelombang gempa, gelombang bunyi,

gelombang radio, gelombang mikro dan gelombang cahaya.

Gelombang air, gelombang bunyi, gelombang tali dan gelombang

gempa merambat melalui suatu medium. Mediumnya dapat berupa

zat padat, zat cair atau gas. Gelombang seperti ini disebut

gelombang mekanik. Sedangkan gelombang cahaya, gelombang

radio, dan gelombang mikro tidak membutuhkan medium untuk


42

perambatannya, dan gelombang ini disebut gelombang

elektromagnetik.

a) Jenis-jenis gelombang

1.) Berdasarkan dimensi perambatan

a.) Gelombang 1 dimensi

Gelombang yang merambat dalam 1 arah

b.) Gelombang 2 dimensi

Gelombang yang merambat dalam bidang, contohnya

pada gelombang air.

c.) Gelombang 3 dimensi

Gelombang yang merambat di dalam ruang, seperti

gelombang bunyi.

2.) Berdasarkan medium rambatannya

Berdasarkan medium perambatannya, gelombang dibagi

menjadi dua, yaitu:

a) Gelombang Mekanik

Gelombang mekanik adalah gelombang yang

membutuhkan medium untuk merambat. Salah satu

contoh dari gelombang mekanik yaitu gelombang

bunyi, gelombang tali dan gelombang air laut.

b) Gelombang Elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang

yang tidak membutuhkan medium untuk merambat.


43

Contoh gelombang elektromagnetik yaitu cahaya,

gelombang radio.

3.) Berdasarkan arah gangguan atau arah gerakan partikel

yang dilewatinya

a.) Gelombang Transversal

Gelombang yang arah gangguan atau arah gerakan

partikel yang dilewatinya tegak lurus arah rambatnya.

Contoh gelombang transversal adalah gelombang tali,

cahaya, seismik sekunder, dan sebagainya.

Gambar 2. 1 Gelombang Transversal

Istilah-istilah dalam gelombang transversal:

 Puncak gelombang adalah titik tertinggi

gelombang (titik B dan titik F)

 Dasar gelombang adalah titik terendah

gelombang (titik D dan titik H).

 Bukit gelombang adalah lengkungan ABC

 lembah gelombang adalah lengkungan CDE.

b.) Gelombang longitudinal


44

Gelombang yang arah gangguannya atau arah

gerakan partikel yang dilewatinya sejajar dengan

arah rambatannya. Ciri dari gelombang ini adalah

memiliki rapatan dan renggangan. Contoh

gelombang longitudinal adalah gelombang bunyi,

pegas, dan seismik primer.

Gambar 2. 2 Gelombang longitudinal

Istilah-istilah dalam gelombang longitudinal:

 Suatu gelombang terdiri dari 1 renggangan

dan 1 rapatan

 Rapatan adalah daerah dimana gulungan

pada pegas pada daerah itu lebih rapat

dibandingkan jarak diantara gulungan pada

keadaan normal.

 Renggangan adalah daerah yang jarak antara

gulungan pegasnya relatif lebih renggang

4.) Berdasarkan Amplitudonya


45

Berdasarkan amplitudonya, gelombang dibagi

menjadi dua yaitu:

a) Gelombang Berjalan

Gelombang berjalan adalah gelombang yang

memiliki amplitudo tetap. Contoh gelombang

berjalan adalah gelombang air.

b) Gelombang Stasioner

Gelombang stasioner adalah perpaduan anatara

gelombang gelombang datang dan gelombang

pantul yang amplitude dan frekuensinya sama tetapi

arah rambatnya berlawanan.

2) Besaran-besaran dalam gelombang

Adapun besaran-besaran dalam gelombang yaitu:

a) Amplitudo (A)

Amplitudo merupakan simpangan maksimum gelombang

yang dimana memiliki satuan meter (m) dan mempunyai

lambing (A)

b) Panjang Gelombang ( )
46

Gambar 2. 3 Gambar Gelombang

Dari gambar diatas, pengertian panjang gelombang dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1.) Jika ditinjau dari gelombang transversal, panjang

gelombang adalah jarak antara dua puncak yang

berdekatan (b-c-d-e-f) atau jarak antara dua lembah yang

berdekatan (d-e-f-g-h)

2.) Satu panjang gelombang juga terdapat pada titik(c-e-g)

3.) ditinjau dari gelombang longitudinal, panjang 1

gelombang adalah jarak antara dua rapatan atau dua

regangan yang saling berdekatan.

Secara matematis, panjang gelombang dapat dirumuskan

sebagai berikut:

= = . = ................................. Pers (2.1)


47

Keterangan:
λ = panjang gelombang (m)
s = jarak suatu gelombang (m)
n = banyaknya gelombang
v = cepat rambat gelombang (m/s)
T = periode (s)
f = frekuensi (Hz)

c) Frekuensi Gelombang (f)

Frekuensi adalah banyaknya gelombang yang bisa

terbentuk setiap detik. Secara matematis, frekuensi

dirumuskan sebagai berikut:

= ............................................ Pers (2.2)

Keterangan:
f= frekuensi gelombang (Hz)
n = jumlah gelombang yang terbentuk
t = waktu tempuh gelombang (s)

Konsep frekuensi dalam teknik memainkan Serunai

Frekuensi adalah jumlah getararan bolak-balik yang dibuat

tiap detik oleh benda yang mengacaukan molekul-molekul

udara. Frekuensi gelombang tekanan bertambah jika

bendanya menghasilkan bunyi lebih cepat.

d) Periode gelombang (T)

Periode adalah waktu yang dibutuhkan gelombang

untuk menempuh satu panjang gelombangnya. Periode

juga bisa didefenisikan sebagai waktu yang dibutuhkan

gelombang untuk melakukan satu kali putaran. Secara

matematis periode dirumuskan sebagai berikut:


48

T ........................................................... Pers (2.3)

Keterangan:
f= frekuensi gelombang (Hz)
T = periode (s)
n = jumlah gelombang yang terbentuk
t = waktu tempuh gelombang

e) Cepat rambat gelombang

Cepat rambat adalah panjangnya jarak yang

ditempuh oleh gelombang setiap satuan waktu. Secara

matematis, cepat rambat gelombang dirumuskan sebagai

berkut:

= . ......................................... Pers (2.4)

Keterangan:
f= frekuensi gelombang (Hz)
T = periode (s)
v = capat rambat gelombang (m/s)
λ = panjang gelombang (m)

f) Fase dan beda fase Gelombang

Fase gelombang adalah keadaan gelombang yang

berkualitas dengan simpangan dan arahnya. Secara

matematis fase gelombang dinyatakan sebagai berikut:

∅=
2

Keterangan :

Φ = fase gelombang

Θ = sudut fase (rad)

Dua titik dikatakan sefase jika kedua titik memiliki

jarak 1λ, 2λ, 3λ,…..nλ, jadi kedua titik akan memiliki


49

aplitudo dan arah gerak yang sama. Dua titik dikatan

berlawanan fase jika kedua titik berjarak

, , ,…,…, 2 . Kedua titik akan memiliki

arah simpangan yang berlawanan, walaupun sama besar.

Beda fase adalah apabila pada tali terdapat dua buah titik,

maka fasenya adalah jarak antara dua titik tersebut.

Persamaan beda fase gelombang adalah sebagai berikut:

∆ = -

Sehingga sudut fase dinyatakan:

∆ = 2 .∆ ....................................... Pers (2.5)

Keterangan:
∅ = fase gelombang
= sudut fase (rad)
= panjang gelombang (m)

g) Energi gelombang

Ketika gelombang merambat melalui suatu medium

baik itu tali, air atau gas gelombang membawa energi dari

sumbernya. Gelombang bunyi membawa energi bunyi dari

sumber bunyi. Gelombang gempa membawa energi gempa

dari sumber gempa. Gelombang laut membawa energi

yang berasal angin atau gempa didasar laut. Energi yang

dibawa gelombang kadangkala sangat besar.

Energi gelombang mempengaruhi amplitude maupun

frekuensi gelombang. Ombak besar yang tinggi


50

(amplitudonya besar) membawa energi yang sangat besar.

Energi gelombang sebanding dengan amlitudo kuadrat dan

sebanding dengan frekuensi kuadrat.

≈ .................................................... Pers (2.6)

≈ .................................................... Pers (2.7)

Keterangan:
E= energy gelombang (Joule)
A= amplitude (m)
F= frekuensi (Hz)

h) Intensitas gelombang

Intensitas gelombang adalah besarnya energi

gelombang yang dipindahkan persatuan waktu. Besarnya

intensitas gelombang bunyi adalah:


! $
= = " ............................................... Pers (2.8)
".#

Dengan A= 4 %

Keterangan:
I = intensitas bunyi (J/ m2 .s = Watt/ m2 )
t = waktu (s)
P = daya bunyi (watt)
A = luas penampang medium (m2 )
r = jarak (m)

3) Sifat-sifat Gelombang

Sifat-sifat gelombang adalah karakteristik atau ciri yang

melekat pada gelombang. Dianatara berikut, yang termasuk

sifat-sifat gelombang yaitu:

a) Pembiasan (refraksi)
51

Pembiasan merupakan peristiwa pembelokan arah

lintasan gelombang karena melalui dua medium yang

berbeda. Jika medium yang dilalui berbeda, maka indeks

bias medium juga berbeda.

b) Difraksi( pelenturan)

Difraksi adalah pelenturan atau penyebaran gelombang

saat melalui celah sempit. Contoh difraksi pada gelombang

cahaya adalah terbentuknya rumbai (garis) gelap dan

terang pada layar.

c) Refleksi (pemantulan)

Refleksi adalah perubahan arah rambat gelombang saat

bertemu dengan bidang batas dua medium. Pemantulan ini

ternyata mengacu pada suatu hukum yang disebut hukum

pemantulan.

d) Dispersi

Dispersi adalah penguraian warna polikromatik (putih)

menjadi monokromatik saat seberkas cahaya dilewatkan

melalui prisma.

e) Interferensi

Interferensi adalah perpaduan antara dua gelombang

cahaya. Interfernasi bisa diamati dengan jelas jika berkas

kedua gelombang bersifat koheren (amplitudo dan

frekuensinya sama dengan fase tetap).


52

f) Efek Dopple

Efek Doppler adalah efek berubahnya frekuensi bunyi

akibat adanya kecepatan relatif antara sumber dan

pengamat.

g) Polarisasi

Polarisasi adalah terserapnya sebagain sebagian arah

getar gelombang. Hal ini menyebabkan gelombang

keluaran hanya memiliki satu arah saja. Polarisasi

gelombang hanya terjadi pada gelombang transversal saja.

b. KD 3.10 : Mendeskripsikan konsep dan prinsip gelombang bunyi

dalam kehidupan sehari-hari

Materi yang dipelajari oleh peserta didik kelas XI SMA/MA sebagai

berikut:

Gelombang adalah suatu energi dari getaran yang

merambat, berdasarkan energinya gelombang dibedakan menjadi

dua yaitu gelombang mekanis dan gelombang

elektromagnetik.Berdasarkan arah getaran dan arah rambatnya

gelombang dibedakan menjadi dua, yaitu gelombang transversal

dan gelombang longitudinal. Perhatikan Gambar:


53

(a)

(b)

Gambar 2.4 Bentuk Grafik Gelombang (a) Longitudinal, (b) Transversal

Bunyi sama juga dengan suara yang timbul akibat dari

getaran suatu benda, Bunyi akan terdengar ketelinga manusia

karena merambat dalam bentuk gelombang. Bunyi merambat juga

dipengaruhi oleh kecepatan, kecepatan rambat bunyi dipengaruhi

oleh suhu udara dan jenis mediumnya.berikut ini cepat rambat

bunyi pada berbagai medium (Lihat Tabel 2.1).36

Tabel 2.1 Cepat Rambat Bunyi pada Berbagai Medium

Medium Cepat Rambat Bunyi (m/s)


Udara (0˚C) 331
Udara (15˚C) 340
Air (25˚C) 1940
Air laut (25˚C) 1530
Aluminium (20˚C) 5100
Tembaga (20˚C) 3560
Besi (20˚C) 5130

36
Tiara Sya’Bani, “Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S–1) Jurusan Tadris
Fisika,” t.t., 83.
54

Gelombang bunyi yang sering kita dengar sehari-hari

dihasilkkan oleh sesuatu yang bergetar yang disebut sumber

bunyi.Beberapa sumber bunyi yang kita kenal misalnya, gitar,

suling, biola, terompet, dan lain-lain. Pada saat bergetar, sumber

bunyi ini juga akan menggetarkan udara disekelilingnya dan

kemudian udara mentransmisikan getaran tersebut dalam bentuk

gelombang longitudinal. Berikut penjelasan singkat mengenai pipa

organa terbuka pada gelombang bunyi:

Fakta “Dan ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yang di langit


dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. kemudian
ditiup sangkakala itu sekali lagi Maka tiba-tiba mereka berdiri
menunggu (putusannya masing-masing)” Q.S Az-Zumar : 68

Contoh dalam kehidupan sehari-hari:


1. Senar gitar yang dipetik
2. Bedug yang dipukul
3. Rebana yang didendang
4. Seruling yang ditiup
Konsep Pipa organa adalah sejenis pipa yang menghasilkan bunyi bila
ditiup. Pipa organa merupakan sebuah elemen penghasil suara,
pipa organa akan beresonansi (mengeluarkan suara) pada nada
tertentu ketika ada aliran udara yang ditiupkan pada tekanan
tertentu. Pipa organa terbagi menjadi dua yaitu pipa organa
terbuka dan pipa organa tertutup.

Pada pipa organa terbuka adalah sebuah kolom udara yang


kedua ujung penampangnya terbuka. Sedangkan pipa organa
tertutup merupakan sebuah kolom udara yang salah satu
ujungnya tertutup dan ujung yang lain terbuka.Pipa organa
termasuk jenis alat music tiup. Bisa dicontohkan sebagai
seruling bambu/serunai.
Prinsip  Nada dasar & (harmonik pertama)
' = & atau & = 2 '

( (
&= ) =
+
*

 Nada dasar (harmonik kedua)


'=
( (
= =
), +

 Nada dasar (harmonik ketiga)


55

'= atau = '

( ( (
= =- =
)- + +
.

 Nada atas ke-n


(
= (ո + 1)
+
Prosedur Alat dan bahan:
a. 4 botol bekas dengan ukuran yang sama
b. Air
c. Penggaris
d. Sendok
e. Plastic
f. Tali
g. Gunting

Langkah kerja:
1. Isi botol dengan air sebanyak:
a. 8 cm dari dasar botol untuk nada sol (5)
b. 10 cm dari dasar botol untuk nada fa (4)
c. 12 cm dari dasar botol untuk nada mi (3)
d. 14 cm dari dasar botol untuk nada re (2)
e. 16 cm dari dasar botol untuk nada do (1)
f. 18 cm dari dasar botol untuk nada si (7)
g. 20 cm dari dasar botol untuk nada la (6)
h. 22 cm dari dasar botol untuk nada sol (5)
2. Setelah botol-botol itu diisi air, tutup bagian atasnya
dengan plastic lalu ikat dengan tali.
3. Uji frekuensi setiap botolnya apakah nada yang dihasilkan
sesuai atau belum
4. Mainkan lagu dengan botol-botol tersebut sebagai alat
musiknya.
Teori Pipa organa terbuka, kedua ujungnya terbuka. Pada ujung pipa
organa terbuka menjadi perut karena pada ujung terbuka
berhubungan langsung dengan udara luar. Tekanan di dalam
pipa (dekat ujung terbuka) lebih besar disbandingkan dengan
tekanan udara luar (atmosfer). Oleh karena itu, pada ujung pipa
terbuka akan timbul regangan dengan amplitude maksimum
(perut).

Apabila ditiup, udara dalam pipa itu membentuk pada


gelombang stasioner. Ciri dari pipa ini adalah kedua ujungnya
langsung berhubungan dengan udara luar. Perbandingan
frekuensi nada pada pipa organa terbuka dapat dinyatakan
bahwa perbandingan frekuensi nada dasar dan nada-nada atas
pipa organa terbuka merupakan bilangan bulat positif.
&: : : …= 1:2:3: …
56

E. Berpikir Kritis

Berpikir Kritis diartikan dalam Bahasa Indonesia Berpikir Kritis,

Berpikir Kritis merupakan proses disiplin intelektual untuk secara aktif

dan terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis,

mensintesis atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau

dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau

komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan dan tindakan.Berpikir kritis

dapat dilihat memiliki dua komponen: 1) seperangkat keterampilan

menghasilkan dan memproses informasi dan keyakinan, dan 2) kebiasaan,

berdasarkan komitmen intelektual, menggunakan keterampilan tersebut

untuk memandu perilaku. Dengan demikian hal ini dikontraskan dengan:

1) perolehan dan penyimpanan informasi semata, karena melibatkan cara

tertentu di mana informasi dicari dan diperlakukan; 2) hanya memiliki

seperangkat keterampilan, karena melibatkan penggunaan keterampilan itu

secara terus-menerus; dan 3) hanya menggunakan keterampilan tersebut

("sebagai latihan") tanpa menerima hasilnya.37

Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (2000) adalah suatu

proses yang bersifat sistematis pada saat siswa mengambil keputusan

tentang apa yang dipercaya dan dikerjakan. Lemahnya kemampuan

berpikir kritis siswa dapat disebabkan oleh faktor yang berkaitan dengan

pembelajaran. Pertama, metode pembelajaran yang masih terpusat pada

guru sehingga siswa cenderung pasif dan tidak mempunyai kesempatan

37
ŽivkoviĿ, “A Model of Critical Thinking as an Important Attribute for Success in the 21st
Century.”
57

untuk berpikir (Marsigit, 2000). Kedua, penilaian dalam pembelajaran.

Penilaian berperan sebagai program penilaian proses, kemajuan belajar,

dan hasil belajar siswa (Heller, 2009). Filsaime (2008) menguraikan

pentingnya berpikir kritis di dalam aktivitas keseharian manusia dan

menegaskan bahwa hanya pribadi-pribadi yang cakap yang memiliki

kemampuan untuk berkembang.38

Berpikir kritis adalah analisis fakta untuk membentuk penilaian.

Subjeknya kompleks; beberapa definisi yang berbeda ada, yang umumnya

mencakup analisis atau evaluasi bukti faktual yang rasional, skeptis, dan

tidak biasa. Berpikir kritis adalah pemikiran mandiri, disiplin diri,

pemantauan diri, dan koreksi diri. Peserta didik yang mempunyai KPS

yang tinggi cenderung mempunyai kemampuan berpikir kritis yang tinggi

pula. Peserta didik dengan KPS tinggi dan kemampuan berpikir kritis

tinggi ditandai dengan dapat berpikir mendalam secara konsisten dalam

pemecahan masalah dan mampu menggunakan kemampuan intuitif dari

konsep yang ia miliki kemudian ia mengaitkan konsep tersebut untuk

memecahkan masalah.

Peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis tinggi cenderung

mampu mengkaji ulang pendapat yang diberikan berdasarkan pengetahuan

yang sudah ia miliki. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Syahmani

(2013), bahwa seorang yang berpikir kritis akan mengkaji ulang apakah

38
Inang Irma Rezkillah dan Haryanto Haryanto, “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based
Learning Terintegrasi High Order Thinking Skill terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan
Sikap Percaya Diri,” Jurnal Pendidikan Sains Indonesia 8, no. 2 (12 Oktober 2020): 257–
68, https://doi.org/10.24815/jpsi.v8i2.17322.
58

keyakinan dan pengetahuan yang dimiliki atau dikemukakan orang lain

logis atau tidak. Peserta didik juga cenderung dapat menunjukkan solusi

pemecahan masalah yang paling efektif menurutnya di antara solusi-solusi

yang diberikan. (Nugraha, 2017) menjelaskan ciri orang yang memiliki

berpikir kritis tinggi yaitu dapat menarik kesimpulan dan solusi dengan

alasan yang kuat dan bukti yang kuat, serta mengujinya dengan

menggunakan kriteria tertentu.39

Menurut Robert Ennis mengidentifikasi kemampuan atau

keterampilan berpikir kritis menjadi 12 indikator yang di kelompokkannya

dalam lima aktivitas, diantaranya yaitu:

Tabel 2. 2 Indikator Berpikir Kritis atau Berpikir Kritis

No. Kategori Indikator


1. Klarifikasi tingkat Memberikan penjelasan sederhana terkait
dasar (elementary pertanyaan atau permasalahan yang
clarification) dihadapi
2. Dukungan dasar Menilai kredibilitas sumber yang
(basic support) didapatkan

3. Menyimpulkan Menyimpulkan kegiatan yang telah


(inference) dilakukan dengan dengan asumsi yang
logis
4. Klarifikasi lanjut Mendefinisikan berbagai istilah yang
(advance digunakan dalam meyelesaikan
clarification) permasalahan
5. Strategi dan taktik Menentukan tindakan yang tepat untuk
(strategies and menyelesaikan permasalahan
tactics)

Dari uraian beberapa para ahli dan definisi lainnya dapat penulis

simpulkan bahwa Crtical Thinking atau biasa dikenal dengan Berpikir

Kritis merupakan suatu proses intelektual dalam membuat suatu konsep,

39
Arief Juang Nugraha, Hardi Suyitno, dan Endang Susilaningsih, “Analisis Kemampuan Berpikir
Kritis Ditinjau dari Keterampilan Proses Sains dan Motivasi Belajar melalui Model PBL,”
2017, 9.
59

mengaplikasikan, menganalasis, mensintesis, dan mengevaluasi berbagai

macam informasi yang didapat baik dari hasil observasi, pengalaman,

ataupun refleksi yang pada akhirnya digunakan sebagai dasar pengambilan

tindakan atau keputusan. Kemampuan berpikir kritis dapat mendorong

peserta didik memunculkan ide-ide atau pemikiran baru mengenai

permasalahan tentang dunia atau secara universal. Peserta didik akan

dilatih bagaimana menyeleksi berbagai pendapat, sehingga dapat

membedakan mana pendapat yang relevan dan tidak relevan, mana

pendapat yang benar dan tidak benar sehingga dapat membuat suatu

kesimpulan. Keterampilan berpikir kritis sebagai suatu sikap memiliki

kemampuan berpikir secara mendalam tentang permasalahan dalam

kehidupan, selain itu keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu

kecakapan hidup (Skill) yang sangat perlu ditumbuh kembangkan melalui

proses pendidikan.

F. Kolaborasi

Kolaborasi merupakan sebuah proses dimana peserta didik pada

berbagai tingkat kemampuan bekerja sama dalam kelompok kecil menuju

tujuan bersama. Menurut (Osborne, 2016) Pembelajaran kolaboratif

merupakan bentuk interaksi antara pembelajar dan pembelajar. Secara

historis, pembelajaran kolaborasi memiliki telah dianggap sebagai metode

pembelajaran yang efektif dalam pengaturan pembelajaran tradisional dan

jarak jauh. Pembelajaran Kolaborasi tidak seperti belajar sendirian, orang

yang terlibat dalam Kolaborasi memanfaatkan sumber daya dan


60

keterampilan satu sama lain (meminta informasi satu sama lain,

mengevaluasi ide-ide satu sama lain, memantau pekerjaan satu sama lain,

dll). Dengan kata lain Kolaborasi mengacu pada lingkungan dan

metodelogi kegiatan peserta didik melakukan tugas umum dimana setiap

individu tergantung dan tanggung jawab satu sama lain. Dengan demikian

pembelajaran Kolaborasi umumnya berlangsung ketika kelompok siswa

bekerja sama untuk mencari pengertian, makna, atau solusi untuk

membuat sebuah artefak atau produk pembelajaran mereka. Selain itu,

Kolaborasi yang mengubah hubungan tradisonal murid-guru di kelas,

menghasilkan kontroversi mengenai apakah paradigm ini lebih bermanfaat

daripada merugikan. Kegiatan belajar secara Kolaborasi dapat mencakup

penulisan Kolaborasi, proyek kelompok, pemecahan masalah secara

bersama-sama, debat, studi tim, dan kegiatan lainnya.40

Pentingnya system belajar Kolaborasi untuk meningkatkan

kemampuan literasi informasi, maka America Library Assiciation for

Higher Education menekankan proses pembelajaran pada pengayaan

informasi yang diindikasikan dapat memberikan hasil belajar mahasiswa

ke arah yang lebih positif. Pembelajaran secara peer-group didasarkan

pada pemikiran bahwa seseorang dapat berpikir dengan baik jika terdapat

lawan bicara. Artinya, komunikasi dan interaksi sangat berperan penting

dalam proses pembelajaran. Kolaborasi merupakan metode pembelajaran

yang memungkinkan peserta didik dapat berinteraksi dan berkomunikasi

Jonathan Osborne, “Arguing to Learn in Science: The Role of Collaborative, Critical Discourse,”
40

Science 328, no. 5977 (23 April 2010): 463–66,https://doi.org/10.1126/science.1183944.


61

dengan teman untuk membantu dalam memahami sebuah topik. Dengan

kemajuan zaman, komunikasi dan interaksi saat ini bukanlah menjadi

masalah besar. Teknologi pembelajaran modern yang berkembang saat ini

memudahkan siapa saja untuk melakukan komunikasi dan interaksi.

Penyebaran informasi juga lebih baik, tidak hanya kepada individu tetapi

juga kepada kelompok individu walaupun sedang tidak berada ditempat

yang sama. Oleh karena itu, Kolaborasi sangat mudah dilakukan tidak

hanya dapat dilakukan karena keterbatasan pada situasi yang

mengharuskan individu saling bertatap muka di tempat dan waktu yang

sama.41

Menurut Nordentoft dan Wistoft, 2011. Kolaborasi muncul

berdasarkan teori konstruktivis social. Artinya, model pembelajaran ini

menekankan bahwa proses pembelajaran adalah konstruksi pengetahuan

dalam konteks social yang mendorong akulturasi individu ke dalam

konteks tertentu. Atau dengan kata lain, pengetahuan dapat dibentuk dan

dibangun secara bersama-sama. Pembelajaran dan partisipasi merupakan

dua hal yang saling berkaitan erat. Pengetahuan dan pembelajaran dapat

dibentuk dari seberapa jauh seseorang terlibat dengan situasi dimana ia

berpartisipasi di dalamnya. Didalam Kolaborasi proses pembelajaran di-

dasarkan pada interaksi yang terjadi pada individu-individu yang ber-

partisipasi dalam interaksi. Artinya, metode ini menganggap bahwa proses

41
Haqqi, A. "Collaborative learning: model pembelajaran dalam upaya meningkatkan literasi
informasi mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan dan informasi melalui belajar secara
kolaboratif." Baitul al ‘Ulum: Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi (2017): 1-22.
62

pembelajaran sangat bergantung pada proses interaksi dan komunikasi

yang dilakukan oleh pihak-pihak dalam suatu kelompok pembelajaran.

Sehingga, seseorang dikatakan melakukan proses belajar apabila seseorang

dapat berpartisipasi dan terlibat aktif dalam prosesnya. Collaborative

learning adalah metode pembelajaran yang didasari pada beberapa asumsi,

yaitu (1) Seseorang dikatakan belajar apabila dirinya terlibat aktif dalam

mempelajari suatu materi; (2) Dalam belajar sangat bergantung pada

konteks; (3) Pada dasarnya setiap peserta didik memiliki latar belakang

yang berbeda-beda, seperti gaya belajar yang berbeda, pengalaman yang

berbeda, sifat yang berbeda, dan pemikiran yang berbeda; (4) Belajar

merupakan bagian dari kegiatan yang bersifat sosial, di mana dalam

prosesnya dibutuhkan interaksi dan komunikasi untuk membentuk

pemahaman dan makna yang dapat diterima oleh semua.

Terdapat beberapa ciri-ciri dari collaborative learning yang

dikemu-kan oleh Nelson, yaitu:

1. Pada proses pembelajaran peserta didik diberikan kesempatan

untuk terlibat secara langsung dalam proses pertukaran ide-ide dan

informasi mengenai suatu topik

2. Proses pembelajaran memberikan kesempat-an kepada peserta

didik untuk menyelidiki lebih jauh tentang suatu hal atau topik dan

meng-implementasikan berbagai cara atau solusi untuk

memecahkan suatu masalah


63

3. Peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan penyesuaian

lingkungan tempat belajar yang dapat mendukung proses belajar

secara berkelompok

4. Proses pembelajaran dapat disebut sebagai collaborative learning

apabila dapat memberikan waktu atau kesempatan yang cukup,

ruang, dan juga sumber-sumber agar pembelajaran secara

berkelompok dapat terlaksana

5. Kegiatan pembelajaran banyak mengimplementasikan kegiatan

seperti pemecahan masalah dan penyelesaian suatu proyek.

Ciri-ciri yang dikemukakan oleh Nelson menjelaskan bahwa

collaborative learning ini mendukung terciptanya pembelajaran berbasis

student-centered learning, dimana metode ini dapat membangun

keaktifan mahasiswa di dalam kelas karena pembelajaran berfokus pada

peran peserta didik, bukan pada pengajar. Metode ini tidak hanya

membantu peserta didik untuk aktif mencari tau lebih dalam tentang

suatu topik, namun juga memberikan kesempatan pada mereka untuk

menciptakan sendiri suasana dan lingkungan yang dapat mendukung

terjadinya kerjasama dan diskusi dalam kelompok sehingga akan

membantu masing-masing dari peserta didik untuk membangun sebuah

makna lebih dalam. Selain itu, peserta didik juga dapat me-ngembangkan

dirinya lebih baik dengan membantu mereka untuk berpikir kritis

mengenai suatu permasalahan. Dengan diimplemen-tasikannya

collaborative learning, akan melatih peserta didik untuk saling


64

menghargai satu sama lain dan juga di antara peserta didik dengan

pengajar serta melatih menghargai setiap kontribusi yang diberikan oleh

masing-masing individu.42

Tabel 2. 3 Indikator Kolaborasi atau Kolaborasi

No Indikator Keterampilan Aspek Penilaian


Kolaborasi Ketrampilan
1 Menunjukkan kemampuan Kemampuan untuk bekerja
untuk bekerja secara efektif secara efektif dalam kelompok
dalam kelompok
2 Menerima pembagian Bisa menerima pembagian
tanggungjawab dan memberi tanggungjawab dan memberi
kontribusi dalam kontribusi dalam menyelesaikan
menyelesaikan tugas tugas kelompok
kelompok
3 Menunjukan keluwesan dan Memiliki keluwesan dan
kemauan untuk membantu kemauan untuk membantu teman
teman untuk mencapai tujuan untuk mecapai tujuan bersama
bersama

Menurut penulis Kolaborasi menekankan pada pembelajaran

keterlibatan peserta didik, mengajak peserta didik untuk terlibat dalam

beberapa kegiatan dalam proses belajar. Dalam proses belajar, peserta

didik perlu terlibat secara aktif agar mereka dapat belajar lebih banyak

dan memiliki pemahaman yang lebih mendalam akan suatu topik atau

materi. Metode Kolaborasi ini juga memungkinkan peserta didik untuk

menerapkan pengetahuan dan informasi yang dimilikinya ke dalam

masyarakat untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi sehingga

dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi peserta didik untuk terus

mencari informasi dan pengetahuan yang baru. Selain itu, Kolaborasi

Yudit Ayu Respati, “Collaborative Learning Dalam Upaya Peningkatan Keaktifan Mahasiswa
42

Pada Proses Pembelajaran,” Efisiensi - Kajian Ilmu Administrasi 15, no. 2 (17 April
2019): 15–23, https://doi.org/10.21831/efisiensi.v15i2.24490.
65

memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mendapatkan

pengalaman baru dari interaksi sosial yang dibangun, di mana interaksi

ini mengajarkan bahwa di dalam sebuah kelompok pasti terdapat

perbedaan, ketidaksepakatan, dan masalah-masalah yang timbul. Hal ini

memang cukup sulit untuk dihadapi oleh peserta didik, namun juga dapat

menjadi pembelajaran yang baik untuk mempersiapkan peserta didik

menghadapi dunia pembelajaran adab-21. Oleh karena itu, cara ini adalah

cara yang tepat digunakan untuk mengembangkan pemikiran peserta

didik dengan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

G. Penelitian Relevan

Berikut ini hasil penelitian yang relevan dengan dengan penelitian

yang akan di lakukan oleh peneliti di antaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Siska Rahmadani pada tahun 2021

yang berjudul “ Pengembangan Bahan Ajar Berbasis STEM Yang

Terintegrasi Kearifan Lokal Arsitektur Rumah Gadang Terhadap

Berpikir Kritis dan Kreatif Peserta Didik. Beda penelitian yang

dilakukan oleh Siska Rahmadani yaitu peneliti mengembangkan

bahan ajar berupa e-modul yang terintgerasi kearifan lokal serunai

serta menggunakan bantuan aplikasi canva sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Siska hanya berupa pengembangan bahan ajar

dan kearifan lokal arsitektur rumah gadang.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Farida Amrul Almuharomahtahun

yang berjudul “ Pengembangan Modul Fisika STEM Terintegrasi


66

Kearifan “Beduk” untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kreatif Siswa SMA”. Berdasarkan evaluasi modul pengembangan

modul yang baru ini layak digunakan sebagai pendamping buku

paket di sekolah. Beda dengan penelitan yang dilakukan yaitu pada

penelitian Farida capaiannya untuk meningkatkan kemampuan

berfikir kreatif siswa sedangkan penelitian saya untuk

meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kolaborasi dari

peserta didik.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Diyah Ayu Budi Lestari yang

berjudul ”Implementasi Lks Dengan Pendekatan Stem (Science,

Technology, Engineering, and Mathematics) Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”. Dimana penelitian ini

mendapatkan LKS yang dikembangkan 106 dengan pendekatan

STEM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Dimana beda antara penelitian ayu dengan pelitian saya adalah

pada penelitian diah ayu yang dikembangkan berupa LKS

sedangkan penelitian saya mengembangkan sebuah modul serta

perebedaan lainya terdapat di metodologinya dimana penelitian

diah ayu yaitu penelitian eksperimen sedangkan penelitian saya

penelitian pengembangan.

4. Perbedaan dari penelitian ini adalah produk yang di hasilkan

berupa buku ajar bukan e-modul, serta kearifan lokal yang berbeda.

Penelitian ini mengahsilkan buku IPA berbasis kearifan lokal Jambi


67

meteri tekanan zat, serta getaran dan gelombang. Kearifan lokal

dijadikan sebagai konteks untuk menggali konsep sains. Hasil

validasi ahli materi diperoleh skor rata-rata 4,5 dengan kategori

“sangat baik” dan ahli media adalah 4,65 dengan kategori “sangat

baik”. Hasil ujicoba lapangan menunjukkan bahwa buku IPA

berbasis kearifan local jambi dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa dengan skor rata-rata 4,1 (kategori baik). Persamaan dengan

penelitia ini adalah sama-sama mengembangkan materi gelombang

bunyi dan menghasilkan bahan ajar fisika.43

5. Hasil dari penelitian ini berupa bahan ajar yang menunjukan bahwa

kearifan lokal efektif digunakan dalam meningkatkan hasil belajar

dan aktivitas peserta didik.

H. Kerangka Berpikir

Dalam proses pembelajaran tentunya dibutuhkan suatu alat bantu

untuk menyampaikan materi pembelajaran, agar lebih mudah diterima

oleh peserta didik dan menarik. Sekarang era perkembangan teknologi

semakin canggih, sebaiknya jika perkembangan teknologi dimanfaatkan

untuk proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, seperti

menggunakan media pembelajaran yang berbasis pada teknologi informasi

guna menunjang proses pembelajaran. Teknologi informasi sangat berguna

dimasa pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia pada tahun 2020. Alat

43
Jufrida, Jufrida, et al. "Pengembangan Buku IPA Berbasis Kearifal Lokal Jambi pada Materi
Tekanan serta Getaran dan Gelombang." Indonesian Journal of Science and Mathematics
Education 2.3 (2019): 287-297.
68

bantu pembelajaran itulah yang banyak disebut sebagai media

pembelajaran. Selama ini proses pembelajaran masih belum kreatif dan

kurang memanfaatkan perkembangan teknologi sehingga hasil belajar

peserta didik masih rendah. Peserta didik kecenderungan mengalami

kebosanan, kesulitan memahami materi dan nilai Fisika mengalami

penurunan. Hal tersebut disebabkan kurangnnya alat bantu atau media

dalam proses belajar mengajar. Maka dari itu peneliti mencoba merancang

pengembangan E-modul Fisika berbasis Ethno Stem. Tahap dalam

mengembangkan media pembelajaran dengan menggunakan canva.

Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan pada diagram alur

berikut ini:
69

Pembelajaran Fisika di SMA/MA

Permasalahan yang ditemukan dilapangan:

1. Interaksi yang sangat minim antara Pendidik dan Peserta didik maupun sesama
Peserta didik
2. Kurangnya pemahaman konsep peserta didik terhadapmateri yang diberikan
oleh pendidik.
3. Mediadan model pembelajaran yang digunakan kurang menarik sehingga
Peserta didik merasa bosan jika hanya belajar mendengarkan penjelasan dari
pendidik.
4. Peserta didik merasa bosan dengan memperhatikan tayangan powerpoint dan
terpaku pada buku teks saja.
5. Pendidikbelum semuanya mampu membuat media yang menarik sesuai
kebutuhan materi.
6. Belum adanya penerapakan kearifan local pada setiap materi yang diajarkan.

Alternative pemecahan masalah:

PENGEMBANGAN E-MODUL FISIKA BERBASIS ETHNO STEM


BERBANTUAN ALAT MUSIK SERUNAI TERHADAP
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KOLABORASI PESERTA DIDIK

Materi: Gelombang Mekanik dan Gelombang Bunyi

Menghasilkan E-modul Fisika berbasis Etno Stem


berbantuan alat music Serunai terhadap Keterampilan
Berpikir Kritis dan Kolaborasi Peserta didik

Gambar 2. 5 Kerangka Berpikir


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dan

pengembangan (Research and Development).Research and Development

merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.44Metode penelitian yang

digunakan adalah metode Research and Development (R & D) dengan

menggunakan model Plomp yang meliputi tiga tahapan pengembangan,

yaitu: penelitian pendahuluan (Preliminary reseach), fase pengembangan

atau pembuatan prototipe (development of prototypephase), dan fase

penilaian (Assesment phase).

B. Model Pengembangan

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Research and

Development (R & D) pada materi Gelombang Bunyi menggunakan

model pengembangan Plomp yang meliputi 1): Fase Investigasi Awal atau

Pendahuluan (Preliminary reseach), fase pengembangan atau prototipe

(development or prototypephase), dan fase penilaian (Assesment

phase).45Adapun 3 tahapan model plomp pada gambar sebagai berikut:

44
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h 24.
45
Luh Putu Eka Diantari dkk., “Pengembangan E-Modul Berbasis Mastery Learning Untuk Mata
Pelajaran KKPI Kelas XI,” Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI) 7,
no. 1 (12 Mei 2018): 33, https://doi.org/10.23887/janapati.v7i1.12166.

70
71

Gambar 3.1 Model Plomp

C. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini

diambil dari langkah penelitian pengembangan pendidikan menurut

Plomp. Adapun prosedur pengembangannya dengan model Plomp adalah

sebagai berikut:46

1. Fase Invertigasi Awal (Preliminary Reseach)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendapatkan gambaran

mengenai karakteristik produk yang dikembangkan dan dapat

digunakan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan

pada tahap ini sebagai berikut:

a. Analisis Literatur/Studi Kasus

Analisis literatur yaitu untuk mengkaji teori-teori dan hasil

penelitian yang relevan dengan penelitian dan pengembangan

yang akan dilakukan untuk memperkuat produk yang akan

dikembangkan terhadap keterampilan berpikir kritis dan

46
Diantari dkk., “Pengembangan E-Modul Berbasis Mastery Learning Untuk Mata Pelajaran KKPI
Kelas XI.
72

kolaborasi peserta didik pada materi gelombang mekanik dan

gelombang bunyi.

b. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum digunakan untuk menentukan urutan

dan Cakupan materi yang diperlukan sesuai dengan kompetensi

dasar yang diperoleh, melihat urutan kelogisan bahan, serta

mengidentifikasi materi-materi yang diperlukan untuk

merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Hasil Analisis

ini berfungsi sebagai pedoman untuk pengembangan modul.

c. Analisis Konsep/Bahan Ajar

Pada tahap analisis bahan ajar, peneliti menganalisis e-

Modul pada materi gelombang mekanik dan gelombang bunyi

yang digunakan dan beredar dilapangan. Analisis yang

dilakukan meliputi identifikasi e-Modul seperti apa yang

digunakan dan beredar dilapangan, mengidentifikasi e-Modul

serta kelebihan dan kekurangan dari e-Modul tersebut.

Pada tahapan ini merupakan kerangka penyusunan bahan

ajar yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan e-

Modul yang nantinya akan disesuaikan isi materi dan tampilan.

E-Modul ini belum pernah diterapkan disekolah tersebut oleh

karena itu bahan ajar berupa e-Modul ini dirasa cocok dalam

pembelajaran fisika.
73

2. Fase Pengembangan atau Pembuatan Prototipe (Development or

Prototypephase)

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pertama, bertujuan

untuk menghasilkan prototype pengembangan e-modul berbasis

Etno-STEM terintegrasi krarifan lokal yang valid. Perancangan

dilakukan sebelum dibuat e-modul berbasis Etno-STEM terintegrasi

kearifan lokal serunai terhadap keterampilan berpikir kritis dan

kolaborasi peserta didik. Pada tahap ini terjadi pengulangan-

pengulangan untuk perbaikan prototipe.

Tahapan kegiatannya adalah mendesain prototipe, melakukan

evaluasi formatif, dan revisi prototipe. Pada tahap perancangan ini

juga dibuat kisi-kisi untuk instrumen penilaian validasi, praktikalitas,

dan efektifitas e-modul berbasis Etno-STEM terintegrasi kearifan

lokal gordang sambilan terhadap keterampilan berpikir kritis dan

kolaborasi.

a. Mendesain Prototipe

Pada tahap ini dilakukan perancangan dan langkah-langkah

apa saja yang dilakukan pada pembelajaran di kelas terhadap

pengembangan e-modul berbasis Etno-STEM berbantuan alat

music serunai terhadap keterampilan berpikir kritis dengan

unsurunsur sebagai berikut: tampilan halaman depan cover,

petunjuk pembelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar,


74

indikator, tujuan pembelajaran, tampilan e-modul dan soal-

soal.

b. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif dilakukan untuk mengetahui kevalidan

bahan ajar e-modul berbasis Etno-STEM berbantuan alat music

serunai terhadap keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi

peserta didik. Bentuk kegiatan evaluasi formatif yang

dilakukan pada pengembangan e-modul ini adalah penilaian

oleh pakar (expert review). Pakar atau ahli diminta untuk

memberikan penilaian dan saran terhadap prototype E-Modul.

Penilaian dan saran dari pakar terhadap produk menggunakan

instrumen validasi produk dari segi validitas materi, bahasa dan

kontruksi.

Tahap pengembangan dengan melakukan evaluasi formatif

semua fase dan siklus literasi pengembangan untuk

memperoleh bentuk prototipe yang valid dan layak untuk

digunakan. Evaluasi formatif mempunyai fungsi yang berbeda

pada setiap siklus pengembangan. Tahap awal, evaluasi yang

dilakukan difokuskan pada validitas isi. Pada tahap pembuatan

prototipe, evaluasi difokuskan pada relevansi (validitas materi),

konsistensi (validitas konstruk) dan kabahasaan. Tahap

selanjutnya difokuskan pada praktikalitas dan efektifitas ketika

produk tersebut diuji cobakan.


75

Metode evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut: Tinjauan ahli. Kelompok ahli (ahli bidang

studi, ahli desain pembelajaran dan ahli bahasa) memberi

penilaian dan saransaran terhadap produk yang akan

dikembangkan. Serta meminta tanggapan ahli untuk

memprediksi apakah produk dapat digunakan seperti yang

diharapkan. Pengumpulan penilaian ahli dilakukan

menggunakan instrumen berupa angket dan lembar validasi.

Validasi yang dilakukan meliputi validasi materi dan validasi

konstruksi dan kebahasaan.

Prototyping phase (tahap perancangan prototipe), e-modul

yang dirancang diharapkan memiliki kualitas tinggi dan dapat

meningkatkan kompetensi peserta didik. Tahap perancangan

prototipe yang akan dilaksanakan pada penelitian ini terdiri

dari:

1) Prototipe 1

Prototipe 1 adalah produk hasil rancangan e-modul

berbasis STEM terintegrasi kearifan lokal yang

pertama. Setelah prototipe 1 terbentuk dilakukan self

evaluation, yaitu dengan merevisi sendiri

pengembangan e-modul berbasis EtnoSTEM (science,

thecnology, engineering, mathematic) terintegrasi

kearifan lokal yang telah dirancang yang berpedoman


76

pada instrumen self evaluation. Setelah itu,

mengkonsultasikan dan mendiskusikan produk dengan

ahli, serta meminta tanggapan ahli (expert review)

untuk memprediksi apakah produk (prototipe 1) akan

dapat digunakan seperti yang diharapkan. Pengumpulan

penilaian ahli dilakukan dengan menggunakan

instrumen berupa angket dan juga lembar validasi. Hasil

konsultasi dan diskusi dari emodul berbasis Etno-STEM

berbantuan alat music serunai terhadap keterampilan

berpikir kritis dan kolaborasi (prototipe 1) diperoleh

masukan dan komentar untuk perbaikan. Masukan dari

pakar ini dijadikan sebagai acuan untuk perbaikan

produk (prototipe 1).

2) Prototipe 2

Prototipe 1 yang telah direvisi disebut prototipe

2 atau prototipe final. Prototipe final ini diuji dengan uji

lapangan, untuk melihat tingkat kepraktisan.

Praktikalitas adalah tingkat keterpakaian rancangan

prototipe oleh pendidik dan peserta didik yaitu dengan

melaksanakan pembelajaran menggunakan e-modul

berbasis Etno-STEM terintegrasi kearifan lokal telah

direvisi berdasarkan penilaian validator. Pendidik dan

peserta didik diberi angket setelah dilakukan uji coba,


77

yang bertujuan untuk mengetahui pendapat pendidik

dan peserta didik tentang produk yang digunakan saat

proses pembelajaran. Hasilnya dianalisis dan jika belum

praktis, maka dilakukan revisi untuk mendapatkan

produk yang praktis. Berdasarkan pemaparan di atas,

terlihat bahwa aspek praktikalitas yang dinilai pada e-

modul berbasis Etno-STEM berbantuan kearifan lokal

meliputi keterlaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan e-modul tersebut, keterbacaan dan

penggunaan waktu (lama waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan dalam pembelajaran). Setelah prototipe

final dinyatakan praktis selanjutnya dilakukan penilaian

untuk melihat efektifitas dari produk.

3) Revisi Prototipe

Revisi terhadap desain produk dilakukan

berdasarkan masukan dan saran ahli hasil evaluasi

formatif. Penilaian ahli harus memperlihatkan bahwa

prototipe sudah dikategorikan valid sehingga layak

untuk digunakan. Jika ahli menyatakan tidak layak,

maka akan dilakukan revisi kembali dan tahap evaluasi

formatif diulang. Jika penilaian ahli sudah menyatakan

prototipe I valid, maka penelitian dilanjutkan ketahap

penilaian (assesment phase). Hasil dari tahap ini adalah


78

prototype e-modul berbasis Etno-STEM berbantuan alat

music serunai yang valid dan bisa diimplementasikan

dalam pembelajaran untuk melihat kepraktisan dan

keefektifannya.

3. Fase Penilaian (Assessment Phase)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk melihat praktikalitas dan

efektifitas dari prototipe II e-modul hasil fase pengembangan. Tingkat

kepraktisan dilihat dari jawaban angket praktikalitas oleh 1 orang

pendidik fisika dan angket praktikalitas oleh peserta didik. Efektifitas

e-modul fisika berdasarkan jawaban peserta didik terhadap angket dan

soal tes yang diberikan untuk melihat keterampilan berpikir kritis dan

kolaborasi peserta didik dalam menggunakan e-modul fisika berbasis

STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematic) terintegrasi

kearifan lokal. Langkah-langkah pengembangan e-modul berbasis

STEM terintegrasi kearifan lokal ini berdasarkan tahapan

pengembangan plomp. Setiap tahapan bertujuan untuk menghasilkan

produk yang valid, praktis, dan efektif. Pada tahap ini uji keefektifan

berjumlah 25 orang peserta didik.47

Berdasarkan langkah pengembangan yang sudah dikemukakan,

proses pengembangan E-Modul berbasis STEM berbantuan alat music

47
Dala Zulyani dan Ali Asmar, “Pengembangan E-Module Berbasis Problem Based Learning
Berbantuan Android Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Peserta
Didik SMP Kelas VIII,” t.t., 14.
79

serunai terhadap keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi peserta

didik. Seperti yang terlihat pada gambar berikut ini:

1. Analisis Kebutuhan
Tahap
2. Analisis Literatur Pendahuluan
(Preliminary
Research)
Desain awal e-
modul

Prototype I
Fase
Pengembangan
Revisi Validasi (Development of
Prototype
Phase)

Analisis
Prototipe

Valid

Uji Coba Terbatas

Tahap
Analisis
Penilaian
Hasil (Assesment
Revisi Phase)

e-modul berbasis Ethno-


STEMTerintegrasi Alat Musik Serunai
Terhadap Critikal Thinking dan
CollaborationPeserta Didik.

Gambar 3. 2 Skema alur pengembangan model Plomp


80

Berdasarkan gambar diatas, penelitian ini dilakukan dalam dua

tahap.Dari dua tahap kegiatan ini diperoleh produk yang valid, praktis

dan efektif.

a. Tahap pertama adalah penyusunan draf prototipe produk untuk

keterampilan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kolaborasi.

Langkah-langkahnya adalah :

1) Penyusunan draf prototipe produk untuk keterampilan

Keterampilan Berpikir Kritis dan Kolaborasi peserta didik.

Pengembangan ini diawali dengan analisis kebutuhan dan

analisis literatur. Tahap ini merupakan bagian dari Preliminary

research (penelitian awal).

2) Tahap ini nantinya akan menghasilkan prototipe I produk E-

Modulyang akan dinilai (divalidasi) oleh experts (kelompok

pakar) dari segi validasi materi, bahasa, dan media.

3) Hasil validasi dijadikan dasar bagi revisi desain, sehingga

menghasilkan prototipe II produk E-Modul yang akan

diterapkan pada tahap uji coba terbatas.

b. Tahap kedua adalah uji coba terbatas (field testing), dimana

prototipe produk untuk keterampilan Keterampilan Berpikir Kritis


81

dan Kolaborasi peserta didik akan diterapkan dalam pembelajaran

gelombang mekanik dan gelombang bunyi.

D. Uji Coba Produk

1. Uji Validasi

Lembar validasi digunakan untuk memperoleh data hasil validasi

ahli media, ahli materi, dan ahli bahasa. Pada lembar validasi validator

diminta menuliskan skor yang sesuai dengan E-modul yang

dikembangkan oleh peneliti dengan tanda ceklist (√) pada baris dan

kolom yang sesuai dengan instrumen yang dibuat, kemudian validator

diminta memberikan kesimpulan penilaian secara umum. Apakah E-

modul belum dapat digunakan, E-modul bisa digunakan dengan revisi

ataupun E-modul bisa digunakan tanpa revisi. Instrumen pengumpulan

data pengembangan E-modul Fisika pada penelitian ini menggunakan

angket (kuesioner). Angket adalah metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberikan lembar pertanyaan kepada

validator, yaitu ahli media, ahli materi, dan ahli bahasa. Metode angket

digunakan untuk mengukur pengembangan E-modul Fisika yang

berkaitan dengan isi, tampilan, kualitas E-modul Fisika yang

dikembangkan oleh peneliti. Angket yang akan diberikan kepada

validator adalah sebagai berikut :


82

a. Angket Validasi Media

Ahli Validasi Media E-modul dilakukan oleh dosen ahli

bidang media Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang.

Data yang diperoleh di analisis dan di gunakan untuk merevisi

produk pengembangan E-modul Fisika Gelombang mekanik

dan gelombang bunyi berbasis Ethno Stem berbantuan Alat

Musik Serunai.48

b. Angket Validasi Ahli Materi

Angket validasi ahli materi adalah angket yang digunakan

untuk memperoleh kelayakan produk yang dikembangkan yang

dilihat dari kesesuaian materi dengan kurikulum yang berbasis

Ethno Stem, kebenaran, keberuntutan, kejelasan,kesistematisan,

kesederhanaan dan kelengkapan isi produk. Validasi ahli materi

ini dilakukan oleh dosen Tadris Pendidikan Fisika Universitas

Islam Negeri Imam Bonjol Padang yang merupakan dosen ahli

materi.

c. Angket Validasi Ahli Bahasa

Angket validasi ahli bahasa digunakan untuk memperoleh

data mengenai kelayakan bahasa dalam pengembangan E-

modul Fisika berbasis Ethno Stem. Validasi ahli bahasa ini

48
Diantari dkk., “Pengembangan E-Modul Berbasis Mastery Learning Untuk Mata Pelajaran KKPI
Kelas XI.”
83

dilakukan dosen Bahasa Indonesia Universitas Islam Negeri

Imam Bonjol Padang yang merupakan dosen ahli Bahasa.

2. Lembar Kepraktisan E-modul

Tahap uji praktikalitas dilaksanakan dengan uji lapangan, dengan

jumlah peserta didik sebanyak 15 orang dan 1 orang guru Fisika. Uji

praktikalitas bertujuan untuk mengetahui praktikalitas perangkat

pembelajaran yang sebenarnya (Actualpracticality) yang meliputi

proses dan kemudahan penggunaan, keterbacaan dan kejelasan,

efisiensi waktu, manfaat, dan daya tarik. Data diperoleh dari lembar

angket respon guru dan angket respon peserta didik.

3. Keefektifan E-modul

Test kemampuan dilakukan menggunakan 10 soal, untuk masing-

masing KD terdapat 5 soal diantaranya. Test kemampuan ini bertujuan

untuk mengetahui Berpikir Kritis peserta didik SMA Negeri 14

MukoMuko dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan dalam

produk berupa E-modul Fisika. Bentuk soal test berupa uraian, sebab

pada soal uraian dapat menganalisis pemahaman peserta didik dalam

memahami suatu materi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

validasi instrumen test kemampuan kepada dosen pendidikan Fisika

UIN Imam Bonjol Padang sebagai validator soal.


84

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat bantu bagi peneliti dalam

kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan menjadi sistematis dan

dipermudah olehnya. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data

pada penelitian ini berupa angket dan tes.

Tabel 3. 1 Instrumen Penelitian

No Kriteria Instrumen
1 Valid a. Lembar penilaian instrument validasi
b. Lembar penilaian instrument praktikalitas
c. Lembar penilaian instrument efektifitas
d. Lembar validasi materi, kontruksi, dan kebahasaan e-
modul berbasis Etno-STEM berbantuan alat music
serunai terhadap keteranpilan berpikir kritis dan
kolaborasi peserta didik.
2 praktis a. Angket praktikalitas oleh pendidik
b. Angket praktikalitas oleh peserta didik
3 Efektif a. Angket efektifitas keterampilan Abad 21
b. Soal tes berpikir kritis

1. Validasi Instrumen penelitian

Instrumen penilaian yang digunakan dalam produk adalah

angket dan soal tes. Instrumen yang telah disusun terlebih dahulu

diberikan kepada 2 orang dosen fisika UIN IB Padang untuk

mengetahui kevalidan instrumen penilaian aspek validitas,

parktikalitas dan efektifitas.

Tabel 3. 2 Nama-nama Validator Instrumen Penelitian

No Nama Validator Jabatan


1 Dr. Milya Sari, M.Pd Dosen Fisika
2 Pipi Deswita, M.Pd Dosen Fisika

Hasil validasi angket dari pakar/ahli digunakan untuk

menentukan tingkat keterpakaian angket sebagai alat untuk


85

mengukur tingkat kevalidan, kepraktisan dan efektifitasan e-modul

berbasis Etno-STEM.

a. Validasi Angket Validitas

Tabel 3. 3 Hasil Validasi angket Validitas

No Pernyataan Nilai Kategori


1 Petunjuk pengisian angket validitas 70% Valid
sudah dibuat dengan jelas
2 Petunjuk penilaian angket validitas 70% Valid
disajikan dengan benar dan jelas
3 Aspek-aspek penilaian untuk 60% Cukup Valid
komponen kelengkapan media pada
validitas sudah dibuat dengan benar
4 Aspek-aspek penilaian untuk 70% Valid
komponen isi pada angket validitas
sudah dibuat dengan benar
5 Aspek-aspek penilaian untuk 80% Valid
komponen kebahasaan pada angket
validitas sudah dibuat dengan benar
Persentase rata-rata 70% Valid

Validasi angket validitas terdiri dari 2 orang validator

instrument memperoleh rata-rata 70% dengan kategori valid.

Adapun saran dari validator dijadikan sebagai pertimbangan untuk

penyempurnaan e-modul yang dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut:

Tabel 3. 4 Saran Validator Instrumen Validitas


Nama Validator Saran
Dr. Milya Sari, M.Pd a. Aspek validitas konstruksi belum
sesuai dengan kriteria modul yang
benar
b. Validitas isi belum memiliki item
validitas isi yang benar
Pipi Deswita, M.Pd Perhatikan poin-poin pada konstruksi
media
86

Saran yang diberikan oleh validator instrument

validitas dijadikan pedoman untuk perbaikan instrument

validitas.

b. Validasi Angket Praktikalitas

Tabel 3. 5 Hasil Validasi Angket Praktikalitas

No Pernyataan Nilai Kategori


1 Petunjuk pengisian angket 80% Valid
praktikalitas sudah dibuat dengan
jelas
2 Petunjuk penilaian angket 80% Valid
praktikalitas disajikan dengan benar
dan jelas
3 Aspek-aspek penilaian angket yang 70% Cukup Valid
praktikalitas terkait tanggapan
peserta didik terhadap e-modul
yang dikembangkan sudah disusun
dengan benar
4 Aspek-aspek penilaian angket 70% Cukup Valid
praktikalitas terkait tanggapan
pendidik terhadap e-modul sudah
disusun dengan benar
5 Angket praktikalitas e-modul 70% Cukup Valid
menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar sesuai dengan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI)
Persentase rata-rata 74% Valid

Validasi angket praktikalitas dari 2 orang validator

instrument memperoleh rata-rata 74% dengan kategori valid.

Saran dari validator dijadikan sebagai pertimbangan untuk

penyempurnaan e-modul dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:

Tabel 3. 6 Saran Validator Instrument Praktikalitas


Nama Validator Saran
Dr. Milya Sari, M.Pd Perbaiki Bahasa untuk praktikalitas bagi
peserta didik
Pipi Deswita, M.Pd Perbaiki sesuai arahan
87

Saran validator instrument praktikalitas dijadikan pedoman

untuk perbaikan instrument praktikalitas.

c. Validasi Angket Efektifitas

Tabel 3. 7 Hasil Validasi Angket Efektifitas

No Pernyataan Nilai Kategori


1 Petunjuk pengisian soal dan angket 80% Valid
efektifitas sudah dibuat dengan
jelas
2 Petunjuk penilaian angket 80% Valid
efektivitas disajikan dengan benar
dan jelas
3 Aspek-aspek penilaian angket 70% Cukup Valid
efektivitas E-modul terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis dan
Kolaborasi sudah disusun dengan
benar
4 Angket efektivitas menggunakan 70% Cukup Valid
bahasa Indonesia yang baik dan
benar sesuai dengan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI)
5 Angket efektivitas sudah 80% Valid
menggunakan kalimat yang mudah
dipahami dan tidak menimbulkan
penafsiran ganda
Persentase rata-rata 76% Valid

Validasi angket efektifitas dari 2 orang validator

instrument memperoleh rata-rata 76% dengan kategori valid.

Saran dari validator dijadikan sebagai pertimbangan untuk

penyempurnaan e-modul dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:

Tabel 3. 8 Saran Validator Instrumen Praktikalitas

Nama Validator Saran


Dr. Milya Sari, M.Pd Efektifitas untuk berpikir kritis tidak bisa
dengan angket saja harus ada soal dan
instrument penilaian untuk soal tersebut.
Pipi Deswita, M.Pd Perbaiki sesuai arahan
88

Saran yang diberikan oleh validator instrument

efektivitas dijadikan pedoman untuk perbaikan instrument

fektivitas.

d. Validasi soal tes

Soal tes uji coba efektifitas yang akan diberikan ke peserta

didik divalidasi oleh 1 orang validator. Soal tes uji coba terdiri

dari 5 butir soal, Hasil validasi soal materi getaran dan

gelombang terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 9 Validasi Soal Tes Gelombang Mekanik


Nomor soal Nilai persentase Kategori Soal
1 80% Valid
2 100% Sangat Valid
3 100% Sangat Valid
4 80% Valid
5 100% Sangat Valid
Persentase rata-rata 92% Sangat Valid
Tabel 3.9 merupakan hasil validasi soal tes uji coba materi

Gelombang Mekanik yang divalidasi oleh 1 orang validator

yang terlihat pada lampiran. Berdasarkan tabel di atas dapat

dilihat bahwa soal-soal yang termasuk pada kategori sangat

valid adalah soal nomor 2,3, dan 5 sedangakan soal-soal yang

termasuk pada kategori valid adalah 1 dan 4. Pada tabel terlihat

rata-rata persentase yang didapatkan dari penilian validasi soal

tes uji coba adalah 92% yang termasuk pada kategori sangat

valid. Berikut tabel 3.10 validasi soal tes uji coba pada materi

Gelombang Bunyi.
89

Tabel 3. 10 Validasi Soal Tes Gelombang Bunyi

Nomor soal Nilai persentase Kategori Soal


1 100% Sangat Valid
2 80% Valid
3 80% Valid
4 100% Sangat Valid
5 100% Sangat Valid
Persentase rata-rata 92% Sangat Valid

Tabel 3.10 merupakan hasil validasi soal tes uji coba

materi Bunyi yang divalidasi oleh 1 orang validator yang

terlihat pada lampiran. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat

bahwa soal-soal yang termasuk pada kategori sangat valid

adalah soal nomor 1, 4 dan 5 sedangakan soal-soal yang

termasuk pada kategori valid adalah 2 dan 3. Pada tabel

terlihat rata-rata persentase yang didapatkan dari penilian

validasi soal tes uji coba adalah 92% yang termasuk pada

kategori sangat valid.

2. Instrumen Validitas

Angket adalah pertanyaan-pertanyaan yang telah memiliki

alternative jawaban yang dipilih oleh responden. Lembar angket

digunakan untuk penilaian kepraktisan dan angket untuk soal

pretest dan posttest pada E-modul Fisika gelombang mekanik dan

gelombang bunyi berbasis Ethno Stem. Lembar kepraktisan -modul

diproleh dari respon guru dan respon peserta didik. Dimana angket

praktis dan angket soal yang didapat diolah dengan menggunakan

skala likert yang terdiri dari 5 skor penilaian. Kategori penilaian


90

untuk praktis setiap poin menggunakan skala likert, yaitu 5 =

sangat setuju, 4 = setuju, 3 = cukup setuju, 2= tidak setuju, 1 =

sangat tidak setuju.

3. Instrumen Praktikalitas

Instrumen praktikalitas digunakan untuk pengumpulan data

praktikalitas produk. Pengumpulan data praktikalitas produk

dilakukan dengan cara menyebar angket praktikalitas kepada

pendidik dan peserta didik. Angket praktikalitas ini digunakan

untuk mengetahui tingkat kepraktisan e-modul dalam pembelajaran

fisika. Angket ini akan dianalisis dan digunakan sebagai dasar

dalam revisi produk yang dibuat dan selanjutnya apabila ada saran

dan masukan dari pendidik dan peserta didik.

4. Instrumen Efektifitas

Instrumen efektifitas E-modul diperoleh berdasarkan

pemahaman peserta didik setelah menggunakan e-modul tersebut.

Teknik untuk mengetahui efektifitas produk adalah dengan

memberikan lembar angket efektifitas yang diisi oleh peserta didik.

Untuk indikator berpikir kritis diukur melalui instrumen tes berupa

5 soal disetiap KD.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
91

bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain.

1. Teknik Analisis Validitas

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan teknik analisis kualitatif. Data kualitatif pada penelitian

ini diperoleh dari masukan validator pada tahap validasi meliputi

ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa. Sedangkan kuantitatif

adalah data yang memaparkan hasil pengembangan produk yang

berupa E-modul Fisika berbasis Ethno Stem. Hasil analisis data

digunakan sebagai dasar untuk merevisi produk yang

dikembangkan. Data yang telah diperoleh peneliti kemudian

dianalisis untuk mengetahui hasil layak tidaknya produk yang

dikembangkan. Angket respon bersifat kuantitatif data dapat diolah

secara penyajian presentase dengan menggunakan skala likert

sebagai skala pengukur. Penghitungan skor data interval dapat

dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban responden dengan

rumus, sebagai berikut:

1
V = 23 4100%

Keterangan:
V: Angka persentase data angket
R: Jumlah Skor yang diperoleh
8M : Jumlah Skor maksimum
92

Kemudian validator mengisi angket dengan memberikan

tanda centang (√) pada kategori yang telah disediakan oleh peneliti

berdasarkan skala likert yang terdiri dari 5 skor penilaian sebagai

berikut :

Tabel 3.11 Kriteria Kelayakan

No. Presentasi Nilai Kriteria


1. 81%-100% Sangat Valid
2. 61%-80% Valid
3. 41%-60% Cukup Valid
4. 21%-40% Kurang Valid
5. 0%-20% Tidak Valid

Berdasarkan tabel maka produk pengembangan akan berakhir

saat skor penilaian terhadap media pembelajaran ini telah memenuhi

syarat kelayakan dengan tingkat kesesuaian materi, kelayakan media,

dan kualitas teknik pada pengembangan E-modul Fisika berbasis Etno

Stem yaitu > 61% atau valid.

2. Teknik Analisis Praktikalitas

Analisis data kepraktisan bertujuan untuk mengetahui apakah

med`ia pembelajaran E-modul Fisika yang dikembangkan peneliti

praktis atau tidak. E-modul dikatakan praktis ketika guru dan peserta

didik dapat menggunakan E-modul dalam proses pembelajaran

secara baik dan maksimal tanpa ada kendala. Analisis terhadap

kepraktisan E-modul Fisika berbasisi Etho Stem diperoleh dari hasil

analisis data dari dua komponen kepraktisan yaitu, respon guru dan

respon peserta didik.Angket respon diberikan kepada guru dan

peserta didik setelah dilakukan uji coba produk awal peneliti


93

membentuk angket respon guru dan peserta didik yang berisi

sebagian pertanyaan, selanjutnya guru dan peserta didik mengisi

angket dengan memberikan tanda centang (√) terhadap katagori yang

diberikan pada peneliti berdasarkan skala likert yang terdiri atas 5

skor penilaian.

Hasil angket respon guru dan peserta didik akan dianalisa

menggunakan rumus sebagai berikut:

1
: = 23 4100%

Keterangan:
P : Angka persentase data angket
R : Jumlah Skor yang diperoleh
8M : Jumlah Skor maksimum

Dimana angket ini bersifat kuantitatif data yang dapat diolah

dengan menggunakan Skala Likert yang terdiri 5 skor penilaian

adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 12 Tabel Kategori Kepraktisan

Nilai Kepraktisan (%) Kriteria

0%-20% Tidak Praktis

21%-40% Kurang Praktis

41%-60% Cukup Praktif

61%-80% Praktis

81%-100% Sangat Praktis


94

Media pembelajaran E-modul Fisika dikatakan praktis

apabila mendapatkan respon baik dari peserta didik dan guru, yaitu ≥

61 % atau cukup praktis.

3. Teknik Analisis Efektifitas

Hasil test kemampuan yang diperoleh setiap peserta didik

kemudian dijumlahkan dan konversikan dalam bentuk persentase

untuk mengetahui tingkat Berpikir Kritis peserta didik. Skor

diperoleh peserta didik akan diberikan penilaian dengan rumus :

1
V = 23 4100%

Keterangan:
V: Angka persentase data angket
R: Jumlah Skor yang diperoleh
8M : Jumlah Skor maksimum

a) Teknik Analisis Efektivitas Menggunakan Angket

Analisis data angket efektivitas E-Modul berbasis STEM

terintegrasi kearifan lokal Serunai terhadap keterampilan

berpikir kritis dan kolaborasi peserta didik berdasarkan angket

peserta didik kemudian dicocokan dengan tabel kriteria

keefektifan E-modul sebagai berikut:

Tabel 3. 13 Kategori Efektifitas

Interval Kriteria
81%-100% Sangat efektif
61%-80% Efektif
41%-60% Cukup Efektif
21%-40% Kurang Efektif
0%-20% Tidak Efektif
95

Pengembangan E-modul Fisika berbasis Ethno Stem

dikatakan efektif dan sangat efektif atau berada pada rentang 61-100.

b) Teknik Analisis Soal Tes Berpikir Kritis

Menentukan penilaian kemampuan peserta didik dalam

menjawabsoal berfikir kritis menggunakan rubrik penilaian

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4 1 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis

No Aspek berpikir kritis dan K.D Skor Keterangan


indikator
1 Elementary clarification 3.8 10 Tidak ada
(Memberikan penjelasan jawaban atau
sederhana terkait pertanyaan jawaban yang
atau permasalahan yang salah
dihadapi) 3.10 15 Memberikan
jawaban yang
benar
2 Basic support (Menilai 3.8 20 Tidak ada
kredibilitas sumber yang jawaban atau
didapatkan) jawaban yang
salah
3.10 20 Memberikan
jawaban yang
benar
3 Inference (Menyimpulkan 3.8 15 Tidak ada
kegiatan yang telah dilakukan jawaban atau
dengan dengan asumsi yang jawaban yang
logis) salah
3.10 30 Memberikan
jawaban yang
benar
4 Advance clarification 3.8 30 Tidak ada
(Mendefinisikan berbagai istilah jawaban atau
yang digunakan dalam jawaban yang
meyelesaikan permasalahan) salah
3.10 20 Memberikan
jawaban yang
benar
5 Strategies and tactics 3.8 10 Tidak ada
(Menentukan tindakan yang jawaban atau
tepat untuk menyelesaikan jawaban yang
permasalahan) salah
96

3.10 30 Memberikan
jawaban yang
benar

Jawaban peserta didik diberikan skor sesuai dengan rubrik

penskoran di atas. Analisis jawaban peserta didik dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

1
BK = 23 4100%

Keterangan:
BK: Angka persentase data angket
R: Jumlah Skor yang diperoleh
8M : Jumlah Skor maksimum

Apabila diinterpretasikan, nilai keefektifan dapat dilihat pada

table berikut ini:

Tabel 3. 14 Kategori Efektifitas

Nilai Kriteria
81%-100% Sangat efektif
61%-80% Efektif
41%-60% Cukup Efektif
21%-40% Kurang Efektif
0%-20% Tidak Efektif

E-Modul berbasis STEM terintegrasi kearifan lokal serunai

dinilai efektif terhadap berpikir kritis jika hasil skor peserta didik

apabila berada pada rentang 61%-100% atau efektif.49

49
Nur Asiah, M Ag, dan Yuli Yanti, “Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung 1440 H/2019 M,” t.t., 63.
97

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah melakukan pengumpulan data dari penelitian di SMAN 14

Mukomuko, berdasarkan tujuan dan prosedur penelitian yaitu untuk

menghasilkan e-modul berbasis Etno-STEM berbantuan alat music serunai

menggunakan aplikasi canva terhadap keterampilan berpikir kritis dan

kolaborasi peserta didik pada materi gelombang mekanik dan gelombang

bunyi yang valid, praktis, dan efektif diperoleh hasil penelitian berupa

pengembangan e-modul berbasis Etno-STEM berbantuan alat musik

serunai menggunakan aplikasi canva terhadap keterampilan berpikir kritis

dan kolaborasi peserta didik sebagai berikut:

1. Tahap Pendahuluan (Preliminary Reasearch)

Tahap pendahuluan (preliminary research) merupakan tahap

investigasi awal yang tujuan untuk melakukan need and contex

analysis. Tahapan ini terdiri dari beberapa analisis, yaitu:

a. Tahap Analisis Kebutuhan (Pendidik dan Peserta Didik)

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan, menganalisis

sinformasi, serta mendefinisikan masalah yang terkait dengan

penggunaan sumber belajar. Realita yang terjadi di lapangan

Fisika salah satu mata pelajaran yang sulit bagi peserta didik.

Pembelajaran Fisika harus menekankan konsep Fisika yang

menyangkut produk, proses dan sikap ilmiah.


98

Pada kenyataannya, secara umum pendidik fisika

cenderung menggunakan metode ceramah. Pendidik Fisika

cenderung menggunakan metode tersebut karena keterbatasan

waktu, mengejar materi dan sarana prasarana yang kurang

memadai. Pembelajaran yang kurang melibatkan Peserta didik

secara aktif menyebabkan kurang seimbangnya kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Sebagian

Peserta didik juga tidak mampu menghubungkan antara apa

yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan

dimanfaatkan atau dipergunakan. Berkaitan dengan hal ini

tentunya keterampilan berpikir kritis (Critikal Thinking) dan

Kolaborasi (Collaboration) peserta didik belum sepenuhnya

terpenuhi. Sehingga disini dibutuhkan bahan ajar berupa e-

modul untul merealisasi keterampilan-keterampilan tersebut.

Bersdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pendidik

mata pelajaran Fisika SMA Negeri 14 Mukomuko yaitu Bapak

Yudi Ardianto, S.Pdi didapatkan informasi bahwa pasca covid

perlu pembenahan bahan ajar dan proses pembelajaran untuk

memenuhi ketertinggalan dimasa covid untuk menunjang

ketercapaian pembelajaran yang mendukung keterampilan

berpikir kritis dan kolaborasi peserta didik yang sesuai dengan

kemajuan teknologi. Selain itu, karena pemkarena

pembelajaran Fisika yang erat kaitannya dengan fenomena


99

dalam kehidupan sehari-hari dibutuhkan bahan ajar yang dapat

menunjang kemampuan Etnopedagogik peserta didik. Bahan

ajar yang tepat menunjang beberapa hal tersebut berupa e-

modul yang bisa memuat indikator keterampilan berpikir kritis

dan kolaborasi dapat diakses dengan mudah oleh pendidik dan

peserta didik.

Oleh karena itu perlu dikembangkan bahan ajar yang sesuai

dengan kemajuan teknologi berupa e-modul berbasis Etno-

STEM berbantuan alat music serunai menggunakan canva

terhadap keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi peserta

didik. Dengan adanya bahan ajar ini maka peserta didik dapat

belajar secara mandiri dengan menggunakan laptop atau

komputer serta android.

b. Tahap Analisis Literatur/Studi Pustaka

Analisis literature/studi pustaka untuk menemukan konsep-

konsep atau landasan teoritis yang memperkuat e-modul

berbasis EtnoSTEM berbantuan alat music serunai

menggunakan aplikasi Canva terhadap Keterampilan berpikir

kritis dan kolaborasi peserta dididk yang dikembangkan.

Dalam tahap ini dilakukan beberapa hal:

1) Tahap Analisis Kurikulum dan Materi

Tahap analisis kurikulum meliputi kompetensi inti dan

menjabarkan kompetensi dasar menjadi beberapa indicator.


100

a) Kompetensi Inti

KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang

dianutnya.

KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,

toleran, damai), santun, percaya diri dalam berinteraksi

secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam

jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan

kejadian tampak mata.

KI 4 : Mencoba, mengolah dan menyaji dalam ranah

konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,

membaca, menghitung, menggambar dan mengarang)

sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain

yang sama dengan sudut pandang/teori.

b) Kompetensi Dasar dan Indikator

Tabel 4 2 Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indicator


3.8 menganalisis karakteristik 3.8.1 Menjelaskan
gelombang mekanik gelombang berdasarkan arah
getarnya
3.8.2 Menjelaskan besaran-
besaran dalam gelombang
3.8.3 Menjelaskan
101

gelombang berdasarkan
siftanya

Kompetensi Dasar Indikator


3.10 Mendeskripsikan konsep 3.10.1 Menjelaskan konsep
dan prinsip gelombang bunyi dan prinsip cepat rambat
dalam kehidupan sehari-hari bunyi
3.10.2 Menemukan
fenomena pada Dawai
3.10.3 Menemukan
fenomena pada Pipa organa
3.10.4 Menjelaskan efek
Doppler
3.10.5 Menemukan
Intensitas dan Taraf
Intensitas

2) Tahap Analisis Media

Pada tahap analisis bahan ajar, peneliti menganalisis

e-modul berbasis Etno-STEM berbantuan alat music

serunai menggunakan Canva yang digunakan di lapangan.

Analisis yang dilakukan meliputi indentifikasi bahan ajar

Fisika seperti apa yang digunakan dan beredar di

lapangan, mengidentifikasi e-modul Gelombang mekanik

dan gelombang Bunyi yang digunakan di SMA/MA, serta

kelebihan dan kekurangan dari e-modul Fisika tersebut.

Bahan ajar yang digunakan di SMAN 14 Mukomuko

masih menggunakan bahan ajar konvensional. Pada

sekolah ini proses pembelajaran juga masih menggunakan

metode/pendekatan konvensional sehingga masih kurang

menunjang keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi

peserta didik.
102

2. Fase Pengembangan atau Prototipe (Development of

Prototypephase)

Tahap pengembangan atau prototip adalah bertujuan untuk

menghasilkan prototype e-modul berbasis Etno-STEM berbantuan

alat music serunai menggunakan Canva yang valid. Tahapan dari

kegiatan development of prototypephase adalah sebagai berikut:

a. Mendesain Prototype

Pada tahap mendesain prototype dilakukan perancangan

terhadap e-modul berbasis Etno-STEM berbantuan alat music

menggunakan Canva tehadap keterampilan berpikir kritis dan

kolaborasi dan perancangan instrumen penelitian

menggunakan microsoft word.

1) Perancangan e-modul berbasis Etno-STEM berbantuan

alat music serunai menggunakan Canva. Pada tahap

perancangan e-modul yaitu menggunakan aplikasi canva.

Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

a) Menentukan background yang akan digunakan untuk

e-modul

b) Menentukan isi dari halaman depan, merumuskan KI,

KD, indikator, tujuan pembelajaran, petunjuk

penggunaan e-modul

c) Menentukan susunan materi pembelajaran yang akan

dimasukan ke dalam bingkai


103

d) Memilih gambar dan membuat video yang menarik

sesuai dengan materi

e) Menyesuaikan urutan penyajian agar peserta didik

dapat belajar sesuai dengan pendekatan Etno-STEM

berbantuan alat music serunai menggunakan Canva

f) Merumuskan soal-soal latihan

g) Merumuskan soal evaluasi yang akan dikerjakan oleh

peserta didik untuk mengukur kemampuan berpikir

kritis peserta didik

Bentuk rancangan e-modul berbasis Etno-STEM

berbantuan Canva terintegrasi Alat Musik Gordang

Sambilan adalah sebagai berikut:

a) Identitas Produk

Bentuk : e-modul

Judul : E-modul Fisika Kelas XI SMA

Nama Pengarang : Aklara Noviola (NIM.1814080034)

b) Tampilan awal E-modul

Tampilan depan e-modul ini terdiri dari judul, materi

Fisika (Gelombang mekanik dan gelombang bunyi)

untuk kelas XI SMA/MA.

c) Kata pengantar

d) Daftar Isi
104

e) Petunjuk Penggunaan Modul (Pendidik dan Peserta

didik)

f) Manfaat Modul

g) Keterangan Pendekatan Etno-STEM

h) Materi Pembelajaran

i) Soal Evaluasi

j) Referensi

k) Profil Penulis

2) Pengembangan E-modul berbasis Etno-STEM berbantuan

alat music serunai menggunakan canva.

a) Membuat Rancangan Cover E-modul

b) Membuat Rancangan Kata Pengantar


105

c) Membuat Rancangan Daftar Isi

d) Membuat Rancangan Petunjuk Penggunaan Modul

e) Membuat Rancangan Manfaat Modul


106

f) Membuat keterangan pendekatan Etno-STEM

g) Membuat Rancangan Materi

h) Membuat Rancangan Peta Konsep

i) Membuat Rancangan LKPD


107

j) Membuat Rancangan Soal Evaluasi

k) Membuat Referensi

l) Membuat Profil Penulis

b. Hasil Evaluasi Formatif

Pada hasil evaluasi formatif dihasilkan e-modul berbasis

EtnoSTEM berbantuan alat music serunai terhadap

Keterampilan berpikir kritis peserta didik dan kolaborasi

peserta didik yang valid. Validator e-modul pembelajaran


108

Fisika ini terdiri dari 4 orang dosen UIN Imam Bonjol Padang

yaitu 1 orang sebagai validator isi/materi, 1 orang sebagai

validator bahasa, dan 1 orang sebagai validator kontruksi dan 1

orang sebagai validator soal. Hasil validasi dari dosen untuk

digunakan sebagai kelayakan e-modul dari segi isi/materi,

Bahasa, kontruksi dan soal dalam merevisi produk sehingga

valid digunakan pendidik dan peserta didik. Berikut nama-

nama validator produk e-modul berbasis Etno-STEM

berbantuan alat music serunai yang ditunjukkan pada tabel

berikut:

Tabel 4 3 Nama-nama Validator Produk e-modul

N Nama Validator validator Spesifikasi


o
1 Raudhatul Jannah, M.Si Isi/Materi Dosen Fisika
2 Adelia Alfama Zamista, M.Pd Kontruksi Dosen Fisika
3 Abdul Basit, M.Pd Bahasa Dosen Bahasa
Indonesia

1) Kelayakan Isi

Indikator uji validitas isi/materi terdiri dari 16

pernyataan. Skor terendah setiap pernyataan adalah 1 dan

skor tertinggi setiap pernyataan adalah 5. Data hasil

validitas materi/isi dapat dilihat pada grafik berikut:


109

120%
P 100% 100%
e 100%
r 80%80%80%80%80%80%80%80%80% 80%80%80% 80%
80%
s
60%
e 60%
n
t 40%
a
s 20%
e
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Indikator Penilaian

Grafik 4. 1 Data Hasil Uji Validitas Materi

Keterangan Penilaian:
1. Materi yang disajikan pada e-modul sudah sesuai dengan
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
2. Materi yang disajikan pada e-modul sudah sesuai dengan
indicator dan tujuan pembelajaran yang mengacu pada
keterampilan Berpikir kritis
3. Materi yang disajikan pada e-modul sudah sesuai dengan
Indikator dan tujuan pembelajaran yang mengacu pada
keterampilan Kolaborasi
4. Aspek Science yang disajikan pada e-modul sudah sesuai
dengan materi
5. Aspek Technology yang disajikan pada e-modul sudah sesuai
dengan materi
6. Aspek Engineering yang disajikan pada e-modul sudah sesuai
dengan materi
7. Aspek Mathematic yang disajikan pada e-modul sudah sesuai
dengan materi
8. Materi yang disajikan pada e-modul dapat membantu
mengembangkan kemampuan Berpikir Kritis peserta didik
9. Materi yang disajikan pada e-modul dapat membantu
mengembangkan kemampuan Kolaborasi peserta didik
10. Gambar alat musik Serunai yang disajikan pada e-modul
sudah sesuai dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan
Kolaborasi peserta didik
11. Video alat musik Serunai yang disajikan pada e-modul sudah
sesuai dengan Keterampilan Berpikir Kritis peserta didik
12. Video alat musik Serunai yang disajikan pada e-modul sudah
sesuai dengan Keterampilan Kolaborasi peserta didik
13. Lembar kerja yang disajikan pada e-modul sudah sesuai
dengan Keterampilan Berpikir Kritis peserta didik
14. Lembar kerja yang disajikan pada e-modul sudah sesuai
dengan Keterampilan kolaborasi peserta didik
110

15. Evaluasi yang disajikan pada e-modul sudah sesuai dengan


keterampilan Berpikir Kritis peserta didik
16. Evaluasi yang disajikan pada e-modul sudah sesuai dengan
keterampilan Kolaborasi peserta didik

Grafik 4.1 menunjukkan nilai rata-ata hasil uji

validitas isi/materi dari validator ahli isi/materi. Hasil

yang diperoleh dari validator Ibu Raudhatul Jannah

M.Si adalah 81,25% dengan kategori sangat valid.

Dengan divalidasinya produk ini dapat digunakan

sebagai bahan ajar dan dapat diujikan pada tahap

selanjutnya. Adapun komentar dan saran dari Ibu

Raudhatul Jannah,M.Si dapat dilihat pada tabel 4.3:

Tabel 4 4 Komentar dan saran validator materi/isi

Nama Validator Komentar/saran


Raudhatul Jannah, M.Si a. Perbaikan materi karena masih
dangkal untuk level SMA, tidak
mengacu ke peta konsep dan
Indikator pencapaian kompetensi
b. STEM belum tampak pada e-modul
c. Perjelas rumus dan cek persamaan
serta satuan
d. Perhatikan komponen-komponen
pada modul
e. Tata cara penulisan

Komentar dan saran yang diberikan oleh validator

dijadikan pedoman untuk perbaikan dan kesempurnaan e-

modul berbasis Etno-STEM berbantuan alat music serunai.

2) Kelayakan Bahasa

Indikator uji validitas bahasa pada e-modul terdiri

dari 6 pernyataan Skor terendah setiap pernyataan adalah 1


111

dan skor tetinggi setiap pernyataan adalah 5. Data hasil uji

validitas isi dapat dilihat pada grafik 4.2 berikut:

P 120%
100% 100% 100% 100% 100%
e 100%
r 80%
s 80%
e 60%
n
t 40%
a 20%
s
e 0%
1 2 3 4 5 6
Indikator Penilaian

Grafik 4. 2 Data Hasil Validasi Bahasa

Keterangan:
1. Pemilihan tata bahasa dan tanda baca pada e-modul sudah
sesuai dengan Pedoman Ejaan Umum Bahasa Indonesia
(PUEBI)
2. Kalimat yang digunakan sudah mengarahkan ke keterampilan
Berpikir Kritis peserta didik
3. Kalimat yang digunakan sudah mengarahkan ke keterampilan
Kolaborasi peserta didik
4. Bahasa yang digunakan e-modul sudah komunikatif
5. Bahasa yang digunakan pada e-modul mudah dipahami
6. e-modul yang dikembangkan menggunakan struktur kalimat
yang jelas

Grafik 4.2 menunjukkan nilai rata-ata hasil uji validitas

bahasa dari validator ahli bahasa. Hasil yang diperoleh dari

validator Bapak (Abdul Basit, M.Pd) adalah 96,66% dengan

kategori sangat valid. Dengan divalidasinya produk ini dapat

digunakan sebagai bahan ajar dan dapat diujikan pada tahap

selanjutnya. Adapun komentar dan saran dari validator Abdul

Basit, M.Pd dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:


112

Tabel 4 5 Komentar dan saran validator Bahasa

Nama Validator Komentar/saran


Abdul Basit, M.Pd Perbaiki penulisan kata yang salah

Komentar atau saran yang diberikan oleh validator

digunakan sebagai pedoman untuk perbaikan tata bahasa pada

produk.

3) Kelayakan Kontruksi

Indikator uji validitas kontruksi terdiri dari 14 pernyataan.

Skor terendah setiap pernyataan adalah 1 dan skor tetinggi setiap

pernyataan adalah 5. Data hasil uji validitas kontruksi dapat

dilihat pada grafik 4.3 berikut:

P 90% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%
e 80%
r 70% 60% 60% 60%
s 60%
e 50%
n
40%
t
a 30%
s 20%
i 10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Indikator Penilaian

Grafik 4. 3 Data Hasil Kotruksi

Keterangan Penilaian:
1. E-modul memenuhi karakteristik Self Instructional
(mendukung belajar mandiri)
2. E-modul memenuhi karakteristik Self Contained (semua
materi, kompetensi dan sub kompetensi yang dipelajari
berada dalam satu modul)
3. E-modul memenuhi karakteristik Stand Alone (berdiri
sendiri atau tidak bergantung pada media lain)
4. E-modul memenuhi karakteristik Adaptive (berdaya
adaptif dengan perkembangan ilmu dan teknologi)
113

5. E-modul memenuhi karakteristik User Friendly (instruksi


dan informasi membantu dan bersahabat dengan
pengguna)
6. E-modul sudah memenuhi format (kolom, kertas dan
icon/tanda-tanda) yang mendukung elemen mutu e-modul

7. E-modul sudah memenuhi pengorganisasian (tampilan


bagan, isi materi yang sistematis, penempatan gambar dan
video) yang mendukung elemen mutu e-modul
8. E-modul memiliki daya Tarik (Cover, ilustrasi, berupa
gambar dan video) yang mendukung elemen mutu e-
modul
9. E-modul sudah memuat bentuk dan ukuran huruf yang
yang mendukung elemen mutu e-modul
10. E-modul sudah memuat ruang (spasi, margin, dan
konsistensi) yang mendukung elemen mutu e-modul
11. E-modul sudah memuat kerangka pendahuluan (KI,KD,
Indikator, Tujuan pembelajaran dan petunjuk penggunaan
e-modul) yang baik dan benar
12. E-modul sudah memuat kerangka pembelajaran (uraian
teori, contoh soal, rangkuman, lembar kerja, dan tes) yang
baik dan benar.
13. E-modul sudah memuat kerangka evaluasi berupa soal
yang baik dan benar
14. E-modul sudah memuat kerangka penutup yang baik dan
benar

Grafik 4.2 menunjukkan nilai rata-rata hasil

validitas kontruksi oleh 1 orang validaor. Hasil yang

diperoleh dari validator Ibu Adelia Alfama Zamista, M.Si

adalah 75,71%. Adapun Komentar dan saran dari validator

media dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4 6 Komentar dan Saran Validator Media


Nama Validator Komentar/saran
Adelia Alfama Zamista, M.Pd Perbaiki sesuai arahan

a. Revisi Prototype

Revisi prototype adalah tahap revisi pada masa

uji validitas poduk. Selama proses pengembangan ada

banyak saran dan masukan yang diberikan oleh


114

validator ahli sehingga terjadi beberapa kali revisi.

Revisi banyak terjadi pada isi/materi yaitu kesesuaian

indicator dengan materi yang dimasukan ke dalam e-

modul. Ada beberapa revisi yang diberikan oleh

validator ahli terlihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4 7 Integrasi Etno-STEM pada E-Modul

Integrasi Bagian E-modul


Kearifan Pada materi gelombang mekanik serunai dapat diintegrasikan sebagai berikut:
Lokal
Alat
Musik
Serunai

Pada gambar serunai diatas dijelaskan pada materi gelombang mekanik bahwa
panjang gelombang ( ) ditentukan dari lubang yang dibunyikan oleh sipeniup
sampai pada ujung serunai. Bunyi dapat dihubungkan dengan indera pendengaran
kita dan artinya fisiologi telingan dan fisiologi otak yang menerjemahkan yang
mencapai sensasi ke telinga. Bunyi dapat di dengar melalui berbagai medium
tertentu seperti alunan alat musik serunai. Yang terlihat pada gambar dibawah ini:

Dari gambar tersebut dapat kita lihat bahwa cepat rambat bunyi (v). Seperti kita
ketahui bahwa cepat rambat bunyi merupakan panjangnya jarak yang ditempuh
oleh gelombang setiap satuan waktu(t) akan terdengar langsung ke telingaapabila si
peniup meniupkan anak serunai (tempat meniup serunai) tersebut sehingga
frekuensi (f) pada serunai terdapat pada anak serunai (tempat meniup) sehingga
mengeluarkan suara melalui molekul-molekul udara seperti gambar dibawah ini:
115

Dan pada saat si peniup meniupkan serunai dengan memainkan lubang nada dalam
selang waktu dan gerakan cepat disebut dengan periode (T).

Periode merupakan waktu (t) yang dibutuhkan gelombang untuk menempuh satu
panjang gelombangnya. Periode juga bisa disefinisikan sebagai waktu yang
dibutuhkan gelombang untuk melakukan satu kali putaran dan panjang serunai (L)
biasanya kisaran 20-40 cm.
116

Serunai terintegrasi dengan bahan suara, terutama pipa organa. Suara yang
keluar dari serunai dihasilkan dari udara yang dihembuskan melalui ujung lubang,
udara mengalir dan membentuk getaran yang kemudian menjadi resonansi yang
menghasilkan nada. Pada serunai, semakin pendek kolom udara, semakin tinggi
frekuensi yang dihasilkan begitupun sebaliknya. Panjang kolom udara pada serunai
dapat diukur dengan menutup lubang udara dengan jari. Dalam hal ini banyak nada
(n), dengan panjang gelombang ( ), waktu yang diperlukan untuk menghasilkan
getaran sampai terdengar suara disebut dengan periode (T), panjang atau pendeknya
kolom udara menentukan frekuensi (f). perhatikan grafik gelombang dibawah ini:

Dari anak serunai (tempat meniup) sampai ujung serunai panjangnya (L). Jadi (L)
itu nilainya sehingga panjang gelombang ( ) = 2L. Hubungan antara kecepatan
(v) dengan frekuensi (f) dan panjang gelombang ( ) dapat persamaan = .
(
sehingga = dimana ( )= 2L sehingga hubungan antara frekuensi dan panjang
)
=
serunai adalah = .
>?

Pada gambar diatas dari titik O membentuk ½ gelombang, maka nada yang
dihasilkan serunai disebut nada dasar. Seperti gambar dibawah ini:

Sehingga @ = maka = 2@. Maka didapatkan persamaan AB


= dimana
>?
& adalah frekuensi nada dasar (Hz) dan (v) merupakan cepat rambat bunyi (m/s)
dan (L) panjang serunai dengan satuan (m).
117

)
Pada saat serunai dari titik O-P dengan panjang @ = 1 maka = atau 1
=
gelombang. Maka didapatkan persamaan = Sehingga ini disebut dengan nada
?
atas ke1 seperti gambar gambar dibawah ini:

Untuk nada atas ke2 serunai dari titik O menuju 1 dan 1 bukit sehingga dapat
C DEF=
persamaan @ = . Dengan persamaan = Perhatikan gambar berikut
>.?
ini:

Penentuan jarak antar lubang pada sunai tergantung pada si pembuat sunai. Standar
ukuran yang selalu dipakai adalah tangan si pembuat serunai, Untuk menentukan
lubang pertama dan terakhir pada sunai dilakukan dengan beberapa cara salah
satunya adalah dengan mengukur jarak antara ujung jari telunjuk dengan jari
jempol dalam posisi siku. Jarak ini sebagai acuan untuk menentukan jarak antar
lubang berikutnya.
Aspek
sains

Aspek ilmiah yang terdapat pada serunai adalah suara yang dikeluarkan oleh
serunai, ketika serunai dimainkan gelombang suara akan mencapai telinga kita pada
saat yang bersamaan. Karena kecepatan rambat bunyi tidak bergantung pada jenis
sumber bunyi.
Pada bagian ujung terkecil serunai dipasang anak serunai sebagai penghasil bunyi
saat ditiup. Anak sunai ini terbuat dari daun muda kelapa (janur) yang diikatkan ke
“batang” bulu ayam jantan1 yang telah dilubangi sebagai saluran udara dari mulut
peniup ke daun kelapa sehingga menghasilkan bunyi. Anak sunai ini disambungkan
ke ruas bambu Sunai terkecil (penyambung sunai diistilahkan dengan batang padi).
Bagian inilah yang manghasilkan bunyi saat ditiup.
Aspek
techonol
ogy
118

Serunai terbuat dari bambu yang telah diuji kelayakannya sesuai dengan keyakinan
masyarakat lokal yaitu dengan menghayutkan batang bambu yang telah ditebang
tersebut ke tepi sungai. Jika bambu tersebut memudiki sungai, maka bambu
tersebut dianggap bambu yang baik. Tetapi jika bambu tersebut hanyut mengikuti
aliran sungai ke hilir maka bambu tersebut tidak baik. Hal ini terkait dengan
mitologi Malin Deman ketika Malin Deman hendak membuat serunai dan melihat
ada bambu yang memudiki sungai dan menjadikan bambu tersebut sebagai bahan
sunai. Selanjutnya bambu dijemur kurang lebih 3 hari atau hingga benar-benar
kering agar ketika dipotong bambu tersebut tidak mengkerut.

Serunai secara fisik dan teknis memiliki kemiripan dengan serunai pada umumnya
di Indonesia. Jumlah lubang pada serunai berjumlah 6 buah namun hitungan untuk
menghasilkan variasi suara hanya terdapat 4 lubang di bagian atas dan 1 lubang di
bagian bawah. Urutan penomoran lubang adalah sebagai berikut: lubang pertama
adalah lubang yang berada dekat dengan anak serunai yang ditiup, lubang
selanjutnya adalah lubang bagian bawah (berada di bawah lubang pertama),
selanjutnya lubang kedua yang berada di bawah lubang pertama, lalu lubang ketiga,
dan lubang keempat.

Dengan demikian hanya lubang 1, 2, 3, 4, dan lubang bawah yang dipakai untuk
variasi suara. Sedangkan lubang kelima tidak dipakai hanya difungsikan untuk
pelepasan suara atau nafas jika sunai dikombinasikan menutup lubang dengan kaki
untuk memperoleh variasi suara. Suara dihasilkan dari anak serunai yang berada
pada bagian terkecil dari sunai ditiup dengan teknik tertentu untuk menghasilkan
suara. Variasi suara (lebih tepat disebut variasi suara dari pada nada karena suara
yang dihasilkan belum dapat dituliskan dalam notasi lagu) dihasilkan dari teknis
meniup, membuka dan menutup lubang, dan bantuan kaki untuk menutup lubang
ujung sehingga muncul variasi suara. Suara alat musik serunai yang tidak dapat
dituliskan dalam notasi nada standar, juga terjadi pada beberapa alat musik daerah
lainnya di Indonesia.
Aspek
engineeri
ng

Aspek engineering atau teknik pada Kayu atau bambu yang digunakan panjangnya
sekitar 20cm dan diberi lubang 4 lubang dengan jarak 2,5cm. Bagian yang ditiup
pada alat musik serunai terbuat dari bambu talang atau batang padi yang sudah tua.
Bambu Serunai berfungsi sebagai pembesar suara dan pengatur nada. Antara anak
serunai dengan penyambung Serunai dipasang depang yang terbuat dari uang koin
sebagai pembatas antara mulut peniup dengan Serunai. Penentuan jarak antarlubang
pada sunai tergantung pada si pembuat sunai.

Standar ukuran yang selalu dipakai adalah tangan si pembuat seperti penentuan
119

jarak antarruas yang telah dijelaskan di atas. Untuk menentukan lubang pertama
dan terakhir pada sunai dilakukan dengan beberapa cara salah satunya adalah
dengan mengukur jarak antara ujung jari telunjuk dengan jari jempol dalam posisi
siku. Jarak ini sebagai acuan untuk menentukan jarak antarlubang berikutnya.
Lubang kedua berjarak satu ukuran jempol pembuat, jarak lubang kedua dengan
lubang ketiga berjarak satu jempol pembuat, jarak lubang ketiga dengan lubang
keempat berjarak 3 jari pembuat.

Serunai terdiri dari 9 ruas dengan ukuran yang berbeda-beda yaitu:


1. Ruas pertama paling ujung dan terbesar berukuran panjang satu genggam
tangan (5 jari) ditambah satu 1 jari jempol atau sekitar 12 cm diameter bagian
bambu terbesar sekitar 6-7 cm. Sedangkan untuk penyambung sekitar 1 cm
(ukuran ini tergantung pada kondisi bambu masing-masing).
2. Ruas kedua sepanjang satu genggam (5 jari) atau sekitar 8-9 cm dengan
diameter sekitar 6-6,5 cm. Jarak penyambung sekitar 3 cm dan terdapat
lubang pelepasan udara dengan diameter lubang sekitar 2 cm.
3. Ruas ketiga sepanjang 4 jari atau sekitar 6,5-7 cm dengan lubang pertama
untuk penentu suara.
4. Ruas keempat sepanjang 3 jari atau sekitar 6 cm dengan dua lubang dan 1
lubang perantara ke ruas kelima
5. Ruas kelima sepanjang satu genggam tangan (5 jari) ditambah satu 1 jari
jempol atau sekitar 10 cm dengan 1 lubang di atas sejajar dengan lubang lain
dan satu lubang di bawah. Ukuran ini sama dengan ukuran ruas pada bagian
pertama di atas.
6. Ruas keenam, ketujuh, kedelapan, dan kesembilan adalah penyambung ruas
bambu (disebut batang padi) ke anak serunai (penghasil bunyi) sehingga
berukuran sangat pendek.

Selain itu, aspek teknik yang lain adalah peserta didik dapat membuat serunai
sederhana dengan meniru proses pembuatan dengan alat dan bahan sederhana
seperti sedotan.
Aspek
mathema
tics

Serunai yang menghasilkan suara berasal dari udara yang dihembuskan melalui
ujung lubang atau biasa disebut anak serunai (tempat meniup serunai), kemudia
udara tersebut mengalir dan membentuk getaran yang kemudian beresonansi yang
menghasilkan nada. Serunai yang biasanya memiliki panjang (L) kisaran antara 20-
40cm dan mempunyai beberapa lubang sebagai penatur nada. Dengan panjang
gelombang ( ), waktu yang diperlukan untuk menghasilkan getaran sampai
terdengar suara disebut dengan periode (T), panjang atau pendeknya kolom udara
menentukan frekuensi (f).
Aspek matematika pada serunai dapat kita capai dengan mengerjakan soal
mengenai serunai yang terintegrasi dengan materi pipa organa. Pada materi
gelombang bunyi terutama pipa organa kita dapat menghitung frekuensi nada atas
kedua pipa organa tertutup.
120

Revisi Sebelum Revisi Sesudah Revisi


Pada
Aspek
Bahasa Perbaiki Penulisan yang salah

Isi/Materi Sesuaikan Indikator dan materi

Media Perbaiki warna pada literasi STEM supaya terlihat berbeda dari
warna dasar pada e-modul.

Setelah dilakukan revisi berdasarkan saran ketiga

validator materi, bahasa dan media, produk yang

dibuat menunjukan bahwa e-modul berbasis Etno-

STEM berbantuan alat music serunai terhadap

keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi peserta

didik sangat valid sehingga dapat dilakukan tahap

selanjutnya yaitu fase penilaian (assessment phase).


121

3. Tahapan Penilaian (Assessment Phase)

Tujuan dari tahapan penilaian adalah untuk melihat

praktikalitas dan efektifitas prototype II e-modul berbasis Etno-

STEM berbantuan alat music serunai terhadap Keterampilan

berpikir kritis dan kolaborasi peserta didik merupakan hasil dari

fase pengembangan. Tingkat kepraktisan e-modul dapat dilihat

dari hasil penilaian angket paktikalitas dari 1 orang pendidik dan

25 orang peserta didik kelas XI SMAN 14 Mukomuko. Untuk

tingkat efektifitas dapat dilihat dari hasil soal tes dan penilian

angket efektifitas 25 orang peserta didik kelas XI SMAN 14

Mukomuko setelah menggunakan e-modul pada pembelajaran

Fisika materi Gelombang Mekanik dan Gelombang Bunyi.

a. Uji Praktikalitas E-modul

Uji Praktikalitas e-modul dapat dilihat dari hasil penialian

angket paktikalitas dari 1 orang pendidik dan 25 orang peserta

didik kelas XI SMAN 14 Mukomuko. Lembar praktikalitas

pendidik terdiri dari 6 pernyataan dan peserta didik sebanyak 6

pernyataan.

1) Uji Praktikalitas e-modul oleh Pendidik

Uji Praktikalitas e-modul berbasis Etno-STEM

berbantuan alat music serunai terhadap Keterampilan

berpikir kritis dan kolaborasi peserta didik diberikan

kepada pendidik sebelum diuji cobakan kepada peserta


122

didik dengan memberikan angket penilaian praktikalitas.

Lembar praktikalitas pendidik terdiri dari 6 pertanyaan.

Berikut adalah grafik tingkat kepraktisan produk yang

dinilai oleh pendidik yang terlihat pada grafik 4.4 berikut

120%
P 100% 100% 100% 100% 100%
e 100%
r 80%
80%
s
e 60%
n
t 40%
a 20%
s
i 0%
1 2 3 4 5 6

Indikator Penilaian

Grafik 4. 4 Data Hasil Praktikalitas Produk oleh Pendidik

Keterangan Penilaian:
1. E-modul yang dikembangkan dapat menghemat waktu
dalam proses pembelajaran
2. E-modul yang dikembangkan mudah dibuka
menggunakan Smartphone atau Laptop
3. E-modul yang dikembangkan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan pembelajaran
4. E-modul yang dikembangkan mempermudah pendidik
dalam menyampaikan materi Fisika
5. E-modul yang dikembangkan dapat membantu pendidik
untuk mengembangkan keterampilan Berpikir Kritis
peserta didik
6. E-modul yang dikembangkan dapat membantu pendidik
untuk mengembangkan keterampilan Kolaborasi peserta
didik

Grafik 4.4 menunjukkan bahwa angket praktikalitas

diisi oleh 1 orang pendidik Fisika dengan inisial Bapak

Yudi Ardianto. Hasil rata-rata yang diperoleh dari 1 orang


123

pendidik tersebut adalah 80% dengan kategori praktis.

Pengolahan data hasil uji praktikalitas oleh pendidik dapat

dilihat pada lampiran data kualitatif uji praktikalitas yang

diperoleh dari 1 orang pendidik. Berikut saran-saran yang

diberikan oleh praktisi dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4 8 Saran Kuliatatif Uji Praktikalitas oleh Pendidik

Nama Pendidik Saran


Yudi Ardianto, S.Pdi E-modul akan lebih interaktif lagi
seandainya soal-soal disajikan bisa
dijawab langsung pada e-modul tersebut.

Berdasarkan komentar/saran yang diberikan oleh

pendidik di atas, maka terdapat keterbatasan produk ini

yaitu E-modul akan lebih interaktif lagi seandainya

soal-soal disajikan bisa dijawab langsung pada e-modul

tersebut.

2) Uji Praktikalitas oleh Peserta Didik

Uji Praktikalitas dilakukan sebelum produk diuji

efektifannya. Lembar praktikalitas diisi oleh 25 orang

peserta didik kelas XI SMAN 14 Mukomuko. Jika

digambarkan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada grafik

4.5
124

100,00%
P 87,20% 85,60% 84,80%
90,00%
e 79,20%
r 80,00% 74,40%
68%
s 70,00%
e 60,00%
n
t 50,00%
a 40,00%
s 30,00%
i
20,00%
10,00%
0,00%
1 2 3 4 5 6
Indikator Penilaian

Grafik 4. 5 Data Hasil Praktikalitas oleh Peserta Didik

Keterangan Penilaian:
1. E-modul Fisika berbasis Ethno Stem dapat menghemat
waktu saya dalam memahami materi konsep Gelombang
Mekanik dan Gelombang Bunyi (Pipa Organa)
2. E-modul yang dikembangkan mudah saya buka melalui
smartphone atau laptop
3. E-modul yang dikembangkan memudahkan saya
mengkongkritkan materi Fisika yang abstrak
4. E-modul yang dikembangkan memudahkan saya
menjawab soal evaluasi mengenai Gelombang Mekanik
dan Gelombang Bunyi (Pipa Organa)
5. E-modul yang dikembangkan mengembangkan
keterampilan Berpikir Kritis saya
6. E-modul yang dikembangkan mengembangkan
keterampilan Kolaborasi (Bekerja sama) saya

Grafik di atas merupakan data kualitatif uji praktikalitas

dari 25 peserta didik. Rata-rata hasil praktikalitas peserta didik

adalah sebesar 79,86%. Adapun komentar atau saran yang

diberikan oleh peserta didik dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
125

Tabel 4 9 Komentar atau Saran dari Peserta Didik

No Nama Peserta Didik Komentar/Saran


1 Gaura Segavio Menurut saya modul ini sangat
bagus untuk belajar tapi harus
memiliki signal yang bagus untuk
membukanya.
2 Leo Saputra Saya terkesan untuk belajar
menggunakan modul ini, modul
ini sangat menarik sekali sehingga
tidak bosan.

Untuk mendapatkan nilai akhir dari praktikalitas e-

modul berbasis etno-STEM berbantuan alat music serunai

ditentukan dari nilai rata-rata hasil penilaian pendidik dan

peserta didik yang terlihat pada tabel 4.10:

b. Uji Efektifitas e-modul

1) Angket Efektifitas

Pada tahap ini angket digunakan untuk menguji

keterampilan berpikir kritis (critical thinking), dan

keterampilan kolaborasi (collaboration). Uji efektifitas

yang diperoleh dari penyebaran angket yang diisi oleh 25

orang peserta didik kelas XI SMAN 14 Mukomuko untuk

melihat keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi peserata

didik tersebut. Berikut grafik uji efektifitas e-modul

menggunakan angket terlihat pada grafik 4.6 berikut:


126

100,00%
87,20% 84,80% 84,80% 84,80%
90,00% 85,60% 84,80% 84,80%
P 79,20% 79,20%79,20%
e 80,00% 74,40%
68%
r 70,00%
s 60,00%
e
n 50,00%
t 40,00%
a 30,00%
s
i 20,00%
10,00%
0,00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Indikator Penilaian

Grafik 4. 6 Data Hasil Angket Efektifitas oleh Peserta Didik

Keterangan Penilaian:
1. Saya dapat menjelaskan konsep Gelombang Mekanik pada
e-modul
2. Saya dapat menjelaskan konsep gelombang bunyi (pipa
organa) pada e-modul
3. Saya dapat memahami dan menjawab soal-soal pada
materi Gelombang Mekanik pada e-modul
4. Saya dapat memahami dan menjawab soal-soal pada
materi gelombang bunyi (pipa organa) pada e-modul
5. Saya dapat membuat kesimpulan dari pernyataan yang
disajikan pada soal-soal Gelombang Mekanik pada e-
modul
6. Saya dapat membuat kesimpulan dari pernyataan yang
disajikan pada soal-soal gelombang bunyi (pipa organa)
pada e-modul
7. Saya dapat menguraikan jawaban terkait permasalahan
yang berhubungan dengan Gelombang Mekanik pada e-
modul
8. Saya dapat menguraikan jawaban terkait permasalahan
yang berhubungan dengan gelombang bunyi (pipa organa)
pada e-modul
9. Saya dapat menghitung dengan tepat soal-soal yang
disajikan sesuai dengan rumus-rumus yang telah ada pada
e-modul
10. Saya mampu melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan
bersama di dalam kelompok
11. Saya bisa bertanggung jawab dan memberikan kontribusi
di dalam kelompok
12. Saya mampu menerima pendapat orang lain di dalam
kelompok
127

Berikut adalah Tabel rata-rata masing-masing

indicator dari keterampilan berpiki kritis dan kolaborasi

Tabel 4 10 Anket Efektifitas Keterampilan Berpikir Kritis dan Kolaborasi

No Indikator Persentase Kategori


Berpikir Kritis (Critical Thinking)
1 Memberikan Penjelasan 87,2% Sangat
sederhana (elementary efektif
clarification)
2 Membangun keterampilan 84,8% Sangat
dasar (basic support) efektif
3 Menyimpulkan (Inference) 74,4% Efektif
4 Membuat penjelasan lebih 79,2% Efektif
lanjut (advanced
clarification)
5 Mengatur strategi dan 84,8% Sangat
taktik (strategies and Efektif
tactic)
Rata-rata 82,05% Sangat
Efektif
Kolaborasi (Collaboration)
1 Menunjukkan kemampuan 84,8% Sangat
untuk bekerja secara efektif Efektif
dalam berkelompok
2 Menerima pembagian 84,8% Sangat
tanggung jawab dan Efektif
memberi kontribusi dalam
menyelesaikan tugas
kelompok
3 Menunjukkan keluwesan 84,8% Sangat
dan kemauan untuk Efektif
membantu teman untuk
mencapai tujuan bersama
Rata-rata 84.8% Sangat
Efektif
Rata-rata keseluruhan 83,42% Sangat
Efektif
Berdasarkan angket efektifitas pada tabel 4.9

terlihat bahwa untuk rata-rata persentase keterampilan

berpikir kritis adalah sebesar 82,05%. Rata-rata persentase

keterampilan kolaborasi adalah sebesar 84,8% maka nilai

rata-rata dari analisis respon peserta didik diperoleh rata-


128

rata persentase adalah sebesar 83,42% dengan kategori

sangat efektif.

Tabel 4 11 Komentar atau Saran Peserta Didik

No Nama peserta didik Komentar/saran


1 Dini Puspita Modul ini dapat digunakan tanpa
revisi, sudah sangat cocok untuk
digunakan dalam belajar karena
sudah sangat efektif.
2 Destika Rinanda Menggunakan e-modul sangat
mudah dipahami, e-modul sangat
membantu murid dalam
pembelajaran dan dari e-modul
lebih mudah dari pada buku
3 Oksa Lianti E-modul sangat bagus untuk
diterapkan di pembelajaran ini,
karena dengan e-modul kita sebagai
murid tidak perlu lagi materi terlalu
banyak.
4 Iqbal Lata E-modul yang digunakan sangat
efektif dan mudah dipahami

2) Tes Efektifitas

Tes uji efektivitas e-modul menggunakan soal tes

dilakukan pada 25 orang peserta didik di kelas XI SMAN

14 Mukomuko. Tes efektifitas adalah untuk mengukur

keterampilan berpikir kritis. Soal tes terdiri dari 10 butir

soal yaitu 5 butir soal untuk KD 3.8 materi Gelombang

mekanik dan 5 butir soal untuk KD 3.10 materi Gelombang

Bunyi. Soal tes digunakan untuk mengukur keterampilan

berfikir kritis (critical thinking) dan diuji cobakan setelah

divalidasi. Adapun hasil perolehan peserta didik pada tes

uji efektifitas terlihat pada tabel


129

Tabel 4 12 Hasil Soal Tes Uji Efektifitas Berpikir Kritis

Kompetensi Dasar Jumlah Nilai Rata-rata Nilai


KD 3.8 2100 84
KD 3.10 2285 91,4
Rata-rata 2192,5 87.7
Keterangan:

KD 3.8 : Gelombang Mekanik

KD 3.10 : Gelombang Bunyi

Berdasarkan tabel diperoleh nilai rata-rata hasil tes

pada KD 3.8 sebesar 84 dengan dan nilai rata-rata hasil tes

pada KD 3.10 sebesar 91,4. Hal ini menunjukkan bahwa e-

modul berbasis etno-STEM berantuan Alat Musik serunai

efektif terhadap keterampilan Berpikir Kritis dan

Kolaborasi peserta didik. Hasil validasi dan uji coba

produk (e-modul) yang telah dilakukan dapat dijadikan

sebagai bahan ajar bagi pendidik Fisika pada proses

pembelajaran.

Dari tabel 4.11 dan 4.9 didapatkan rata-rata hasil

keterampilan berpikir kritis peserta didik yaitu terlihat pada

tabel:

Tabel 4 13 Nilai Rata-rata Keterampilan Berpikir Kritis Peserta


Didik

No Instrumen Persentase Rata-rata Kategori


1 Angket 82,05% Sangat Efektif
2 Soal Tes 87,7% Sangat Efektif
Persentase rata-rata 84,87% Sangat Efektif
130

Tabel di atas menjelaskan bahwa penilaian angket

dan tes soal keterampilan berpikir kritis peserta didik

tergolong sangat efektif dengan persentase 84,87%.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dapat

diketahui bahwa alat musik serunai dapat dimasukkan sebagai media

pembelajaran berbasis Etno-STEM (Science, Technology, Engineering and

Mathematic) yang relevan dengan konsep fisika pada materi gelombang

mekanik dan gelombang bunyi. Dengan pendekatan Etno-STEM

menjadikan pembelajaran fisika lebih menyenangkan dan interaktif serta

melestarikan alat musik serunai. Seiring kemajuan pendidikan dan

teknologi sehingga pendidik dan peserta didik dapat memanfaatkannya

dengan cara menggunakan modul elektronik atau e- modul dalam proses

pembelajaran. E-modul yang berkembang dalam penelitian ini

menggunakan metode pengembangan plomp dengan tahapan

pengembangan yaitu tahap penelitian pendahuluan (Preliminary research),

tahap pengembangan atau prototype (development phase), dan tahapan

penelitian (assessment phase).

Permasalahan yang ada membuat pendidik haruslah belajar

bagaimana cara menggunakan teknologi dan memanfaatkan dengan secara

baik dan dapat membuat E-Modul yang menarik sehingga membuat

peserta didik dapat kembali semangat dalam belajar. Pembelajaran yang


131

menggunakan E-Modul yang menarik tersebut juga dapat membuat peserta

didik dapat mudah dalam belajar.50

Penggunaan pendekatan Etno-STEM (Science, Technology,

Engineering and Mathematic) bertujuan agar peserta didik dapat memiliki

kemampuan berpikir kritis dan kolaborasi yang saling terkait pada satu

pokok bahasan dan dapat membantu peserta didik memecahkan

permasalahan serta menarik kesimpulan dari pembelajaran sebelumnya

dengan mengaplikasikannya melalui sains, teknologi, teknik, dan

matematika. Pendekatan Etno-STEM dapat mengambil manfaat dari

integrase serunai untuk menumbuhkan keterampilan abad 21 pada aspek

keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi peserta didik. Keterampilan

berpikir kritis dipandang suatu kegiatan yang digunakan untuk

memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), Membangun

keterampilan dasar (basic support), Menyimpulkan (inference), Membuat

penjelasan lanjut (advanced clarification), Mengatur strategi dan taktik

(strategy and tactics). Sedangkan kolaborasi upaya untuk menunjukkan

kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam kelompok, menerima

tanggung jawab dan memberi kontribusi dalam menyelesaikan tugas

kelompok, dan menunjukkan keluwesan dan kemauan untuk membantu

teman mencapai tujuan bersama.

Mengembangkan e-modul fisika yang berbasis Etno-STEM

terintegrasi kearifan lokal serunai yaitu melakukan analisis kebutuhan.


50
Daniel Hizhar dan Ramli Ramli, “Need Analysis in Development of Student Books Based on
STEM Approach,” Journal of Physics: Conference Series 1481, no. 1 (1 Maret 2020):
012058, https://doi.org/10.1088/1742-6596/1481/1/012058.
132

Tahap analisis kebutuhan yang dilakukan yaitu analisis peserta didik.

Peneliti juga melaksankanan kegiatan wawancara menunjukkan bahwa

sebagian besar peserta didik tidak senang, bosan, dan jenuh dalam belajar

fisika dan menganggap fisika sebagai mata pelajaran yang abstrak dan

sulit untuk di pahami. Hal ini menyebabkan pembelajaran kurang efektif

dan efisien, karena bahan ajar dan metode mengajar pendidik yang

digunakan masih kurang menarik dan memakai metode ceramah saja dan

peserta didik masih sulit memahami apa yang ada di dalam bahan ajar dan

media pembelajaran yang kurang tersebut. Hal ini menyebabkan peserta

didik sulit menerima informasi dari pendidik, sehingga berdampak

terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik tersebut, sulit

memahami fisika yang abstrak, membosankan, dan kurang menarik.51

Mengatasi masalah ini maka dilakukan dengan cara

mengembangkan e-modul fisika berbasis Etno-STEM berintegarsi kearifan

lokal serunai terhadap keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi peserta

didik. Materi yang peneliti gunakan adalah materi gelombang mekanik dan

gelombang bunyi. Tahap hasil pengembangan prototype merupakan

kelanjutan dari tahap pertama, bertujuan untuk menghasilkan e-modul

fisika berbasis Etno-STEM berintegarsi kearifan lokal serunai terhadap

keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi peserta didik. Tahap pertama

51
Anggi Hary Prasadi, Wiyanto Wiyanto, dan Erni Suharini, “The Implementation of Student
Worksheet Based on STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) and Local
Wisdom to Improve of Critical Thinking Ability of Fourth Grade Students,” Journal of
Primary Education 9, no. 3 (31 Mei 2020): 227–37,
https://doi.org/10.15294/jpe.v9i3.37712.
133

yang dilakukan yaitu mendesain prototype yang merupakan tahapan

perancangan terhadap media pembelajaran fisika yang di kembangkan.52

E-modul adalah salah satu bahan ajar yang efektif, efisien, dan

mengutamakan kemandirian Peserta didik serta dapat mengembangkan

kemampuan peserta didik belajar mandiri (self learning) dan juga dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi pada peserta

didik.53 E-modul dirancang untuk membantu peserta didik dalam

memahami materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Melihat perlunya pembelajaran dengan pendekatan dan bahan ajar

yang dapat menunjang keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi peserta

didik sekaligus mengembangkan etnopedagogi peserta didik maka

penggunaan e-modul berbasis Etno-STEM terintegrasi kearifan lokal

berupa alat musik serunai bisa menunjang keterampilan berpikir kritis dan

kolaborasi peserta didik. Etno-STEM yang memiliki 4 indikator berupa

Science, Technologi, Engineering dan Mathematic diintegrasikan dengan

serunai dalam pembelajaran fisika dengan materi Gelombnag mekanik dan

gelombang Bunyi dibuktikan telah mampu menunjang keterampilan

berpikir kritis dan kolaborasi peserta didik.

Produk yang telah dihasilkan peneliti adalah berupa e-modul

berbasis EtnoSTEM berbantuan Canva terintegrasi Alat Musik Serunai

52
Ali Armadi dan Sihabuddin Sihabuddin, “implementation of a local culture based scientific
approach to improve your creative thinking skills in basic teacher education students,”
Widyagogik : Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah Dasar 8, no. 2 (21 Januari
2021): 12–24, https://doi.org/10.21107/widyagogik.v8i2.8530.
53
Prima Aswirna dkk., “STEM-Based E-Module Integrated Local Wisdom of Rice Stem
Fertilizers on Students’ Critical and Creative Thinking,” Al-Ta Lim Journal 29, no. 1 (28
Februari 2022): 15–23, https://doi.org/10.15548/jt.v29i1.764.
134

terhadap keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi peserta didik. Canva

adalah salah satu aplikasi yang dapat membuat bahan ajar. Pembuatan

bahan ajar elektronik menggunakan Canva dikarenakan aplikasi ini tidak

terpaku hanya pada tulisan-tulisan saja tetapi dapat dimasukan animasi

gerak, video, dan audio yang bisa menjadikannya sebuah media

pembelajaran interaktif yang menarik sehingga pembelajaran menjadi

tidak monoton.54 Hasil publish bahan ajar yang dibuat menggunakan

aplikasi ini dapat di akses peserta didik dan pendidik menggunakan

android, laptop, dan computer sehingga tidak terbatas ruang dan waktu

untuk belajar. Bahan ajar yang dibuat menggunakan Canva cocok

digunakan oleh pendidik dalam pembuatan inovasi bahan ajar, sehingga

ada variasi bahan ajar yang didapatkan Peserta didik yang tidak hanya

terpaku pada buku teks, ppt atau bahan ajar lainnya.

Penelitian yang dilakukan Indri Saputri Devi (2022) dengan judul

“Pengembangan E-Modul Fisika Berbasis Stem Terintegrasi Kearifan

Lokal Pupuik Batang Padi Terhadap Berfikir Kritis Dan Kreatif Peserta

Didik” mempunyai tingkat efektifitas untuk berpikir kritis sebesar 82,29%

dalam kategori sangat efektif dan untuk berpikir kreatif sebesar 78,5%.

Penelitian Indri tersebut hanya terbatas pada 2 aspek indikator

keterampilan abad 21 peserta didik yaitu keterampilan berpikir kritis dan

kreatif. Penelitian yang peneliti lakukan menghasilkan produk 90,67%

54
Irkhamni, Izza, dan Salsabila, “pemanfaatan canva sebagai e-modul pembelajaran matematika
terhadap minat belajar peserta didik.”
135

sangat valid dari aspek isi/materi, 95% sangat valid dari aspek kebahasaan

dan 81,33% sangat valid dari aspek kontruksi.

Hasil penelitian dari Ezi Hidayatul Husna dimana nilai rata-rata

angket praktikalitas dari pendidik adalah 94% dengan kategori sangat

praktis, serta nilai rata-rata hasil angket praktikalitas peserta didik adalah

86,8% dengan kategori sangat praktis. Hasil rata-rata dari nilai angket

praktikalitas pendidik dan peserta didik adalah 90,4% dengan kategori

sangat praktis. Pada uji efektivitas ada dua tahap yaitu penyebaran angket

efektifitas dan uji soal efektivitas. Dimana nilai rata-rata angket efektivitas

peserta didik adalah 87,04% dengan kategori sangat efektif, serta nilai

rata-rata uji soal peserta didik adalah 82,2% dengan kategori sangat

efektif.

Pendekatan Etno-STEM yang diintegrasikan dengan serunai

menjadi pengalaman yang menyenaangkan bagi peserta didik dapat

membantu peserta didik agar tetap tertarik pada mata pelajaran fisika yang

abstrak dan membosankan serta sulit. Peneliti juga menunjukkan bahwa e-

modul Fisika berbasis etno-STEM valid dengan skor rata-rata 70% dilihat

dari perolehan persentase uji kelayakan isi/materi 81,25%, kelayakan

bahasa 96,66%, dan kelayakan kontruksi 75,71%. Praktikalitas oleh

pendidik 80% dan dan peserta didik 79,86% dengan kategori praktis.

Keefektifan dikategorikan sangat efektif dengan perolehan skor rata-rata

angket efektifitas 88,46% Untuk soal tes berpikir kritis pada K.D 3.8 dan

K.D 3.10 diperoleh skor rata-rata 87,7% dengan kategori sangat efektif.
136

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa e-modul Fisika

berbasis Etno-STEM berbantuan Alat Musik Serunai terhadap

Keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi peserta didik sangat valid,

praktis dan efektif.

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa e-

modul Fisika menggunakan canva berbasis etno-STEM berbantuan alat

musik serunai pada materi gelombang mekanik dan gelombang bunyi

terhadap keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi peserta didik dapat

digunakan sebagai mana mestinya bagi pendidik dan peserta didik.

C. Keterbatasan Peneliti

E-modul bebasis Etno-STEM berbantuan Canva terintegrasi alat

musik Serunai yang sudah dikembangkan mempunyai keterbatasan dalam

penggunaannya. Berikut beberapa keterbatasan e-modul adalah sebagai

berikut:

1. E-modul kurang efektif jika peserta didik tidak memiliki smarthphone

ataupun laptop. Karena jika tidak ada perangkat yang mendukung

maka emodul tidak bisa digunakan (harus dicetak/hardcopi)

2. Jika diakses secara online membutuhkan sinyal internet yang kuat

untuk dapat membuka aplikasi Canva sebagai aplikasi pendukung e-

modul.

3. Jika diakses secara offline beberapa fitur dalam e-modul tidak dapat

dibuka seperti video.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dilakukan tentang E-modul Berbasis Etno-STEM berbantuan Alat Musik

serunai terhadap Keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi peserta didik

pada materi Gelombang mekanik dan gelombang Bunyi, yaitu: Telah

dikembangkan E-modul Berbasis Etno-STEM berbantuan Alat Musik

Serunai terhadap Keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi peserta didik

pada materi Gelombang mekanik dan gelombang Bunyi pada kelas XI

SMAN 14 Mukomuko terhadap keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi

peserta didik.

Telah dihasilkan E-modul yang valid, praktis, dan efektif. E-modul

Berbasis Etno-STEM berbantuan Alat Musik Serunai terhadap

Keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi baik dari segi materi, media,

dan bahasa dengan nilai rata-rata

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

dikemukakan beberapa saran berikut ini:

1. E-modul berbasis Etno-STEM berbantuan alat musik Serunai

dapat dikembangkan oleh pendidik dengan materi lainnya

dalam pembelajaran Fisika agar pembelajaran semakin aktif

sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.

137
138

2. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan e-

modul berbasis Etno-STEM terintegrasi alat musik Serunai

dengan materi dan variabel lainnya dalam pembelajaran Fisika.

Karena pada penelitian kali ini sudah menggunakan materi

Gelombang mekanik dan gelombang bunyi dan menggunakan

variabel Keterampilan berpikir kritis dan kolaborasi Peserta

Didik.
139

DAFTAR PUSTAKA

Arief Juang Nugraha, Hardi Suyitno, dan Endang Susilaningsih, “Analisis

Kemampuan Berpikir Kritis Ditinjau dari Keterampilan Proses Sains dan

Motivasi Belajar melalui Model PBL,” 2017, 9.

Bambang Parmadi, “Genealogi Sosiokultur Musikalitas Sonai Gandai Mukomuko

Bengkulu,” Mudra Jurnal Seni Budaya 36, no. 1 (23 Februari 2021): 121–

27, https://doi.org/10.31091/mudra.v36i1.1317.

Dala Zulyani dan Ali Asmar, “Pengembangan E-Module Berbasis Problem Based

Learning Berbantuan Android Untuk Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi Matematis Peserta Didik SMP Kelas VIII,” t.t., 14.

Dian Bakhtiar, “Bahan ajar berbasis kearifan lokal terintekrasi STM (Sains,

Teknologi, dan Masyarakat) pada mata pelajaran Fisika" t.t., 11.,

Diantari dkk., “Pengembangan E-Modul Berbasis Mastery Learning Untuk Mata

Pelajaran KKPI Kelas XI.

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia,2010), h 24.

Haqqi, A. "Collaborative learning: model pembelajaran dalam upaya

meningkatkan literasi informasi mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan dan

informasi melalui belajar secara kolaboratif." Baitul al ‘Ulum: Jurnal Ilmu

Perpustakaan dan Informasi (2017): 1-22.

I R Anugrah, “Scientific content analysis of batik Cirebon and its potential for

high school STEM-approached project-based instruction,” Journal of

Physics: Conference Series 1806, no. 1 (1 Maret 2021): 012215,

https://doi.org/10.1088/1742-6596/1806/1/012215.
140

Imansari, N., & Sunaryatiningsih, I. (2017).Pengaruh Penggunaan E-Modul

Interaktif Terhadap Hasil Belajar Peserta didik Pada Materi Kesehatan

dan Keselamatan Kerja. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, 11-16.

Inang Irma Rezkillah dan Haryanto Haryanto, “Pengaruh Model Pembelajaran

Problem Based Learning Terintegrasi High Order Thinking Skill terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Percaya Diri, ”Jurnal Pendidikan

Sains Indonesia 8, no. 2 (12 Oktober 2020) : 257 – 68,

https://doi.org/10.24815/jpsi.v8i2.17322.

Inung Diah Kurniawati dan Sekreningsih - Nita, "Media Pembelajaran Berbasis

Multimedia Interaktif untuk meningkatkan Pemahaman Konsep

Mahasiswa "Double Click: Journal of Computer and Information

Technology 1, no. 2 (27 Februari 2018): 68,

https://doi.org/10.25273/doubleclick.v1i2.1540.

Jonathan Osborne, “Arguing to Learn in Science: The Role of Collaborative,

Critical Discourse,” Science 328, no. 5977 (23 April 2010): 463–66,

https://doi.org/10.1126/science.1183944

Jufrida, Jufrida, et al. "Pengembangan Buku IPA Berbasis Kearifal Lokal Jambi

pada Materi Tekanan serta Getaran dan Gelombang." Indonesian Journal

of Science and Mathematics Education 2.3 (2019): 287-297.

Khoirul Bashooir dan Supahar Supahar, “Validitas dan reliabilitas instrumen

asesmen kinerja literasi sains pelajaran fisika berbasis STEM,” Jurnal

Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 22, no. 2 (27 Desember 2018): 219–

30, https://doi.org/10.21831/pep.v22i2.19590.
141

Kurniasari, Intan, Rosida Rakhmawati, and Jamal Fakhri."Pengembangan e-

module bercirikan etnomatematika pada materi bangun ruang sisi

datar."Indonesian Journal of Science and Mathematics Education 1.3

(2018): 227-235.

Lieve Thibaut dkk., “Integrated STEM Education: A Systematic Review of

Instructional Practices in Secondary Education,” European Journal of

STEM Education 3, no. 1 (1 Mei 2018),

https://doi.org/10.20897/ejsteme/85525.

Linda, Roza, et al. "The Effect of Prezy and Exe-Learning Media on Chemical

Learning Results." EDUSAINS 10.1 (2018): 65-73.

Luh Putu Eka Diantari dkk., “Pengembangan E-Modul Berbasis Mastery Learning

Untuk Mata Pelajaran KKPI Kelas XI,” Jurnal Nasional Pendidikan

Teknik Informatika (JANAPATI) 7, no. 1 (12 Mei 2018): 33,

https://doi.org/10.23887/janapati.v7i1.12166

Mahmut Kertil dan Cem Gurel, “Mathematical Modeling: A Bridge to STEM

Education,” International Journal of Education in Mathematics, Science

and Technology 4, no. 1 (3 Januari 2016): 44,

https://doi.org/10.18404/ijemst.95761.

Mimin Ninawati dan Feli Cianda Adrin Burhendi, “Pengembangan E-Modul

Berbasis Software iSpring Suite 9” 7, no. 1 (2021): 8.

Naela Khusna Faela Shufa, “Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Di Sekolah

Dasar: Sebuah Kerangka Konseptual” 1, no. 1 (2018): 6.


142

Nasrullah, “ Semiotics Progress In Traditional-Game-Based Number Learning For

Primary School Students” Jurnal Cakrawala Pendidikan 3, no. 3 (3

Desember 2015), https://doi.org/10.21831/cp.v3i3.7354

Nugraha, A., Subarkah, C., & Sari.(2015). Penggunaan E-Module Pembelajaran

Pada Konsep Sifat Koligatif Larutan Untuk Mengembangkan Literasi

Kimia SIswa.Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran

Sains, 201-204.

Nur Asiah, M Ag, dan Yuli Yanti, “Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Raden Intan Lampung 1440 H/2019 M,” t.t., 63.

Nurmalita Sari, Widha Sunarno, dan Sarwanto Sarwanto, “Analisis Motivasi

Belajar Siswa dalam pembelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas,"

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 3, no. 1 (24 Juli 2018): 17,

https://doi.org/10.24832/jpnk.v3i1.591.

Nyoman Sugihartini dan Nyoman Laba Jayanta, " Pengembangan E-modul Mata

Kuliah Strategi Pembelajaran" Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

14, no. 2 (31 Juli 2017),

https://doi.org/10.23887/jptk-undiksha.v14i2.11830.

Reffiane, Fine. Sudarmin, Wiyanto, Saptono Sigit. “Penerapan Model Hybrid

Learning berpendekatan Ethno-Stem 2”, (Penerbit NEM-Anggota IKAPI).

Pekalongan, Jawa Tengah. Hal 18.

Ridho A. Negoro dkk., “Upaya Membangun Ketrampilan Berpikir Kritis

Menggunakan Peta Konsep Untuk Mereduksi Miskonsepsi Fisika,” Jurnal

Pendidikan (Teori dan Praktik) 3, no. 1 (13 Oktober 2018): 45,


143

https://doi.org/10.26740/jp.v3n1.p45-51.

Rini Muzijah, Mustika Wati, dan Saiyidah Mahtari, “Pengembangan E-modul

Menggunakan Aplikasi Exe-Learning untuk Melatih Literasi Sains,” Jurnal

Ilmiah Pendidikan Fisika 4, no. 2 (30 September 2020): 89,

https://doi.org/10.20527/jipf.v4i2.2056.

Rois Leonard Arios, “ Fungsi dan Pelestarian Alat Musik Sunai di Kabupaten

MukoMuko Propinsi Bengkulu” Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya 5,

no. 1 (13 Juli 2019): 128–49,https://doi.org/10.36424/jpsb.v5i1.40

Safirah Salsabillah, “ Analisis Penguasaan Konsep-Konsep Fisika Pokok Bahasan

Gelombang Elektromagnetik Pada Siswa Kelas XII SMA” t.t., 9

SlaĿana ŽivkoviĿ, “A Model of Critical Thinking as an Important Attribute for

Success in the 21st Century,” Procedia - Social and Behavioral Sciences

232 (Oktober 2016): 102–8, https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.10.034.

Sudarmin.dkk. “Berkrasi Mendesain Pembelajaran berbasis EthnoSains untuk

mendukung pembangunan berkelanjutan”.Pustaka rumah cinta, Jawa

Tengah. Hal 7-10.

Tiara Sya’Bani, “Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S–1)

Jurusan Tadris Fisika,” t.t., 83.

Todd R. Kelley dan J. Geoff Knowles, “A Conceptual Framework for Integrated


STEM Education,” International Journal of STEM Education 3, no. 1
(Desember 2016): 11, https://doi.org/10.1186/s40594-016-0046-z.
Yudit Ayu Respati, “Collaborative Learning Dalam Upaya Peningkatan
Keaktifan Mahasiswa Pada Proses Pembelajaran,” efisiensi - kajian ilmu
administrasi 15, no.2 (17 April 2019) : 15-23,
https://doi.org/10.21831/efisiensi.v15i2.24490.
144

Ali Armadi dan Sihabuddin Sihabuddin, “implementation of a local culture based


scientific approach to improve your creative thinking skills in basic
teacher education students,” Widyagogik : Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Sekolah Dasar 8, no. 2 (21 Januari 2021): 12–24,
https://doi.org/10.21107/widyagogik.v8i2.8530
Anggi Hary Prasadi, Wiyanto Wiyanto, dan Erni Suharini, “The Implementation
of Student Worksheet Based on STEM (Science, Technology,
Engineering, Mathematics) and Local Wisdom to Improve of Critical
Thinking Ability of Fourth Grade Students,” Journal of Primary
Education 9, no. 3 (31 Mei 2020): 227–37,
https://doi.org/10.15294/jpe.v9i3.37712.
Ariyani, F., Nurulsari, N., Maulina, H., & Sukamto, I. (2020, June). The
prospective ethnopedagogy-integrated STEM learning approach: science
teacher perceptions and experiences. In Journal of Physics: Conference
Series (Vol. 1572, No. 1, p. 012082). IOP Publishing.
Aswirna, P., Samad, D., Devi, I. S., Fahmi, R., & Jannah, R. (2022). STEM-Based
E-Module Integrated Local Wisdom of Rice Stem Fertilizers on Students'
Critical and Creative Thinking. Al-Ta lim Journal, 29(1), 15-23.
Azis, H. (2021, April). Preliminary research in the development of smartphone-
based e-module learning materials using the ethno-STEM approach in 21st
century education. In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1876,
No. 1, p. 012054). IOP Publishing.
Azis, Hasbi. "Effectiveness of E-Module Based on Integrated Project Based
Learning Model Ethno-STEM Approach on Smartphones for Student
Senior High School Grade XI." International Journal of Progressive
Sciences and Technologies (IJPSAT 30, no. 1 (2021): 273-279.
Baran, E., Bilici, S. C., Mesutoglu, C., & Ocak, C. (2016). Moving STEM beyond
schools: Students’ perceptions about an out-of-school STEM education
program. International Journal of Education in Mathematics, Science and
Technology, 4(1), 9-19.
Daniel Hizhar dan Ramli Ramli, “Need Analysis in Development of Student
Books Based on STEM Approach,” Journal of Physics: Conference Series
1481, no. 1 (1 Maret 2020): 012058, https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1481/1/012058.
Dew, R. K., Zahrotul'Izzah, A. S., & Anissa, D. D. (2022, June). Implementation
of tulungagung local wisdom and correlation of islamic values as a source
of etnoscience learning (Phenomenological Studies on Implementation of
Tulungagung Local Wisdom). In Annual International COnference on
Islamic Education for Students (Vol. 1, No. 1).
Farwati, Ratna, et al. "STEM education implementation in Indonesia: a scoping
review." International Journal of STEM Education for Sustainability 1.1
(2021): 11-32.
Hasbi Azis dan Yulkifli, “Preliminary Research in the Development of
Smartphone-Based e-Module Learning Materials Using the Ethno-STEM
Approach in 21st Century Education,” Journal of Physics: Conference
145

Series 1876, no. 1 (1 April 2021): 012054, https://doi.org/10.1088/1742-


6596/1876/1/012054.
Hidaayatullaah, H. N., Suprapto, N., Hariyono, E., Prahani, B. K., & Wulandari,
D. (2021, November). Research Trends on Ethnoscience based Learning
through Bibliometric Analysis: Contributed to Physics Learning. In
Journal of Physics: Conference Series (Vol. 2110, No. 1, p. 012026). IOP
Publishing.
I R Anugrah, “Scientific content analysis of batik Cirebon and its potential for
high school STEM-approached project-based instruction,” Journal of
Physics: Conference Series 1806, no. 1 (1 Maret 2021): 012215,
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1806/1/012215.
I R Anugrah, “Students’ perspectives on Batik Cirebon for high school chemistry
embedded STEM learning,” Journal of Physics: Conference Series 1957,
no. 1 (1 Juli 2021): 012030, https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1957/1/012030.
Jonathan Osborne, “Arguing to Learn in Science: The Role of Collaborative,
Critical Discourse,” Science 328, no. 5977 (23 April 2010): 463–66,
https://doi.org/10.1126/science.1183944.
Prima Aswirna dkk., “STEM-Based E-Module Integrated Local Wisdom of Rice
Stem Fertilizers on Students’ Critical and Creative Thinking,” Al-Ta Lim
Journal 29, no. 1 (28 Februari 2022): 15–23,
https://doi.org/10.15548/jt.v29i1.764.
Syahrial Syahrial dkk., “Development of E-Module Based on the Traditional

Puyuh Game on the Cooperation Character and the Tolerance of

Elementary School Students,” Journal of Innovation in Educational and

Cultural Research 3, no. 3 (2 Juni 2022): 478–86,

https://doi.org/10.46843/jiecr.v3i3.154.

Uus Toharudin, Iwan Setia, dan Dahlia Fisher, “Sundanese Traditional Game

‘Bebentengan’ (Castle): Development of Learning Method Based On

Sundanese Local Wisdom,” European Journal of Educational Research

10, no. 1 (15 Januari 2021): 199–209, https://doi.org/10.12973/eu-

jer.10.1.199.

Kelley, Todd R., and J. Geoff Knowles. "A conceptual framework for integrated
STEM education." International Journal of STEM education 3.1 (2016):
1-11.
146

Kendal, W. (2021). Analysis of Project Based Learning Integrated with Ethno-


STEM on Students' Critical and Creative Thinking Skills. Journal of
Educational Chemistry, 3(1), 35-44.

Kertil, Mahmut, and Cem Gurel. "Mathematical modeling: A bridge to STEM


education." International Journal of Education in mathematics, science
and Technology 4.1 (2016): 44-55.
Knowles, J., Todd Kelley, and Jeff Holland. "Increasing teacher awareness of
STEM careers." Journal of STEM Education 19.3 (2018).
Ma’rufi, M. R., Ilyas, M., Ikram, M., & Winahyu, W. (2021). an Implementation
of Ethno-STEM to Enhance Conceptual Understanding. Al-Jabar: Jurnal
Pendidikan Matematika, 12(1), 35-44.
McDonald, Christine V. "STEM Education: A review of the contribution of the
disciplines of science, technology, engineering and mathematics." Science
Education International 27.4 (2016): 530-569.
Mukaromah, L., Mustadi, A., & Nisa, A. (2022). Study of STEM Based on Local
Wisdom in Hoening Science Process Skills in the 21st Century Era. Jurnal
Penelitian Pendidikan IPA, 8(3), 1168-1174.
Parmadi, Bambang. "Genealogi Sosiokultur Musikalitas Sonai Gandai Mukomuko
Bengkulu." MUDRA Jurnal Seni Budaya 36.1 (2021): 121-127.
Patricia, N., Sumarni, W., & Mursiti, S. (2022). Analysis of Students' Critical and
Creative Thinking Skills on the Application Of A Problem-Based
Learning Model Contained with Etno-Science (Etno-PBL). International
Journal of Active Learning, 7(1), 77-85.
Pimthong, Pattamaporn, and John Williams. "Preservice teachers’ understanding
of STEM education." Kasetsart Journal of Social Sciences (2018).
Purba, Shelly Maria, M. Mardhiansyah, and Rudianda Sulaeman. Kriteria
Pemilihan Jenis Kayu sebagai Bahan Baku Alat Musik Sarunei
Berdasarkan Persepsi Masyarakat di Kecamatan Raya Kabupaten
Simalungun Sumatera Utara. Diss. Riau University.
Reffiane, F., & Saptono, S. (2020, June). Students’ behaviour towards etno-
STEM: instruments for students of etno-STEM based science education. In
Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1567, No. 4, p. 042021). IOP
Publishing.
Ridho A. Negoro dkk., “Upaya Membangun Ketrampilan Berpikir Kritis
Menggunakan Peta Konsep Untuk Mereduksi Miskonsepsi Fisika,” Jurnal
Pendidikan (Teori dan Praktik) 3, no. 1 (13 Oktober 2018): 45,
https://doi.org/10.26740/jp.v3n1.p45-51.
Rizki, I. A., Suprapto, N., & Admoko, S. (2022). Exploration of physics concepts
with traditional engklek (hopscotch) game: Is it potential in physics ethno-
STEM learning?. Jurnal ilmiah pendidikan fisika Al-Biruni, 11(1), 19-33.
Rohmantika, N., & Kurniawan, E. S. (2021). Using of Ethno-STEM Based
Teaching Materials to Increase the Creativity of Students in Learning
Physics. Jurnal Geliga Sains: Jurnal Pendidikan Fisika, 9(2), 129-138.
Safirah Salsabillah, “analisis penguasaan konsep – konsep fisika pokok bahasan
gelombang elektromagnetik pada siswa kelas xii sma,” t.t., 9.
147

Sartika, S. B., Efendi, N., & Wulandari, F. E. (2022). Relationship of Students’


Activities, Responses, and Cognitive Learning Outcomes on Natural
Science Learning-Based Ethno-STEM in Secondary School. Prisma Sains:
Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP
Mataram, 10(1), 84-92.
SlaĿana ŽivkoviĿ, “A Model of Critical Thinking as an Important Attribute for
Success in the 21st Century,” Procedia - Social and Behavioral Sciences
232 (Oktober 2016): 102–8, https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.10.034.
Subekti, H., Susilo, H., Ibrohim, I., & Suwono, H. (2017, August). Patrap Triloka
ethno-pedagogy with research-based learning settings to develop
capability of pre-service science teachers: Literature review. In 1st Annual
International Conference on Mathematics, Science, and Education
(ICoMSE 2017) (pp. 43-46). Atlantis Press.
Sumarni, W., & Kadarwati, S. (2020). Ethno-stem project-based learning: Its
impact to critical and creative thinking skills. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, 9(1), 11-21.
Sumarni, W., Mursiti, S., & Sumarti, S. S. (2020, June). Students’ innovative and
creative thinking skill profile in designing chemical batik after
experiencing ethnoscience integrated science technology engineering
mathematic integrated ethnoscience (ethno-stem) learnings. In Journal of
Physics: Conference Series (Vol. 1567, No. 2, p. 022037). IOP Publishing.
Syahrial, Syahrial, et al. "Development of E-Module Based on the Traditional
Puyuh Game on the Cooperation Character and the Tolerance of
Elementary School Students." Journal of Innovation in Educational and
Cultural Research 3.3 (2022): 478-486.
Thibaut, Lieve, et al. "Integrated STEM education: A systematic review of
instructional practices in secondary education." European Journal of
STEM Education 3.1 (2018): 2.
Toharudin, U., Kurniawan, I. S., & Fisher, D. (2021). Sundanese Traditional
Game'Bebentengan'(Castle): Development of Learning Method Based on
Sundanese Local Wisdom. European Journal of Educational Research,
10(1), 199-210.
Tresnawati, N., Saleh, I., & Wardani, S. (2021, March). Science Batik
Ciwaringin: The Implementation of Ethno-STEM PjBL Model in learning
Biotechnology at PGSD Students. In Journal of Physics: Conference
Series (Vol. 1842, No. 1, p. 012063). IOP Publishing.
Uge, Sarnely, Amos Neolaka, and Mahmuddin Yasin. "Development of Social
Studies Learning Model Based on Local Wisdom in Improving Students'
Knowledge and Social Attitude." International Journal of Instruction 12.3
(2019): 375-388.
Yulkifli, Y., Yohandri, Y., & Azis, H. (2022). Development of physics e-module
based on integrated project-based learning model with Ethno-STEM
approach on smartphones for senior high school students. Momentum:
Physics Education Journal, 93-103.
148

Zakiyah, N. A., & Sudarmin, S. (2022). Development of E-Module STEM


integrated Ethnoscience to Increase 21st Century Skills. International
Journal of Active Learning, 7(1), 49-58.
Zakiyah, Nikmatul Azmi, and Sudarmin Sudarmin. "Development of E-Module

STEM integrated Ethnoscience to Increase 21st Century Skills."

International Journal of Active Learning 7.1 (2022): 49-58.

Anda mungkin juga menyukai