KOLOID TANAH
Sol merupakan sistem koloid berwujud cair , sedangkan Gel berwujud padat.
Selain itu sistem koloid juga dibedakan atas (a) Koloid Liofobik jika tak bereaksi
dengan mediumnya, dan (b) Koloid Liofilik yang bereaksi dengan mediumnya.
Bila mediumnya berupa air, maka menjadi Koloid Hidrofobik dan Koloid
Hidrofilik. Pada tanah terdapat bahan-bahan yang terdispersi seukuran sistem
koloid dalam medium cair, sehingga akan membentuk Sistem Koloid Tanah.
Sistem Koloid Tanah disusun oleh :
1. Bahan Anorganik, yaitu bahan mineral yang berukuran liat (< 1 µm) biasa
disebut sebagai mineral liat; dikenal sebagai Koloid Anorganik atau Koloid
Liat.
2. Bahan Organik, yaitu bahan humus; dikenal sebagai Koloid Organik atau
Koloid Humus.
a. Kompleks Inner-Sphere
Kompleks Inner-Sphere terbentuk jika tidak terdapat
molekul air di antara ikatan group fungsional permukaan
dengan ion atau molekul. Ikatan ion/molekul pada group
fungsional merupakan ikatan kovalen, sehingga ikatan ini
lebih stabil. Istilah adsorpsi spesifik selalu digunakan untuk
menggambarkan kompleksasi ion atau molekul pada
kompleks Inner-Sphere. Kompleks ini dapat juga terbentuk
oleh proses pertukaran ligan oksianion dengan group OH.
Kompleks permukaan inner-sphere dicontohkan oleh
kompleks ion K+ pada vermikulit. Pada kompleks
permukaan ini dibutuhkan koordinasi antar satu atom K
dengan 12 atom O yang membagi dua rongga siloksan yang
berlawanan. Dalam hai ini muatan lapisan vermikulit cukup
besar dan rongga siloksan di bidang datar mineral dapat
mengkompleksasi sebuah kation K+; radius K+ hampir sama
dengan radius rongga siliksan.
b. Kompleks Outer-Sphere
Minimal terdapat satu molekul air di antara ikatan group
fungsional dan ion/molekul, maka kompleks yang
terbentuk disebut kompleks Outer-Sphre. Secara umum
pada kompleks Outer-sphere bekerja ikatan elektrostatik,
sehingga lebih kurang stabil dibandingkan kompleks Inner-
Sphere. Suatu kompleks permukaan Outer-Sphere terjadi
antara dua lapis air dari Ca-Montmorilonit, dua rongga
siloksan yang berhadapan mengkompleks sebuah kation
Ca2+ yang terlarut oleh enam molekul koordinasi
oktahedaral.
Gambar 6.2. Kompleks Permukaan Outer-Sphere
Adsorpsi Ion Oleh proses alami, hancuran iklim, pinggir kristal dapat patah
pada Pinggir
dan atom atau sisi yang muncul akan ditempati oleh ion lain
Kristal yang
Patah untuk melengkapi bilangan koordinasinya. Misalnya pada
kristal AgCl .
_ =
Cl Cl Cl Cl Cl X
Ag Ag
Cl Cl Cl Cl Cl Cl
Al3+
Tertrahedral Si Al
++++ + + +
_ _ _ _ _ _ _ ─
Mg2+
Al Mg
Oktahedral
+ + + + +
_ _ _ _ _ ─
C NH2 C NH2
C NH2 C NH2 H+
C=O + H+ C=O
OH OH
Proses dissosiasi dan assosiasi ini dapat menghasilkan muatan
permukaan koloid negatif atau positif. Keadaan ini dikenal
sebagai muatan permukaan variabel, dapat bermuatan
negatif, nol, atau positif.
Sumber muatan koloid ini berasal dari proses substitusi isomorfik, yang
menghasilkan muatan permukaan yang negatif dan bersifat permanen.
Dikatakan permanen karena muatan permukaan negatif tidak berubah oleh
pengaruh pH atau elektrolit; jadi dalam kondisi bagaimanapun muatan
permukaan akan tetap negatif. Oleh karena permukaan bermuatan negatif,
maka fenomena yang terjadi adalah adsorbsi kation, dan kapasitas tukar kation
dapat dipakai sebagai ukuran aktifitasnya. Koloid seperti ini umumnya
beradada pada tanah-tanah yang mengandung mineral liat tipe 2 : 1 dan tanah
yang relatif masih muda. Misalnya tanah Vertisol, Entisol, Inseptisol.
a. Pada Kaolinit
+ 0 -
- -
Si OH Si OH Si
R + R 0 R -
C OH H+ C OH H+ C O-
O O O
Nilai ZPC (Zero Point of Charge) dapat didefinisikan sebagai nilai pH saat
mana koloid bermuatan nol, yang mempunyai arti sama dengan iso electric
point . Biasanya diberi simbol ZPC atau pH0. Nilai ZPC perlu diketahui karena
nilai ini dapat dijadikan sebagai patokan apakah suatu koloid bermuatan negatif
atau positif.
Bila :
pH > ZPC ; keadaan basa, maka koloid bermuatan negatif.
pH < ZPC; keadaan asam, maka koloid bermuatan positif.
pH = ZPC; koloid bermuatan nol.
Dengan semakin tinggi nilai ZPC maka ada kemungkinkan lebih besar dari pH
sehingga permukaan koloid bermuatan positif . Koloid yang bermuatan positif
akan mengadsorpsi anion seperti fosfat. Oleh sebab itu pada tanah yang
bermuatan variabel selalu dilakukan penurunan nilai ZPC. Nilai ZPC dapat
diturunkan dengan cara pemberian bahan organik, semakin tinggi kadar C
organik tanah nilai ZPC akan semakin rendah. Selain itu nilai ZPC dapat juga
diturunkan dengan pemberian silikat. Pemberian Si dalam bentuk Na2SiO3
mampu menurunkan nilai zero point of charge (ZPC) Andisol Tongkoh Brastagi
dari 4,42 turun secara linier menjadi 4,17 pada pemberian 1,5 g SiO2/kg tanah,
dan akhirnya 4,10 pada pemberian 3,0 g SiO2/kg tanah. Sementara pH tanah
meningkat secara linier juga dari 4,28 menjadi 5,02 pada pemberian 3,0 g
SiO2/kg tanah). Oleh Mott (1981) dijelaskan bahwa pemberian bahan silikat
dapat menegatifkan muatan permukaan mineral melalui reaksi berikut :
│ +X
│ 1-X
Dari reaksi di atas dapat diduga bahwa silikat yang akan bereaksi dengan gugus
OH terbuka untuk dapat menghambat adsorbsi anion lain seperti fosfat.
Dengan demikian P terhindar untuk diadsorbsi sehingga menjadi tersedia bagi
tanaman. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Uehara dan Gillman (1981)
bahwa penambahan silikat ke tanah yang kadar Si-nya rendah, seperti Andisol,
akan berpengaruh baik terhadap pengurangan erapan fosfat, meningkatkan pH
dan kapasitas tukar kation. Dalam hal ini silikat berperan sebagai spesies
kompetitor bagi fosfat.
Nilai ZPC tanah dapat ditentukan dengan 3 metode, yaitu metode Salt
titration, Potentiometric titration, dan Autopotensiometrik.
Teori Teori ini sangat sederhana dan paling tua. Teori ini
Helmholtz
menganggap bahwa sistem koloid pada hakekatnya netral
secara listrik. Menurut Helmholtz, terjadinya lapis rangkap
listrik akibat muatan permukaan koloid yang dinetralkan oleh
ion yang berbeda muatan disekeliling partikel koloid. Muatan
permukaan dinetralkan oleh kaunterion pada jarak ‘d’ yang
meningkat dari permukaan.
Persamaan Helmholtz :
ξ = 4D
dimana :
ξ : zeta potensial
Ϭ : kerapatan muatan
D : ketebalan dari lapis rangkap
ε : konstanta dielektrika dari medium (80 esu/dyne cm untuk air)
_ Kaunterion
Koloid Tanah _
_
_
_ elektrostatis diffusi
_
2nkT Ze0
1/ 2
Ϭ= sinh
2kT
dimana :
Ϭ : kerapatan muatan permukaan (esu/cm3)
: konstanta dielektrika medium (80 esu/dyne cm untuk air)
n : konsentrasi kaunterion di larutan (ion/cm3)
k : konstanta gas per molekul atau konstanta Boltzman
(1.38. 10-16 erg/Å).
e : muatan elektronik (4.80. 10-10 esu).
0 : potensial permukaan
z : valensi kaunterion.
2nkT Ze0
1/ 2
Konstan = sinh
2kT
Sedangkan untuk tanah yang bermuatan variabel :
2nkT
1/ 2
Ze
Ϭ= sinh konstan
2kT
Teori Stern Teori Gouy-Chapman terbukti lebih baik dari pada teori
Helmholtz, namun masih memiliki beberapa keterbatasan
kualitatif dalam pemakaiannya. Teori ini berasumsi bahwa
ion-ion dianggab sebagai titik bermuatan, dan teori itu
berasumsi bahwa tidak ada batasan fisika untuk ion-ion dalam
hal kedekatannya dengan permukaan. Hal ini tidak benar.
Stern (1924) memodifikasi lapis rangkap diffus Gouy-
Chapman. Teorinya menetapkan bahwa ion-ion memiliki
ukuran terbatas, jadi dapat dekat ke permukaan liat pada
beberapa nm. Diasumsikan bahwa beberapa ion diadsorpsi
secara khusus oleh permukaa pada permukaan , dan dikenal
sebagai “lapisan Stern”. Lapisan yang bermuatan tersebut
merupakan ‘molekul kondensor’ (molekul yang terpadatkan)
yang terdiri dari :
o Permukaan yang bermuatan.
o Muatan di bidang tengah dari kaunterion yang terdekat.
Ion-ion pertama dari lapis rangkap Gouy-Chapman tidak
berada di permukaan, tetapi berada pada jarak tertentu dari
permukaan. Jarak ini bisanya sebesar radius ion.
Diagram di bawah ini menyajikan perbandingan visual dari
jumlah kaunterion di setiap lapisan.
Gambar 6.7. Visual Kaunterion di Lapisan Stern dan Lapisan Diffus
Zeta Potensial
Burau, R.G. and R.J. Zasoski. 2002. Soil and Water Chemistry. Course Note and
Graphical Material. U.C. Davis. http://lawr.ucdavis.edu/classes/ssc102
.pdf
Mott, C.J.B. 1981. Anion and Ligand Exchange. in J.Greenland and H.B. Hayes
(eds) The Chemistry of Soil Processes. John Wiley & Sons.