Anda di halaman 1dari 64

1

GAMBARAN KENAKALAN REMAJA SEKOLAH MENENGAH


KEJURUAN MUHAMMADIYAH X YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana


Psikologi

Oleh:

OKTARIANI

1800013300

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2022
2

Daftar Isi
BAB I......................................................................................................................................3
PENGANTAR........................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................8
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................8
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................8
E. Keaslian Penelitian...............................................................................................10
F. Tinjauan Pustaka...................................................................................................11
1. Kenakalan Remaja.................................................................................................11
a. Pengertian Kenakalan Remaja.......................................................................11
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja............................13
1. Rational choice........................................................................................................13
2. Social disorganization.............................................................................................14
3. Strain.........................................................................................................................14
4. Differential association...........................................................................................15
5. Labelling...................................................................................................................15
c. Ciri-ciri kenakalan remaja................................................................................16
d. Karakteristik Kenakalan Remaja....................................................................17
BAB II...................................................................................................................................19
METODE PENELITIAN......................................................................................................19
A. Pendekatan dan Strategi Penelitian (Strategi of Inquiry).........................19
C. Metode Pengambilan Data..............................................................................22
E. Pendekatan Analisis Data...................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................60
3

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Remaja merupakan fase dimana mereka mencari jati dirinya masing-

masing yang mencangkup perubahan biologis, kognitif serta sosial

emosional. Masa remaja dimulai sejak usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir

antara usia 18 sampai 22 tahun (Santrock, 2003). Masa remaja adalah masa

bergejolak dimana sering dijumpai konflik serta perubahan suasana hati

dalam diri remaja tersebut sehingga mereka seringkali berbuat hal yang tidak

sesuai norma (Santrock, 2012).

Saat remaja, banyak terjadi perubahan yang berkaitan dengan hubungan

dengan individu lain, seperti perubahan emosi dalam kepribadian. Oleh

karenannya remaja seringkali merasakan emosi yang kurang stabil sehingga

membuat mereka mengutarakan perasaannya dengan cara yang kurang baik

dan apabila berkelanjutan maka remaja tersebut akan terbiasa sehingga

terjadilah kenakalan remaja (Santrock, 2013).

Kenakalan remaja atau juvenile delinquency perilaku jahat anak muda m

erupakan gejala patologis secara sosial pada remaja yang mengacu pada tin

gkah laku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat sampai pelanggaran se

perti membolos disekolah, merokok tawuran, seks bebas dan tidak memakai
4

pakaian yang sesuai dengan aturan sekolah hingga tingkah laku kriminal (Ka

rtono, 2006).

Menurut Sarwono (2015), kenakalan remaja adalah segala tingkah

laku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana. Jadi, kenakalan

remaja suatu sikap tidak terpuji, perilaku yang bisa memberikan dampak

negatif terhadap remaja, serta menghancurkan masa depan  para remaja.

(Sarwono, 2016) menjelaskan bahwa terdapat 4 jenis kenakalan remaja,

diantaranya kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain,

kenakalan yang menimbulkan korban materi, kenakalan yang tidak

menimbulkan korban di pihak orang lain, dan kenakalan yang melawan

status.

Kenakalan remaja akhir-akhir ini mucul kepermukaan dengan sosok yan

g lebih variatif dan memperhatikan semua pihak, masalah kenakalan remaja

bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari masala

h-masalah sosial yang dihadapi pada umumnya menganggu keamanan dan k

etertiban (Hasan dan Basri 2000).

Selain itu, dari penelitian yang dilakukan oleh Puspitawati (Pratiwi,

2017) menyebutkan bahwa perbedaan gender pada remaja juga merupakan

penyumbang dari salah satu penyebab terjadinya kenakalan remaja. Remaja

laki-laki berpotensi lebih besar untuk melakukan kenakalan remaja

dibandingkan dengan perempuan. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh

Dryfoos (Santrock, 2003) menemukan bahwa remaja laki-laki lebih banyak


5

melakukan tingkah laku kenakalan daripada anak perempuan meskipun

perempuan lebih banyak kabur dari rumah, akan tetapi anak laki-laki lebih

banyak melakukan tindak kekerasan.

Berdasarkan fenomena kasus yang terjadi dilingkungan yang banyak terj

adi pada pelajar yang seharusnya tidak terjadi, hal ini karna pengaruh lingkun

gan keluarga, teman sebaya maupun lebih tua sebagainya.

Ada beberapa kasus tentang kenakalan remaja di SMA Desa Lembakara,

dimana kasus ini menyatakan terdapat remaja SMA yang memperkosa tema

n sendiri karna hobi menonton film porno (Kompas.com).

Kasus berikutnya pelajar SMA dikupang asik melakukan pesta miras dan

merokok didalam kelas dimana diketahui terdapat remaja SMA dan SMK 2

Kupang melakukan pesta minuman keras, wadah yang digunakan adalah bot

ol bekas air mineral dan terdapat juga siswi yang sedang merokok sambil

mengisap rokok dan siswi satunya berdiri sambil menuangkan minuman.

Kasus siswa SMA dan SMK terlibat tawuran hingga menewaskan 1 orang

korban, dan ini sangat merugikan orang tua sehingga menghilangkan nyawa

serta merugikan Sekolah yang bersangkutan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Wahyuni dan Noveri 2018) p

ada siswa remaja terdiri dari 5 remaja yang mengalami kenakalan remaja. ha

sil wawancara menyebutkan bahwa remaja tersebut diajak teman untuk mela

kukan kenakalan seperti merokok, membolos dijam pelajaran remaja tersebut

rata-rata tidak melakukan penolakan karna rasa ingin tau mereka terhadap h
6

al tersebut yang teman-temannya lakukan. Hasil wawancara yang dilakukan t

erhadap remaja lainnya mengatakan bahwa dia memilih untuk melakukan me

rokok karna terlihat lebih gaul dan tidak cupu dibandingkan teman yang tidak

melakukan hal tersebut. Dampak yang dialami remaja tersebut adalah merek

a akhirnya mencoba memberanikan diri untuk merokok dan membolos yang

membuat mereka terbiasa melakukannya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 17 Juni 2022 di

SMK Muhammadiyah X di Yogyakarta yang dilakukan peneliti, memperlihatka

n masih banyak siswa yang keluar di jam pembelajaran, dari penuturan salah

satu guru wali kelas mengatakan siswa tahun ini masih dalam pantauan karn

a gerbang didepan sekolah baru dikunci tepat pada waktunya tidak seperti ta

hun-tahun lalu masih banyak anak-anak yang membolos dengan mudah, juml

ah keseluruhan siswa mendaftar 113 namun sekarang hanya tersisa 112 ora

ng karna satu siswi keluar dari sekolah dengan kasus hamil selama massa o

nline dan menurut penuturan guru wali kelas ini mengatakan siswa yang me

miliki tingkat kenakalan yang lebih banyak itu terdapat pada siswa kelas TBM

(teknik bengkel mesin yang berjumlah 23 siswa) dimana masih merokok, me

mbolos, dan main game yang seharusnya mengoperasikan HP untuk kepenti

ngan belajar dan sering terjadi siswa meminta ijin untuk kekamar mandi serta

tidak kembali lagi sampai pelajaran selesai.


7

Adapun ayat yang menjelaskan tentang perbuatan yang menyimpang t

erhadap norma yang dilakukan seseorang yaitu Surat Al-‘Ankabut Ayat 45

‫ ُر ۗ َوٱهَّلل ُ َيعْ َل ُم‬I‫ذ ِْك ُر ٱهَّلل ِ َأ ْك َب‬I َ‫صلَ ٰو َة َت ْن َه ٰى َع ِن ْٱل َفحْ َشٓا ِء َو ْٱلمُن َك ِر ۗ َول‬ ِ ‫ْك م َِن ْٱل ِك ٰ َت‬
َّ ‫ب َوَأق ِِم ٱل‬
َّ ‫صلَ ٰو َة ۖ ِإنَّ ٱل‬ َ ‫ٱ ْت ُل َمٓا ُأوح َِى ِإلَي‬

َ ‫َما َتصْ َنع‬


‫ُون‬

Artinya: ‘’ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al

Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah

dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat

Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain).

Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat tersebut menjelaskan bagaimana cara mencegah dari perbuatan

munkar dimana kenakalan remaja juga merupakan hal yang munkar atau me

nyimpang dari kepribadian anak pada umumnya. Pentingnya melaksanakan s

olat sebagai upaya untuk terhindar dari perbuatan munkar yaitu perilaku

kenakalan remaja. Hal tersebut menunjukan betapa pentingnya mencegah da

ri perbuatan munkar agar dapat berjalan di jalan yang sebenar-benarnya.

Berdasarkan dari sumber ilmiah dan fenomena yang yang telah dijelas

kan diatas, maka judul yang diambil untuk penelitian skripsi saya adalah

“Gambaran Kenakalan remaja di Sekolah Menengah Kejuruan

Muhammadiyah X Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah
8

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kenakalan remaja di SMK Muhammadiyah X

Yogyakarta?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kenakalan remaja di SMK

Muhammadiyah X Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran kenakalan remaja di SMK

Muhammadiyah X Yogyakarta

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kenakalan

remaja di SMK Muhammadiyah X Yogyakarta

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang hingga tujuan penelitian,

penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik dari segi teoritis maupun

praktis.

1) Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai

rujukan ilmiah pada penelitian-penelitian sejenis di masa yang akan

datang.
9

b. Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan acuan dalam mengatasi

kenakalan remaja yang ada di Sekolah menengah kejuruan.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini menjadi sarana dalam menambah wawasan dan

pengetahuan serta mampu menerapkan dalam mengembangkan

masalah yang sedang diteliti yaitu gambaran kenakalan remaja.

b. Bagi remaja subjek penelitian

Penelitian ini menjadi panduan bagi remaja dalam mengetahui

tentang gambaran kenalan remaja

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi sekolah untuk

menjadi media pembelajaran dan melakukan pendekatan bagi guru

kepada siswa untuk menambah informasi agar meminimalisir

terjadinya kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa.

d. Bagi pembaca

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan menjadi

referensi untuk penelitian sehingga mengetahui bagaimana

gambaran kenakalan remaja.


10

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini didasarkan pada penelitian terdahulu yang

mempunyai tema kajian yang sama, meskipun terdapat perbedaan pada

karakteristik subjek yang digunakan, metode analisis, jumlah dan posisi

variabel penelitiannya.

1. Penelitian yang dilakukan oleh (Johana, 2019) yang berjudul

“Gambaran Kenakalan Remaja Di SMK PGRI 2 Malang” Persamaan

yang ada dalam penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai

gambaran kenakalan remaja. Perbedaan terletak pada metode

penelitian dan juga tempat yang diteliti. Metode penelitian johana

menggunakan metode penelitian kuantitatif sedangkan peneliti

menggunakan metode kualitatif.

2. Penelitian yang dilakukan oleh (Fuada, 2011) yang berjudul “Gambaran

Kenakalan Siswa di SMA Muhammadiyah 4 Kendal”. Persamaan

penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini adalah sama-sama

membahas mengenai gambaran kenakalan. Perbedaan terdapat pada

metode penelitian dimana Fuada mengambil metode penelitian kualitatif

sedangkan peneliti mengambil metode penelitian kuantitatif.

3. Penelitian yang dilakukan oleh (Fonna, 2018) yang berjudul” Gambaran

Kenakalan Remaja pada Siswa di SMA Banda Aceh”. Persamaan peneli

tian yang akan dilakukan dengan penelitian ini adalah sama-sama


11

melakukan penelitian berkaitan dengan kenakalan remaja yang ada di

sekolah. Perbedaan terletak pada tempat dan waktu penelitian dimana

peneliti melakukan penelitian di SMK X Yogkarta sedangkan penelitian

yang dilakukan Fonna bertempat di aceh serta sudah dilakukan pada

tahun 2018.

F. Tinjauan Pustaka

1. Kenakalan Remaja

a. Pengertian Kenakalan Remaja

Menurut Gunarsa (2004) kenakalan remaja merupakan

tingkah laku yang melampaui batas toleransi orang lain atau

lingkungan sekitar serta suatu tindakan yang dapat melanggar

norma-norma dan hukum. Secara sosial kenakalan remaja ini dapat

disebabkan oleh suatu bentuk pengabdian sosial sehingga remaja ini

dapat mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.

Kenakalan remaja aalah suatu perilaku yang dilakukan oleh remaja

dengan mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam

masyarakat. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang

menyimpang dari norma-norma dan hukum yang dilakukan oleh

remaja. Perilaku ini dapat merugikan dirinya sendiri dan orang-orang

sekitarnya.
12

Kenakalan remaja atau Juvenile delinquent merupakan

perilaku kejahatan yang merupakan gejala sakit secara sosial pada

remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial,

sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang

menyimpang (Kartono, 2005).

Istilah kenakalan remaja merujuk pada berbagai perilaku, mulai

dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti berbuat

onar disekolah), status pelanggaran (melarikan diri dari rumah),

hingga tindakan kriminal (seperti pencurian) Untuk keperluan

hukum, dibuat pembedaan antara indeks pelanggaran dan status

pelanggaran sebagai berikut Santrock (2007).

Indeks pelanggaran Santrock (2007) index offenses adalah

tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja atau pun orang

dewasa. Tindakan kriminal tersebut meliputi perampokan, serangan

yang menimbulkan kerugian, pemerkosaan dan pembunuhan.

Status pelanggaran (offensecxfs status) misalnya melarikan diri,

membolos dari sekolah, mengkonsumsi minuman keras meskipun

masih dibawa umur, melakukan hubungan seksual, dan tidak dapat

dikendalikan, merupakan tindakan yang kurang serius. Tindakan ini

ditampilkan anak-anak mudah dibawah umur, yang diklasifikasikan

sebagai pelanggar remaja. Studi yang dilakukan baru-baru ini


13

menemukan bahwa status pelanggaran cenderung meningkat di

masa remaja, Bongers (Santrock, 2007)

(Gunarsa, 2004) mendefinisikan bahwa kenakalan remaja itu

terjadi pada remaja yang mempunyai konsep diri lebih negatif

dibandingkan dengan remaja yang tidak bermasalah. Remaja yang

dibesarkan dalam keluarga kurang harmonis dan memiliki

kecenderungan yang lebih besar menjadi remaja yang nakal

dibandingkan remaja yang dibesarkan dalam keluarga harmonis dan

memiliki konsep diri yang positif.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja

untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang

mengakibatkan kerugian atau kerusakan baik terhadap dirinya

sendiri maupun orang lain.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja

(Sarwono, 2013) menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat

kenakalan remaja antara lain:

rational choice, social, disorganization, strain, differential association,

labelling, male phenomenon.

1. Rational choice

Teori ini mengutamakan faktor individu daripada faktor

lingkungan. Kenakalan yang dilakukan atas pilihan, interes, motivasi


14

atau kemauannya sendiri. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa

manusia adalah makhluk rasional dan didorong oleh kepentingan

pribadi dalam tindakan sehari-hari mereka.

2. Social disorganization

Teori menyebutkan kenakalan terjadi karena kurangnya

atau hilangnya pranata-pranata masyarakat yang selama ini

menjaga keseimbangan atau harmoni dalam masyarakat. Orang tua

yang sibuk dan guru yang kelebihan beban merupakan penyebab

dari berkurangnya fungsi keluarga dan sekolah sebagai pranata

kontrol. Remaja yang nakal sering kali berasal dari keluarga yang

orang tuanya jarang mengawasi anaknya dan memberikan

dukungan pada anak serta menerapkan disiplin pada anak secara

efektif. Pengawasan orang tua terhadap remaja sangat penting

dalam menentukan tingkah laku remaja, semakin sedikit yang

diketahui orang tua mengenai anaknya, semakin besar

kecenderungan anak akan terjerumus pada perilaku nakal.

Penelitian Gerald Patterson, dkk (dalam Santrock, 2003)

menunjukkan bahwa pengawasan orang tua yang tidak memadai,

meliputi rendahnya pengawasan terhadap remaja, dan penerapan

disiplin yang tidak efektif serta sesuai, keluarga merupakan faktor

utama dalam menentukan munculnya kenakalan.


15

3. Strain

Ketegangan ikut andil dalam mempengaruhi kenakalan

remaja, teori strain mengemukakan bahwa tekanan yang besar

dalam masyarakat misalnya kemiskinan, menyebabkan sebagian

dari anggota masyarakat yang memilih jalan rebellion melakukan

kejahatan atau kenakalan remaja. Kelompok remaja dengan sosial

ekonomi rendah memiliki kesempatan untuk mengembangkan

keterampilan yang diterima oleh masyarakat, mereka mungkin saja

merasa bahwa mereka bisa mendapatkan perhatian dan status

dengan cara melakukan tindakan antisosial. Menjadi “tangguh”

dan “maskulin” adalah contoh status yang tinggi bagi anak-anak

dari kelas sosial yang rendah, dan status seperti ini sering

ditentukan oleh keberhasilan remaja dalam melakukan kenakalan

dan berhasil meloloskan diri setelah melakukan kenakalan

(Santrock, 2007).

4. Differential association

Faktor yang menyebabkan kenakalan remaja adalah

salah pergaulan. Remaja selalu berinteraksi dengan teman

sebayanya, menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman

sebayanya daripada keluarga. Memiliki teman-teman yang nakal

akan cenderung membuat remaja menjadi nakal. Teman sebaya

dimasa remaja bisa positif dan negatif, rekan sebaya berperan


16

sebagai jembatan utama antara peran keluarga dan sosial dewasa

(Berk, 2012).

5. Labelling

Teori ini menyebutkan remaja menjadi nakal karena

diberi label. Ketika orangtua memberikan label nakal kepada

anaknya secara terus-menerus, anak akan menangkap label

tersebut sebagai dukungan atas perilaku nakal yang dan kemudian

dijadikan identitasnya, sehingga remaja menjadi anak yang nakal,

karena remaja masih dalam proses mencari identitas. Orang tua

adalah tokoh yang berpengaruh dalam proses pencarian identitas

remaja karena pembentukan identitas ditingkatkan melalui relasi

keluarga (Santrock, 2007).

c. Ciri-ciri kenakalan remaja

Menurut Kartono (2014), ciri-ciri kenakalan pada remaja adalah:

1) Perilaku meresakan masyarakat sekitarnya, tingkah laku yang tidak

terkendali serta suka meneror lingkungan sekitarnya.

2) Perkelahian antar geng, antar kelompok, antar sekolah, (tawuran),

sehingga kadang-kadang membawa korban jiwa. Membolos

sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi di

tempat-tempat terpencil sambil melakukan eksperimen bermacam-

macam kejurdanaan dan tidak asusila.


17

3) Kriminalitas anak remaja, antara lain berupa perbuatan

mengancam, intimidasi, memeras,melakukan pembunuhan,

dengan jalan menyembeli korbannya; mencekik, meracun, tindakan

kekerasan, dan pelanggaran lainnya.

4) Tindakan melanggar norma secara terang-terangan.

