01 Akne
02 Dermatitis Atropik
03 Psoriosis
Melibatkan adanya
Penyakit yang umum, inflamasi pada folikel
biasanya sembuh kelenjar minyak
DEFINISI
sendiri, disebabkan (sebaceous) yang
multifaktor terletak di wajah atau
tubuh bagian atas.
PATOFISIOLOGI
Akne vulgaris merupakan gangguan patologis dari folikel sebasea, pemicu penyakit ini
multifaktorial dan kompleks.
Lesi pada AV terjadi setelah deskuamasi abnormal (proses pengelupasan kulit) dari keratinosit pada
muara folikel sebaseus yang menyebabkan hiperkeratinisasi dan terbentuknya mikrokomedo sebagai
tahap awal AV.
Proses ini kemudian difasilitasi oleh peningkatan kadar hormon androgen saat pubertas,
menyebabkan stimulasi produksi sebum pada unit pilosebaseus. Gabungan dari hiperkeratinisasi dan
peningkatan sebum ini kondusif untuk kolonisasi Propionibacteriun acnes, mengakibatkan berbagai
sitokin inflamasi dan faktor kemotaktik selanjutnya menginisiasi cascade inflamasi.
Diagnosis komedo
O
B Pada daerah :
Kista Pustula 1. Wajah
S 2. Punggung
E 3. Dada
R
V
A Nodula Papula
S
I Note : Lima sampai sepuluh komedo biasanya
dipertimbangkan sebagai alat diagnosis
TERAPI
Tujuan terapi → mencegah pembentukan lesi akne yang baru, menyembuhkan lesi
yang ada, serta mencegah atau meminimalkan bekas luka.
TERAPI NON
FARMAKOLOGI
TERAPI FARMAKOLOGI
Algoritma Terapi Berdasarkan Tingkat
Keparahan Akne
A. TOPIKAL
BENZOIL
PEROKSIDA
1 Benzoil Peroksida
Tunggal
Sediaan
• Bentuk asam dari • Pada kulit yang
vitamin A kering kurang lebih
• Larutan dari 30 menit
• Gel setelah mencuci
• Krim wajah
Saran
Definisi
penggunaan
Efek Samping : Interaksi Obat :
OBAT EFEK YANG TERJADI
Sulfur Waspadai penggunaan bersam-sama sebab dapat terjadi
Benzoil iritasi kulit. Oleh karena itu, beri jeda waktu antara
Peroksida penggunaan tretinoin dengan obat-obat diatas.
Iritasi kulit Pengelupasan Asam Salisilat
Sediaan topical Waspadai penggunaan Bersama dengan sabun dan
lain pembersih yang abrasive, sabun dan kosmetik dengan
efek pengering yang kuat, produk dengan konsentrasi
Peningkatan sensitivitas terhadap paparan alcohol, astringen, aroma, limau, elektrolisis, wax yang
sinar matahari, angin udara dingin dan kuat, serta produk yang dapat mengiritasi kulit sebab
iritan lainnya dapat meningkatkan kemungkinan iritasi.
Fotosensitiser Jangan gunakan bersamaan sebab dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya fototoksisitas.
Dermatitis
alergi (Jarang) Erythema
Contoh Sediaan
NO KANDUNGAN CONTOH PRODUK
PRODUK
1 Tretinoid Tunggal
Cont…..
NO KANDUNGAN PRODUK CONTOH PRODUK
2 Tretinoin + Eritromisin
3 Tretinoin + Klindamisin
3.Adapalen ❖Indikasi : Akne vulgaris yang ringan hingga
sedang. Gel 0,1 % dapat digunakan sebagai
alternatif gel tretinoin 0,025% untuk
memperoleh tolarabilitas yang lebih baik
pada beberapa pasien.
1 Adapalen
4. Tazaroten
• Tazorac→ retinoid
indikasi • Gel 0,05 dan 0,1%
Efek Samping
asetilenat
sintetik→dikonversi dari • Terapi akne vulgaris ringan • Erythema
bentuk aktifnya yakni asam • Memiliki akvititas • Pruritus
tazarotenat. komedolitik,serta • Pedih
antiinflamasi • Sensasi terbakar
Definisi Sediaan
Untuk jerawat ringan sampai sedang
5. ANTIBAKTERI
TOPIKAL Sediaan topical eritromisin, tetrasiklin dan
klindamisin→ untuk pasien dengan jerawat yang
lebih ringan
Definisi Kombinasi
Contoh Sediaan :
NO KOMPOSISI NAMA PRODUK
PRODUK
1 Eritromisin
tunggal
Cont…
NO KOMPOSISI PRODUK NAMA PRODUK
- Konsentrasi 1 % dan 2%
- Sediaan : gel, lotion,
larutan,”pad sekali pakai
-digunakan 2 x sehari
-Kombinasi dengan benzoil
peroksida→ meningkatkan
efikasi
Contoh Produk :
NO KOMPOSISI PRODUK NAMA PRODUK
1 Klindamisin tunggal
2 Kombinasi dengan
Benzoil Peroksida
3 Kombinasi dengan
tretinoin
6. Asam Azelat
•Memiliki aktivitas antibakteri, antiinflamasi serta komedolitik.
•Sediaan : Krim 20 % digunakan 2 x sehari pada kulit yang bersih dan kering
•Indikasi : akne yang ringan – sedang pada pasien yang yang tidak dapat mentoleransi
benzoil peroksida. Selain itu berguna bagi hiperpigmentasi postinflamasi sebab
memiliki aktivitas pencerah kulit.
•Contoh Sediaan :
7. Asam Salisilat, Sulfur Dan Resorsinol Kerugiannya : bau yang tidak
sedap akibat hydrogen sulfida
pada reaksi sulfur di kulit, sisik
warna coklat dari resorsinol,
dan reaksi salisilisem (jarang)
Asam salisilat memiliki aksi akibat penggunaan jangka
Agen keratolitik serta komedolitik senta
sedikit antibakteri.
Panjang pada konsentrasi
antiinflamasi tinggi asam salisilat pada kulit
dengan permaebilitas tiunggi
akibat akibat inflamasi atau
terkikis
Aktivitas keratolitik tidak
Kombinasi sulfur dan mengiritasi dibadingkan
resorsinol → sifat benzoil peroksida dan
sinergis terinoin, tetapi senyawa-
senyawa tsb tidak lebih
efektif sebagai komedolitik
Contoh Sediaan :
NO KOMPOSISI PRODUK NAMA PRODUK
1 Sulfur
3. Sulfur Kombinasi
Cont:
NO KOMPOSISI PRODUK NAMA PRODUK
1 Asam Salisilat +
Resorsinol
•Efek Samping dan Bahaya Isotretinoin : Kulit, mulut, mata, atau hidung kering, Kulit merah atau
terbakar, Iritasi kulit, Mimisan, Sakit kepala,Nyeri punggung, Gejala flu.
•Selain efek samping tersebut, ada beberapa efek samping serius yang perlu diwaspadai,
yaitu:Nyeri otot, nyeri sendi, atau nyeri tulang, Gejala peningkatan tekanan intrakranial,
yang dapat ditandai dengan sakit kepala berat, telinga berdenging, pusing, dan sakit di
belakang mata, Rasa haus terus-menerus dan sering buang air kecil, Gangguan mental,
seperti halusinasi, gangguan kecemasan, atau depresi, Pankreatitis, yang ditandai
dengan nyeri perut yang berat atau mual dan muntah yang tidak kunjung mereda,
Penyakit kuning, diare berat, atau perdarahan pada saluran cerna.
B.AGEN ANTIBAKTERI ORAL
1. Eritromisin Sistemik.
•Memiliki efikasi yang mirip dengan tetrasiklin, tetapi menginduksi laju resistensi bakteri
yang lebih cepat.
•Efek Samping: mual, muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya;
gangguan pendengaran yang reversibel pernah dilaporkan setelah pemberian dosis besar;
ikterus kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada).
Cont …..
Dosis: oral:.Akne: 250 mg dua kali sehari, kemudian satu kali sehari setelah 1 bulan.
Interaksi Obat :
NO INTERAKSI OBAT EFEK
2 Kombinasi dengan
etinilestradiol
DERMATITIS ATOPIK
Etiologi dermatitis atopik masih belum diketahui
DEFiNISI : dan patogenesisnya sangat komplek ,tetapi
Penyakit kulit inflamasi yang bersifat kronik residif terdapat beberapa faktor yang dianggap
disertai rasa gatal yang hebat serta eksaserbasi kronik berperan sebagai faktorpencetus kelainan ini
dan remisi, dengan etiologi yang multifaktorial. misalnya faktor genetik,imunologik,lingkungan
Penyakit ini biasanya dihubungkan dengan penyakit dan gaya hidup,dan psikologis.
alergi lain seperti asma bronkial dan
rhinokonjungtivitis alergi,
DERMATITIS
ATOPIK
Patofisiologi Dan Manifestasi klinik : Karakterisasi gejala : Ruam/suar yang episodic
Klasifikasi ruam/suar pada atopik :
Tanda Utama : - Ringan
Rasa gatal yang kuat (pruritus) - Sedang
Reaktivitas kulit - Berat
DIAGNOSIS
Kriteria mayor dan minor dalam diagnosis dermatitis atopik meliputi keberadaan pruritus dengan tiga atau lebih
gejala berikut :
Riwayat dermatitis fleksural di wajah pada anak-anak < 10
tahun
Aeroalergen Makanan
AEROALERGEN (ALERGEN HIRUP)
Biji-bijian
(biji kapas
dan biji
Serbuk kopi)
Sari
Karpet, debu
rumah,
perabot Minyak
Serpihan rumah Jarak
Debu tangga,
kulit
Rumah pakaian
manusia
Algae
Serat
Tungau Dermatophagoide
Bulu tumbuh-
Debu pteronyssinus & D.
binatang tumbuhan
Rumah Farina
peliharaan
(TDR)
MAKANAN
Telur : albumin putih telur
61%, kuning telur 27-32 %
ALERGEN TELUR DA
anak alergi makanan (2/3
alergi telur) Alergen Utama :
ovalbumin, ovomucoid,
conalbumin
Alergi telur : usia 7 bulan
s/d 9 tahun (44 % pasien
alergi terhadap telur akan
sembuh)
Cont …
• Kedelai dan gandum
Lain kali anda bersentuhan dengan protein tersebut antibody IgE akan mengenalinya
dan memberi sinyal kepada sistem imun untuk melepaskan reaksi alergi
Obat-obat
Obat-obatan untuk
autoimun Ex:
Obat rematik
Obat-obat
Aspirin & NSAID Obat bius untuk
lokal meredakan
nyeri kronis
Obat-obat Obat-obatan
HIV/AIDS kemoterapi
Stres
▪Stres memiliki efek psikologis terhadap penderita alergi. Stres
memperkuat berbagai gejala alergi sehingga membuat Anda
semakin terganggu karenanya. Ketika stres, tubuh Anda juga terasa
tidak enak walaupun sebetulnya sedang baik-baik saja.
▪Selain itu, stres juga menimbulkan gejala fisik. Para ahli meyakini
bahwa hormon kortisol yang meningkat saat stres ikut memperbesar
reaksi sistem imun terhadap alergen. Akibatnya, reaksi alergi yang
Anda alami terasa lebih parah dari biasanya.
MANAJEMEN DERMATITIS ATOPIK
Faktor pencetus dermatitis atopiK :
• mandi yang terlalu lama,
Edukasi pasien merupakan kunci kesuksesan • mencuci tangan,
manajemen dermatitis atopik. Edukasi pasien • menjilat bibir, berkeringat dan berenang.
dan keluarganya mengenai penyakit, faktor • Kontak dengan pelarut,
pemicu dan keamanan/efek samping dari • deodoran,
pengobatan (Schneider Linda). Penelitian • kosmetik, dan paparan sinar matahari,
• penggunaan pakaian yang ketat dapat memicu
menunjukkan edukasi yang optimal oleh dermatitis atopik.
spesialis dermatologi menghasilkan penurunan • Paparan panas yang terlalu lama juga dapat
keparahan sekitar 89% dari gejala dermatitis memicu timbulnya dermatitis atopik.
atopik (Heer Nicol). • Pada pasien dermatitis atopik juga mengalami
intoleransi kain wol, sehingga penggunaan kain
wol harus dihindari (Thalib Jamal).
Kurangi frekuensi mandi: mandi Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih
sehari sekali untuk mencegah guratan Ketika menggaruk
1. Kortikosteroid Sistemik
▪Kortikosteroid oral seperti : prednisone, dapat diindikasikan untuk terapi dermatitis atopic kronik yang
parah.
▪Terapi jangka pendek (seperti prednisone 40 – 60 mg/hari selama 3-4 hari, lalu 20-30 mg/hari selama
3-4 hari) → untuk mengendalikan ruam/suar parah.
▪ Titrasi dosis secara tepat perlu dilakukan sebab penyalahgunaan kortikosteroid dapat berdampak pada
kekambuhan setelah penghentian terapi.
▪Penggunaan jangka Panjang dapat menyebabkan efek samping sistemik, seperti : hipertensi, masalah
pertumbuhan dan perkembangan, atau gejala cushigoid
▪Penggunaan untuk anak-anak dibatasi hanya untuk kondisi yang jarang dan parah.
▪Terapi dengan kortikosteroid sistemik penting dikombinasikan dengan perawatan kulit secara intesif
yakni menggunakan kortikosteroid topical dan emolien.
2. SIKLOSPORIN
•Siklosporin merupakan polipeptida yang berasal dari jamur.
•Siklosporin merupakan imunosupresan yang menghambat mediasi sel
imunitas, terutama melalui penghambatan sel T helper. Siklosporin telah
sukses digunakan dalam pengobatan atopik dermatitis yang parah pada
anak-anak dan dewasa, memberikan perbaikan yang cepat dan signifikan
terhadap aktivitas penyakit, pruritus, dan gangguan tidur (Lee SS et al).
Siklosporin sangat berguna pada pasien dengan dermatitis atopik yang
parah (severe), dan membandel yang gagal dengan terapi konvensional (Lee
SS et al).
•Dosis yang diberikan 2 mg/kg secara oral dua kali sehari, dapat ditingkatkan
secara bertahap setelah satu bulan tetapi tidak boleh melebihi 5
mg/kg/hari. Pengobatan harus dihentikan jika tidak memberikan respon
setelah 6 minggu.
•Pada lesi kulit yang telah mengalami perbaikan, dosis diturunkan menjadi
0.5 – 1 mg/kg/hari/bulan hingga dosis terendah pemeliharaan (Thalib
Jamal). Anak-anak dengan kasus serupa dapat diberi siklosporin dengan
dosis yang lebih rendah, yakni 3 mg/kg/hari dengan peringatan.
Cont…
▪Radiasi PUVA atau UV-B sebaiknya tidak digunakan dengan siklosporin karena resiko
kanker kulit. Efek samping seperti toksisitas ginjal muncul dengan keparahan yang
ringan dan reversibel pada suatu studi jangka panjang. Karena efek samping yang
dapat ditimbulkan maka perlu dilakukan pengawasan fungsi ginjal dan hati secara
teratur selama menggunakan obat ini (Lee SS; Thalib Jamal); ISO Farmakoterapi; Hoare
et al).
▪Bahkan dalam percobaan jangka pendek, kasus hipertensi dan peningkatan bilirubin
serum dan kreatinin telah dilaporkan (Hoare et al).
▪Meskipun siklosporin memiliki tingkat penetrasi yang rendah pada kulit, pemakaian
secara topikal telah disarankan untuk mengurangi efek samping serius dari pemakaian
siklosporin secara oral. Pengobatan secara topikal sebagai salep atau gel mengandung
siklosporin mikrokristalin 10% (Hoare et al)
3. Azatioprin
• Suatu analog purin → merupakan imunosupresan sistemik lain yang dapat
bermanfaat pada dermatitis atopik parah
•Kerugian utama penggunaan azatioprin dibandingkan siklosporin ialah onset yang
tertunda 4-6 minggu.
•Kebanyakan laporan penggunaan azatioprin berasal dari studi yang tidak terkontrol ,
terbuka dan retrospektif sehingga sulit untuk menentukan regimen dosis sebab tidak
ada regimen dosis yang konsisten yang dievaluasi.
•Walau tercatat banyak efek samping seperti mielosupresi, hepatotoksisitas, gangguan
gastrointestinal, dll, terbukti bahwa azatioprin dapat membantu mengurangi gejala
dermatitis atopik.
4. Antimetabolit
• Mikofenolat mofetil (MMF) → imunosupresan yang digunakan dalam transplantasi organ
menunjukkan pengurangan dermatitis atopik yang resisten terhadap terapi lain dalam suatu
studi terbuka dan berjangka pendek. Karena studi yang mendukung besar dosis yang dapat
digunakan untuk dermatitis atopik belum ada, penggunaannya harus hati-hati dan segera
dihentikan jika pasien tidak memberikan respon dalam 4-8 minggu terapi.
•Metotreksat → suatu antimetabolit,merupakan antagonis asam folat yang terutama
digunakan sebagai agen antineoplastik dan terapi psoriasis.
•Walaupun belum ada studi yang mengevaluasi penggunaannya untuk dermatitis atopik,
terdapat bukti anekdotal tentang efektivitas metotreksat pada dosis 2,5 mg/hari sebanyak 4x
seminggu. Karena efek mielosupresinya, parameter hematologi pasien perlu diawasi ketat.
•Efek Samping lain meliputi hepatotoksik, toksisitas paru-paru, dan toksisitas saluran cerna.
Diperlukan pemberian asam folat
5. INTERFERRON−𝜸
• Interferon-𝛾1yang dikenal sebagai inhibitor sel TH2 , dipertimbangkan menjadi pilihan yang logis
untuk menekan respon IgE, pada pasien dermatitis atopik.
•Beberapa uji klinik yang bersifat multisenter, double-blind, dan menggunakan plasebo telah
menunjukkan perbaikan secara klinik pada pasien dermatitis atopic.
•Injeksi Interferron mal dan seringkali menimbulkan gejala mirip flu, seperti demam, menggigil, sakit
kepala, mialgi,arthralgia, mual, muntah, dan diare.
•Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengevaluasi penggunaan rutin pada pasien dermatitis atopik
6. KORTIKOSTEROID TOPIKAL
• Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan disebabkan oleh
infeksi, khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak gigitan serangga dan eksim scabies.
•Kortikosteroid menekan berbagai komponen reaksi pada saat digunakan saja; kortikosteroid
sama sekali tidak menyembuhkan dan bila pengobatan dihentikan, kondisi semula mungkin
muncul Kembali.
•Indikasi obat ini : menghilangkan gejala dan penekanan tanda-tanda penyakit bila cara lain
seperti pemberian emolien tidak efektif.
•Kortikosteroid topikal tidak berguna dalam pengobatan urtikaria
•Kontraindikasi : kondisi rosasea dan kondisi ulseratif→ dapat memperburuk keadaan
•Kortikosteroid tidak boleh digunakan untuk sembarang gatal dan tidak direkomendasikan
untuk akne vulgaris
Cont…
•Kortikosteroid topical yang paling kuat hanya dicadangkan untuk : dermatitis yang
sukar diatasi seperti diskoid kronik lupus eritematosus, lichen simplex chronicus, dan
palmoplantar pustulosis.
•Kortikosteroid yang kuat tidak boleh digunakan pada wajah dan fleksur kulit, tetapi
pada kasus tertentu dokter spesialis meresepkannya untuk daerah tersebut dan
dalam pengawasan khusus.
•Bila pengobatan topical gagal, injeksi kortikosteroid intralesi khusus digunakan hanya
pada kasus-kasus tertentu saja dengan lesi setempat seperti : parut keloid, lichen
planus hypertrofik atau alopecia localized areata.
Cont ….
• Gigitan dan sengatan serangga-kortikosteroid dengan potensi ringan, seperti krim
hidrokortison 1%.
• Ruam kulit yang disertai inflamasi berat akibat penggunaan popok pada bayi di atas 1
bulan-kortikosteroid dengan potensi ringan, seperti hidrokortison 0,5 atau 1 % selama
5-7 hari (dikombinasikan dengan antimikroba jika terjadi infeksi)
• Eksim ringan hingga sedang, fleksural, dan eksim wajah atau psoriasis. Kortikosteroid
ringan seperti hidrokortison 1%.
• Eksim berat disekitar badan dan lengan pada anak-anak diatas usia 1 tahun-
kortikosteroid dengan potensi kuat atau kuat-sedang selama 1-2 minggu, segera ganti
ke sediaan dengan potensi lebih ringan pada saat kondisi membaik.
• Eksim di sekitar area kulit yang mengeras, misal telapak kaki, kortikosteroid topikal
dengan potensi kuat dalam kombinasi dengan urea atau asam salisilat untuk
meningkatkan penetrasi kortikosteroid.
TERIMA KASIH