Anda di halaman 1dari 69

USULAN PENELITIAN

STUDI ENDEMISITAS DAN EPIDEMOLOGI DESKRIPTIF


PADA MALARIA DI PUSKESMAS KALIBOBO
KABUPATEN NABIRE
TAHUN 2023

Oleh

MAGDALENA KADEPA
501210127

PEMINATAN EPIDEMOLOGI

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS GORONTALO

TAHUN 2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini telah disetujui untuk diajukan dan dinilai pada
Seminar Usulan Penelitian Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Gorontalo dalam rangka penyempurnaan tulisan

Limboto, Mei 2023

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
USULAN PENELITIAN

Hasil penelitian ini telah dinilai dan dipertahankan dihadapan Tim

Penguji Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gorontalo

Pada tanggal 22 Mei 2023

Ketua :........................................... (..................................)

Sekretaris :........................................... (..................................)

Anggota :........................................... (..................................)

Mengetahui
Ketua Program Studi Fakultas Kesehatan Masyarakat

DAFTAR ISTILAH

iii
Daftar Istilah Keterangan

Parasite Organisme yang hidupnya selalu merugikan oragnisme

lain yang ditempatinya

Mortalitas Proporsi kematian yang terdaftar

Endemisitas Pengamatan epidemologi

Epidemologi Gambaran masalah kesehatan masyarakat

DAFTAR SINGKATAN

iv
Daftar Istilah Keterangan

SDG Suistanable development goal

AMI Annual malaria incidence

API Annual paracite incidence

LCI Low case incidence

BLH Badan lingkungan hidup

WHO World health organization

DINKES Dinas kesehatan

KEMEKES Kementrian kesehatan

KATA PENGANTAR

v
Pujisyukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
segala nikmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyusun usulan penelitian
ini dengan baik. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah memberikan dukungan, baik ide maupun materi.
Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan rasa terimakasih yang
terhingga kepada Ibu Yanti Hz. Hano, SKM.,M.Kes sebagai pembimbing I dan
ibu Lisa Djafar, SKM.,M.Kes selaku pembimbing II atas waktu, tenaga, dan
fikiran yang telah diberikannya dalam membimbing dan mengarahkan saya dalam
menyelesaikanUsulan penelitian ini.
Pada usulan penelitian ini tentu tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak dalam bentuk apapun. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Dr.Sofyan Abdullah,SP.,MP selaku Rektor Universitas Gorontalo.
2. Bapak Dr. Roli Paramata,S.E.,MM selaku Ketua Yayasan DLP Gorontalo.
3. Ibu Dr.Rahmawati, SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Gorontalo.
4. Ibu Yeni Paramata, SKM.,M.Kes selaku Wakil Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Gorontalo.
5. Ibu Wahyuni Hafid,SKM.,M.Epid selaku kepala prodi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Gorontalo.
6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Gorontalo yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang telah
memberikan banyak pelajaran, ilmu, serta dukungan selama dibangku
perkuliahan.
7. Terkhusus Kepada orang tua saya, Papa Muliyadi Umahani Mama Nilda
Paputungan yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang
sepanjang masa dan banyak membimbing saya dengan kasih sayang dan
cinta, memberikan dukungan dan dorongan semangat, serta selalu
memberikan do’a kepada saya tanpa henti, sehingga penulis dapat
menyelesaikan usulan penelitian ini.

vi
8. Serta untuk saudara- saudara kandung saya, warda Umahani, adek saya
Rahmawati Umahani yang bahkan sampai saat ini terus memberikan
semangat dan dukungan.
9. Sahabat ku tercinta dan tersayang triyadi Binolombangan, yang sudah
membantu dan terus memberikan dukungan dan semangat untuk saya.
10. Kepada teman-teman seperjuangan saya FKM UG, Nur Ellza Pakaya,
Tasya Korompot, Melisawati Saini, Fijria Lamatenggo. yang telah
memberikan semangat sehingga usulan penelitian ini dapat diselesaikan.
11. Kepada seluruh staf Puskesmas Limboto yang telah ikut mendukung
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada usulan
penelitian ini, oleh sebab itu penulis berharap saran dan kritikan dari
pembaca, agar nantinya usulan peneltian ini dapat berkembang lebih baik
lagi dan semoga penulis dapat menambah ilmu dan wawancara serta
bermanfaat bagi kita semua.

Limboto, Mei 2023

Penulis

MAGDALENA KADEPA

ABSTRAK

vii
STUDI ENDEMISITAS DAN EPIDEMOLOGI DESKRIPTIF
PADA MALARIA DI PUSKESMAS KALIBOBO
KABUPATEN NABIRE
TAHUN 2023

Magdalena Kadepa
501210127

Latar Belakang : Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh


parasit protozoa genus plasmodium yang menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Distrik Nabire merupakan penyumbang kasus terbesar di Kabupaten Nabire
dengan jumlah 1.086 kasus. Pada tahun 2021 terjadi kenaikan kasus malaria yaitu
mencapai 2.248 kasus positif malaria yang dimana kasus terbanyak berada di
Distrik Nabire dengan jumlah kasus 2.456 kasus positif. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui endemisitas dan epidemiologi deskriptif pada malaria di
Puskesmas Kalibobo Tahun 2022.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah semua laporan tahunan
dalam triwulan bulanan penemuan dan pengobatan kasus malaria di Puskesmas
Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun 2023 dengan sampel laporan penemuan dan
pengobatan kasus malaria di Kabupaten Nabire tahun 2018-2022.
Hasil : Hasil penelitian menunjukan bahwa kasus malaria klinis tahun 2023 lebih
banyak terjadi pada kelompok umur 15-54 tahun pada laki-laki dibandingkan
perempuan, daerah kelurahan Kalibobo merupakan daerah endemis dan kasus
malaria lebih dominan disebabkan oleh P. falciparum dibandingkan dengan P.
vivax.
Saran : Perlunya perhatian yang lebih besar lagi terhadap kejadian malaria pada
bayi dan balita serta ibu hamil karena kelompok ini merupakan kelompok yang
sangat rentan akan terjadinya malaria berat dan kematian.

Kata Kunci : Malaria, Studi Endemisitas, Epidemologi Deskriptif

DAFTAR ISI

viii
HALAMAN SAMPUL DEPAN
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
DAFTAR ISTILAH iv
DAFTAR SINGKATAN v
KATA PENGANTAR vi
ABSTRAK viii
ABSTRACK ix
DAFTAR ISI viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 8
BAB II KAJIAN TEORITIS 5
A. Kajian Pustaka 5
B. Tabel Sintesa / Keaslian Penelitian 10
C. Kerangka Konsep 21
D. Hipotesis Penelitian 25
BAB III METODE PENELITIAN 26
A. Jenis Penelitian 26
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 27
C. Populasi dan Sampel 27
D. Variabel Penelitian 28
E. Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian 30
F. Pengolahan Dan Penyajian Data 31
G. Teknik Analisis Data 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 34

ix
A. Hasil Penelitian 34
B. Pembahasan 35
BAB V PENUTUP 51
A. Kesimpulan 51
B. Saran 52
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN 40

x
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit

protozoa genus plasmodium yang menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Sustainable development goal (SDG) tahun 2015 menetapkan malaria

menjadi salah satu penyakit yang menjadi target eliminasi epidemi pada

tahun 2030, selain AIDS dan tuberkulosis, serta neglected tropical disease.

Target yang ditetapkan antara lain pada tahun 2030 mortalitas dan insidensi

kasus malaria dapat turun hingga 90,0% dibandingkan tahun 2015 serta

mengeliminasi malaria pada minimal 35 negara. World Health Organization

(WHO) telah menetapkan global technical strategy for malaria 2016-2030

yaitu strategi pencegahan dan pengobatan untuk mencapai target, dan

menetapkan data insidensi malaria per tahun (annual malaria incidence/

AMI) sebagai salah satu indikator yang dapat digunakan untuk evaluasi

(Debora, dkk, 2018).

Menurut World Health Organization pada tahun 2020 diperkirakan

terdapat 241 juta kasus malaria dan 627.000 kematian akibat malaria di

seluruh dunia (WHO, 2020).Di Indonesia, annual paracite incidence (API)

malaria pada tahun 2019 meningkat dibandingkan tahun 2018, yaitu dari

yang awalnya sebesar 0.84 menjadi 0.93 per 1.000 penduduk. Terdapat 39

kabupaten/ kota dengan penularan tinggi terutama yang berada di kawasan

1
timur Indonesia, yaitu NTT dan Papua (Lewinsca, Raharjo & Nurjazuli,

2021).

Sebanyak 7.079 kasus yang terjadi di Provinsi Papua Barat. Kasus

tertinggi terdapat di Provinsi Papua dengan jumlah kasus sebesar 216.380

kasus atau sekitar 86% kasus. Kabupaten Nabire memiliki angkat kesakitan

malaria yang terbilang masih cukup tinggi, angka APl (Annual Parasite

lncidence) di Kabupaten Nabire 17 per 1000 penduduk. Pada tahun 2018

tercatat sebanyak 228 juta kasus, tahun 2019 sebanyak 216,380 kasus,

hingga tahun 2021 sebanyak 9,99 kasus, Malaria di seluruh Indonesia masih

terbilang cukup tinggi, dimana jumlah kasuspenderita malaria banyak terjadi

di Indonesia Timur, sebanyak 7.079kasus yang terjadi di Provinsi Papua

Barat, diikuti oleh Provinsi Nusa Tenggara Timurdengan kasus sebanyak

12.909 kasus penderita malaria, dan diurutan pertama dengankasus tertinggi

di Indonesia terdapat di Provinsi Papua dengan jumlah kasus

sebesar216.380 kasus atau sekitar 86% kasus terdapat di Provinsi Papua

(Dinkes Provinsi Papua, 2021).

Berdasarkan data Dinas kesehatan Kabupaten Nabire menunjukan

bahwa Kabupaten Nabire menjadi salah satu penyumbang angka kesakitan

malaria di Provinsi Papua, jumlah kasus penderita malaria di Kabupaten

Nabire di tahun 2020 yaitu 2.359 kasus malaria. Distrik Nabire merupakan

penyumbang kasus terbesar di Kabupaten Nabire dengan jumlah 1.086

kasus. Pada tahun 2021 terjadi kenaikan kasus malaria yaitu mencapai 2.248

kasus positif malaria yang dimana kasus terbanyak berada di Distrik Nabire

2
dengan jumlah kasus 2.456 kasus positif (Dinkes Kabupaten Nabire Tahun

2022).

Berdasarkan data rekapan kasus malaria tahun 2019 oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Nabire, jumlah kasus positif malaria terbanyak ketiga

ditemukan di lingkungan wilayah kerja Puskesmas Kalibobo dengan 258

kasus. Angka API nasional adalah 1/1000 yang artinya per 1000 orang

hanya satu yang positif terinfeksi malaria, tetapi angka API untuk

Puskesmas Kalibobo ini mencapai 27 yang artinya per 1000 orang terdapat

27 orang p ositif terinfeksi malaria. Hal ini menunjukkan bahwa angka API

untuk Puskesmas Kalibobo masih cukup jauh melebihi angka API yang

seharusnya dan perlu segera dievaluasi.Hingga pada Tahun 2020 tercatat

penderita malaria sebanyak 303 orang. Jumlah ini terus mengalami

peningkatan hingga tahun 2021 tercatat terdapat 789 orang menderita

malaria (Puskesmas Kalibobo,2022).

Pada dasarnya penyakit malaria dapat menyerang siapa saja dan

berbagai kelompok umur. Hal yang membedakan adalah reaksi sistem

kekebalan tubuh masing-masing individu terhadap penyakit malaria

(Purnama, 2017). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nababan &

Umniyati, (2018) menunjukkan sebagian besar penderita malaria merupakan

kelompok umur > 15 tahun, berjenis kelamin laki-laki dengan pekerjaan

sebagai petani. Kasus malaria impor lebih banyak terjadi karena banyak

penduduk yang bekerja di luar kota sehingga saat kembali ke kampung

halaman mereka membawa agen penyakit tersebut.

3
Hasil studi ini menunjukkan kasus malaria lebih banyak bertempat tinggal

dekat dengan daerah sungai dan perkebunan.

Pemanfaatan analisis spasial dalam epidemiologi digunakan untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi pola-pola penyebaran penyakit malaria,

sebagai alat bantu dalam mengetahui tren penyakit melalui pola persebaran

penyakit.Gambaran endemisitas malaria ini dengan memanfaatkan

informasi spasial. Gambaran endemisitas dan upaya pengendalian yang

diperlukan sebagai dasar perencanaan tindakan pengendalian malaria Hasil

studi di Perbukitan Menoreh yang merupakan daerah endemis malaria

menunjukkan endemisitas malaria semakin baik, semakin sedikit

diketemukan desa kategori high case insidence(Rejeki, Murhandarwati &

Kusnanto, 2018). Begitu pula di Kabupaten Banyumas, hanya diketemukan

kecamatan kategori low case insidence(LCI) saja (Dhaniasri, Rejeki, &

Raharjo, 2020).

Studi Epidemiologi deskriptif adalah studi yang dirancang untuk

menggambarkan distribusi satu atau lebih variabel, tanpa memperhatikan

kausal dan tidak ada uji hipotesis. Studi deskriptif sangat bermanfaat dalam

banyak hal, di antaranya dapat digunakan untuk mengetahui besarnya beban

penyakit (disease burden) pada populasi tertentu, menentukan diagnosis

masalah kesehatan pada populasi, dan menetapkan prioritas masalah

kesehatan. Studi epidemiologi deskriptif digunakan sebagai bahan

pertimbangan pembuatan usulan kebijakan dalam pengendalian prevalensi

penyakit (Aggarwal & Ranganathan, 2019)

4
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Studi Endemisitas Dan Epidemiologi Deskriptif Pada

Malaria di Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun 2023”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah

endemisitas dan epidemiologi deskriptif pada malaria di Puskesmas

Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun 2023?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui endemisitas

dan epidemiologi deskriptif pada malaria di Puskesmas Kalibobo

Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran penderita malaria Berdasarkan

Umur di Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun 2023.

b. Untuk mengetahui gambaran penderita malaria berdasarkan

Jenis Kelamin di Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun

2023.

c. Untuk mengetahui gambaran penderita malaria berdasarkan

jenis plasmodium yang menginfeksi di Puskesmas Kalibobo

Kabupaten Nabire Tahun 2023.

5
d. Untuk mengetahui gambaran penderita malaria Berdasarkan

Tempat di Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun 2023.

e. Untuk mengetahui gambaran penderita malaria berdasarkan

waktu kejadian di Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire

Tahun 2023.

f. Untuk mengetahui tingkat endemisitas malaria di Puskesmas

Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun 2023.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Secara teori hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

bagi perkembangan ilmu pengetahuan, juga sebagai bahan kajian bagi

penelitian selanjutnya dan dokumentasi ilmiah sehingga hasilnya akan

lebih luas dan mendalam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait guna lebih

memberikan dorongan dalam pencegahan malaria.

b. Bagi Peneliti

Sebagai aplikasi ilmu yang diperoleh serta merupakan

pengalaman berharga bagi peneliti dalam memperluas wawasan

dan pengetahuan.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA KERANGKA KONSEP

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Malaria

a. Definisi Malaria

Malaria adalah suatu penyakit infeksi yang dapat akut maupun

kronis yang disebabkan oleh genus plasmodium bentuk aseksual yang

masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles.

Malaria disebabkan oleh parasit yang sebagian siklus hidupnya berada di

dalam tubuh manusia dan sebagian di dalam tubuh nyamuk. Parasit

tersebut berkembangbiak dalam hati manusia dan kemudian menginfeksi

sel darah merah. Malaria terjadi bila eritrosit diinvasi oleh salah satu dari

empat spesies parasit protozoa. Spesies yang paling banyak dijumpai

adalah plasmodium falciparum, plasmodium vivax, dan plasmodium

malariae, plasmodium ovale di jumpai di Indonesia bagian timur (WHO,

2018)

b. Etiologi Malaria

Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium. Parasit

plasmodium berasal dari genus plasmodia, famili plasmodiidae, orde

coccidiidae dan sub orde haemosporiidae.

Saat ini telah teridentifikasi 100 spesies dari plasmodia yang

terdapat pada burung, monyet, binatang melata, dan manusia.

7
Pada manusia hanya 4 (empat) spesies yang dapat berkembang

yaitu: P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale (CDC, 2018).

c. Gejala Klinis Malaria

Gejala malaria terdiri dari demam dengan rentang waktu tertentu

(parokisme) dan diselingi oleh suatu periode dimana penderita tidak

menimbulkan demam (periode laten). Gejala yang khas pada penderita

malaria timbul pada kelompok penderita non imun. Sebelum timbulnya

fase demam, biasanya penderita merasa lemah, mengeluh sakit kepala,

kehilangan nafsu makan, merasa mual, di ulu hati, atau muntah. Semua

gejala awal ini disebut gejala prodormal.

Selain gejala umum yang disebutkan diatas, manifestasi klinis juga

menjadi khas pada jenis malaria tertentu. Gejala dari malaria falciparum

memberikan gambaran klinis yang sangat bervariasi seperti demam,

menggigil, berkeringat, batuk, diare, gangguan pernafasan, sakit kepala

dan dapat berlanjut menjadi ikterik, gangguan koagulasi, syok, gagal

ginjal dan hati, ensefalopati akut, edema paru dan otak, koma, dan

berakhir dengan kematian. Pada orang yang mengalami koma dan

gangguan serebral dapat menunjukkan gejala disorientasi dan delirium.

Selain malaria falciparum, gejala klinis parasit yang lain lebih

ringan dibanding falciparum. Gejala klinis yang ditimbulkan yaitu mulai

timbulnya rasa lemah, kenaikan suhu badan secara perlahan dalam

beberapa hari serta diikuti dengan menggigil dan kenaikan suhu badan

8
yang cepat. Gejala lain yang timbul pada fase ini adalah sakit kepala,

mual dan diakhiri dengan keluar keringat yang banyak.

Orang yang pertama kali terserang malaria dan tidak diobati

berlangsung selama satu minggu sampai satu bulan/lebih. Kekambuhan

akan terjadi ditandai dengan tidak adanya parasitemia dapat berulang

sampai jangka waktu 5 tahun. Infeksi malaria kuartana dapat bertahan

seumur hidup dengan atau tanpa adanya episode serangan demam. Orang

yang mempunyai kekebalan parsial atau yang telah memakai obat

profilaksis tidak menunjukkan gejala khas malaria dan mempunyai masa

inkubasi yang lebih panjang (Kemenkes, 2017).

d. Epidemologi Malaria

Menurut (Timmrect, 2020), infeksi adalah proses masuknya

mikroorganisme, beradaptasi dan menjadi patogen didalam tubuh

manusia.

Infeksi dapat ditimbulkan oleh adanya virus, bakteri, parasit, dan jamur

yang masuk ke dalam tubuh. Infeksi ini terjadi akibat dari adanya proses

seperti rantai yang saling terkait. Proses yang saling terkait ini terdiri dari

berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Faktor tersebut adalah agent,

reservoir, portal exit, mode of transmission, portal of entry dan

host/pejamu yang rentan. Faktor ini dapat terjadi pada penyakit menular

dan salah satunya malaria. Berikut dijelaskan secara detail tentang rantai

infeksi pada malaria :

9
1) Agent Malaria

Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium,

genus plasmodia, famili plasmodiidae, orde coccidiidae dan

suborde haemosporiidae. Pada manusia hanya 5 spesies yang dapat

berkembang yaitu: P. falciparum, P. vivax, P. malariae, P. ovale

dan P. knowlesi. Agen penyakit ini dapat berkembang di tubuh

manusia dan nyamuk Anopheles untuk menjadi infektif (CDC,

2018)

2) Reservoir Malaria

Keberadaan nyamuk malaria sangat tergantung pada kondisi

lingkungan, keadaan wilayah seperti perkebunan, keberadaan

pantai, curah hujan, kecepatan angin, suhu, sinar matahari,

ketinggian tempat dan bentuk perairan yang ada. Pada dasarnya

nyamuk malaria tempat perkembangbiakannya di genangan-

genangan air yang terkena sinar matahari langsung seperti

genangan air di sepanjang sungai, pada kobakan-kobakan air di

tanah, di mata air dan alirannya dan pada air di lubang batu-batu.

Tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles juga terdapat pada

habitat yang digenangi air bersih/tidak tercemar. Banyak spesies

lebih memilih habitat dengan vegetasi pohon (Sutanto, 2018)

3) Portal of Exit

Nyamuk Anopheles betina mengisap darah manusia yang

mengandung parasit pada stadium seksual (gametosit).

10
Darah yang dihisap oleh Anopheles berupa gamet jantan dan betina

yang selanjutnya bersatu membentuk ookinet di perut nyamuk yang

kemudian menembus di dinding perut nyamuk. Lalu ookinet yang

berada di dinding perut nyamuk akan membentuk kista pada

lapisan luar dimana akan menghasilkan ribuan sporozoit. Proses

pembentukan kista ini membutuhkan waktu 8-35 hari dan sangat

tergantung dari jenis parasit dan kondisi lingkungan.

Sporozoitsporozoit tersebut berpindah ke seluruh tubuh nyamuk

dan beberapa mencapai kelenjar ludah nyamuk.

Sporozoit yang telah matang didalam kelenjar ludah nyamuk akan

siap untuk menularkan penyakit (Sutanto, 2018).

Mode of Transmission Malaria

a) Penularan Secara Alamiah

Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan

nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh

plasmodium. Sebagian besar nyamuk menggigit pada waktu

senja dan menjelang malam hari. Beberapa vektor

mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan

menjelang fajar (CDC, 2018).

b) Penularan Bawaan

Penularan malaria dapat terjadi dengan malaria bawaan

(congenital) yaitu terjadi penularan antara ibu yang menderita

malaria ke bayi yang baru lahir melalui tali pusat/plasenta.

11
Selain itu penularan terjadi melalui transfusi darah lewat

jarum suntik. Penularan malaria lewat jarum suntik banyak

terjadi pada para pengguna morfinis yang menggunakan

jarum suntik yang tidak steril.

Selain itu penularan lewat oral terjadi pada burung, ayam (P.

gallinasium), burung dara (P. relectum) dan monyet (P.

knowlesi) (Arsin,2019).

4) Portal of Entry

Parasit infektif masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan

nyamuk betina Anopheles dalam bentuk sporosit. Sporosoit yang

masuk kedalam tubuh manusia akan memasuki sel-sel hati dan

membentuk stadium skison eksoeritrositer. Selanjutnya sel hati

yang terinfeksi akan pecah dan parasit aseksual memasuki aliran

darah dan berkembang membentuk siklus eritrositer. Pada tahap ini

gejala klinis akan muncul akibat dari pecahnya sebagian

skisonskison eritrositik. Didalam eritrosit yang terinfeksi, beberapa

merosoit berkembang menjadi bentuk seksual yaitu gamet jantan

(mikrogamet) dan gamet betina (makrogamet).

Gametosit biasanya muncul dalam aliran darah dalam waktu 3 hari

setelah parasitemia pada P. vivax dan P. ovale, dan setelah 10-14

hari pada P. falciparum. Beberapa bentuk eksoeritrositik pada P.

vivax dan P. ovale mengalami bentuk tidak aktif (hipnosoit) yang

tinggal dalam sel-sel hati dan menjadi matang dalam waktu

12
beberapa bulan atau beberapa tahun yang menimbulkan relaps.

Fenomena ini tidak terjadi pada malaria falciparum dan malaria

malariae, dan gejala-gejala penyakit ini dapat muncul kembali

sebagai akibat dari pengobatan yang tidak

adekuat atau adanya infeksi dari strain yang resisten. Pada P.

malariae sebagian kecil parasit eritrositik dapat menetap bertahan

selama beberapa tahun untuk kemudian berkembang biak kembali

sampai ke tingkat yang dapat menimbulkan gejala klinis (Sutanto,

2018).

5) Host / pejamu yang rentan

Semua masyarakat merupakan kelompok rentan terhadap

malaria karena penyakit ini tidak mengenal kelompok usia tertentu.

Hanya saja akan terjadi kegawatdaruratan jika malaria menyerang

kelompok ibu hamil, bayi, pengungsi dan wisatawan sehingga akan

menimbulkan komplikasi seperti malaria selebral, anemia berat,

gagal ginjal akut dan sampai menimbulkan kematian (Kemenkes

2017).

2. Komponen Epidemologi Malaria

Komponen epidemologi malaria adalah sebagai berikut:

1. Faktor Penyebab (Agent)

a) Plasmodium sp

Agent atau penyebab penyakit malaria adalah semua unsur atau

elemen hidup ataupun tidak hidup dalam kehadirannya bila diikuti

13
dengan kontak yang efektif dengan manusia yang rentan akan

memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Agent penyebab malaria

adalah protozoa dari genus plasmodium. Penyebab penyakit ini adalah

parasit genus plasmodia, famili plasmodiidae, orde coccidiidae dan sub-

orde haemosporiidae. Sampai saat ini dikenal hampir 100 spesies dari

plasmodia yang terdapat pada burung, monyet, binatang melata, dan pada

manusia hanya 4 (empat) spesies yang dapat berkembang yaitu: P.

falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale (CDC, 2018).

Sifat parasit berbeda-beda untuk setiap spesies malaria dan hal ini

mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan penularan. P. falciparum

mempunyai masa infeksi yang paling pendek, namun menghasilkan

parasitemia paling tinggi, gejala yang paling berat dan masa inkubasi

paling pendek. Gametosit P. falciparum baru berkembang setelah 8 – 15

hari sesudah masuknya parasit ke dalam darah. Gametosit P. falciparum

menunjukkan periodisitas dan infektivitas yang berkaitan dengan

kegiatan vektor menggigit. P. vivax dan P. ovale pada umumnya

menghasilkan parasitemia yang rendah, gejala yang lebih ringan dan

mempunyai masa inkubasi yang lebih lama. Sporozoit P. vivax dan P.

ovale dalam hati berkembang menjadi Skizon jaringan primer dan

Hipnozoit. Hipnozoit ini yang menjadi sumber untuk terjadinya relaps

(Arsin, 2019).

14
2. Faktor Kelompok dan Karakterstiknya

a) Manusia (host intermediate)

Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap

orang dapat terkena penyakit malaria. Perbedaan prevalensi

menurut umur dan jenis kelamin, ras dan riwayat malaria

sebelumnya sebenarnya berkaitan dengan perbedaan tingkat

kekebalan karena variasi keterpaparan terhadap gigitan nyamuk.

Bayi di daerah endemik malaria mendapat perlindungan antibodi

maternal yang diperoleh secara transplasental (Gunawan, 2020).

Penyakit malaria dapat menginfeksi setiap manusia, ada

beberapa faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi manusia

sebagai penjamu penyakit malaria antara lain (Arsin, 2019):

1) Umur.

Penyakit malaria tidak mengenal tingkatan umur akan

tetapi akan sangat rentan pada kelompok anak-anak. Perbedaan

kejadian malaria menurut umur dan jenis kelamin berhubungan

dengan kekebalan yang ada pada kelompok tertentu.

Hal ini dikarenakan terdapat variasi keterpaparan kepada

gigitan nyamuk. Orang dewasa yang melakukan aktivitas di

luar rumah dan malam hari akan sangat memungkinkan untuk

kontak dengan nyamuk.

15
2) Jenis kelamin. Infeksi malaria tidak membedakan jenis

kelamin hanya saja manifestasi klinis malaria akan menjadi

berat jika menyerang ibu hamil.

3) Ras. Ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai

kekebalan alamiah terhadap malaria. Hal ini dikarenakan

kelompok penduduk yang mempunyai Haemoglobin S (Hb S)

yang dapat lebih tahan terhadap infeksi Plasmodium

falciparum. Hb S terdapat pada penderita sickle cell anemia.

Penyakit ini adalah suatu kelainan dimana sel darah merah

penderita berubah bentuknya mirib sabit apabila terjadi

penurunan tekanan oksigen udara.

4) Riwayat malaria sebelumnya yaitu orang yang pernah

terinfeksi malaria sebelumnya. Orang yang telah menderita

malaria sebelumnya akan membentuk imunitas terhadap

malaria sehingga dapat lebih tahan terhadap infeksi malaria.

b) Nyamuk

Nyamuk Anopheles di Indonesia berjumlah lebih 80 spesies

dan 24 spesies Anopheles dapat menularkan malaria sehingga tidak

semua spesies Anopheles dapat menularkan malaria. Anopheles

hidup beradaptasi dengan kondisi ekologi setempat seperti hidup di

air payau pada tingkat salinitas tertentu (An. sundaicus, An.

subpictus), sawah (An. aconitus), air bersih di pegunungan (An.

maculatus), dan genangan air yang dapat sinar matahari (An.

16
punctulatus, An. farauti). Selain itu, nyamuk Anopheles yang

menghisap darah hanya nyamuk Anopheles betina. Darah yang

dihisap dibutuhkan untuk pertumbuhan telurnya (Depkes RI, 2019).

c) Lingkungan

Lingkungan yang mempengaruhi kasus malaria adalah sebagai

berikut (Kuswanto, 2018) :

1) Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang

semakin bertambah, hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu

rata-rata. Pada ketinggian di atas 200 m jarang ada transmisi

malaria.

2) Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk,

meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Sistem pernafasan

pada nyamuk menggunakan pipa udara yang disebut trachea

dengan lubang-lubang pada dinding tubuh nyamuk yang

disebut spiracle. Adanya spiracle yang terbuka tanpa ada

mekanisme pengaturnya, pada waktu kelembaban rendah akan

menyebabkan penguapan air dari dalam tubuh nyamuk yang

dapat mengakibatkan keringnya cairan pada tubuh nyamuk.

3) Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk.

Suhu yang optimum berkisar antara 20 - 30° C. Makin tinggi

suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi

ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu

makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.

17
4) Curah Hujan akan mempengaruhi naiknya kelembaban dan

menambah jumlah tempat perkembangbiakan (breeding

places). Curah hujan yang lebat menyebabkan bersihnya

tempat perkembangbiakan vektor oleh karena jentiknya hanyut

dan mati.

5) Arus air juga mempengaruhi nyamuk Anopheles. An.

Barbirostris lebih menyukai perindukan yang airnya

statis/mengalir lambat, sedangkan An. Minimus lebih

menyukai aliran yang deras dan An. Letifer lebih menyukai air

yang tergenang.

3. Studi Endemisitas

Menurut Kemenkes (2006), situasi malaria disuatu daerah dapat

ditentukan melalui kegiatan surveilans (pengamatan) epidemiologi.

Surveilans epidemiologi dalam pengamatan yang terus menerus atas

distribusi dan kecenderungan suatu penyakit melalui pengumpulan data

yang sistematis agar dapat ditentukan penanggulangan yang secepat-

cepatnya. Parameter yang digunakan pada pengamatan rutin malaria

adalah Annual Parasite Incidence (API). Indikator insidens merupakan

peninggalan masa eradikasi/pembasmian dengan pencarian baik secara

aktif (ACD) maupun pasif (PSD) diperhitungkan dapat menjangkau

seluruh penduduk, sehingga penderita baru dapat dietahui melalui sediaan

darah.

18
Karena kasus malaria yang ditemukan baik melalui pencarian aktif (ACD)

maupun pasif (PCD) akan dikonfirmasikan dengan pemeriksaan darah

secara miskrokopis. API merupakan jumlah dari penderita baru di suatu

daerah dalam satu tahun terhitung per seribu penduduk.

API = Kasus malaria dalam satu tahun X 1000


Jumlah penduduk daerah tersebut

4. Epidemologi Deskriptif

1. Pengertian Epidemologi Deskriptif

Epidemiologi deskriptif adalah studi pendekatan epidemiologi

yang bertujuan untuk menggambarkan masalah kesehatan yang

terdapat di dalam masyarakat dengan menentukan frekuensi, distribusi

dan determinan penyakit berdasarkan atribut & variabel menurut

segitiga epidemiologi (orang, Tempat, dan Waktu) (Sukenda, Rejeki

& Anandari, 2021).

2. Upaya Mencari Epidemologi

Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika tersedia

sedikit informasi yang diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah

dan faktor yang berhubungan dengan penyakit. Upaya mencari

frekuensi distribusi penyakit berdasarkan epidemiologi deskriptif

dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan (Solihati, Suhartono, &

Winarni, 2017) :

a. Siapa yang terkena?

b. Bagaiman hal tersebut terjadi?

c. Bagaimana terjadinya?

19
d. Di mana kejadian tersebut?

e. Berapa jumlah orang yang terkena?

f. Bagaimana penyebarannya?

g. Bagaimana ciri-ciri orang yang terkena?

Selain itu, epidemiologi deskriptif juga akan menjawab 4 pertanyaan

berikut (Widyastuti, Riyanto & Fauzi, 2018):

a. What, yaitu apa masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat

dan berapa besarnya masalah kesehatan masyarakat, maka

jawabannya akan mengukur masalah kesehatan

b. Who, yaitu siapa yang terkena masalah kesehatan masyarakat

adalah masyarakat. Tentunya yang terkena masalah kesehatan

masyarakat adalah masyarakat atau sekelompok manusia (man)

yang menjadi host penyakit. Man yang akan dibahas adalah

karakteristiknya, meliputi jenis kelamin, usia, paritas, agama,

ras, genetika, tingkat pendidikan, penghasilan, jenispekerjaan,

jumlah keluarga.

c. Where, yaitu dimana masyarakat yang terkena masalah

kesehatan. Jawabannya adalah menjelaskan tempat (place)

dengan karakteristik tempat tinggal, batas geografis, desa-kota,

batas administratif.

d. When, yaitu kapan masyarakat terkena masalah kesehatan.

Jawabannya adalah menjelaskan waktu (time) dengan

karakteristik periode penyakit atau gangguan kesehatan jangka

20
pendek (ukurannya detik, menit, jam, hari, minggu) jangka

panjang (bulan, tahun) periode musiman.

3. Tujuan Epidemologi Deskriptif

Tujuan epidemologi deskriptif yaitu (Suyanti & Wahyono, 2019):

a. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan

sehingga dapat diduga kelompok mana di masyarakat yang

paling banyak terserang

b. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada

berbagai kelompok.

c. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin

berhubungan terhadap masalah kesehatan (menjadi dasar suatu

formulasi hipotesis).

4. Annual Parasite Incidence (API)

a. Pengertian Annual Parasite Incidence (API)

Annual Parasite Incidence (API) adalah indikator yang

digunakan untuk menentukan trend morbiditas malaria dan

menentukan endemisitas suatu daerah (masih terjadi penularan

malaria). API adalah jumlah kasus positif malaria per seribu

penduduk pada satu tahun. API merupakan salah satu

persyaratan suatu daerah masuk dalam fase eliminasi malaria

yakni jika API kurang dari 1 per 1000 penduduk (Dhaniasri,

Rejeki & Raharjo, 2020).

21
b. Cara Mengukur Annual Parasite Incidence (API)

Sebelum tahun 2007, AMI sebagai ukuran tingkat

kesakitan malaria yang masih banyak dipakai diluar pulau jawa

karena masih mengandalkan gejala klinis dalam mendiagnosis

penyakit malaria. Akan tetapi, saat ini yang dipakai adalah API

karena pada umumnya Puskesmas sudah memiliki fasilitas

pemeriksaan laboratorium malaria. Cara mengukur API yaitu

(Isnaeni, dkk, 2019) :

Rumus API : Jumlah positif malaria X 1000%


Jumlah penduduk

= 1220 X 1000%
98.881

= 1233

Rumus AMI : Jumlah klinis malari X 100 %


Jumlah Penduduk

= 1350 X 100 %
98881

= 1.365
5. Daerah Endemis berdasarkan Annual Parasite Incidence (API)

Untuk membedakan besarnya tingkat transimisi malaria di suatu

wilayah. Telah dibuat pembagian daerah endemis malaria berdasarkan

besarnya angka API daerah yaitu (Kemenkes RI, 2010:

a. Daerah non endemis malaria : daerah dengan angka API = 0


b. Daerah endemis rendah : daerah dengan angka API = >0 s/d <
1%
c. Daerah endemis sedang : daerah dengan angka API = 1s s/d 5%
d. Daerah endimis tinggi : daerah dengan angka API = > 5%

22
6. Tabel Sintesa / Keaslian Penelitian

Tabel 2.1. Tabel Sintesa

N Penelitian (Nama, Tahun, Judul, Tujuan Penelitian Metode Penelitian Temuan


o Nama Jurnal)

1 Sukendar, G. E., Rejeki, D. S. S., & Penelitian ini bertujuan untuk Jenis penelitian yaitu Hasil penelitian menunjukan
Anandari, D. (2021). Studi mendeskripsikanendemisitas deskriptif kuantitatif jumlah kasus malaria selama
Endemisitas dan Epidemiologi dan menggambarkan dengan populasi yaitu periode 2010-2019 di
Deskriptif Malaria di Kabupaten kejadian malaria seluruh kasus malaria Kabupaten Purbalingga
Purbalingga Tahun 2010-2019. Jurnal berdasarkanvariabel orang, yang tercatat di dinas berjumlah 2.023 kasus. Trend
Epidemiologi Kesehatan tempat dan waktu dan upaya Kesehatan Kabupaten endemisitas API dari dari
Indonesia, 5(1). pengendalian yangsudah Purbalingga periode tahun 2010 sampai 2019
dilakukan periode tahun Januari 2010 sampai semakin baik, dengan jumlah
2010-2019 di Desember 2019. Sampel kecamatan kategori LCI
KabupatenPurbalingga. merupakan total semakin sedikit dan semakin
populasi. Variabel yang banyak kecamatan dalam
dikumpulkan meliputi kategori bebas malaria.
API tahunan per Penyebaran terbanyak di
kecamatan, jenis Kecamatan Rembang,
kelamin, umur, jenis Pengadegan, Kaligondang dan
plasmodium, jenis Karangmoncol. Karakteristik
kasus, wanita hamil, penderita malaria sebagian
jenis obat, waktu besar berusia 15-54 tahun,
kejadian malaria, tempat berjenis kelamin laki-
dan upaya pengendalian laki,jenis infeksi terbanyak
malaria. plasmodium falciparum dan
Sumber data sekunder sebagian besar merupakan
diperoleh dari laporan kasus indigenous. Upaya
bulanan malaria pencegahan dan

23
di Dinas Kesehatan penanggulangan malaria di
Kabupaten Purbalingga Kabupaten Purbalingga
dan data primer dilakukan
hasil wawancara dengan secara terus menerus, dengan
staf malaria di Dinas berbagai jenis upaya program
Kesehatan dan pengendalian.
Puskesmas. Analisis
data secara deskriptif
dan spasial untuk
menggambarkan
endemisitas malaria.
2 Ismanto, H., Ramadhani, T., & Tujuan penelitian ini adalah Jenis penelitian yaitu Hasil analisis penelitian
Sunaryo, S. (2006). Survei untuk mendapatkan deskriptif kuantitatif. ditemukan bahwa telah terjadi
Epidemiologi Peningkatan Kasus gambaran epidemologi peningkatan kasus malarian
Malaria Di Desa Jintung Kecamatan kejadian peningkatan Kecamatan Ayah, Kabupaten
Ayah Wilayah Puskesmas Ayah Ii penderita malarian di wilayah Kebumen.
Agustus 2006. Balaba: Jurnal Litbang kerja Puskesmas Ayah II 
Pengendalian Penyakit Bersumber
Binatang Banjarnegara.
3 Yusuf Sabilu, I (2020). Kajian Kasus Penelitian ini bertujuan untuk Penelitian ini Hasil penelitian diperoleh
Malaria Terkonfirmasi Positif Di menggambarkan kasus merupakan penelitian bahwa secara umum kasus
Sulawesi Tenggara Berdasarkan malaria di Sulawesi Tenggara deskriptif dengan desain malaria dari tahun 2016
Variabel Epidemiologi Case Study Of selama perode tahun 2016 fenomenalogi. Variabel sampai dengan tahun 2020
Positive Confirmed Malaria In sampai dengan 2020 orang yang dikaji dan menunjukkan penuruan yang
Southeast Sulawesi Based On dianalisis dalam signifikan, berdasarkan
Epidemiological. penelitian ini adalah tempat dapat dilihat bahwa
jenis kelamin penderita, wilayah kabupaten Muna
variabel tempat yang merupakan daerah dengan
dikaji dan dianalisis prevalensi malaria tertinggi
adalah wilayah sepanjang tahun pengamatan
berdasarkan dan Kabupaten Konawe Utara

24
kabupaten/kota dan sebagai daerah dengan
variabel waktu yang prevalensi Malaria yang
diakaji dan dianalisis paling rendah. Berdasarkan
dalam penelitian ini variabel orang, mayoritas
adalah durasi waktu (67%) kasus malaria adalah
dalam satu tahun selama laki – laki dan hanya sebesar
lima tahun dengan 33% perempuan. Sedangkan
maksud untuk melihat berdasarkan waktu dalam lima
trend malaria tahun pengamatan prevalensi
terkonfirmasi positif di malaria tertinggi terjadi pada
Sulawesi Tenggara. tahun 2016 dan terendah
tahun 2020. Program
pencegahan dan pengendalian
malaria perlu dilakukan secara
ketat untuk mendukung
tercapainya eliminasi malaria
di Seluruh Wilayah kabupaten
Kota di Sulawesi Tenggara.

25
B. KERANGKA KONSEP

1. Bagan Kerangka Konsep

Waktu kejadian
Tahun

Orang Penderita Malaria Di


Umur Puskesmas Kalibobo
Jenis Kelamin Tahun 2022

Tempat
Batas Administrasi Wilaya

Jenis Plasmodium

Keterangan :

: Variabel Dependen

: Variabel Dependen

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Konsep

2. Uraian Kerangka Konsep

a. Waktu Kejadian

Waktu dikelompokkan menurut tahun dengan

alasan bahwa peningkatan dan penyebaran kasus malaria pada

setiap bulan dan tahun tidaklah selalu sama. Hal ini disebabkan

adanya perbedaan musim antara tahun yang satu dengan tahun

yang lain.

26
b. Orang

Menggambarkan didtribusi kasus berdasarkan orang yang

terdiri dari :

1) Jenis Kelamin

Jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko menderita

malaria lebih besar dibanding perempuan.

2) Umur

Anak-anak di bawah 5 tahun adalah kelompok usia

yang paling rentan terkena penyakit ini. Pada tahun

2017, sebanyak 61% (266.000) dari seluruh kasus

kematian akibat penyakit ini adalah ana

c. Tempat

Distribusi penderita malaria berdasarkan tempat sangat

bermanfaat untuk melihat tempat mana yang menunjukkan

kasus malaria yang paling tinggi maupun rendah. Distribusi

penderita malaria dapat dibedakan menurut batas administrasi

wilayah dan bentuk atau keadaan geografi. Dengan keadaan

geografi yang berbeda maka proses dan kejadian penyakit

malaria akan berbeda antara daerah yang satu dengan daerah

yang lainnya.

27
d. Jenis Pelasmodium

1. Umumnya, penyebab dari kondisi ini adalah parasit P.

falciparum, meskipun tidak menutup kemungkinan

Plasmodium jenis lainnya juga dapat menimbulkan

komplikasi.

2) API

Jumlah penderita malaria kurang dari 1 per 1.000

penduduk Persentase suspek malaria yang dikonfirmasi

laboratorium baik menggunakan mikroskopis maupun

RDT pada tahun 2020 adalah 97% dengan jumlah

pemeriksaan 1.823.104 dari 1.877.769 suspek yang

diperiksa adalah 14%.

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif. Desain penelitian ini adalah studi ekologi yaitu

menggunakan data dari seluruh populasi untuk membandingkan frekuensi

penyakit yang berbeda pada dari suatu populasi pada periode waktu yang

sama dan kelompok yang sama pada periode waktu yang berbeda

(Rothman, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kasus

malaria dan pemetaan wilayah endemis malaria berdasarkan karakteristik

host, agent dan enviroment di Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire

Tahun 2023.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Kalibobo

Kabupaten Nabire Tahun 2022.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai

Februari 2023

29
C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua laporan tahunan dalam

triwulan bulanan penemuan dan pengobatan kasus malaria di

Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun 2023.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,

2017). Sampel penelitian ini adalah laporan penemuan dan

pengobatan kasus malaria di Kabupaten Nabire tahun 2018-2022

D. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015).

1. Klasifikasi Variabel

Variabel Independen Variabel independen (bebas) adalah

variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel bebasnya adalah jenis Kelamin, Umur, Jenis

Plasmodium, Waktu, Tempat Kejadian dan API.

30
E. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Skala Kategori


Pengukuran Data

API Annual parasite Laporan Nomina a. High case


incidence adalah angka tahunana l incidence :
kesakitan malaria malaria API > 5%
(berdasarkan hasil b. Moderate case
pemeriksaan incidence :
laboratorium) per 1000 API 1 - 5%
penduduk dalam 1 tahun c. Low case
dinyatakan dalam permil insidence : <
(%). 1%

Jenis Sifat jasmani dan rohani Laporan Nomina a. Laki-laki


Kelamin yang membedakan dua Tahunan l b. Perempuan
mahluk sebagai pria dan malaria
wanita
Umur Rentang kehidupan yang Laporan Ordinal a. 0-11 bulan
penderita diukur dalam tahun tahunan b. 1-4 tahun
malaria c. 5-9 tahun
d. 10-14 tahun
e. 15-54 tahun
f. >54 tahun
Jenis Jenis protozoa parasit Laporan Nomina a. P.
Plasmodium yang ditemukan pada tahunan l falciparum
penyakit malaria malaria b. P. vivax
c. mix
infection
Tahun Periode berjalannya Laporan Interval a. 2019
Kejadian sebuah peristiwa dalam tahunan b. 2020
Malaria hal ini kejadian penyakit malaria c. 2021
malaria d. 2022

Tahun Periode berjalannya Laporan Interval


kejadian sebuah peristiwa dalam tahunan a. 2019
malaria hal ini kejadian penyakit malaria b. 2020
malaria c. 2021
d. 2022
Tempat Lokasi atau wilayah Laporan Nomina a. Desa Kali
Kejadian tempat terjadinya Tahunan l Harapan
Malaria penyakit malaria malaria b. Desa Kali

31
Susu
c. Desa Morgo
d. Desa Karang
Tumaritis
e. Desa Bumi
Wonorejo
f. Desa
Grimulyo
g. Desa Karang
Mulia
h. Desa Oyehe
i. Desa
Kalibobo

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN

1. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yang didapat dari laporan bulanan penemuan dan

pengobatan malaria di Kabupaten Nabire tahun 2018-2022. Data yang

telah dikumpulkan dan dianalisis disajikan dalam grafik.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data penelitian. Instrumen penelitian ini adalah laporan

bulanan yang telah dikumpulkan oleh masing-masing instansi.

G. PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA

Agar analisis menghasilkan informasi yang benar, ada empat tahapan

dalam mengelolah data menurut Sugiyono (2010) dalam bukunya tentang

“Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan” yaitu:

32
1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner

yang sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden,

relevan jawaban dengan pertanyaan, serta konsisten.

2. Coding

Merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka/bilangan. Kegunaan koding adalah untuk mempermudah pada

saat analisis data dan juga pada saat entry data.

3. Entry Data/Processing

Setelah data sudah di koding maka langkah selanjutnya melakukan

entry data atau memasukan data dari kuesioner ke dalam program komputer

yaitu salah satunya SPSS for Window.

4. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah di masukan apakah ada kesalahan atau tidak.

H. TEKNIK ANALISIS DATA

a. Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian dalam bentuk persentase

distribusi.

33
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Pengambilan data ini dilakukan di Puskesmas Kalibobo Kabupaten


Nabire Tahun 2023. Sejak Tanggal 1 Februari sampai dengan 30 Februari
2023 dengan menggunakan data primer laporan tahunan dalam pada
penderita malaria klinis dari Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire
Tahun 2023.

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan data Primer yang telah diolah maka akan


disajikan hasilnya sebagai berikut:

a. Distribusi Malaria Klinis Menurut Waktu Kejadian

Distribusi penderita malaria klinis menurut waktu


kejadian pada tahun 2022 (Tahunan)
Tabel 4.1 Distribusi kasus malaria klinis menurut waktu
kejadian (Tahunan) di Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire
Tahun 2023.

Waktu Kejadian
Total 15.168 100%
3969 3962
3722 3515

26.1 1 1 24.5 2 2 23.1 3 3 26.1 4 4


2019 2020 2021 2022

Sumber: Data Primer 2023

34
Tabel 4.1 Distribusi kasus malaria klinis menurut waktu

kejadian (pertahunan) di Puskesmas Kalibobo Kabupaten

Nabire Tahun 2023.

Bila dilihat dari tabel 4.6 di atas, kasus malaria klinis di

Puskesmas Kalibobo cenderung lebih banyak terjadi pada awal

dan akhir tahun 2022. Pada kasus malaria klinis meningkat

dengan kasus 3969 kasus (26,16%), dan pada tahun 2019

malaria klinis menurun dengan kasus 3722 (24.5385)

b. Distribusi Malaria Klinis Menurut Golongan Umur

Tabel 4.2 Distribusi Kasus Malaria Klinis Menurut


Kelompok Umur di Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire
Tahun 2023

Umur 2019 2020 2021 2022 Total


n % n % n % n % n %
0-11 95 2,46 118 3.17 103 2.93 95 2.39 414 10.95
Bln
1-4 721 18,16 648 17.40 640 18.20 635 16.02 2,644 69.78
Thn
5-9 679 17,10 588 15.79 579 16.47 697 17.59 2,543 1.808
Thn
10-14 431 10,85 358 9.61 331 9.41 404 10.19 1,524 40.06
Thn
15-54 1939 48,82 1894 50.88 1765 50.21 2017 50.90 7,614 251.02
Thn
>54 102 2,56 116 3.11 97 2.75 114 2.87 429 567.67
Thn
Jmlh 3969 100 3722 100 3515 100 3962 100 15.168 100

Sumber: Data Primer 2023


Dari tabel 4.2 Diatas dapat dilihat bahwa kasus malaria
klinis paling tinggi terjadi pada kelompok masyarakat berumur
15–54 tahun dengan jumlah kasus 7.614 (251,20%), dan paling
rendah pada umur 0-11 Bln dengan jumlah kasus 414 (10,95)

35
c. Distribusi Malaria Klinis Menurut Jenis Kelamin

Distribusi penderita malaria klinis menurut Jenis


Kelamin di Triwulan Pertama, Kedua, Ketiga, Dan Keempat di
Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun 2023.
Tabel 4.3 Distribusi Malaria Klinis Menurut Jenis
Kelamin di di Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun
2023

Jenis Kelamin Total

Tahun Laki-Laki Perempuan


n % n % n %

2019 2101 25,77 2126 29,19 4,227 5,496

2020 19811 24,29 1760 24,17 21,571 4,886

2021 1886 23,13 1626 22,33 3,512 4,546


24,32 23,639 5113
2022 21868 26,81 1771
100 15,437 100
Jumlah 8154 100 7283

Sumber: Data Primer 2023

Dari tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa dari Tahunan

jumlah kasus malaria klinis di kota Nabire tahun 2023 lebih

banyak terjadi pada kaum laki-laki dengan kasus 8151 (100%)

dan paling sedikit kaum perempuan dengan kasus 7283 (100)

d. Distribusi Malaria Klinis Menurut Tempat Tinggal

Distribusi penderita malaria klinis menurut tempat


tinggal yaitu di tiap wilayah puskesmas di Puskesmas
Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun 2023.

36
Tabel 4.4 Distribusi Kasus Malaria Klinis Menurut
Wilayah di Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun
2023.

2019 2020 2021 2022 Total


Tempat
n % n % n % n % n %

Desa Kali 386 9.73 223 5.99 249 7.08 283 7.14 2,141 622,9
harapan
Desa Kali 143 3.60 153 4.11 153 4.35 230 5.81 679 17,87
susu
Desa Morgo 235 5.92 182 4.89 197 5.60 184 4.64 798 21.05

DesaKarang 372 9.37 191 5.13 184 5.23 203 5.12 950 531.7
3
Tumaritis
DesaBumi 441 11.11 344 9.24 340 9.67 303 7.65 1,428 37,67
Wonorojo
Desa 621 15.65 549 14.75 675 19.20 684 17.26 2,529 66.86
Grimulyo
Desa karang 263 6.63 229 6.15 190 5.41 279 7.04 961
25,23
Mulia
Desa Oyehe 499 12.57 393 10.56 340 9.67 544 13.73 1,776 46,53

Desa 1009 25.42 1458 39.17 1187 33.77 1252 31.60 4,906 129.9
6
Kalibobo
Jumlah 3969 100 3722 100 3515 100 3962 100 16168 100

Sumber: Data Primer 2023

Dari Tabel 4.4 di atas dapat terlihat bahwa pada tahun


2022 kasus malaria klinis yang tertinggi adalah pada wilayah
di Desa Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun 2023 dengan kasus
4,906 (129,96) dan terendah diwilaya Desa kali susu dengan
kasus 679 (17.87%)

e. Distribusi Malaria Klinis Menurut Jenis Plasmodium

37
Distribusi penderita malaria klinis menurut jenis

plasmodium di Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun

2023. (Tahunan)

Tabel 4.5 Distribusi Kasus Malaria Menurut Jenis

Plasmodium di di Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire

Tahun 2023 (Triwula).

Total 15.130
0%
7% Pf
Pv
Mix

93%

Sumber: Data Primer 2023

Dari tabel 4.6. Nampak dan lebih banyak dari jenis

plasmodium falciparum dengan sebanyak 10,575 (100%)

sedangkan jenis pelasmodium Mix menurun 324 (100)

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi penderita malaria

klinis di wilayah kerja di Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun

2023 ( pertahun) tahun 2022, maka berikut akan dibahas variabel-

variabel yang diteliti, sebagai berikut:

38
1. Distribusi Malaria Klinis Menurut Waktu Kejadian

Variabel waktu merupakan faktor yang harus diperhatikan

dalam melakukan analisis dalam studi epidemiologi karena

pencatatan dan pelaporan insidensi dan prevalensi penyakit selalu

didasarkan pada waktu, apakah mingguan, bulanan, atau tahunan.

Laporan morbiditas ini menjadi sangat penting artinya dalam

epidemiologi karena didasarkan pada kejadian yang nyata dan bukan

berdasarkan perkiraan atau estimasi. Selain itu, dengan pencatatan

dan laporan morbiditas dapat diketahui adanya perubahan-perubahan

insidensi dan prevalensi penyakit hingga hasilnya dapat digunakan

untuk menyusun perencanaan dan penanggulangan masalah

kesehatan. Mempelajari morbiditas berdasarkan waktu juga penting

untuk mengetahui hubungan antar waktu dan insidensi penyakit atau

fenomena lain.

Waktu kejadian penularan malaria sangat erat kaitannya

dengan cuaca dan iklim serta morbilitas penduduk dari daerah yang

endemis malaria.

Suhu sangat mempengaruhi perkembangan parasit dalam

nyamuk. Suhu yang optimum berkisar 200 dan 300 C, makin tinggi

suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik

(sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa

inkubasi ekstrinsik.

Selain suhu, kelembaban dan curah hujan pun turut

39
mempengaruhi kejadian malaria di suatu tempat pada waktu tertentu.

Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk,

meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60%

merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya

nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih

aktif dan lebih sering menggigit sehingga meningkatkan penularan

malaria.

Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan

nyamuk dan terjadinya epidemik malaria. Besar kecilnya tergantung

pada jenis dan deras hujan, jenis vektor, dan jenis tempat

perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar

kemungkinan berkembang biak nyamuk Anopheles.

Kasus malaria di puskesmas kalibobo cenderung lebih banyak

terjadi pada awal dan akhir tahun 2022. Pada kasus malaria klinis

meningkat 3969 kasus ( 26,16% ), pada tahun 2021 menjadi 3722

kasus (24,53%), dan pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi

3515 kasus (23,17%), dan pada tahun 2019 terjadi peningkatan

hingga 3962 kasus (26,12%).

Dengan melihat tren yang terjadi maka upaya pencegahan

harus lebih ditingkatkan pada awal dan akhir tahun yaitu sebulan

sebelumnya dengan pertimbangan bahwa plasmodium memerlukan

waktu 10 hari di dalam tubuh nyamuk sampai sporozoit dan

menginfeksi manusia ditambah dengan masa inkubasi terpanjang P.

40
vivax yaitu 17 hari sehingga sampai munculnya gejala klinis

membutuhkan waktu kurang lebih 27 hari

1. Distribusi Kasus Malaria Klinis Menurut Golongan Umur

Secara politis, orang dilahirkan sama dan sederajat, tetapi

secara biologis hal ini tidak benar. Perbedaan atau variabilitas atas

dasar aktor biologis ini menentukan sekali terjadinya penyakit. Ke

dalam klasifikasi ini, yang terpenting termasuk unsur usia, jenis

kelamin, bangsa, urutan kelahiran keluarga, dll.

Sudah banyak diketahui, bahwa ada penyakit yang disebut

penyakit anak, penyakit orang tua, dan penyakit akil balik, dan

seterusnya. Hal ini disebabkan karena penyakit tertentu hanya

menyerang kelompok usia tertentu pula, seperti penyakit morbili,

pertusis, polio, cacar air, dan lain-lain disebut penyakit anak.

Penyakit juga didapat pada populasi tua. Penyakit ini tergolong

penyakit degeneratif, seperti reumatik, tulang keropos (osteoporosis),

kardio- vaskuler, syaraf, dan lain-lain. Tetapi ada juga penyakit yang

menyerang semua kelompok umur seperti penyakit malaria, DBD,

dan lain-lain.

Manusia merupakan satu-satunya reservoir malaria yang

penting, walaupun kera simpanse bias diinfeksi oleh P. malariae.

Beberapa jenis primata ditulari oleh P. knowlesi, P. cynomology, P.

brasilianum, P. schewtzi, dan P. simium, yang secara eksperimental

41
bisa menginfeksi manusia, tetapi infeksinya secara alami sangat

jarang.

Penyakit Malaria menyerang semua kalangan dan semua

kelompok umur baik bayi, balita, anak-anak maupun orang dewasa

dan lanjut usia. Data yang diperoleh dari Puskesmas Kalibobo

Kabupaten Nabire telah menunjukkan bahwa kasus malaria klinis

lebih banyak terjadi pada kelompok masyarakat berumur 15-54

tahun dengan jumlah kasus 7, 614 (251.02), dan umur 1-4 tahun

dengan jumlah kasus 2,644 (69.78%), sedangkan umur 5-9 tahun

sebanyak 2,543 (1.808%), dan umur 10-14 tahun sebanyak 1,524

(40.06 %), dan yang umur 54 tahun keatas sebanyak 429 (567.67%)

Sedangkan kelompok umur terendah yaitu pada bayi 0 – 11 bulan

dan umur 54 tahun ke atas. Dengan komposisi pada sebanyak 414

bayi (10.95), dan 54 tahun keatas 429 orang (567.67),

Pada tahun 2022, kasus malaria lebih banyak terjadi pada

kelompok masyarakat yang berumur di atas 15-54 tahun bila

dibandingkan dengan kelompok umur lainnya dan paling sedikit

terjadi pada bayi yang berumur 0-11 bulan dan umur >54 tahun.

Orang dewasa lebih sering beraktivitas di waktu malam dan

melakukan mobilitas keluar masuk ke daerah-daerah yang

endemisitas malaria nya tinggi dibandingkan dengan anak-anak. Hal

ini juga cukup sesuai dengan penelitian (Hadzmawaty,dkk) di

42
Mamuju pada 2008 yang mendapatkan jumlah penderita malaria

terbanyak pada orang dewasa usia 23-30 tahun (29,5%) dan juga

sesuai dengan penelitian (Anshory) di Makassar 2007 yang

mendapatkan jumlah terbanyak pada orang dewasa usia 30-39 tahun

(29,7%).

Jika diamati secara keseluruhan kasus malaria klinis

pertahunan) tahun 2022, maka dapat dilihat tabel 4.2 di atas terlihat

kasus malaria klinis di Puskesmas Kalibobo terjadi paling banyak

pada kelompok umur 15-54 tahun ke atas yang mana mereka ini

sudah bisa bekerja dan produktif secara ekonomi sehingga dapat

mengakibatkan kerugian ekonomi karena hilangnya hari kerja saat

sakit dan untuk masa penyembuhan yang disebabkan oleh penyakit

malaria.

Kemudian pada kelompok anak usia wajib belajar Sembilan

Tahun yaitu 5-14 tahun. Hal ini sangat berpengaruh pada angka

absensi anak sekolah yang dapat berdampak pada penurunan kualitas

kemampuan anak didik.

Sedangkan pada bayi dan balita yaitu bayi yang berumur 0-11

bulan dan balita yang berumur 1-4 tahun. Hal ini memberikan

indikasi akan adanya transmisi penularan lokal yang terjadi di dalam

wilayah setempat karena bayi cenderung lebih banyak berada di

dalam rumah pada malam hari. Situasi ini juga memberikan indikasi

43
kejadian Malaria Konginetal dari ibu ke janin melalui plasenta saat

hamil karena masa inkubasi terpanjang pada infeksi yang disebabkan

oleh P. falciparum adalah 14 hari dan P.vivax adalah 17 hari

sehingga apabila bayi tersebut didiagnosa positif malaria pada umur

sama atau kurang dari masa inkubasi maka dapat dicurigai bahwa

penularan tersebut terjadi lewat plasenta dari ibu yang hamil ke

janinnya.

Tingginya kasus malaria pada bayi dan balita ini memberikan

dampak yang sangat merugikan bagi masa depan bangsa. Hal ini

disebabkan karena plasmodium dapat merusak sel darah merah dan

pada P. falciparum dapat terjadi sekuestrasi yang mengganggu

proses tumbuh kembang anak karena adanya penyumbatan pada

pembuluh darah dan juga dapat mengakibatkan stroke dan gagal

organ pada orang dewasa yang menjurus pada kematian.

2. Distribusi Malaria Klinis Menurut Jenis Kelamin

Insidensi berbagai penyakit diantara jenis kelamin kebanyakan

berbeda. Hal ini disebabkan oleh karena paparan terhadap agent

setiap jenis kelamin berbeda. Misalnya laki-laki lebih suka aktifitas

fisik dari pada perempuan, maka penyakit yang diderita akan

berbeda sesuai akibat perilaku dan fungsi sosial yang berbeda. Jenis

pekerjaan antara pria dan wanita berbeda. Pembagian kerja sosial

antara laki-laki dan perempuan menyebabkan perbedaan paparan

yang diterima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula.

44
Misalnya resiko terhadap penyakit anak akan lebih tinggi diantara

perempuan dari laki-laki, karena perempuan terutama ibu rumah

tangga berfungsi juga sebagai pengasuh dan perawat anak ketika

sakit. Selain itu juga paparan terhadapnya akan lebih besar karena

berfungsi sebagai perawat anak ketika sakit di rumah. Aktifitas dan

rutinitas seseorang di malam hari sangat berpengaruh pada kejadian

malaria hal ini dikarenakan bahwa penularan malaria melalui gigitan

nyamuk Anopheles hanya terjadi pada malam hari. Pada kasus

malaria, perbedaan anatomi dan fisiologi antara laki-laki dan

perempuan tidak terlalu berpengaruh. Akan tetapi pada wanita yang

sedang hamil, malaria dapat mengakibatkan keguguran, anemia

berat, bayi lahir premature, dan BBLR bahkan pengobatan pada ibu

hamil berbeda dengan pengobatan malaria pada umumnya karena

ada beberapa jenis obat yang tidak dapat diberikan pada ibu hamil

seperti Primaquin dan ACT pada kehamilan trimester pertama

karena dapat mengakibatkan keguguran.

Data yang diperoleh dari Puskesmas Kalibobo Kabupaten

Nabire Tahun 2023 telah menunjukkan bahwa kejadian kasus

malaria klinis (tahunan) pada tahun 2022 adalah pria lebih banyak

dibandingkan dengan kasus yang terjadi pada kaum perempuan

namun perbedaannya tidak terlalu besar, dengan perbandingan laki-

laki sebanyak 8154 (100%) dan perempuan sebanyak 7283 (100 %),

3. Distribusi Malaria Klinis Menurut Tempat Tinggal

45
Lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam

menentukan terjadinya proses interaksi antara penjamu dengan

penyebab dalam proses terjadinya penyakit. Empat faktor yang

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu lingkungan,

perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host /

manusia, baik benda mati, nyata, atau abstrak, seperti suasana yang

terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen tersebut, termasuk

host yang lain. Distribusi penderita malaria berdasarkan tempat

sangat bermanfaat untuk melihat tempat mana yang menunjukkan

kasus malaria yang paling tinggi maupun rendah. Distribusi

penderita malaria dapat dibedakan menurut batas administrasi

wilayah dan bentuk atau keadaan geografi.

Dengan keadaan geografi yang berbeda maka proses dan

kejadian penyakit malaria akan berbeda antara daerah yang satu

dengan daerah yang lainnya. Hal ini sesuai dengan perindukan dari

setiap jenis vector nyamuk. Misalnya kasus malaria sering terjadi

pada daerah dataran rendah berair (rawa) dan pantai. Hal ini erat

hubungannya dengan suhu habitat vektor nyamuk dimana semakin

rendah suatu tempat makin tinggi suhu maka makin pendek masa

inkubasi ekstrinsik, selain itu air merupakan habitat utama untuk

perkembangbiakan vektor nyamuk serta jenis pekerjaan penduduk

yang lebih banyak di luar rumah pada malam hari sehingga waktu

46
kontak dengan vektor nyamuk lebih banyak.

Kabupaten Nabire, Daerah yang sangat endemis dapat dilihat

pada tabel 4.3. bahwa pada tahun 2022 kasus malaria klinis yang

tertinggi adalah pada wilayah Puskesmas Kalibobo dengan kasus

4,906 (129.96%), sedangkan kasus malaria klinis yang terendah Di

wilayah Desa Kalisusu dengan urutan 679 kasus (17.87%),

Sedangkan pada kasus malaria klinis wilayah Desa Morgo lebih

rendah yaitu 950 kasus (531.73%), namun perbedaannya tidak

terlalu jauh. Daerah yang endemis tersebut di atas dikarenakan

banyaknya tempat perindukan nyamuk (breeding place) yang terjadi

pada saat musim hujan yaitu beberapa kali mati yang bersifat

sementara, terdapat juga danau, rawa, dan hutan yang lebat juga

merupakan tempat yang baik untuk perindukan nyamuk Anopheles.

Dengan begitu maka upaya promosi dan preventif harus lebih

digiatkan lagi agar angka kejadian malaria dapat lebih ditekan.

1. Distribusi Malaria Klinis Menurut Jenis Plasmodium

Penyebab infeksi malaria adalah plasmodium, yang selain

menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan

burung, reptile, dan mamalia.

Secara keseluruhan ada lebih 100 plasmodium yang menginfeksi

binatang (82 pada jenis burung dan reptil dan 22 pada binatang

primata). Dalam klasifikasi binatang, parasit malaria berada dalam

filum apicomplexa; kelas sporozoa; ordo haemosporodia; family

47
plasmodiae; dan genus plasmodium.

Ada empat jenis plasmodium yang menyerang manusia, yaitu :

- P. falciparum. Spesies ini menyebabkan penyakit malaria

tertiana maligna (malaria tropica), disebut pula malaria

subtertiana, “estivoatumnal”, atau lebih tepat malaria

falciparum, yang sering menjadi malaria yang berat / malaria

cerebralis, dengan angka kematian yang tinggi. Infeksi oleh

spesies ini menyebabkan parasitemia yang meningkat jauh

lebih cepat dibandingkan spesies lain dan merozoitnya

menginfeksi sel darah merah dari segala umur (baik muda

maupun tua).

- P. vivax. Menyebabkan malaria tertiana benigna, disebut juga


malaria vivax atau “tertian ague”. Spesies ini memiliki
kecenderungan menginfeksi sel-sel darah merah yang muda
(retikulosit).

- P. ovale. Spesies yang paling jarang dijumpai ini menyebabkan


malaria tertiana benigna atau lebih tepat disebut malaria ovale.
Predileksinya terhadap sel-sel darah merah mirip dengan P.
vivax (menginfeksi sel darah merah muda).

- P. malariae. Spesies ini adalah penyebab malaria kuartana

(tidak lazim disebut malaria malariae), yang ditandai dengan

serangan panas yang berulang setiap 72 jam. Diduga

mempunyai kecenderungan menginfeksi sel- sel darah yang

tua. Biasanya, tingkat parasitemia rendah karena spesies ini

48
lebih rendah dibandingkan spesies lain. Plasmodium jenis ini

satu-satunya yang ditemukan juga menginfeksi simpanse dan

beberapa binatang liar lainnya.

Selain infeksi salah satu dari spesies yang telah disebutkan di

atas ada kemungkinan seorang penderita diinfeksi oleh lebih dari

satu spesies plasmodium secara bersamaan.

Hal tersebut disebut infeksi campuran atau mixed infection. Infeksi

campuran paling banyak disebabkan oleh dua spesies, terutama P.

falciparum dan P. vivax, atau P. falciparum dan P.malariae. Jarang

terjadi infeksi campuran oleh P. vivax dan P. malariae. Lebih jarang

lagi infeksi campuran tiga spesies sekaligus.

Infeksi campuran biasanya dijumpai di wilayah-wilayah yang

mempunyai tingkat penularan malaria yang tinggi.

Di Kabupaten Nabire hanya ditemukan kasus malaria yang

positif terinfeksi P. falciparum, P. vivax, dan mix. Sampai akhir

tahun 2022 Namun pada kasus malaria lebih dominan disebabkan

oleh P. falciparum, dan P. vivax.

Dengan persentasi Plasmodium falciparum lebih banyak yaitu

sebanyak 10,575( 100%) dan pelasmodium vivax 4,231(100%)

sedangkan (Mix) berkurang 354(100%) Hal ini berbeda dengan hasil

penelitian (Anshory) di Makassar pada tahun 2007 dimana

plasmodium yang paling banyak ditemukan adalah P. falciparum

(41,67%). Selain itu dari penelitian secara survey (Samuel Mabunda,

49
dkk 2003) pada anak-anak di Mozambik di dapatkan 52,4% sampel

yang diteliti positif P. falciparum.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Berdasarkan pengelompokan umur yang dibuat oleh Wilayah Kerja

Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire Tahun 2023, kasus malaria

klinis tahun 2023 lebih banyak terjadi pada kelompok umur 15-54

tahun dan paling sedikit terjadi pada kelompok umur 0-11 bulan dan

>54 tahun.

2. Pada tahun 2022, dominan terjadi pada laki-laki dibandingkan

perempuan walaupun perbedaannya tidak terlalu besar.

3. di tahun 2022 daerah kelurahan Kalibobo merupakan daerah

endemis sedangkan kelurahan Imbi lah yang paling rendah angka

kejadiannya.

50
4. Kejadian kasus malaria di kabupaten Nabire cenderung lebih banyak

terjadi pada tahun 2023, dengan puncak kasus malaria klinis

5. Pada tahun 2023 di Puskesmas Kalibobo Kabupaten Nabire P.

falciparum, dan P. vivax serta infeksi campuran (mix) antara

keduanya. masih lebih banyak jumlahnya dibandingkan plasmodium

lainnya. kasus malaria lebih dominan disebabkan oleh P. falciparum

dibandingkan dengan P. vivax. Dan (mix)

B. SARAN

1. Perlunya perhatian yang lebih besar lagi terhadap kejadian malaria

pada bayi dan balita serta ibu hamil karena kelompok ini merupakan

kelompok yang sangat rentan akan terjadinya malaria berat dan

kematian.

2. Malaria dapat menyerang siapa saja baik laki-laki maupun

perempuan sehingga upaya pencegahan pada perorangan harus selalu

diperhatikan terutama untuk mencegah gigitan nyamuk pada malam

hari.

3. Perlunya perhatian dan pengawasan di daerah Puskesmas

karena merupakan daerah yang paling tinggi angka kejadian malaria

klinis nya di tahun 2023.

51
4. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi peningkatan kasus yang

signifikan, maka perlu dilakukan intervensi pencegahan minimal

satu bulan sebelum interval waktu puncak kejadian malaria klinis.

5. Perlunya peningkatan sosialisasi dan pengawasan minum obat agar

tidak terjadi resistensi dan kasus relaps.

52
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir, Sthefanie Barceleona Phang. (2019). Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Net Profit Margin Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Pada Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Dan Akuntansi Vol. 13(1).

Aggarwal, R., & Ranganathan, P. (2019). Study designs: Part 2–descriptive


studies. Perspectives in clinical research, 10(1), 34.

Arsin (2019). Malaria di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi. Semarang:


Masagena Press.

Arwita (2019). Analisis Resiko Usaha Peternakanayam Broiler Dengan Pola


Kemitraan Dan Mandiri. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan
Manajemen,Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Asaria, H. R. V., Heldab, & A. (2021). JurnaL Epidemiologi Kesehatan Indonesia


Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia. JurnaL Epidemiologi Kesehatan
Indonesia Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 5(1).

Astin, N., & Alim, A. (2020). Studi Kualitatif Perilaku Masyarakat dalam
Pencegahan Malaria di Manokwari Barat , Papua Barat , Indonesia
Qualitative Study of Community Behavior in Malaria Prevention in West
Manokwari Sub-District , Manokwari District , West Papua Province. Studi
Kualitatif Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Malaria Di Manokwari
Barat , Papua Barat , Indonesia Qualitative Study of Community Behavior
in Malaria Prevention in West Manokwari Sub-District , Manokwari
District , West Papua Province, 8(2), 132–145.
https://doi.org/10.20473/jpk.V8.I2.2020.132-145

Badan Pusat Statitik Kabupaten Gorontalo (2019). Gorontalo Utara Dalam Angka,
Badan Pusat Statistik, Provinsi Gorontalo

CDC (2018). Malaria. Dipetik 2 7, 2018, dari Anopheles Mosquitoes:


http://www.cdc.gov/malaria/about/biology/mosquitoes/index.html.

David (2019). Analisis Resiko Produksi Pada Peternakan Ayam Broiler Di


Kampung Kandang, Desa Tegal, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

53
Debora, J., Rinonce, H. T., Pudjohartono, M. F., Astari, P., Winata, M. G., &
Kasim, F. (2018). Prevalensi malaria di Asmat, Papua: Gambaran situasi
terkini di daerah endemik tinggi. Journal of Community Empowerment for
Health, 1(1), 11-19.

Departemen Pertanian (2021). Nomor 49/Permentan/Ot.140/10/2006. Pedoman


Pembibitan Ayam Lokal Yang Baik (Good Native Chicken Breeding
Practice). Peraturan Menteri Pertanian, Jakarta.

Dhaniasri, D., Rejeki, D. S. S., & Raharjo, S. (2020). Analisis Spasial Kasus
Malaria Di Kabupaten Banyumas Tahun 2009-2018. Balaba: Jurnal
Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara, 169-
180.

Dhaniasri, D., Rejeki, D. S. S., & Raharjo, S. (2020). Analisis Spasial Kasus
Malaria Di Kabupaten Banyumas Tahun 2009-2018. Balaba: Jurnal
Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara, 169-
180.

Ditjennakkeswan. (2022). Basis Data Peternakan.Http://Www.Ditjennak.Go.Id/

Diwyanto, K. Dan A. Priyanti (2019). Pengembangan Industri Peternakan


Berbasis Sumber Daya Lokal. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(3), 2009:
208-228.

Fitriany, J., & Sabiq, A. (2021). MALARIA. MALARIA, 4(2).

Hati, W, S, Dan Ningrum, A, S. (2019). Analisis Rasio Profitabilitas Dalam


Menilai Kenirja Keuangan Umkm Jasa Studio Kita Peserta Program
Mahasiswa Wirausaha (Pmw) Politeknik Negeri Batam.Jurnal Ekonomi
Dan Bisnis Islam (Online) Vol. 11 No. 1

Hery (2017). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Caps (Center For


Academic Publishing Service).

Isnaeni, L., Saraswati, L. D., Wuryanto, M. A., & Udiyono, A. (2019). Faktor
perilaku dan faktor lingkungan yang berhubungan dengan kejadian malaria
di wilayah kerja Puskesmas Gebang Kabupaten Purworejo. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (Undip), 7(2), 31-38.

Jamaluddin, A., Rohmad. Dan Winahyu, N. (2019). Strategi Pengembangan


Usaha Peternakan Ayam Pedaging (Broiler).Jurnal Ilmiah Filliacendekia
Vol. 4 No. 2 Thn.2019. K-9 Farm, Bangsal, Pesantren, Kediri.

54
Kalsum, Pertiwi, Veronica, & Wulandari. (2021). Determinan yang Berkorelasi
dengan Kejadian Malaria di Indonesia Tahun 2016. Jurnal Kesmas Jambi
(JKMJ), 1(10), 12.

Karenina Gabriela Lappra*, Untung Sudharmono. (2021). Peran Kader Malaria di


Wilayah Kerja Puskesmas Bagaiserwar Sarmi Timur The Role of Malaria
Cadres in the Work Area of Health Centers in Bagaiserwar East Sarmi.
Peran Kader Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Bagaiserwar Sarmi
Timur The Role of Malaria Cadres in the Work Area of Health Centers in
Bagaiserwar East Sarmi, 11, 113–121.

Kemenkes RI. (2017). Pedoman Penemuan Kasus Malaria. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes. (2006). Pedoman Surveilans Malaria. Jakarta: Subdit Pengendalian


Penyakit Bersumber Binatang, Ditjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan.

Kementan. (2019). Rancangan Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-


2014. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Kuswanto. (2018). Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria di Kecamatan


Kemrajen Kabupaten Banyumas. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Lewinsca, M. Y., Raharjo, M., & Nurjazuli, N. (2021). Faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian malaria di Indonesia: review literatur 2016-
2020. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 11(1), 16-28.

Mulyadi. (2019). Akutansi Biaya Edisi Kelima. Stie Ykpn, Yogyakarta.

Nababan, R., & Umniyati, S. R. (2018). Faktor lingkungan dan malaria yang
memengaruhi kasus malaria di daerah endemis tertinggi di Jawa Tengah:
analisis sistem informasi geografis. Berita Kedokteran Masyarakat, 34(1),
11-18.

Najeral, J. A. (2021). Malaria and the work of WHO*. Malaria and the Work of
WHO*, 3, 229–243.

Nawangsasi, C. P. (2012). Kajian Deskriptif Kejadian Malaria di Wilayah Kerja


Puskesmas Rowokele Kabupaten Kebumen Tahun 2011 April 2012. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 1(2), 18855.

55
Nolcemia, F. E. (2021). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Tentang Malaria Di Desa Nebe
Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka Oleh: Fransiska Edelvin Nolcemia
1307. 13251. 113.

Purnama (2017). Epidemiologi Kasus Malaria di Kota Lubuk Linggau, Sumatera


Selatan. J Ilmu Kesehat Masyarakat.;6(04):164-170.
doi:10.33221/jikm.v6i04.2

Purwat (2020). Komparasi Pendapatan Peternak Broiler Pada Kemitraan Cv. Intan
Sukses Abadi Dan Pt. Karya Mitra Kendari Di Kabupaten Konawe Selatan.
Skripsi. Jurusan Peternakan. Fakultas Peternakan. Universitas Halu Oleo.
Kendari.

Rejeki, D. S. S., Murhandarwati, E. H., & Kusnanto, H. (2018). Analisis Spasial


Malaria di Ekosistem Perbukitan Menoreh: Studi Kasus Malaria Bulan
September-Desember 2015. Kes Mas, 12(2), 120-132.

Riyanto. (2020). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Bpfe-


Yogyakarta.

Sesanti, H., & Hastuty, B. (2021). Distribusi Spasial Penderita Malaria Di Distrik.
Distribusi Spasial Penderita Malaria Di Distrik, 25(1), 68–73.
Https://Doi.Org/10.46984/Sebatik.V25i1.1295

Solihati, E. N., Suhartono, S., & Winarni, S. (2017). Studi Epidemiologi


Deskriptif Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Langensari Ii Kota Banjar Jawa Barat Tahun 2017. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Undip), 5(5), 618-629.

Suharno (2019). Agribisnis Ayam Ras. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sukendar, G. E., Rejeki, D. S. S., & Anandari, D. (2021). Studi Endemisitas dan
Epidemiologi Deskriptif Malaria di Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-
2019. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 5(1).

Sutanto (2018). Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Departemen


Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Suyanti, S., & Wahyono, T. Y. M. (2019). Epidemiologi Deskriptif Kematian Ibu


di Kabupaten Serang Tahun 2017. Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Indonesia, 3(1).

56
Thamrin2, S. And S. A. (2020). Penentuan Faktor-Faktor Potensial Yang
Mempengaruhi Kejadian Malaria Di Provinsi Papua Dengan Epidemiologi
Spasial*. Penentuan Faktor-Faktor Potensial Yang Mempengaruhi
Kejadian Malaria Di Provinsi Papua Dengan Epidemiologi Spasial*, 498–
509.
Timmrect (2020). Epidemiologi : Suatu Pengantar. alih bahasa, Munayah Fauziah.
Jakarta: EGC.

WHO (2018). World Malaria Resport. 2018. Switzerland. World Helath


Organization.

Widyastuti, S. D., Riyanto, R., & Fauzi, M. (2018). Gambaran Epidemiologi


Penyakit Tuberkolusis Paru (TB Paru) Di Kabupaten Indramayu. Care:
Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(2), 102-115.

World Health Organization. Worldwide prevalence of malaria 2015-2021:WHO


global database on malaria. 2021.

57
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

58

Anda mungkin juga menyukai