Mabuk-mabukan melakukan hubungan seks bebas atau

mabuk-mabukan hebat dan menimbulkan keadaan yang mengnggu

lingkungan. Kecenderungan ketagihan narkoba seperti: rokok,

ganja, yang erat kaitannya dengan tindakan kejahatan.

d. Karakteristik Kenakalan Remaja

Menurut Kartono (2014), remaja nakal itu mempunyai

karakteristik umum yang sangat berbeda dengan remaja yang tidak

nakal. Perbedaan itu terdiri dari:

1) Perbedaan struktur intelektual

Pada umumnya inteligensi mereka tidak berbeda dengan

inteligensi anak-anak yang normal, namun jelas terdapat fungsi-

fungsi kognitif khusus yang berbeda. Biasanya kenakalan remaja

ini mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas prestasi

daripada nilai untuk keterampilan verbal. Mereka kurang toleran

terhadap hal-hal yang ambigius biasanya mereka kurang mampu


18

memperhitungkan tingkah laku orang lain bahkan tidak menghargai

pribadi lain dan menganggap orang lain sebagai cerminan diri

sendiri.

2) Perbedaan fisik dan psikis

Remaja yang nakal lebih “idiot secara moral” dan memiliki

perbedaan ciri-ciri karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika

dibandingkan dengan remaja normal. Bentuk tubuh mereka lebih

“mesomorphs” yaitu relatif berotot, kekar, kuat dan pada umumnya

bersifat lebih agresif. Hasil penelitian juga menunjukkan

ditemukannya fungsi fisiologis dan neurologis yang khas pada

remaja nakal, mereka kurang bereaksi terhadap stimulus kesakitan

dan menunjukkan ketidak matangan jasmaniah atau anomaly

perkembangan tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa remaja nakal berbeda dengan remaja yang

tidak nakal. Remaja nakal biasanya lebih percaya diri,

pemberontakan, mempunyai kontrol diri yang kurang, tidak

mempunyai orientasi pada masa depan dan kurangnya komunikasi

sosial, sehingga sulit bagi mereka untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan sosial.
19

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Strategi Penelitian (Strategi of Inquiry)

Penelitian ini berusaha mencari tentang gambaran kenakalan remaja di

SMK X Yogyakarta menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

digunakan karena sangat tepat untuk mengakomodasi tujuan penelitian ini.

Pendekatan kualitatif membantu memahami suatu proses dan meneliti latar

belakang kasus yang tidak dapat dijangkau dengan pendekatan kuantitatif

serta meneliti hal-hal yang berkaitan dengan responden pada situasi yang

alami. Pendekatan kualitatif ini juga memungkinkan peneliti melakukan

metode penelitian yang sesuai dengan kasus yang diperoleh dari penelitian

dikarenakan pendekatan kualitatif bersifat fleksibel.


20

(Moleong, 2016) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan

dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-

kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang bertujuan

mempelajari secara intensif suatu latar belakang, status terakhir, serta

kondisi interaksi yang terjadi di lingkungan. Studi kasus merupakan metode

untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan sesuatu kasus.

Kasus ini bisa berkenaan dengan perorangan, kelompok (kerja, kelas,

sekolah, kelompok, ras, agama, sosial, budaya, dan lain-lain), keluarga,

lembaga, organisasi, daerah, masyarakat, dan lain-lain. Studi kasus yang

diarahkan pada mengkaji kondisi, kegiatan, perkembangan dan faktor-faktor

yang penting terkait dan menunjang kondisi dan perkembangan tersebut

(Hardani, 2020).

Jenis penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif. penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang

berguna untuk mengungkap atau mendeskripsikan kejadian, fakta, keadaan,

fenomena, variabel dan kejadian yang terjadi pada saat penelitian

berlangsung dengan menyediakan keadaan yang sebenarnya terjadi


21

ditempat penelitian. Tujuan penelitian dengan menggunakan pendekatan

kualitatif tersebut adalah agar mendapatkan data deskriptif dan juga

mendalam dari narasumber dan informan (sugiono, 2016).

B. Sampling.

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif umumnya

memperlihatkan karakteristik: (1) tidak diarahkan pada jumlah sampel yang

besar, melainkan dengan kasus-kasus tipikal sesuai dengan kekhususan

masalah dalam penelitian; (2) sejak awal tidak ditentukan secara statis, tapi

dapat berubah baik dalam jumlah ataupun karakteristik yang diambil dari

sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam

penelitian; (3) tidak diarahkan pada jumlah atau peristiwa acak, melainkan

pada kecocokan konteks (Poerwandari, 2013). Dari penjelasan menyangkut

dengan karakteristik tersebut. Dalam penelitian kualitatif jumlah sampel tidak

harus ditentukan secara pasti diawal penelitian.

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam pemilihan

subjek. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2016). Alasannya digunakannya

teknik ini karena subjek dalam penelitian ini memiliki kriteria khusus yang

akan mempermudah proses penggalian data sehingga menjadi lebih detail

dan mendalam.
22

Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut;

1. Siswa yang bolos sekolah lebih dari 3 kali

2. Siswa yang tidak masuk tanpa alasan lebih dari 3 kali

3. Bersedia untuk menjadi subjek penelitian

Dalam proses wawancara peneliti tidak hanya mengajukan pertannyaan

tetapi mendapatkan pengertian tentang pengalaman hidup orang lain. Hal ini

hanya dapat diperoleh dengan interview. Dengan adanya wawancara

mendalam peneliti akan menangkap arti dari informasi yang diberikan oleh

subjek atau partisipan dalam pengalamannya. Dari pengalaman inilah yang

nantinya akan dianalisis oleh peneliti (Nurnaningsih, 2018)

Wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

semi terstruktur yang akan dilakukan pada remaja yang terindikasi kenakalan

remaja. Tujuan dari wawancara ini menurut Esterberg (Sugiono, 2016)

adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, pihak yang

diwawancarai dapat diminta untuk mengemukakan pendapat dan idenya.

C. Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan

proses observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi yang akan

digunakan dalam proses penelitian adalah observasi non partisipatif dan

wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara


23

semi terstruktur serta dokumentasi yang didapat dari peneltian ini adalah

catatan dari sekolah dan juga foto.

1. Observasi non partisipatif. Dalam observasi nonpartisipatif

(nonparticipatory observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan,

dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan

(Hardani, 2020).

2. Wawancara semi terstruktur. Dalam wawancara ini peneliti memiliki

kebebasan menyelidiki orang yang diwawancarai untuk menguraikan

jawaban dari narasumber atau untuk mengikuti alur penyelidikan yang

diperkenalkan oleh orang yang diwawancarai. Peneliti biasanya

menggunakan wawancara semi terstruktur yang melibatkan sejumlah

pertanyaan terbuka berdasarkan topik yang ingin peneliti dapatkan. Sifat

pertanyaan terbuka yang diajukan mendefinisikan topik yang sedang

diselidiki tetapi memberikan peluang bagi pewawancara dan orang yang

diwawancarai untuk membahas beberapa topik secara lebih dalam dan

rinci (Hancock, 2009).

3. Dokumentasi dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dari

dokumen atau kegiatan saat penelitian dilaksanakan sehingga peneliti

mendapatkan catatan yang berhubungan dengan penelitian seperti

kondisi sekolah, keadaan siswa serta foto pada saat penelitian sedang

dilaksanakan sebagai penguat. Dokumentasi ini dilakukan untuk


24

mendapatkan data-data yang belum didapatkan melalui observasi dan

wawancara. (Herdiansyah, 2010).

D. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap gambaran

kenakalan remaja di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah X di

Yogyakarta dengan jumlah responden sebanyak 4 orang. Adapun beberapa

tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Membuat dan menyiapkan guide interview atau pedoman wawancara

sesuai dengan dimensi gambaran kenakalan remaja sehingga

pertanyaan yang akan diajukan tidak lepas dari tujuan penelitian.

2. Melakukan persiapan interview. Menyiapkan alat pendukung saat

melakukan proses interview seperti buku catatan ataupun voice recorder.

3. Peneliti membangun rapport dengan responden penelitian. baik itu

keakraban yang terjadi secara langsung ataupun melalui media sosial.

4. Membuat informed consent sebelum proses interview dilaksanakan.

Selanjtunya menentukan waktu dan tempat untuk proses interview.

5. Melakukan wawancara semi terstruktur terhadap responden dengan

merekam dan mencatat percakapan serta sesi interview.

6. Memindahkan hasil rekaman beserta wawancara dalam bentuk transkip

tulisan atau verbatim tertulis.


25

7. Melakukan analisis data dari hasil transkip wawancara dengan membuat

unit makna dan interpretasi makna dari hasil wawancara atau membuat

pengkodingan.

E. Pendekatan Analisis Data

Analisis data menurut sugiono (2018) adalah suatu proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh melalui hasil

wawancara, catatan lapangan serta dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan deskriptif kualitatif. Beberapa tahapan

dalam proses analisis data menurut miles Dan huberman (sugiyono, 2018)

1. Reduksi Data.

Sugiono (2018) menyatakan bahwa reduksi data adalah merangkum,

memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting sesuai

dengan topik penelitian, mencari tema dan polanya yang akhirnya

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya. dalam mereduksi data akan

dipandu oleh tujuan yang akan dicapai dan telah ditentukan sebelumnya.

Reduksi data juga merupakan suatu proses berpikir kritis yang

memerlukan kecerdasan dan kedalaman wawansan yang tinggi.


26

2. Penyajian Data

Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam

bentuk table, grafik, flowchart, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian

data tersebut, maka data dapat terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungan, sehingga akan mudah dipahami. Selain itu dalam penelitian

kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Melalui penyajian data

tersebut, maka data terorganisasikan dan tersusun sehingga akan

semakin mudah dipahami (Sugiono, 2018).

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir dalam menganalisis data dari penelitian kualitatif

aalah penarikan kesimpulan. Menurut Sugiono (2018) kesimpulan dalam

penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan

sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan

bahwa masalah dan perumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih

bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di

lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga telah

diteliti menjadi jelas.


27

F. Keterpercayaan (Trustworthiness) Penelitian

Untuk menguji keabsahan data yang didapat agar benar-benar susuai

dengan tujuan penelitian, maka uji kabsahan data dalam penelitian kualitatif

meliputi uji:

1. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sebagaimana

mestinya sehingga tingkat kepercayaan penemunya dapat dicapai dan

menunjukan derajat kepercayaan hasil penemuan melalui pembuktian

oleh peneliti pada kenyataan yang sedang di teliti. Moleong (2014).

Menurut sugiono (2016) kredibilitas dapat diperiksa dengan:

a. Perpanjangan pengamatan

Pada saat ini peneliti melakukan pengamatan kembali ke

lapangan. Melaksanakan wawancara kembali dengan sumber daya

yang pernah ditemui maupun sumber yang baru. Disamping itu,

hubungan peneliti dengan para narasumber akan semakin terbentuk

rapport, semakin akrab, terbuka, saling mempercayai sehingga

kemungkinan informasi yang disembunyikan akan lebih kecil.

b. Peningkatan Ketekunan

Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan secara lebih

cermat , teliti, dan berkesinambungan.

c. Trianggulasi
28

Proses ini digunakan dengan memanfaatkan wawancara atau

data lain untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

yang diperoleh tersebut. Moleong (2014) pengecekan dilakukan

peneliti kepada subjek penelitian dengan cara melakukan wawancara

kembali dalam situasi yang berbeda dan apabila hasil atau informasi

yang diperoleh menunjukan data yang sama maka dapat dipastikan

data tersebut sesuai dengan kondisi subjek yang sebenarnya.

d. Menggunakan Bahan Referensi

Penggunaan bahan referensi atau pendukung untuk

membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh,

data yang diperoleh melalui wawancara akan di dukung dengan

menggunakan referensi buku pendukung.

e. Menggunakan Member Check

Melakukan proses pengecakan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui

seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan

oleh pemberi data.

2. Reabilitas

Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat

mengulangi/ mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian

kualitatif, uji reabilitas dilakukan dengan melakukan audit terhadap


29

keseluruhan proses penelitian.. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses

penelitian ke lapangan tetapi bisa memberikan data. Maka dari itu perlu

adanya uji reabilitas. Sugiono (2015)

3. Kemampuan Aplikasi

Seperti telah dikemukakan bahwa aplikasi merupakan validitas

eksternal dalam penelitian kualitatif. validitas eksternal menunjukan derajat

ketepatan atau dapat ditetapkannya hasil penelitian ke populasi dimana

sampel tersebut diambil. Nilai transfer tersebut berkenaan dengan

pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat ditetapkan atau digunakan

dalam situasi lain. Oleh karena itu agar orang lain dapat memahami hasil

penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil

penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporan harus memberikan

uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian

maka pembaca akan dapat jelas membaca penelitian tersebut. Sugiono

(2016).

4. Objektivitas (Neutrality)

Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati

banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji objektivitas mirip dengan uji

dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan bersamaan. Uji

objektivitas berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang


30

dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian

yang dilakukan maka penelitian tersebut telah memenuhi standar

objektivitas. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi

hasilnya ada. Sugiono (2016).

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah

Penelitian ini adalah penelitian mengenai Gambaran kenakalan Remaj

a. Penelitian ini dilakukan disalah satu Sekolah Menengah Kejuruan

Muhammadiyah X di Yogyakarta. Tempat dan nama baik itu subjek penelitian

ataupun Significant person di samarkan untuk melindungi instansi beserta

orang-orang yang terlibat di dalamnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan

beberapa guru dimana terdapat masih banyak anak-anak yang melakukan k

enakalan remaja seperti membolos dan alfa tanpa keterangan hingga sampai
31

mendapatkan surat panggilan yaitu SP terhadap orang tua /wali murid diman

a siswa banyak melakukan bolos dan alfa diluar batas yang sudah diberikan

oleh pihak sekolah.

Penelitian ini dilakukan dengan 3 orang respoden dan dan 4 sebagai si

ngnifikan respoden. Peneliti mendapatkan subyek berdasarkan dari guru BK

sesuai kriteria yang dibutuhkan oleh peneliti dimana subyek yang melakukan

bolos da alfa melebihi dari 3 kali dalam satu semester dan significant respode

n terdiri dari wali kelas subyek ,guru bk dan teman subyek serta guru yang be

rsangkutan semua yang berhubungan dengan subyek dan kenal dekat denga

n subyek.

Subyek I berinisial NF adalah seorang siswa di SMK kretek Muhamma

diyah seorang anak tunggal dengan memiliki orang tua yang lengkap Kemudi

an subyek II berinisial TH anak ketiga Kemudian subyek III berinsial AR seor

ang perempuan merupakan anak pertama.

B. Pelaksanaan Penelitian

Tahap pertama dalam proses penelitian yaitu pada tanggal 16 Juni 20

22 menghubungi salah satu guru untuk bertemu meminta waktu disekolah be

rtujuan meminta ijin untuk melakukan penelitian memberikan surat ijin yang di

turunkan langsung dari kampus kemudian membuat janji dengan guru untuk

bertemu langsung dengan calon subyek yang sudah direkomendasian oleh g


32

uru dengan siswa-siswa yang sesuai kriteria dalam penelitian yang akan dila

kukan kemudian peneliti terjun ke sekolah untuk menemui siswa pada tangga

l 02 Agustus 2022 yang akan dijadikan subyek kemudian bertemu lalu memb

erikan informed consent yang sudah dibuat oleh peneliti terlebih dahulu serta

peneliti terlebih dahulu melakukan building rapport yang mana tujuannya agar

terbentuknya rasa aman agar penelitian berjalan dengan lancar setelah penel

iti meminta ketersediaan subyek untuk menjadi respoden dalam penelitian ga

mbaran kenakalan remaja selanjutnya peneliti juga meminta ketersedian sing

nificant person untuk membantu untuk memberikan informasi Kemudian pen

eliti dan subyek mengatur waktu yang tepat untuk bertemu karna subyek sed

ang melakukan magang 2 orang dan satu masih kelas 2 maka dari itu menye

suaikan waktu untuk dapat melakukan wawancara komunikasi ini melalui W

hattsap.

1. Subyek pertama

Nama /insial :NF

Umur :17 th

Jenis kelamin : laki –laki

TTL :03 -08-2005

Pendidikan : SMK

Alamat :
33

2. subyek kedua

Nama /insial :TH

Jenis kelamin : Laki-Laki

Umur :22 th

TTL : 04-03-2001

Pendidikan : SMK

Alamat :

3. Subyek ketiga

Nama /insial :AR

Jenis kelamin :perempuan

Umur : 17 th

TTL : 12-08-2005

Pendidikan : SMK

Alamat :

Saat tahap pertama telah selesai lalu lanjut tahap kedua yaitu terjun kelap

angan untuk melakukan pengambilan data dimulai dari pada hari senin tangg

al 03 Oktober 2022 di tempat magang subyek yaitu dibengkel yang tidak jauh

dari sekolah .wawancara dilakukakan karna jarak bengkel subyek dan peneliti

cukup jauh dari kota dan pintu masuk wisata pantai prangkritis .dilakukan set

elah subyek selesai melakukan magang karna kebetulan bengkel subyek cep
34

at tutup karna akan bepergian yang punya bengkel jadi tutup lebih awal dari b

iasanya.

Setelah data yang diperlukan sudah mencukupi, peneliti melakukan anali

sis isi dengan mendengarkan seluruh isi dari rekaman dan menuliskannya ke

mbali dalam bentu verbatim, seluruh ucapan serta kalimat dalam rekamana

n penelitian Kemudian dicatat oleh peneliti. Kemudian peneliti mendeskrispik

an kesimpulan dari percakapan dalam wawancara yang dilakukakan oleh pen

eliti dan subyek.

Tabel .1 Rincian Pelaksanaan Pengambilan Data

Subye tanggal Waktu Tempat Agenda

k Penelitian pelaksanaan

NF 01 Oktobe 10:00-11: 30 wib Bengkel Wawancara &

r 2022 observasi

TH 03 Oktobe 10:00-11-30 wib Bengkel Wawancara &

r 2022 observasi

AR 04 Oktobe 09:00-10:30 wib Ruang BK Wawancara &

r 2022 (sekolah ) observasi

Temuan penelitian
35

Dalam penelitian ini tidak terlalu sulit menemukan subyek sesuai deng

an kriteria. Maka penelitian ini bersifat homogeny karna masing-masing suby

ek memilikikarakteristik yang sama yaitu seorang siswa yang melakukan bolo

s dan alfa tanpa keterangan melebihi batas yang diberikan sekolah dan siswa

yang sudah mendapatkan surat panggilan orangtua kesekolah banyak hal ya

ng terjadi ketika peneliti pada saat melakukan penelitian dimana sekolah san

gat terbuka dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti ada b

eberapa hambatan pada saat terjun ke lapangan dimana menyesuaikan wakt

u dengan guru sekolah sedang ada acara sehingga tertunda dan dengan sub

yek juga memiliki beberapa hambatan dimana subyek mengulur waktu untuk

melakukan wawancara dan juga ada subyek yang sempat hilang kabar meng

ganti nomor Whattsap tanpa sepengetahuan peneliti dan diketahui alasan lup

a memberi tau dan lupa sudah ada proses wawancara yang dilakukan setela

h kesepakatan dan hambatan terakhir dengan subyek terakhir sudah mengk

onfirmasi dengan subyek bahwasannya akan melakukan wawancara namun

subyek malah tidak masuk sekolah atau tidak hadir setelah mendapat konfirm

asi dari guru hampir satu kelas tidak masuk dan diketahui alasannya pada pa

gi itu memang hujan dan kebanyakan siswa tinggal di gunungkidul dan orang

tua/wali tidak mengijinkan untuk kesekolah karna jalanan yang tidak memadai

dan licin takut terjadi hal yang tidak diinginkan oleh orang tua terhadap anak-

anak termasuk subyek ,namun selain hujan sering terjadi juga tidak masuk ke
36

las pada siswa hampir sebagian anak sehingga guru harus turun mencari sat

u persatu.

C. Hasil penelitian

Ketiga remaja terdiri dari dua orang laki-laki dan satu orang perempua

n sepakat untuk berpartisiipasi dalam penelitian ini dengan rentang usia dari

17-22 tahun subyek yang duduk dikelas 2 dan subyek kelas 3 yang pada saat

ini sedang melakukan magang untuk memenuhi tugas akhir sekolah dimana

ketiga subyek ini memiliki latar belakang yang sama yaitu berasal dari keluar

ga yang ekonomi rendah da nada salah satu dari mereka yang bisa dikatakan

tidak mampu seperti yang dibilang subyek.

Analisis pada penelitian ini menghasilkan empat tema utama yang bisa meng

ambarkan kenakalalan remaja SMK X Yogyakarta keempat tema tersebut ad

alah kurangnya kontrol diri dari orang tua, kekecewaan terhadap figure orang

tua ,permasalahan dengan teman sebaya,dan hubungan yang kurang baik de

ngan guru,Berikut ini penjabaran dari masing-masing tema yang ditemukan d

ari hasil wawancara:

1. Kurangnya kontrol diri dari orangtua

Dalam tahap masa remaja ini penting sekali pantauan dari

orangterdekat terutama dari orang tua dimana orang tua menjadi tempat

bercerita anak dan orang tua menenami masa tumbuh kembang anak
37

namun berbeda dengan ketiga subyek ini (S1,S2,S3 ) dimana diantara

mereka terdiri dari anak yang broken home yang tinggal orang tua dan

sampai subyek yang tinggal jauh dari orang tua dan akan memikili

pantauan dari orang tua yang sangat kecil berikut hasil wawancara.

Subyek #1 (NF) : “Terserah saya mau ngapain karna sudah besar paling

nanti kena marah dan baikan lagi pergi dari rumah nanti balik lagi udah

biasa aja kalo lakuin kenakalan mba.”

Significant person #1 : “Ee nek dari lingkungan dia ini anak tunggal dan

terlalu diamin aja makanya ngeyel kalo dikasih tahu.”

Subyek #2 (TH) : “Ya mereka kan tidak tahu mba mereka jauh dan tidak

bertemu langsung jadi tidak akan tahu apa yang saya lakuin dan kalo

tau seperti biasa saya minta maaf dan pastinya diulangi lagi mba

hehe”.

Significant person #2 : “Kalau TH mempunyai saudara yang banyak kalo

tidak salah 7 saudara dan dia tinggal dipondok mba jadi pengawasan

orang tua bisa dibilang kurang”.

Subyek #3 AR : “Wes rak diurusi juga mau bolos terserah kamu mau apa

saja terserah”.
38

Significant person #3 : ”Nah kalo ini ibunya sudah tidak serumah dia

tinggalnya dengan si mba yang sudah tua.”

Dari pengakuan dari masing subyek ada yang memanfaatkan jarak

dengan orang tua bisa melakukan hal sepuasnya ditambah lagi jarang

bertemu hanya via telpon dan akibat terlalu dimanja jadi sesusa hati NF

untuk melakukan kenakalan yang biasa dia lakukan karna dia sudah tahu

nanti hanya akan dimarahi dan akan berujung baik baik saja dari

pengakuan subyek AR dia sudah tidak peduli karna ibunya sudah lepas

tangan dengan dia dan dia merasa bebas melakukan apapun tanpa

kawasan dari simbah yang sibuk bekerja dan juga sudah tua dan tida

memiliki saudara yang dekat ataupun sepupu jadi hanya memiliki teman

dan pacar.

2. Kekecewaan terhadap figur orang tua

Akibat kekecewaan subyek terhadap orang tua membuat subyek berfiki

r mengapa dia harus dilahirkan jika hanya untuk di sia -sia S3 merupakan

anak perempuan pertama dimana memiliki orang tua yang broken home d

an ibu pergi menikah lagi dan tidak pernah bertemu lagi

Subyek AR 3# : “Wes rak diurusi juga mba mau bolos terserah kamu apa

aja terserah “.
39

Subyek merasa kecewa karna sudah ditinggal oleh orang tua dari kecil

dan sering merenung menyendiri sambil berfikir mengapa dilahirkan jika ha

nya untuk di sia-sia kan

Significant person #3 CH : “Nah kalo ini ibunya tidak dirumah dia tinggalny

a sama simbanya dia tapi sekarang sudah lumayan bagus ada peruba

han ada guru yang merasakan perubahan juga seperti sudah mengerj

akan tugas rajin masuk dan nggak bolos lagi semenjak berteman deng

an RN saya memperhatikan ketika masuk kelas dia apa-apa kalo ada t

ugas suka diskusi berdua mungkin menurut saya wah allhamdulillah

di apunya teman yang bisa merubah tapi kepas dari itu kita ngk tau ala

sannya apa tapi kita liat disekolah cuma itu”.

Guru melihat adanya perubahan perilaku kebiasaan yang biasa nya dil

akukan subyek sekrang sudah tidak dan menurut pengakuan guru subyek

mulai berteman dekat dengan salah satu anak berikt pengakuan anak yan

g bersangkutan melalui wawancara.

Significant person #5 RA :”Iya kaka aku tegasin aku ngomongin kemarin t

u ‘’ kamu udah besar terus sekarang kamu juga uda bisa bedain mana

yang tanggung jawab mana yang engga kamu ini pelajaran tugasmu b

elajar terus kalo kmau enggak sekolah kek gini tanggung jawab mu ma

na kamu ni harapan mbah mbah mu masa tega si kamu sama mbah m


40

u yang cari uang panas-panasan cuma biayain kamu sekolah, uang se

kolah juga mahal ini swasta nggak negeri lagian mbah mu udah tua ka

n seharusnya kamu sekarang berubah gimana caranya harus bahagia

n in mba dengan cara sekolah bahagian orang tua nggak harus berjua

ng kok dengan kamu sekolah juga bisa terus alasan kamu apa lagi n

ggak ada teman ini aku ada kamu lulus dari sini nggak harus jadi guru

penting kamu lulus jangan main-main kasian membiayain kamu tapi ke

lakuan kamu kek gini diluar sana”.

Dibalik alasan itu teman subyek juga menghubungi pacar subyek yang

lebih didengarkan oleh subyek tanpa sepengetahuan subyek.

3. Permasalahan dengan teman kelas

Salah satu subyek yaitu S1 memiliki promblem dengan teman sekelas

juga menjadi salah satu alasan untuk malas masuk kedalam kelas dimana

permasalahan ini sudah ditanggani oleh guru wali kelas namun belum sam

pai selesai.

Subyek #1 (NF) : “Nggakk semua mba cuman ada satu tapi dia

mengomporin teman lainnya buat ngkk suka sama saya mba”.

Significant person #1 (CH) : “Kalo itu saya sudah berusaha dan sudah

manggil si R (yang bermasalah dengan NF) dan mengatakan ‘’kamu

ini satu sekolah satu keluarga disini jangan seperti itu terus dia
41

mengatakan iya bu besok kuselesaikan ternyata saya sudah tidak

menjadi wali kelas mereka lagi dan masalah itu jadinya terjeda dari

ananknya juga iya, iya tapi tidak dilakukan dan mereka pun keburu

magang jadi berlarutlah masalah ini”.

Significant person #1 (CH) :”Sebenarnya tidak semua anak kelas yang

dibawak oleh R beberapa diaman NF ini berteman dengan D dia

hanya punya D diekalas dan sui R mungkin berhasil mempengaruhi si

D ini jadinya si NF merasa tidak memiliki teman kaena hanya D

temannya dieklas yang biadabnya di bawak keluar nah si R ini yang

punya suara dikelas jadi si NF sudah merasa kalah suara dari pada si

R dan si D ini anaknya netral berteman dengan semua orang

termasuk dengan R”.

Significant person #1 CH : “Ini cerita dari pandangan si NF sendiri terlebihi

dahulu awal permasalahan dahulu waktu itu dimushola nah si R ini

ngomong nggak tau ngomong apa dan si NF ini ngomong orak sopan karo

kakak kelas si R ini tidak terimah nah sekarang sudah tamat si R mungkiin

membalas gitu”.

4. Hubungan yang kurang baik dengan guru tertentu


42

Dari ketiga subyek (S1,S2,S3) memiliki alasan yang sama dalam mela

kukan bolos di jam mata pelajaran yang sama dengan alasan yang hampir

sama berikut peryataan subyek didalam wawancara:

Subyek #1 (NF) : “Karena kurang enak pelajarannya ,membosankan mba t

erus karena gurunya”.

Subyek #1 (NF) : “Aku tuh kadang kurang suka aja gitu loh mba karena gu

runya kaya ada dendam sama aku mba”.

Subyek mengaku tidak tertarik dimapel tertentu dan merasa gurunya

memiliki emosi terhadap kesalahan yang pernah dia lakukan berikut peryat

aan guru yang bersangkutan.

Significant person #1 (RN) : “Ya itu karna dampak kesalahan yang mereka

lakukan yang sering bolos da alfa itu anak TBSM semuanya itu”.

Subyek TH dan AR juga memiliki alasan yang sama pengakuan sering

bolos di mata pejaran yang bersangkutan.

Subyek #2 (TH):”Karna ada yang ngk saya suka mbak dan ada juga mata

pelajaran yang nggak saya suka mba saya sering sakit tapi sering dibi

kin alfa sam agurunya mbk ngk dipercaya sama gurunya mba”.

Subyek #2 (TH) : “Gurunya pilih kasih ke anak dan klao ada tugas ngk dika

sih tau yo mana yang salahnya mbak mapel b.****”.


43

Dari pengakuan TH sering sakit tapi dibuat alfa dan setiap membuat t

ugas tidak pernah diberikan evaluasi yang benar berikut pengakuan dari g

uru yang bersangkutan dan wali kelas.

Significant person #2 (RN) : “Saya marah kepada mereka kalo mereka me

mpunyai sikap yang kurang bagus karna yang penting ahlak dulu bar

u pembelajaran ditambah lagi siswa ini sering tidka masuk dan bolo

s”.

Significant person 3# : “Iya, dan bohongnya juga agak terlalu ngk pintar git

u mbak jadi kan ini perempetan nah pokoknya itu tidak jauh dari ruma

h saya mungkin 1 kiloan jadi saya tetangganya itu jadi pernah ijin da

n katanya sakit perut pas saya pulang masuk keperempatan keselata

n kekanan dan dia ada disitu dengan segra bugar duduk disitu tapi sa

ya pur-pura tidak melihat saja dan saya terbesit wah cah nakal dan it

u bukan sekali dua klai sering seperti itu dan saya konfirmasi kepada

kakak angkatannya yang pernah belajar disini seperti mata-mata gitu

modele piye to ngegelem aja”.

a. Faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja di Sekolah menengah

kejuruan X Muhammadiyah Yogyakarta

1. Rational choice
44

Tiga subyek dalam penelitian ini (S1,S2,S3) mengungkapakan bahwa m

ereka melakukan bolos dan alfa itu atas kehendak diri mereka sendiri m

alah mereka yang membawa teman untuk ikut bolos. Subyek NF meng

aku melakukan bolos dan tidak masuk tanpa keterangan atas kehendak

diri sendiri berikut peryataan subyek:

Subyek #1 (NF): “Aku bolos aku sendiri yang mau mbak tanpa paksaan

dari orang lain”.

Significant person #1 : “Iya nek NF ini alasannya sering kesiangan terus

kadang dia mangkat dari rumah tapi tidak kesekolah”.

Subyek TH mengungkapkan bahwasanya dia bolos atas kemauann

ya sendiri.

Subyek #2 (TH): “Kadang-kadang karena teman mba biasa anak muda,

biasanya nongkrong rame-rame tapi juga pernah karena diri saya

sendiri mba buat bolos itu. Kadang karena bosan sama mata

pelajarannya, kadang karena bosan sama gurunya”.

Subyek AR mengungkapkan bahwasanya dia bolos atas kemauan

nya sendiri.

Subyek #3 (AR): “Diri sendiri, moso yo karo wong liyo mba hehe”.

Significant person #1,2,3 : “Enggak alasan mereka itu diri mereka

sendiri tok, sakit perut sakit ini sakit itu kalo enggak motornya
45

dipakai, kalo sakit ini pernah tak tanya sakit apa dia sakit maag

nah katanya makanannnya ini Selalu telat seperti itu setelah saya

konfirmasi setelah kakak kelasnya itu katanya sebenarnya kalo

mau cepat juga bisa bu katanya gitu tapi kan kalo kerjanya cuman

ngegame baring baring dikamar terus pasti bakal telat”.

2. Social disorganization

Pantauan dari orang tua dan kontrol diri dari orang tua terhadap ana

k pada masa remaja sangat dibutuhkan serta perhatian dan begitu hubu

ngan dengan guru harus baik dan guru juga tidak memberikan tugas ya

ng berlebihan disekolah agar anak tidak bosan pentingnya fungsi sekola

h dan orang tua dalam hal ini

Namun yang dialami ketiga subyek ini memiliki alasan yang sama

dalam melakukan bolos dan memiliki alasan pribadi seperti subyek yang

ditinggal oleh ibunya sampai subyek yang berada jauh dari orang tua da

n salah satu subyek juga seorang anak tunggal yang menurut pengakua

n guru sangat dimanja oelh ibunya disekolah subyek mengerjakan tugas

dengan benar namun tetap melakukan bolos karna bosan dalam pelajar

an tidak boleh bermain hp serta berbisik pun tidak boleh berikut hasil da

ri wawancara dengan salah satu subyek

Subyek #1 (NF): “Hubungan dengan orang tua kadang baikan kadang m

arahan”.

Subyek #2 (TH) : “Saya dipondok mba (jauh dari orang tua)”.


46

Subyek #3 (AR) : “Uwes pisah seko umur 3 bulan mba aku diurus si mb

Hubungan subyek dengan guru”.

Subyek #1 (NF) :”Ya kadang ada yang baik gitu lo mba terus ada yang g

imana ya mba yang enggak terlalu suka gitu”.

Subyek #2 (TH): ”Ya ada yang akrab ya ada yang ngk mba yang ngk su

ka gurunya pilih kasih ke anak”.

3. Strain

Jika memiliki ekonomi yang rendah akan memiliki tekanan di masy

arakat dan memilih jalan untuk melakukan kenakalan agar mendapat pe

rhatian dan dianggap tangguh apalagi jika berhasil meloloskan diri dari k

enakalan tersebut.

Subyek #1 (NF) :”Saya termasuk ekonomi rendah e mba”.

Subyek #2 (TH) : “Iya mba saya beraal dari ekonomi yang rendah bisa

di bilang orang nggakk mampu mba”.

Subyek #3 (AR) : “Saya dari keluarga kurang mampu mba simba kerja

nya buruh.

4. Diferential association

Pergaulan remaja sangat penting dipantau karna pada saat remaja

akan lebih bnayak menghabiskan waktu diluar dengan teman-teman se

bayanya dibandingkan dengan keluarga dirumah.


47

Subyek #1 (NF) : “Yo mba kalo malam aja kalo siang jarang mba”.

Subyek #2 (TH) : “Kalo siang iya mba kalo malam nggak (pondok)”.

Subyek #3 (AR) :”Nggak terlalu sering mba lebih sering menyendiri mer

atapi nasib”.

Kedua subyek mengakui bahwa lebih banyak menghabiskan waktu

diluar untuk bermain game dari pada dirumah nongkrong dengan teman

dan itu terjadi dimalam hari dan untuk satu subyek yaitu subyek peremp

uan mengaku dia lebih sering menghabiskan waktu diluar dan sering me

nyendiri sambil meratapi kehidupan karna latar belakang dia anak broke

n home dimana sudah ditinggalkan sejak umur 3 bulan oleh orang tua.

5. Labelling

Karna adanya label yang diberikan orang sekitar terutama orang tu

a dan teman yang menganggap subyek nakal maka akan dijadikan label

bagi mereka.

Subyek #1 (NF) : “Udah nggak kayak kecil lagi dulu saya diliatnya shole

h gitu mba nurut da sekarang kok gini kok nakal gitu mba”.

Subyek #2 (TH) : “Ya beda mba, dulunya aku tu nakal dikenal mereka ta

pi sekarang udah baiklah mba kemana-mana uda salam sama ora

ng yang lebih tua kalo dulu nggak mba”.

Subyek #3 (AR) : “Sering keluyuran padahal mereka nggk tau apa yang

aku rasakan aku cuman nyari ketenangan tapi yauda rak urus yan
48

g dibilang mba (dibilang sama masyrakat alah cah wedok yang n

ggak baik)”.

. Secara umum, temuan penelitian ini menunjukan bahwa kasus ber

awal dari kurangnya pengawasan dari orang tua terhadap anak dan m

ungkin sedikit kurangnya guru dalam menangani melakukan tindak lanj

ut terhadap anak-anak dengan kurangnya data yang harus dimiliki ole

h setiap guru kelas harus memiliki data yang valid. Kemudian hubunga

n antara anak dan orang tua serta hubungan anak dengan guru agar g

uru bisa memiliki cara proses pembelajaran yang berbeda seperti yang

biasanya dan adanya sikap masyarakat yang memberikan anak label

atau satu identitas nakal tanpa tahu sebab mengapa anak melakukan

hal seperti itu. Sedangkan mereka sudah jelas tahu latar belakang ana

k tersebut dari anak brokenhome yang ditinggal oleh ibunya dari temu

an penelitian faktor yang mempengaruhi anak dalam melakukan kenak

alan remaja disekolah adanya rational choice anak melakukan kemau

an atas diri sendiri dan adanya social disorganization kurangnya kehar

monisan terhadap masyarakat guru dan orang tua terhadap anak dan

sekolah sebagai pranata kontrol kemudian karna strain anak yang ber

asal dari ekonomi yang rendah kemudian diffrential association interk

asi dengan teman serta labeling yang anak dapatkan dari lingkungan s

ekitar termasuk orang tua.


49

1. Rational Choice
2. Social disorganization
Kenakalan remaja 3. Strain
4. Diferential association
5. Labelling

1. Permasalahan dengan
Delinquency at teman
school 2. Hubungan yang kurang
baik dengan guru

1. Kurangnya kontrol diri dari


orangtua
2. Kekecewaan terhadap figur
orang tua

BAB IV

DISKUSI

A. Gambaran Kenakalan Remaja di Sekolah Menengah Kejuruan

Muhammadiyah X Yogyakarta
50

Dinamika kenakalan remaja di SMK Muhammadiyah X yang mana

masih perlu pengawasan dari orang tua dan orang sekitar namun tidak

didapatkan oleh mereka dimana kurangnya kontrol diri dari orang tua dalam

massa tahap mencari jati diri bagi remaja yang masih dalam ingin mencoba

segalanya figur orang tua harus menjadi peran penting bagi anak remaja

dalam kehidupannya walaupun mereka ingin bebas namun harusnya tetap

dalam pengawasan lingkungan sosial yang baik juga mendukung dalam

memalisir kenakalan remaja terjadi namun yang didapatkan oleh mereka

adalah lingkungan yang kurang baik dimana menjalin hubungan sosial

dengan teman sebaya yang kurang baik sehingga timbulnya tekanan untuk

melakukan kenakalan.

Peran guru terhadap anak disekolah sangat penting memberikan

kenyamanan dalam proses pembelajaran dengan kondisi anak yang ingin

bebas dari peraturan yang sudah kewajiban bagi mereka untuk mentaati

namun remaja adalah massa dimana ingin bebas dalam segala hal

melakukan sesuatu tanpa berfikir, perlunya mengenali karakteristik setiap

siswa dan menghindari bersikap emosi dan melabeli siswa dengan label

nakal karna mereka akan menanamkan terhadap dirinya itu sebuah label

bagi dirinya namun tidak didapatkan.

a. Kurangnya kontrol diri dari orangtua

Orangtua merupakan pendidik utama bagi anak-anak mereka karena dari

mereka pertama kali mereka menerima pendidikan. Karena itu pentingnya


51

kontrol diri dari orangtua terhadap remaja. Kontrol diri adalah suatu kepekaan

individu dalam membaca situasi diri dan lingkungannya. Menurut Kartono

(2014) anak-anak remaja yang melakukan kejahatan itu pada umumnya

kurang memiliki kontrol diri, atau justru menyalahkan kontrol diri tersebut dan

suka menegakkan standar tingkah laku sendiri disamping meremehkan

keberadaan orang lain.

Kontrol diri dari orangtua yang sedikit akan menimbulkan remaja

melakukan kenakalan remaja. Namun pada kenyataannya kita jumpai

orangtua yang lalai dengan siapa mereka berinteraksi dengan teman sebaya.

Kasus yang mempengaruhi kenakalan remaja seperti kurangnya kasih

sayang dari orang tua sehingga terjerumus dalam kenakalan remaja. Seperti

yang terjadi kepada 3 subjek penelitian NF, TH, dan AR dimana mereka

sama-sama kurang pengawasan dari orang tua sehingga mereka mencari jati

diri mereka sendiri sehingga menjadi nakal atau terjerumus oleh temannya.

b. Kekecewaan terhadap figur orang tua

Seperti yang kita ketahui, figur orang tua sangat penting terhadap remaja

dalam tahap perkembangan dan mencari jati diri. Orang tua merupakan

pendidik utama dari dalam rumah tangga. Situasi pendidikan terwujud karena

adanya pergaulan dan hubungan saling mempengaruhi secara timbal balik

antara orang tua dan anak (Darajat, 2012). Sering dijumpai kasus terkait figur

orangtua yang tidak tau cara mendidik anaknya, juga yang terlalu

memanjakan anaknya. Sehingga membuat mereka malas dan lupa akan


52

kewajibannya. Kurangnya figur orangtua dimasa pertumbuhan anak remaja

bisa mempengaruhi kejiwaan anak seperti keluarga yang brokenhome

dimana anak tersebut akan mengalami kesedihan yang berkepanjangan

karena kurangnya kasih sayang dari orangtua membuat anak tertekan

sehingga memilih jalan sendiri dalam menemukan ketenangan. Seperti yang

terjadi pada subjek AR dimana dia merasa tidak memiliki figur orangtua

sehingga merasa bebas untuk melakukan apapun dan yang terjadi pada

subjek NF yang selalu dimanja sehingga dia menjadi individu yang bebas

melakukan apa saja dan lalai akan kewajibannya sendiri.

c. Permasalahan dengan teman kelas

Interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu dengan

lainnya yang dimana kelakuan individu mempengaruhi untuk merubah

individu lainnya. Salah satu permasalahan yang terjadi pada siswa disekolah

adalah permasalahan interaksi sosial dengan teman sebaya. Teman sebaya

adalah individu dan tingkatan kematangan umur kurang lebih sama (Jhon W.

Santrock, 2003). Namun pada kenyataannya sering kita jumpai kasus

masalah interaksi sosial sesama teman sebaya yang membuat anak memiliki

tekanan di sekolah ataupun dikelas sehingga membuat anak remaja malas

untuk masuk dan mengikuti pembelajaran serta bertemu dengan teman yang

bermasalah. Tidak banyak terjadi perkelahian sesama siswa karena tingkat

emosi dan ego yang belum stabil. Maka dari itu pentingnya memiliki interaksi
53

sosial yang baik terhadap lingkungan. Seperti yang dialami subjek pada

penelitian ini karena memiliki interaksi sosial yang kurang baik dengan teman

sebaya sehingga menimbulkan tekanan dan alasan untuk malas ke sekolah.

d. Hubungan yang kurang baik dengan guru tertentu

Setiap guru mempunyai cara yang berbeda-beda dalam melaksanakan

suatu proses pembelajaran. Pembelajaran akan berjalan dengan lancar

apabila guru dapat menyampaikan pembelajaran dengan baik dan seksama

serta dapat di terima oleh murid (Wulandari, 2018). Namun dalam

penerapannya sering kita jumpai anak remaja ingin mempunyai kebebasan

tanpa terkekang dengan aturan, kebebasan emosional, dan melakukan

apapun yang mereka sukai. Namun setiap sekolah ataupun guru pasti

memiliki aturan dimana disetiap pembelajaran mereka memberikan aturan

yang harus dipatuhi oleh siswa dengan tujuan agar tercipta proses

pembelajran yang nyaman dan tenang. Namun ada beberapa murid yang

kurang terima dengan peraturan yang berlaku. Seperti yang dialami oleh

ketiga subjek pada penelitian ini dimana peraturan yang diberlakukan oleh

guru yang bersangkutan dalam proses pembelajaran yang tidak disukai oleh

subjek. Maka dari itu, timbulnya tekanan oleh subjek sehingga malas

mengikuti pembelajaran dan sulit untuk menaati peraturan yang dibuat.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja Di Sekolah


54

Menegah Kejuruan Muhammadiyah X Yogykarta

a. Rational choice

Menurut (Sarowono 2013) faktor lainnya mempengaruhi kenakalan

remaja yaitu dari individu sendiri yang ingin melakukan kenakalan pilihan

dan motivasinya sendiri dalam melakukan kenakalan remaja kemauan

sendiri tanpa dorongan orang lain .

Seperti pada temua dalam penelitian ini yaitu respoden memilih

melakuakn kenakalan remaja karna kemauannya sendiri malah mereka

adalah pelaku yang membawa teman lainnya untuk ikut dalam kegiatan

yang mereka lakukan seperti manusia adalah mahluk rasional dan

didorong oleh kepentingan pribadi dalam melakukan tindakan sehari-hari

mereka.

Peneliti menyimpulkan bahwa adanya kemauan atau pilihan diri sendiri

dari respoden dalam melakukan tindakannya untuk melakukan bolos dan

alfa tanpa keterangan atas kehendak individu itu sendiri tanpa paksaan

orang.

b. Social disorganization

Menurut (Sarwono, 2003) menunjukkan kenakalan terjadi karna

kurangnya pranta-pranata masyarkat dan orang tua kehilangan harmoni

orang tua yang sibuk dan guru yang kelebihan memberikan beban dan
55

orang tua yang jarang mengawasi anaknya dan memberikan dukungan

pada anak dalam memberikan kedisiplinan pada anak secara efektif.

Seperti pada temuan dalam penelitian ini kurangnya kontrol diri terhadap

anak oleh orang tua dimana anak merasa bebas melakukan apapun dan

tidak bertanggung jawab dan lalai dalam tugasnya orang tua yang jauh

dari anak dan kurangnya dukungan terhadap anak dan peneliti

menemukan respoden yang dari kecil tepatnya umur 3 bulan sudah

ditinggalakn oleh ibunya dan juga merupakan anak yang broken-home

dimana sangat membuat respoden memiliki luka yang dalam dimana tidak

pernah merasakan kasih sayang apa lagi pengawasan dari orang tua

maka dari itu membuat subyek bebas melakukan apapun dan

menenangkan diri namun memilih jalan yang salah dengan kenakalan

remaja.

Peneliti menyimpulkan bahwa dukungan dari orang terdekat dan

pengawasan dari orang terdekat sangat penting dalam proses

pertumbuhan anak apalagi pada tahap remaja dimana massa yang sangat

membutuhkan pengawasan agar tidak terjatuh dalam pergaulan bebas.

c. Strain

Menurut (Santrok, 2003) ketegangan ikut adil dalam mempengaruhi

kenakalan remaja dimana kemiskinan membuat remaja dengan sosial


56

ekonomi rendah memiliki kesempatan untuk mengembangkan

keterampilan dalam diterimah oleh masyarakat dan mendapatkan

perhatian dan status tindakan antisosial menjadi tangguh dan maskulin

menjadi tinggkat tinggi bagi anak yang berekonomi yang rendah.

Seperti pada temuan dalam penelitian ini menemukan dimana semua

subyek adalah berasal dari keluarga yang berekonomi yang rendah dan

juga ada dari yang tidak mampu juga merupakan faktor dalam melakukan

kenakalan remaja agar mendapat perhatian dari orang-orang.

Peneliti menyimpulkan bahwa anak yang melakukan kenakalan remaja

pastinya berasal dari keluarga yang berekonomi rendah dan tidak

membedakan gender dalam melakukan kenakalan baik laki-laki dan

perempuan.

d. Differential association

Faktor yang menyebabkan kenakalan remaja salah pergaulan remaja

yang selalu berinteraksi dengan teman sebayanya menghabiskan lebih

banyak waktu dengan teman sebaya dari pada keluarga dirumah memiliki

teman yang nakal akan cenderung membuat remaja menjadi nakal (Berk,

2012)

Seperti pada temuan penelitian ini yaitu respoden lebih banyak

melakukan aktifitas diluar dengan teman sebaya terutama dimalam hari

bermain game serta berkumpul dengan teman dimana pada temuan ini
57

respoden memiliki teman yang nakal dilingkungan semuanya dan juga ikut

mempengaruhi respoden untuk melakukan kenakalan remaja.

Peneliti menyimpulkan bahwa jika menghabiskan waktu diluar lebih

banyak membuat anak remaja bisa melakukan kenakalan diluar dan lebih

sedikit menghabiskan waktu di dalam rumah sehingga pengawasan orang

tua sangat perlu dengan siapa anak berteman dan sering berkumpul untuk

mencegah hal yang tidak diinginkan.

e. Labelling

Anak menjadi nakal karna diberi label ketika orang tua memberikan label

anak akan menangkap itu sebagai dukungan atas perilaku nakal yang

Kemudian dijadikan identitas sehingga remaja menjadi nakal orang tua

adalah pengaruh penting bagi anak dalam proses mencari indentitas

(Santrok, 2007).

Seperti pada temuan penelitian ini yaitu semua respoden diberi label

oleh orang sekitar seperti orang tua, guru, dan masyarakat dengan label

nakal sehingga sudah menjadi identitas bagi mereka dan dukungan dalam

melakukan kenakan remaja sehingga orang-orang sekitar sudah tidak

kaget jika mereka melakukan kenakalan remaja.

Peneliti menyimpulkan berhati-hati dalam memberikan masukan

ataupun tanggapan jika sampai melontarkan kata-kata nakal terhadap

anak secara terus menerus maka anak akan merasa itu sebagai identitas

dan dukungan terhadap apa yang akan nantinya dia lakukan dan akan
58

dianggap biasa bagi anak karna dia sudah tau apa yang akan dikatakan

oleh orang sekitar jika melakukan hal yang berbau dengan kenakalan.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilaksakan dan dilakukan sesuai prosedur ilmiah,

namun masih memiliki kekurangan dan keterbatasan dalam pelaksaannya

antara lain :

1. Proses pencarian subyek penelitian ini lumayan susah karna beberapa

subyek yang sesuai dengan kriteria sedang magang.

2. Lokasi kos peneliti dengan subyek lumayan jauh dengan lokasi magang

dengan jarak kurang lebih 23 Km dengan waktu tempuh 45 menit

perjalanan.

BAB V

PENUTUP

a. Kesimpulan
59

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Gambaran kenakalan remaja di Sekolah Menengah Kejuruan X

Yogyakarta adalah berangkatnya dari kurangnya kontrol diri terhadap

anak oleh orang tua dalam melakukan pengawasan terhadap anak

dan adanya kekecewaan figure terhadap orang tua sehingga

menimbulkan permasalahan anak disekolah memiliki hubungan

sosial yang tidak baik yang menimbulkan permasalahan dengan

teman dan memiliki hubungan yang kurang baik dengan guru

disekolah yang membuat anak malas untuk kesekolah dengan semua

tekanan yang dialami.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja di Sekolah

Menengah Kejuruan Muhammadiyah X Yogyakarta rational choice

adalah tidak ada dorongan orang lain dalam melakukan kenakalan

yang dilakuakn yaitu seperti membolos atas kehendaknya sendiri

tanpa bawaan orang lain, social dizorganition kurangnya pranata

sekolah orang tua dan guru dalam mengawasi anak remaja dan

kehilangan keharmonisan dan strain ketengangkan ekonomi yang

rendah mendorong anak untuk melakukan kenakalan remaja agar

mendapat perhatian, differential asosiacion pergalulan anak remaja

dengan teman sebaya dimana anak remaja lebih banyak memiliki


60

waktu diluar dan memiliki teman yang nakal dan labelling label yang

diberikan orang tua dan orang sekitar dijadikan anak identitas dirinya.

B. Saran

1. Bagi subyek penelitian, jangan pernah merasa sendiri dalam

menjalani kehidupan dan terkadang orang melakukan hal yang

bertujuan baik namun caranya yang tidak sesuai dengan kita.

2. Untuk ketiga subyek lebih meningkatkan prestasi belajar baik dari

akademik maupun non akademik dan buktikan kamu bisa menjadi

lebih baik dari yang mereka ketahui merubah pandangan mereka

terhadapmu lebih positif dan kamu juga bisa berguna jika tidak

sekarang pada saat sekolah tapi nanti ketika kamu sudah didunia

kerja.

3. Untuk orang tua agar lebih memperhatikan anak dan mengawasi

anak dengan siapa mereka bergaul walaupun berjarak kunjungi anak

dan jangan terlalu dimanja akan membuat anak lalai dan terlena

dengan tanggung jawabnya.

4. Untuk guru agar lebih memahami karakteristik anak walaupun

memiliki tujuan yang baik namun mungkin cara lebih bertahap-tahap

untuk memberi tahunya.

DAFTAR PUSTAKA
61

Ananias, P. (2022). Viral video pelajar SMA di Kupang asik pesta

miras dan merokok dalam kelas. Diunduh dari https://m.merdeka.com/

peristiwa/viral-video-pelajar-sma-di-kupang-asik-pesta-miras-amp-merokok-

di-dalam-kelas.html. 15 Januari 2022

Asmani, J. M. (2O12). Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja Di Sekolah.

Jogjakarta: Buku Biru.

Dani, J. W. (2019). Gambaran Kenakalan Remaja di SMK PGRI 2

Semarang. (Skripsi tidak diterbitkan), Politeknis Kesehatan RS dr.

Soepranoen, Malang.

Firma, B.N. (2017) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan

Remaja (Tawuran Pelajar) di Kota Semarang. (Skripsi tidak diterbitkan)

Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Fonna, R.C. (2018) Gambaran Kenakalan Remaja Pada Siswa di SMA

Banda Aceh. (Skripsi tidak diterbitkan)

Fuadah, N. (2011) Gambaran Kenakalan Siswa di SMA

Muhammadiyah 4 Kendal. Jurnal Psikologi, Vol. 9 No. 1.

Gunarsa, Y. S. (2004). Psikologi Remaja. Cetakan kelimabelas.

Yogyakarta: Jalasutra.

Gunarsa, Y. S. D. & Singgih, D. G. ( 2012). Psikologi Untuk Keluarga.

Jakarta: Libri.
62

Handayani. (2000). Efektifitas Pelatihan Pengenalan terhadap

Peningkatan Penerimaan Diri Pada Remaja. Insan, Vol 2, No l, edisi

Nopember.

Hurlock, E. B. (1994). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. b(1999). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Hurlock, E. B (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Kartono, Kartini. (2006). Peran Keluarga Memandu Anak. Jakarta:

Rajawali.

Kartono, Kartini. (2014). Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta:

Rajawali Pers.

Mappiare, Andi. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional.

Moleong, L. J. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Monks, dkk. (2002). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam

Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nur, G. M. & Rini, R. (2011) Teori-teori Psikologi, Jurnal: Ar-ruzz

Media hlm 21

Papalia, E. (2008). Human Developmen Perkembangan Manusia.

Jakarta : Humanika Salemba.


63

Pati, A. K. (2013). Hobi menonton film porno, empat siswa perkosa

temannya. Diunduh dari https://lifestyle.kompas.com/read/2013/07/16/

0258269/NaN. 16 Juli 2013

Pratiwi, N. & Nola, P. (2017) Pengaruh Literasi Terhadap Psikologis

Anak dan Remaja. Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia

Robert A, Donn, B. (2003). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Sukron, M. (2017). Hubungan antara Teman Sebaya dengan

Kenakalan Remaja di SMA 8 Kota Jambi. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Jambi.

Santosa, Slamet. (2009). Dinamika Kelompok. Jakarta : Bumi Aksara.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence: perkembangan remaja. Jakarta:

Erlangga.

Santrock, J. W. (2007). Remaja. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2012). Life-span development. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito, W. (2013). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Sarwono, S. W. (2015). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Sarwono, S. W. (2016). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Supandi, Hery. (2021). Tawuran siswa SMA Vs SMK tewaskan 1

orang di bengkulu, 5 pelajar ditangkap. Diunduh dari

https://news.detik.com/berita/d-5759805/tawuran-siswa-sma-vs-smk-

tewaskan-1-orang-di-bengkulu-5-pelajar-ditangkap/amp. 9 Oktober 2021


64

Wahyuni, S. & Noveri, A. (2018). Studi Deskriptif Kualitatif Penyebab

Kenakalan Remaja di SMP Islam Nudia Semarang. Jurnal Keperawatan Intan

Husada, Vol. 6 No. 2

Wulandari, L. Strategi Guru Dalam Memahami Gaya Belajar Peserta

Didik Kelas V MIS Ihlasiah Tuamang

Yusuf, S. (2016). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai