Anda di halaman 1dari 83

Ganguan Kulit

01 Akne

02 Dermatitis Atropik

03 Psoriosis

04 Penyakit Kulit dan Reaksi Obat terhadap Jaringan


kutan
Akne
Akne Vulgaris/Jerawat

Melibatkan adanya
Penyakit yang umum, inflamasi pada folikel
biasanya sembuh kelenjar minyak
DEFINISI
sendiri, disebabkan (sebaceous) yang
multifaktor terletak di wajah atau
tubuh bagian atas.
PATOFISIOLOGI
Akne vulgaris merupakan gangguan patologis dari folikel sebasea, pemicu penyakit ini
multifaktorial dan kompleks.
Lesi pada AV terjadi setelah deskuamasi abnormal (proses pengelupasan kulit) dari keratinosit pada
muara folikel sebaseus yang menyebabkan hiperkeratinisasi dan terbentuknya mikrokomedo sebagai
tahap awal AV.
Proses ini kemudian difasilitasi oleh peningkatan kadar hormon androgen saat pubertas,
menyebabkan stimulasi produksi sebum pada unit pilosebaseus. Gabungan dari hiperkeratinisasi dan
peningkatan sebum ini kondusif untuk kolonisasi Propionibacteriun acnes, mengakibatkan berbagai
sitokin inflamasi dan faktor kemotaktik selanjutnya menginisiasi cascade inflamasi.
Diagnosis komedo
O
B Pada daerah :
Kista Pustula 1. Wajah
S 2. Punggung
E 3. Dada

R
V
A Nodula Papula
S
I Note : Lima sampai sepuluh komedo biasanya
dipertimbangkan sebagai alat diagnosis
TERAPI
Tujuan terapi → mencegah pembentukan lesi akne yang baru, menyembuhkan lesi
yang ada, serta mencegah atau meminimalkan bekas luka.

Menggosok kulit (scrubbing) atau


mencuci wajah secara berlebihan tidak
Membersihkan perlu dilakukan sebab tidak membuka
permukaan kulit atau membersihkan pori dan mungkin Penggunaan zat
dengan sabun dan air berdampak pada iritasi kulit. pembersih yang
akan memberikan lembut dan yang
efek yang kecil tidak menyebabkan
terhadap kering penting
penyembuhan akne diperhatikan untuk
→ memberikan efek memghindari iritasi
minimum terhadap dan kulit kering
folikel. selama terapi akne.

TERAPI NON
FARMAKOLOGI
TERAPI FARMAKOLOGI
Algoritma Terapi Berdasarkan Tingkat
Keparahan Akne
A. TOPIKAL

Untuk akne inflamasi superfisial Anti bakteri nonantibiotik →


(akne yang tidak dalam) bakteriostatik terhadap P.acnes

BENZOIL
PEROKSIDA

Meningkatkan pengelupasan sel


Diuraikan pada kulit oleh sistein →
epitel dan melepaskan struktur
membebaskan radikal bebas
gumpalan pada folikel →
oksigen yang akan mengoksidasi
berdampak pada aktivitas
protein bakteri
komedolitik
A. TOPIKAL
Sediaan : Losio, krim sabun, dan gel → konsentrasi 2,5% - 10 %
Gel > poten dari losio,krim dan sabun
Gel yang bebasis alcohol → kekeringan dan iritasi

Untuk membatasi iritasi dan meningkatkan tolerabilitas → formulasi lebih rendah


(2,5%)→ 5-10%→ frekuensi aplikasi sediaan (setiap 2x sehari, lalu setiap hari,
selanjutnya 2x sehari dalam sehari

Untuk meminimalkan iritasi :


- Digunakan pada kulit yang bersih dan kering dan sejuk → tidak > dari 2 x sehari
- Untuk kulit langsat serta lembab lebih sensitif → melakukan pengobatan pada kulit yang
kering sekurang-surangnya 30 menit setelah mencuci wajah

Efek samping : kekeringan, iritasi, serta dermatitis alergi


Contoh Produk :
NO KANDUNGAN PRODUK CONTOH PRODUK

1 Benzoil Peroksida
Tunggal

2 Benzoil Peroksida + Benzamycin Gel


Eritromisin
Contoh Produk :
NO KANDUNGAN PRODUK CONTOH PRODUK
3 Bezoil Peroksida + Sulfur Feldixid Krim
4 Benzoil Peroksida + Klotrimazol Ultrazole Gel 1%
5 Benzoil Peroksida + Klindamisin
2. Tretinoin

Sediaan
• Bentuk asam dari • Pada kulit yang
vitamin A kering kurang lebih
• Larutan dari 30 menit
• Gel setelah mencuci
• Krim wajah

Saran
Definisi
penggunaan
Efek Samping : Interaksi Obat :
OBAT EFEK YANG TERJADI
Sulfur Waspadai penggunaan bersam-sama sebab dapat terjadi
Benzoil iritasi kulit. Oleh karena itu, beri jeda waktu antara
Peroksida penggunaan tretinoin dengan obat-obat diatas.
Iritasi kulit Pengelupasan Asam Salisilat
Sediaan topical Waspadai penggunaan Bersama dengan sabun dan
lain pembersih yang abrasive, sabun dan kosmetik dengan
efek pengering yang kuat, produk dengan konsentrasi
Peningkatan sensitivitas terhadap paparan alcohol, astringen, aroma, limau, elektrolisis, wax yang
sinar matahari, angin udara dingin dan kuat, serta produk yang dapat mengiritasi kulit sebab
iritan lainnya dapat meningkatkan kemungkinan iritasi.
Fotosensitiser Jangan gunakan bersamaan sebab dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya fototoksisitas.
Dermatitis
alergi (Jarang) Erythema
Contoh Sediaan
NO KANDUNGAN CONTOH PRODUK
PRODUK

1 Tretinoid Tunggal
Cont…..
NO KANDUNGAN PRODUK CONTOH PRODUK
2 Tretinoin + Eritromisin

3 Tretinoin + Klindamisin
3.Adapalen ❖Indikasi : Akne vulgaris yang ringan hingga
sedang. Gel 0,1 % dapat digunakan sebagai
alternatif gel tretinoin 0,025% untuk
memperoleh tolarabilitas yang lebih baik
pada beberapa pasien.

Adapalene • Generasi ketiga retinoid


• Aktivitas komedolitik,keratolitik
(Differin) serta antiinflamasi .
❖Efek samping : eritema, kulit bersisik, kekeringan,pruritus,
rasa terbakar/tersengat, iritasi kulit, kulit terbakar, dan
perburukan jerawat.
❖Interaksi : Iritasi lokal: Waspadai penggunaan bersamaan
iritan lokal seperti sabun dan pembersih yang abrasive,
sabun dan komestik dengan efek pengering yang kuat,
produk dengan konsentrasi alkohol, astringen, aroma,
limau, elektrolisis, wax yang kuat, dll sebab adapalene juga
dapat mengiritasi kulit
• Konsentrasi 0,1% dalam bentuk gel,
Sediaan
krim, larutan, alcohol serta pledget
3.Adapalen
No KOMPOSISI PRODUK CONTOH PRODUK

1 Adapalen
4. Tazaroten

• Tazorac→ retinoid
indikasi • Gel 0,05 dan 0,1%
Efek Samping
asetilenat
sintetik→dikonversi dari • Terapi akne vulgaris ringan • Erythema
bentuk aktifnya yakni asam • Memiliki akvititas • Pruritus
tazarotenat. komedolitik,serta • Pedih
antiinflamasi • Sensasi terbakar

Definisi Sediaan
Untuk jerawat ringan sampai sedang

5. ANTIBAKTERI
TOPIKAL Sediaan topical eritromisin, tetrasiklin dan
klindamisin→ untuk pasien dengan jerawat yang
lebih ringan

Efek samping : iritasi kulit yang ringan, tetapi jarang


menimbulkan sensitasi
Cont …
❖Resistensi silang terutama antara eritromisin dan klindamisin, merupakan masalah yang
makin besar. Untuk menghindarkan hal tersebut, dapat dilakukan :
1. Sedapat mungkin gunakan antiacne nonantibiotika (ex: benzoil peroksida)
2. Hindarkan pengobatan bersama dengan antibiotika oral yang berbeda dengan
antibiotika topikal.
3. Bila suatu antibiotik efektif, gunakan untuk pengobatan ulang.
4. Pengobatan jangan diteruskan lebih dari yang dibutuhkan (umumnya, pengobatan
dengan sediaan topikal dilanjutkan paling tidak sampai dengan 6 bulan)
A. Eritromisin

• Eritromisin dengan atau tanpa seng → Sediaan • Resistensi P.acnes terhadap


efektif untuk akne inflamasi eritromisin dapat dikurangi
• Produk yang dikombimnasikan dengan • Gel dengan kombinasi dengan benzoil
seng → meningkatkan penetrasi peroksida
• Lotion
eritromisin melalui unit pilosebaceous
• Larutan
• Templan sekali pakai “Pad”
• Konsentrasi 2% → 2 x sehari

Definisi Kombinasi
Contoh Sediaan :
NO KOMPOSISI NAMA PRODUK
PRODUK

1 Eritromisin
tunggal
Cont…
NO KOMPOSISI PRODUK NAMA PRODUK

2 Kombinasi dengan Benzoil


Peroksida

3 Kombinasi dengan tretinoin


❖Interaksi
B. Klindamisin a. Eritromisin → terjadi efek
antagonis
- Menginhibisi P.acnes. b. Agen neuromuskular bloker →
- Aktivitas : Komedolitik serta terjadi peningkatan efek sebab
antiinflamasi. klindamisin juga menunjukan
aktivitas bloker neuromuscular.
Oleh karena itu hati-hati pada
penggunaan Bersama.

- Konsentrasi 1 % dan 2%
- Sediaan : gel, lotion,
larutan,”pad sekali pakai
-digunakan 2 x sehari
-Kombinasi dengan benzoil
peroksida→ meningkatkan
efikasi
Contoh Produk :
NO KOMPOSISI PRODUK NAMA PRODUK
1 Klindamisin tunggal

2 Kombinasi dengan
Benzoil Peroksida

3 Kombinasi dengan
tretinoin
6. Asam Azelat
•Memiliki aktivitas antibakteri, antiinflamasi serta komedolitik.
•Sediaan : Krim 20 % digunakan 2 x sehari pada kulit yang bersih dan kering
•Indikasi : akne yang ringan – sedang pada pasien yang yang tidak dapat mentoleransi
benzoil peroksida. Selain itu berguna bagi hiperpigmentasi postinflamasi sebab
memiliki aktivitas pencerah kulit.
•Contoh Sediaan :
7. Asam Salisilat, Sulfur Dan Resorsinol Kerugiannya : bau yang tidak
sedap akibat hydrogen sulfida
pada reaksi sulfur di kulit, sisik
warna coklat dari resorsinol,
dan reaksi salisilisem (jarang)
Asam salisilat memiliki aksi akibat penggunaan jangka
Agen keratolitik serta komedolitik senta
sedikit antibakteri.
Panjang pada konsentrasi
antiinflamasi tinggi asam salisilat pada kulit
dengan permaebilitas tiunggi
akibat akibat inflamasi atau
terkikis
Aktivitas keratolitik tidak
Kombinasi sulfur dan mengiritasi dibadingkan
resorsinol → sifat benzoil peroksida dan
sinergis terinoin, tetapi senyawa-
senyawa tsb tidak lebih
efektif sebagai komedolitik
Contoh Sediaan :
NO KOMPOSISI PRODUK NAMA PRODUK

1 Sulfur

2 Sulfur + Benzoil Feldixid Cream


Peroksida

3. Sulfur Kombinasi
Cont:
NO KOMPOSISI PRODUK NAMA PRODUK

1 Asam Salisilat +
Resorsinol

2 Asam salisilat kombinasi


II. SISTEMIK
A. ISOTRETINOIN
•Mengurangi produksi sebum, mengubah komposisi sebum,
menghambat pertumbuhan P.acnes dalam folikel, menginhibisi
inflamasi, serta mempengaruhi pola keratinisasi dalam folikel.
•Indikasi : akne inflamasi atau nodul yang parah pada pasien yang
tidak memberikan respon dengan terapi konvensional, untuk
akne yang membekas, untuk pasien dengan akne kronis yang
kambuh, serta untuk akne yang berkaitan dengan tekanan
psikologis yang parah.
•Panduan pemberian dosis berkisar antara 0,5-1 mg/kg/hari,
tetapi dosis akumulasi selama rangkaian → merupakan faktor
utama yang mempengaruhi hasil jangka Panjang. Hasil optimal
diperoleh dengan dosis akumulasi berkisar antara 120-150 mg/kg
Cont… •Dosis : terapi awal 1 mg/kg/hari selama 3 bulan kemudian dilanjutkan dengan dosis 0,5
mg/kg/hari (atau 0,2 mg/kg/hari) jika memungkinkan selama 3 – 9 bulan atau lebih, regimen
dosis tersebut dapat mengoptimasi hasil terapi.

•Efek Samping dan Bahaya Isotretinoin : Kulit, mulut, mata, atau hidung kering, Kulit merah atau
terbakar, Iritasi kulit, Mimisan, Sakit kepala,Nyeri punggung, Gejala flu.

•Selain efek samping tersebut, ada beberapa efek samping serius yang perlu diwaspadai,
yaitu:Nyeri otot, nyeri sendi, atau nyeri tulang, Gejala peningkatan tekanan intrakranial,
yang dapat ditandai dengan sakit kepala berat, telinga berdenging, pusing, dan sakit di
belakang mata, Rasa haus terus-menerus dan sering buang air kecil, Gangguan mental,
seperti halusinasi, gangguan kecemasan, atau depresi, Pankreatitis, yang ditandai
dengan nyeri perut yang berat atau mual dan muntah yang tidak kunjung mereda,
Penyakit kuning, diare berat, atau perdarahan pada saluran cerna.
B.AGEN ANTIBAKTERI ORAL
1. Eritromisin Sistemik.

•Memiliki efikasi yang mirip dengan tetrasiklin, tetapi menginduksi laju resistensi bakteri
yang lebih cepat.

•Resistensi dapat dikurangi dengan menggunakan kombinasi terapi dengan benzoil


peroksida.

•Indikasi : sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin.

•Kontraindikasi: penyakit hati (garam estolat)

•Efek Samping: mual, muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya;
gangguan pendengaran yang reversibel pernah dilaporkan setelah pemberian dosis besar;
ikterus kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada).
Cont …..
Dosis: oral:.Akne: 250 mg dua kali sehari, kemudian satu kali sehari setelah 1 bulan.
Interaksi Obat :
NO INTERAKSI OBAT EFEK

1 Antacida + Eritromisin Antasida yang mengandung Al dan Mg, ketika diberikan


segera sebelum antacida, laju eliminasi eritromisin
sedikit menurun.

2 Rifampin + Eritromisin Efek antimikroba antibiotik makrolida menurun,


sementara efek samping pada GI meningkat.

3 Eritromisin + Teofilin Diperlukan pengawasan terhadap kadar serum teofilin,


tetapi kadar eritromisin dapat turun.
2. Azitromisin
Merupakan alternatif yang aman dan efektif untuk
akne inflamasi yang sedang hingga parah, karena
waktu paruhnya Panjang dapat digunakan sebanyak 3
x dalam 1 minggu
3. Tetrasiklin
•Tetrasiklin menginhibisi P.acnes mengurangi jumlah keratin pada
folikel sebaceous, serta menghambat kemotaksis, aktivasi
komplemen, dan imunitaas yang diperantai oleh sel
•Kekurangan tetrasiklin meliputi gangguan saluran cerna,
hepatoksisitas, fotosensitivitas, kecenderungan terhadap superinfeksi
(ex: kandisiasis vaginal),perubahan warna gigi pada anak-anak, serta
inhibisi pertumbuhan skelet pada perkembangan fetus
•Tetrasiklin tidak dapat dikombinasikan dengan retinoid sistemik
sebab meningkatkan risiko hipertensi intranial.
•Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dan tetrasiklin
seharusnya diinformasikan mengenai potensi akan kegagalan
kontrasepsi.
Interaksi obat :
INTERAKSI DENGAN EFEK
Antacida, Suplemen Zinc, Zat Besi, Natrium Menurunkan efektivitas tetracycline
Bikarbonat atau Obat pencahar

Penisilin dan pil KB Penurunan efektivitas penisilin dan pil KB


Vaksin hidup (Vaksin tifus atau vaksin BCG) Penurunan efektivitas vaksin hidup
Antikoagulan Perpanjangan efektivitas antikoagulan
Lithium atau Digoxin Peningkatan kadar Lithium atau Digoxin
Methotrexate atau ergotamin Peningkatan risiko terjadinya terjadinya efek
samping dari Tetrasiklin

Methoxyflurane atau obat diuretik Peningkatan risiko terjadinya gangguan ginjal


Insulin atau Obat Diabetes (golongan Peningkatan risiko terkjadinya hipoglikemia
sulfonylurea seperti glibenclamide)

Vitamin A atau tretinoin Peningkatan risiko terjadinya peningkatan tekanan


otak
Efek samping utama Efek Samping lain
: (Jarang terjadi)

Mual, muntah, diare


(Kolitis akibat Hepatoksisitas, pankreatitis, gangguan
antibiotika jarang darah, fotosensitivitas (terutama
dilaporkan) demeklosiksin)

Disfagia dan iritasi Reaksi hipersensitivitas (ruam, dermatitis


esofagus eksofoliatif,sindrom steve jhonson,
urtikaria,angioderma, anafilaksis ,
perkaditis)

Sakit, kepala dan gangguan penglihatan dapat


digunakan sebagai pertanda adanya benign
intracranial hypertension →hentikan terapi
4. Doksisiklin
•Umumnya digunakan untuk akne vulgaris yang sedang - parah. Obat ini lebih
efektif dan resistensi lebih sedikit dibandingkan tetrasiklin.
•Dosis inisial : 100-200 mg perhari, diikuti oleh 50 mg perhari sebagai dosis
pemeliharaan setelah nampak perbaikan
•Doksisiklin dapat diberikan bersamaan dengan makanan, tetapi akan lebih
efektif apabila dikonsumsi 30 menit sebelum makan.
•Catatan : Kapsul harus ditelan dalam bentuk utuh bersama dengan makanan
atau air yang cukup dalam posisi duduk atau berdiri. Jika terjadi iritasi
lambung, dianjurkan untuk diminum dengan makanan atau susu. Absorbsi
doksisiklin tidak dipengaruhi oleh adanya makanan dan susu.
Contoh Sediaan :
5. Minosiklin
•Indikasi : untuk akne vulgaris yang sedang hingga parah.
•Obat ini lebih efektif daripada tetrasiklin
•Dosis : 100 mg/hari atau 2 x 50 mg
•Kontraindikasi :
• Pasien yang memiliki kondisi berikut tidak boleh meggunakan minocycline:
• Memiliki riwayat hipersensitif atau alergi terhadap minocycline atau jenis
antibiotik tetrasiklin lainnya;
• Sedang mengkonsumsi methoxyflurane;
• Sedang menyusui.
•Efek samping : Sakit kepala,Pendarahan pada gusi, kemerahan dan bengkak di mulut
(untuk obat topikal);Sendawa dan naiknya asam lambung;Batuk;Meningkatkan sensitifitas
terhadap cahaya matahari;gangguan pencernaan; Nyeri pada persendian dan otot.
•Efek overdosis : Penggunaan secara berlebihan melebihi dosis yang dianjurkan dapat
menyebabkan efek overdosis yang ditandai dengan gejala pusing, mual, dan muntah yang
parah. Jika hal ini terjadi, segera hubungi rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
pertolongan medis.
6. Trimethoprim-sulfametoksazol
Dapat diindikasikan untuk pasien yang tidak mentoleransi tetrasiklin dan eritromisin
atau pada kasus resistensi terhadap antibiotic tersebut.
Dosis : dewasa umumnya 800 mg sulfametoksazol dan 160 mg trimethoprim 2 x
sehari
7. Clindamisin
Digunakan secara terbatas karena diare dan adanya risiko pseudomebran kolitis.
Penggunaan klindamisin sangat terbatas karena efek sampingnya yang serius.
Efek toksik serius : colitis terkait antibiotic yang dapat fatal dan paling sering terjadi
pada usia setengah bayadan wanita lansia, khususnya setelah pembedahan
Walaupun efek samping ini dapat terjadi oleh sebagian besar antibiotik, namun paling
sering terjadi dengan klindamisin. Oleh karena itu jika terjadi diare pengobatan harus
dihentikan.
Dosis : Oral dewasa 150-300 mg tiap 6 jam, dapat naik sampai 450 mg tiap 6 jam pada
infeksi berat. Anak-anak : 30 mg/kg bb tiap 6 jam.
Interaksi obat :
•Penurunan efektivitas vaksin yang mengandung kuman hidup, seperti vaksin tifoid,
kolera, dan BCG.
•Penurunan efektivitas clindamycin, bila digunakan bersama obat untuk TBC
rifampicin.
•Penurunan efektivitas clindamycin dan erythromycin, bila digunakan bersamaan.
•Peningkatan efek samping atracurium, ciclosporin, dan vecuronium.
•Penurunan efektivitas pil KB, terutama yang mengandung estradiol.
•Penurunan efek samping clindamycin, bila digunakan bersama ketoconazole.
Contoh sediaan :
KONTRASEPSI ORAL
1. Ortho Tri-Cylen merupakan :
obat akne sedang bagi wanita yang tidak memberikan respon terhadap
pengobatan topikal. Obat ini sudah disetujui oleh FDA.
Produk 3 fase tersebut mengadung dosis tetap etinil estradiol 0,035 mg dan
dosis yang meningkat dari norgestimate, yaitu 0,180 mg, 0,215 mg.
Kombinasi tersebut meningkatkan ikatan antara hormon seks dengan
globulin (SHBG/Sex Hormone-Binding Globulin) sehingga menyebabkan
penurunan pada testosterone yang tidak terikat, yang aktif secara biologi.
2. Ko-spiridiol (siproteron asetat dengan etinilestradiol)
Mengandung anti androgen
Tidak lebih efektif daripada antibiotika oral spektrum luas, tetapi
bermanfaat pada wanita yang juga memerlukan kontrasepsi oral.
Perbaikan jerawat mungkin timbul karena berkurangnya sekresi sebum yang
ada dibawah kendali androgen. Beberapa wanita dengan hirsutisme
(pertumbuhan rambut berlebih pada wanita di area yang umumnya tumbuh
rambut pada pria, misalnya pada bibir atas, dagu, atau cambang) yang
sangat mengganggu juga mendapat keuntungan karena pertumbuhan
rambut juga dapat dipengaruhui androgen.
Kontra Indikasi : meliputi kehamilan dan yang mempunyai kecendrungan
thrombosis
Cont ….
•Tromboemboli vena muncul lebih sering pada wanita yang
menggunakan ko-spiridol dibanding yang menggunakan kontrasepsi
oral kombinasi rendah.
•Ko-spiridol hanya digunakan pada wanita dengan jerawat yang parah
yang tidak memberikan respon tehadap pemberian antibakteri oral
dan untuk hirsutisme sedang sampai berat.
•Obat ini tidak boleh digunakan sebagai pengobatan tunggal.
•Tidak boleh diberikan pada pasien riwayat tromboemboli vena.
•Wanita dengan jerawat dan hirsutisme yang parah kemungkinan
mempunyai risiko terkena penyakit jantung.
•Dosis : Sekali sehari 2 mg selama 21 hari dimulai pada hari pertama
siklus menstruasi dan ulangi setelah interval 7 hari, umumnya untuk
beberapa bulan : hentikan jika jerawat atau hirsutisme telah hilang
(pemberian kembali dapat dilakukan jika terjadi kekambuhan).
Cont…
NO KOMPOSISI PRODUK NAMA PRODUK
1 Siproteron Asetat

2 Kombinasi dengan
etinilestradiol
DERMATITIS ATOPIK
Etiologi dermatitis atopik masih belum diketahui
DEFiNISI : dan patogenesisnya sangat komplek ,tetapi
Penyakit kulit inflamasi yang bersifat kronik residif terdapat beberapa faktor yang dianggap
disertai rasa gatal yang hebat serta eksaserbasi kronik berperan sebagai faktorpencetus kelainan ini
dan remisi, dengan etiologi yang multifaktorial. misalnya faktor genetik,imunologik,lingkungan
Penyakit ini biasanya dihubungkan dengan penyakit dan gaya hidup,dan psikologis.
alergi lain seperti asma bronkial dan
rhinokonjungtivitis alergi,

DERMATITIS
ATOPIK
Patofisiologi Dan Manifestasi klinik : Karakterisasi gejala : Ruam/suar yang episodic
Klasifikasi ruam/suar pada atopik :
Tanda Utama : - Ringan
Rasa gatal yang kuat (pruritus) - Sedang
Reaktivitas kulit - Berat
DIAGNOSIS
Kriteria mayor dan minor dalam diagnosis dermatitis atopik meliputi keberadaan pruritus dengan tiga atau lebih
gejala berikut :
Riwayat dermatitis fleksural di wajah pada anak-anak < 10
tahun

Riwayat asma atau rhinitis alergipada anak-anak atau keluarga


tingkat pertama

Riwayat xerosis (kulit kering) dalam setahun terakhir

Nampak eksem fleksural

Onset munculnya ruam pada usia < 2 tahun


PEMICU
ALERGI

Aeroalergen Makanan
AEROALERGEN (ALERGEN HIRUP)
Biji-bijian
(biji kapas
dan biji
Serbuk kopi)
Sari
Karpet, debu
rumah,
perabot Minyak
Serpihan rumah Jarak
Debu tangga,
kulit
Rumah pakaian
manusia

Algae
Serat
Tungau Dermatophagoide
Bulu tumbuh-
Debu pteronyssinus & D.
binatang tumbuhan
Rumah Farina
peliharaan
(TDR)
MAKANAN
Telur : albumin putih telur
61%, kuning telur 27-32 %
ALERGEN TELUR DA
anak alergi makanan (2/3
alergi telur) Alergen Utama :
ovalbumin, ovomucoid,
conalbumin
Alergi telur : usia 7 bulan
s/d 9 tahun (44 % pasien
alergi terhadap telur akan
sembuh)
Cont …
• Kedelai dan gandum

• Buah, sayur dan cereal


berlangsung dalam waktu
singkat
Alergen kacang tanah
terdapat pada ekstrak Mengandung fraksi
Protein kacang terdiri
semua bagian arachin & conarchin
dari albumin (yang
tumbuhan (kacang alergi terhadap kacang
larut dalam air) dan • Kebanyakan pasien hanya
mentah yang tanah
globulin (yang tidak mengalami
mempunyai sifat tahan
larut dalam air Alergi ini seumur hidup intoleransi/reaksi iritasi dari
panas, maupun kacang
yang dipanggang) pada alergi sesungguhnya
Cont …

Protein lain dalam


Alergi seafood Muncul karena daging seafood→
Menjadi penyebab
lebih sering terjadi sistem imun memicu imun
kemunculan alergi
pada orang berusaha bereaksi negative
pada beberapa
dewasa dan menyerang adalah arginine
orang.
remaja tropomyosin kinase dan myosin
light chain
Cont…
Alergi susu terjadi ketika sistem imun tubuh mengenali protein yang terkandung dalam
susu sebagai zat berbahaya

Sistem imun → mengeluarkan antibody immunoglobulin E (IgE) untuk menetralkan


protein susu.

Lain kali anda bersentuhan dengan protein tersebut antibody IgE akan mengenalinya
dan memberi sinyal kepada sistem imun untuk melepaskan reaksi alergi
Obat-obat

Obat-obatan untuk
autoimun Ex:
Obat rematik

Obat-obat
Aspirin & NSAID Obat bius untuk
lokal meredakan
nyeri kronis

Antibiotik Krim atau losion


(Penisilin) kortikosteroid
Produk
Zat pewarna yang obat/suplemen/
digunakan untuk
tes imaging (MRI
Vitamin,
atau CT Scan)) mengandung bee
pollen

Obat-obat Obat-obatan
HIV/AIDS kemoterapi
Stres
▪Stres memiliki efek psikologis terhadap penderita alergi. Stres
memperkuat berbagai gejala alergi sehingga membuat Anda
semakin terganggu karenanya. Ketika stres, tubuh Anda juga terasa
tidak enak walaupun sebetulnya sedang baik-baik saja.
▪Selain itu, stres juga menimbulkan gejala fisik. Para ahli meyakini
bahwa hormon kortisol yang meningkat saat stres ikut memperbesar
reaksi sistem imun terhadap alergen. Akibatnya, reaksi alergi yang
Anda alami terasa lebih parah dari biasanya.
MANAJEMEN DERMATITIS ATOPIK
Faktor pencetus dermatitis atopiK :
• mandi yang terlalu lama,
Edukasi pasien merupakan kunci kesuksesan • mencuci tangan,
manajemen dermatitis atopik. Edukasi pasien • menjilat bibir, berkeringat dan berenang.
dan keluarganya mengenai penyakit, faktor • Kontak dengan pelarut,
pemicu dan keamanan/efek samping dari • deodoran,
pengobatan (Schneider Linda). Penelitian • kosmetik, dan paparan sinar matahari,
• penggunaan pakaian yang ketat dapat memicu
menunjukkan edukasi yang optimal oleh dermatitis atopik.
spesialis dermatologi menghasilkan penurunan • Paparan panas yang terlalu lama juga dapat
keparahan sekitar 89% dari gejala dermatitis memicu timbulnya dermatitis atopik.
atopik (Heer Nicol). • Pada pasien dermatitis atopik juga mengalami
intoleransi kain wol, sehingga penggunaan kain
wol harus dihindari (Thalib Jamal).

Note : Pelembab bentuk sabun dapat disarankan.


ALGORITMA PENGOBATAN DERMATITIS ATROPIK
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Lembabkan kulit yang kering, lalu tepuk-
tepuk dengan lembut hingga kering
Identifikasi dan eliminasi allergen
yang berpotensi memicu atau Gunakan emolien dalam 3 menit setelah
memperparah dermatitis. mandi

Kurangi frekuensi mandi: mandi Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih
sehari sekali untuk mencegah guratan Ketika menggaruk

Gunakan sarung tangan berbahan katun


Gunakan air yang hangat Ketika mandi
untuk mencegah menggaruk di malam hari
Gunakan baju dan piyama yang berbahan
Hindari sabun yang mengiritasi katun
Hindari penggunaan lap atau penggosok
Hindari mencuci tangan dengan deterjen
yang dapat mengiritasi
yang keras
Gunakan pelembab sesering mungkin untuk
menjaga kulit agar tetap lembut dan halus
(minimal 2x sehari)
TERAPI FARMAKOLOGI
1. Kortikosteroid topikal
A. Potensi steroid berdasarkan kemampuan vasokonstriksinya
• Biasanya steroid dengan potensi tinggi
• Penggunaan tidak > 3 minggu
• Penggunaan untuk lesi yang tebal
• Tidak untuk digunakan pada wajah atau lipatan kulit, atau membran mukus

B. Pembawa merupakan faktor penting yang harus diperhatikan selain konsentrasi


steroid :
• Sifat oklusif dapat meningkatkan absorbs perkutan
• Salep lebih kuat daripada krim yang mana krim lebih kuat dari pada lotion.
• Bentuk gel dapat bermanfaat pada area berambut atau berminyak

C. Penggunaan bersama dengan pelembab


• Gunakan kortikosteroid terlebih dahulu
• Tujuan kombinasi tersebut ialah untuk meningkatkan kelembaban
sementara mengurangi penggunaan kortikosteroid.
Cont …
•Kekuatan kortikosteroid yang lebih tinggi dapat menyebabkan resiko efek samping
yang lebih besar.
•Penggunaan jangka panjang pada preparasi kortikosteroid dapat mengakibatkan
penebalan stratum korneum, sehingga memudahkan pemasukkan iritan dan alergen
serta mengiritasi dan menyebabkan inflamasi pada dermatitis atopik.
•Kortikostreoid dapat menghambat sintesis kolagen dan dapat menyebabkan
hipopigmentasi, atropi kulit, rosacea, jerawat, dan peningkatan pertumbuhan rambut
(CNE).
•Sedangkan efek samping dari penggunaan jangka panjang dari kortikostreoid dapat
mengakibatkan supresi ginjal serta supresi pertumbuhan (CNE, Hoare et al)
2. ANTIHISTAMIN
•Gatal merupakan keluhan utama dari dermatitis atopik.
•Antihistamin telah lama diresepkan untuk penanganan dermatitis atopik yang dipercaya
dapat mengurangi rasa gatal dengan menghambat aksi histamin dalam reseptor di kulit.
•Peranan histamin dalam rasa gatal dermatitis atopik masih belum jelas, dan hanya
memainkan sedikit bagian. Reseptor histamin memiliki dua bentuk yakni H1 dan H2.
Antihistamin yang paling sering di coba dalam dermatitis atopik adalah tipe H1. Antihistamin
H1 lebih lanjut terbagi berdasarkan sifat sedatif (contoh klorpeniramin) dan yang tidak
memberikan efek sedatif (Hoare et al).
•Dermatitis atopik menyebabkan rasa gatal (pruritus) pada pasien, sehingga antihistamin
biasanya digunakan untuk mengontrol rasa gatal. Mediator seperti neuropeptida dan sitokin
telah menunjukkan asosiasi dengan rasa gatal pada dermatitis atopik.
•Akan tetapi karena pruritus biasanya bertambah parah pada malam hari sehingga
antihistamin yang memberikan efek sedasi (seperti hidroksim atau difenhidramin) dapat
membantu tidur.
• Efek sedatifnya lebih menguntungkan dibanding efek pruritus dari antihistamin (Thalib jamal;
ISO Farmakoterapi)
3. Imunomodulator Topikal (Inhibitor
Kalsineurin Topikal)
▪NICE (The National Institute for Health and Clinical Excellence) merekomendasikan:
“Takrolimus topikal, sesuai dengan indikasi yang dijinkan digunakan sebagai terapi lini
kedua untuk dermatitis atopik sedang hingga berat pada orang dewasa dan anak-anak
berumur > 2 tahun yang tidak dapat dikontrol dengan kortikosteroid topikal, karena
resiko yang cukup serius dari efek samping penggunaan kortikosteroid topikal
terutama atropi kulit yang irreversible”.
▪NICE juga merekomendasikan bahwa kortikosteroid topikal dapat digunakan sebagai
terapi lini pertama untuk perburukan secara episodik (penyebaran) dermatitis atopik
(NICE).
Cont ….
• Salep Trakrolimus 0,1% (Protopic) → untuk dermatitis atopic sedang hingga parah
pada dewasa yang tidak cukup memberikan respon dengan terapi lain.
• Salep Trakrolimus 0,03% → untuk dermastitis atopic sedang hingga parah pada anak-
anak yang berusia > 2 tahun
• Krim Pimekrolimus 1% → untuk dermatitis atopik ringan hingga sedang pada anak-
anak dan dewasa (telah dipelajari penggunaannya pada bayi berusia 3 bulan).
• Gunakan 2 x sehari
•Dapat digunakan untuk jangka Panjang
•Dapat menyebabkan penurunan ruam/suar
Cont ….
•Krim pimecrolimus yang merupakan inhibitor kalsineurin dengan aman menurunkan
flares, menurunkan kebutuhan terhadap kortikosteroid, tidak menyebabkan atrofi
kulit dan mengontrol pruritus (Schneider et al).
•Siklosporin, inhibitor kalsineurin topikal digunakan sebagai terapi imunosupresif pada
pengobatan dermatitis atopik(Akhavan A, Rudikoff).
•Komplikasi yang potesial dari terapi menggunakan siklosporin mencakup
nefrotoksisitas, hiperlipidemia, hipertensi, hipertrikosis, gingival hiperplasia, interaksi
obat, dan terkadang rebound flare setelah penggunaan dihentikan (Akhavan A,
Rudikoff D; Hoare et al)
4. SEDIAAN TAR
▪Sediaan tar batu bara merupakan salah satu pengobatan topikal tertua dalam
dermatologi dan digunakan dalam manajemen dari berbagai macam jenis penyakit
kulit.
▪Sediaan tar batu bara bersifat sebagai antipruritus dan anti inflamasi pada kulit.
Sediaan tar dapat berguna dalam menurunkan potensi glukokortikoid topikal yang
memerlukan terapi kronik maintenance.
▪Sediaan tar sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada inflamasi akut karena dapat
menyebabkan iritasi kulit (Schneiden et al; Heer Nicol). Umumnya salep tar batu bara
dapat ditoleransi dengan baik, namun efek samping penggunaan jangka pendek
seperti folikulitis dan iritasi dapat terjadi. Tar batu bara dapat menyebabkan reaksi
fototoksik sehingga direkomendasikan untuk menghindari paparan sinar selama masa
pengobatan (Hendrika Johanna Roelofzen ; Heer Nicol).
TERAPI UNTUK DERMATITIS ATOPIK YANG SUKAR DISEMBUHKAN
1. OKLUSI DAN PEMBALUT YANG BASAH
• Membalut atau membungkus seluruh badan dengan kain yang sejuk dapat efektif
dalam meringankan rasa gatal, terutama dimalam hari
• Cara tersebut dapat digunakan bersamaan dengan kortikosteroid topical untuk
menangani ruam/suar akut atau lesi kronik yang menebal (Likenifikasi)
•Maserasi kulit, fisura, serta infeksi dapat terjadi.
•Cara ini hanya dibatasi pada lesi yang kronik dan berat.
•Mengompres dengan air hangat selama 20 menit→4-6 x sehari dapat membantu
mengeringkan luka yang berdarah.
2. Sinar Ultraviolet
• Sinar UV memiliki manfaat fototerapeutik bagi pasien dengan dermatitis atopikyang
parah
• Terapi sinar dengan sinar ultraviolet B gelombang pendek (UVB) bermanfaat untuk
terapi tambahan pada dermatitis atopic yang kronis dan membadel.
• Terapi ultraviolet A (UVA) dengan intensitas yang lebih tinggi bermanfaat pada
eksaserbasi akut dan dari mekanisme kerja dapat diindikasikan bahwa eosinophil
serta sel epidermal Langerhans dapat menjadi target dari intensitas tinggi UVA.
•Foto kemoterapi dengan metoksipsoralen oral diikuti oleh oleh UVA (PUVA) dapat
diindikasikan untuk dermatitis atopik parah yang menyebar, terutama pada kondisi
kegagalan terapi dengan kortikosteroid.
•Efek samping : eritema dan pigmentasi hingga penuaan dini serta malignansi kulit,
dapat saja terjadi.Oleh karena itu, penggunaannya perlu memperhatikan rasio risiko
manfaat.
IMUNOSUPRESAN SISTEMIK
Terapi ini digunakan jika terapi topical atau fototerapi gagal mengendalikan gejala
dermatitis atopik.

1. Kortikosteroid Sistemik
▪Kortikosteroid oral seperti : prednisone, dapat diindikasikan untuk terapi dermatitis atopic kronik yang
parah.
▪Terapi jangka pendek (seperti prednisone 40 – 60 mg/hari selama 3-4 hari, lalu 20-30 mg/hari selama
3-4 hari) → untuk mengendalikan ruam/suar parah.
▪ Titrasi dosis secara tepat perlu dilakukan sebab penyalahgunaan kortikosteroid dapat berdampak pada
kekambuhan setelah penghentian terapi.
▪Penggunaan jangka Panjang dapat menyebabkan efek samping sistemik, seperti : hipertensi, masalah
pertumbuhan dan perkembangan, atau gejala cushigoid
▪Penggunaan untuk anak-anak dibatasi hanya untuk kondisi yang jarang dan parah.
▪Terapi dengan kortikosteroid sistemik penting dikombinasikan dengan perawatan kulit secara intesif
yakni menggunakan kortikosteroid topical dan emolien.
2. SIKLOSPORIN
•Siklosporin merupakan polipeptida yang berasal dari jamur.
•Siklosporin merupakan imunosupresan yang menghambat mediasi sel
imunitas, terutama melalui penghambatan sel T helper. Siklosporin telah
sukses digunakan dalam pengobatan atopik dermatitis yang parah pada
anak-anak dan dewasa, memberikan perbaikan yang cepat dan signifikan
terhadap aktivitas penyakit, pruritus, dan gangguan tidur (Lee SS et al).
Siklosporin sangat berguna pada pasien dengan dermatitis atopik yang
parah (severe), dan membandel yang gagal dengan terapi konvensional (Lee
SS et al).
•Dosis yang diberikan 2 mg/kg secara oral dua kali sehari, dapat ditingkatkan
secara bertahap setelah satu bulan tetapi tidak boleh melebihi 5
mg/kg/hari. Pengobatan harus dihentikan jika tidak memberikan respon
setelah 6 minggu.
•Pada lesi kulit yang telah mengalami perbaikan, dosis diturunkan menjadi
0.5 – 1 mg/kg/hari/bulan hingga dosis terendah pemeliharaan (Thalib
Jamal). Anak-anak dengan kasus serupa dapat diberi siklosporin dengan
dosis yang lebih rendah, yakni 3 mg/kg/hari dengan peringatan.
Cont…
▪Radiasi PUVA atau UV-B sebaiknya tidak digunakan dengan siklosporin karena resiko
kanker kulit. Efek samping seperti toksisitas ginjal muncul dengan keparahan yang
ringan dan reversibel pada suatu studi jangka panjang. Karena efek samping yang
dapat ditimbulkan maka perlu dilakukan pengawasan fungsi ginjal dan hati secara
teratur selama menggunakan obat ini (Lee SS; Thalib Jamal); ISO Farmakoterapi; Hoare
et al).
▪Bahkan dalam percobaan jangka pendek, kasus hipertensi dan peningkatan bilirubin
serum dan kreatinin telah dilaporkan (Hoare et al).
▪Meskipun siklosporin memiliki tingkat penetrasi yang rendah pada kulit, pemakaian
secara topikal telah disarankan untuk mengurangi efek samping serius dari pemakaian
siklosporin secara oral. Pengobatan secara topikal sebagai salep atau gel mengandung
siklosporin mikrokristalin 10% (Hoare et al)
3. Azatioprin
• Suatu analog purin → merupakan imunosupresan sistemik lain yang dapat
bermanfaat pada dermatitis atopik parah
•Kerugian utama penggunaan azatioprin dibandingkan siklosporin ialah onset yang
tertunda 4-6 minggu.
•Kebanyakan laporan penggunaan azatioprin berasal dari studi yang tidak terkontrol ,
terbuka dan retrospektif sehingga sulit untuk menentukan regimen dosis sebab tidak
ada regimen dosis yang konsisten yang dievaluasi.
•Walau tercatat banyak efek samping seperti mielosupresi, hepatotoksisitas, gangguan
gastrointestinal, dll, terbukti bahwa azatioprin dapat membantu mengurangi gejala
dermatitis atopik.
4. Antimetabolit
• Mikofenolat mofetil (MMF) → imunosupresan yang digunakan dalam transplantasi organ
menunjukkan pengurangan dermatitis atopik yang resisten terhadap terapi lain dalam suatu
studi terbuka dan berjangka pendek. Karena studi yang mendukung besar dosis yang dapat
digunakan untuk dermatitis atopik belum ada, penggunaannya harus hati-hati dan segera
dihentikan jika pasien tidak memberikan respon dalam 4-8 minggu terapi.
•Metotreksat → suatu antimetabolit,merupakan antagonis asam folat yang terutama
digunakan sebagai agen antineoplastik dan terapi psoriasis.
•Walaupun belum ada studi yang mengevaluasi penggunaannya untuk dermatitis atopik,
terdapat bukti anekdotal tentang efektivitas metotreksat pada dosis 2,5 mg/hari sebanyak 4x
seminggu. Karena efek mielosupresinya, parameter hematologi pasien perlu diawasi ketat.
•Efek Samping lain meliputi hepatotoksik, toksisitas paru-paru, dan toksisitas saluran cerna.
Diperlukan pemberian asam folat
5. INTERFERRON−𝜸
• Interferon-𝛾1yang dikenal sebagai inhibitor sel TH2 , dipertimbangkan menjadi pilihan yang logis
untuk menekan respon IgE, pada pasien dermatitis atopik.
•Beberapa uji klinik yang bersifat multisenter, double-blind, dan menggunakan plasebo telah
menunjukkan perbaikan secara klinik pada pasien dermatitis atopic.
•Injeksi Interferron mal dan seringkali menimbulkan gejala mirip flu, seperti demam, menggigil, sakit
kepala, mialgi,arthralgia, mual, muntah, dan diare.
•Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengevaluasi penggunaan rutin pada pasien dermatitis atopik
6. KORTIKOSTEROID TOPIKAL
• Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan disebabkan oleh
infeksi, khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak gigitan serangga dan eksim scabies.
•Kortikosteroid menekan berbagai komponen reaksi pada saat digunakan saja; kortikosteroid
sama sekali tidak menyembuhkan dan bila pengobatan dihentikan, kondisi semula mungkin
muncul Kembali.
•Indikasi obat ini : menghilangkan gejala dan penekanan tanda-tanda penyakit bila cara lain
seperti pemberian emolien tidak efektif.
•Kortikosteroid topikal tidak berguna dalam pengobatan urtikaria
•Kontraindikasi : kondisi rosasea dan kondisi ulseratif→ dapat memperburuk keadaan
•Kortikosteroid tidak boleh digunakan untuk sembarang gatal dan tidak direkomendasikan
untuk akne vulgaris
Cont…
•Kortikosteroid topical yang paling kuat hanya dicadangkan untuk : dermatitis yang
sukar diatasi seperti diskoid kronik lupus eritematosus, lichen simplex chronicus, dan
palmoplantar pustulosis.
•Kortikosteroid yang kuat tidak boleh digunakan pada wajah dan fleksur kulit, tetapi
pada kasus tertentu dokter spesialis meresepkannya untuk daerah tersebut dan
dalam pengawasan khusus.
•Bila pengobatan topical gagal, injeksi kortikosteroid intralesi khusus digunakan hanya
pada kasus-kasus tertentu saja dengan lesi setempat seperti : parut keloid, lichen
planus hypertrofik atau alopecia localized areata.
Cont ….
• Gigitan dan sengatan serangga-kortikosteroid dengan potensi ringan, seperti krim
hidrokortison 1%.
• Ruam kulit yang disertai inflamasi berat akibat penggunaan popok pada bayi di atas 1
bulan-kortikosteroid dengan potensi ringan, seperti hidrokortison 0,5 atau 1 % selama
5-7 hari (dikombinasikan dengan antimikroba jika terjadi infeksi)
• Eksim ringan hingga sedang, fleksural, dan eksim wajah atau psoriasis. Kortikosteroid
ringan seperti hidrokortison 1%.
• Eksim berat disekitar badan dan lengan pada anak-anak diatas usia 1 tahun-
kortikosteroid dengan potensi kuat atau kuat-sedang selama 1-2 minggu, segera ganti
ke sediaan dengan potensi lebih ringan pada saat kondisi membaik.
• Eksim di sekitar area kulit yang mengeras, misal telapak kaki, kortikosteroid topikal
dengan potensi kuat dalam kombinasi dengan urea atau asam salisilat untuk
meningkatkan penetrasi kortikosteroid.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai