Anda di halaman 1dari 12

Askep pada lansia dengan gangguan mental defresi

1. Definisi Defresi
Depresi sebagai suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada harapan dan patah
hati,ketidakberdayaan yang berlebihan,tak mampu mengambil keputusan memulai
suatu kegiatan, tak mampu berkonsentrasi, tak punya semangat hidup, selalu tegang
dan dan mencoba bunun diri.

2. Etiologi
Penyebab depresi sangat kompleks,yaitu penyebab eksternal dan penyebab internal,
tetapi lebih sering merupakan hasil kombinasi dari keduanya. Berat ringannya depresi
tergantung pada kepribadian 14 mental, kematangan individu,progresifitas penyakit
fisik,dan tingkat pendidikan. Hingga saat ini etiologi depresi yang pasti belum
diketahui. Terdapat beberapa faktor predisposisi yang telah diketahui berkaitan
dengan terjadinya depresi, yaitu antara lain faktor genetik. Faktor ini berperan secara
sangat kompleks dalam perkembangan gangguan mood. Pada penelitian mengenai
depresi dalam keluarga diperoleh bahwa generasi pertama berpeluang lebih sering dua
sampai sepuluh kali mengalami depresi berat. Penelitian yang berhubungan dengan
anak kembar mengemukakan bahwa kembar monozigot berpeluang sebesar 50%,
sedangkan kembar dizigot sebesar 10-25%. Mengenai faktor neurobiologik,adanya
perubahan neurotransmiter otak,yaitu antara lain norepinefrin, serotonim, dopamin,
dan juga menurut teori amina biogenik, depresi disebabkan karena defisiensi senyawa
monoamin,terutama noradrenalin dan serotonin). Juga perlu dipertimbangkan peran
faktor psiko-sosial (peristiwa dalam kehidupan dan stres lingkungan) dan faktor
kognitif.

3. Gambaran klinis
Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood depresi menetap yang
tidak naik,gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-hari,dan dapat berpikiran atau
melakukan percobaan bunuh diri. Pada lansia gejala depresi lebih banyak terjadi pada
orang dengan penyakit kronik ,gangguan kognitif,dan disabilitas. Kesulitan
konsentrasi
dan fungsi eksekutif lansia depresi akan membaik setelah depresi diatasi. Gangguan
depresi lansia dapat menyerupai gangguan kognitif seperti demensia,sehingga dua hal
tersebut perlu dibedakan.
a. Perubahan pada lansia defresi
a) Perubahan fisik
 Perubahan nafsu makan sehingga berat badan turun (lebih dari 5%
dari berat badan bulan terakhir)
 Gangguan tidur berupa gangguan untuk memulai tidur,tetap
tertidur,atau tidak terlalu lama
 Jika tidur,merasa tidak segar dan lebih buruk di pagi hari
 Penurunan energi dengan perasaan lemah dan kelelahan fisik
 Beberapa orang mengalami agitasi dengan kegelisahan dan
bergerak terus.
 Nyeri,nyeri kepala,dan nyeri otot dengan penyebab fisik yang tidak
diketahui
 Gangguan perut, konstipasi
b) Perubahan pemikiran
 Pikiran kacau,melambat dalam berpikir,berkonsentrasi,atau sulit
mengingat informasi
 Sulit dan sering menghindari mengambil keputusan
 Pemikiran obsesif akan terjadi bencana atau malapetaka
 Preokupasi atas kegagalan atau kekurangan diri menyebabkan
kehilangan kepercayaan diri
 Menjadi tidak adil dalam mengambil keputusan
 Hilang kontak dengan realitas,dapat menjadi halusinasi(auditorik)
atau delusi
 Pikiran menetap tentang kematian,bunuh diri,atau mencoba
melukai diri sendiri

c) Perubahan perasaan
 Kehilangan minat dalam kegiatan yang dulu merupakan sumber
kesenangan
 Penurunan minat dan kesenangan seks
 Perasaan tidak berguna,putus asa,dan perasaan bersalah yang besar
 Tidak ada perasaan
 Perasaan akan terjadi malapetaka
 Kehilangan percaya diri
 Perasaan sedih dan murung yang lebih buruk di pagi hari
 Menangis tiba-tiba,tanpa alasan jelas
 Iritabel,tidak sabar,marah,dan perasaan agresif

d) Perubahan prilaku
 Menarik diri dari lingkungan sosial,kerja atau kegiatan santai
 Menghindari mengambil keputusan
 Mengabaikan kewajiban seperti pekerjaan rumah,berkebun,atau
membayar tagihan
 Pengurangan perawatan diri seperti perawatan diri dan makan
 Peningkatan pengangguran alkohol atau obat-obatan

4. Gejala Defresi
Gejala yang timbul pada penderita depresi menurut (Santi 2016) dibagi menjadi tiga
yaitu sebagai berikut :
a) Gangguan afektif
Biasannya penderita mengalami perubahan perasaan pada gangguan
afektif. Gejala yang biasa timbul pada gangguan afektif adalah perasaan
sedih,perasaan negatif terhadap diri sendiri,kehilangan terhadap
minat,kesenangan,dan semangat dan serta ,mudah menangis.
b) Gangguan Kognitif
Gejala yang muncul adalah penderita akan merasa harga diri dan percaya
diri rendah ,rasa bersalah dan tidak berguna,pandangan pesimistik dan
suram mengenai masa depan,tindakan menyakitkan diri,konsentrasi dan
perhatian yang buruk serta merasa putus asa.
c) Gangguan Somatik
Gejala dari gangguan somatik ini adalah gangguan
tidur/insomnia,hilamgnya nafsu makan,penurunan energi dan aktifitas
menjadi terbatas,nyeri kepala,nyeri pada punggung,dan gangguan pada
sistem pencernaan

5. Faktor yang menyebabkan defresi pada lansia


a) Perubahan dalam aktivitas sehari-hari
Mereka yang dulu terbiasa bekerja dan memiliki penghasilan sekarang hanya
berdiam diri di panti dan tidak memiliki penghasilan lain kecuali uang yang
diperoleh dari panti. Keseduiaan mereka mengikuti kegiatan di panti disebabkan
karena keharusan bukan karena ingin. Perubahan dalam aktivitas sehari-hari dapat
berkaitan pula dengan keberadaan keluarga bagi mereka. Dimana perubahan
dalam perkumpulan keluarga merupakan merupakan penyebab stress pula bagi
mereka.
b) Perubahan dalam Perkumpulan keluarga
Keluarga menjadi salah satu faktor yang berperan dalam menyebabkan stress bagi
lansia panti. Keberadaan keluarga dirasakan sangat penting bagi mereka. Hal
tersebut dapat dilihat dari latar belakang keberadaan para lansia hingga tinghgal di
panti wreda. Seperti beberapa kasus yang terjadi pada lansia panti. Beberapa
diantara mereka merasa terbuang ,menjadi sampah masyarakat,tidak berarti lagi
dengan kondisi fisik yang semakin melemah. Mereka merasa dicampakkan oleh
keluarganya,bahkan bagi beberapa lansia yang semula hidup dengan keluarganya
mereka merasa tidak betah lagi berada di dunia ini dan mempertanyakan
keberadaan mereka ini untuk siapa,lain halnya dengan lansia yang memang dari
semula tidak mempunyai keluarga sama sekali,mereka memang menyayangkan
hidup mereka yang sebatang kara akan tetapi keberadaan teman sesama lansia
dipanti membuat mereka merasa ada keluarga baru akan tetapi terkadang mereka
pun merindukan keberadaan keluarganya sebelum mereka hidup sendiri.
c) Kematian Pasangan
Yang dirasakan oleh para lansia di panti . mereka merasa hidup sendiri dan tidak
berarti . Pada beberapa kasus yang terjadi di panti wreda,hampir semua lansia
menceritakan bahwa pasangan mereka merupakan semangat hidup mereka dan
ada beberapa lansia yang memilih untuk tidak menikah kembali setelah kematian
pasangan mereka. Mereka mencoba bertahan hidup untuk anak-anak mereka
tersebut.
d) Perubahan dalam pilihan maupun kuantitas olahraga maupun rekreasi,dan
perubahan dalam pekerjaan
Bagaimana perubahan ini dipersepsikan berbeda-beda oleh individu sehingga
memunculkan dinamika dalam respon emosi,sosial dan perilaku penyesuaian.
Persepsi yang gerbeda memunculkan respon yang berbeda salah satunya respon
yang terkategori stress.Peristiwa –peristiwa kehidupan dan berbagai perubahan
yang dialami para lansia penghuni panti baik yang telah maupun sedang dialami
para lnsia penghuni panti baik yang telah maupun sedang dialami tidak jarang
dirsakan sebagai beban dan dan tekanan dalam hidup.Kenyataan ini didukung oleh
data penelitian yang diperoleh bahwa bahwa sejumlah 26 dari 32 lansia panti atau
sebesar 81,25% subyek mengeluhkan menghadapi peristiwaperistiwa kehidupan
yang berat.

6. Tingkat defresi pada lansia


a) Depresi ringan
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas
 Konsentrasi dan perhatian yang kurang
 Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
b) Depresi sedang
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas
 Konsentrasi dan perhatian yang kurang
 Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
e) Depresi sedang
 Mood depresif
 Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas
 Konsentrasi dan perhatian yang kurang
 Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri
 Tidur terganggu
 Disertai waham,halusinasi
 Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu

7. Pemeriksaan penunjang pada lansia


a) Geriatric depression Scale
Instrumen Geriatri Depression scale (GDS) adalah sebagai berikut :
 Apakah bapak/ibu sekarang ini mersa puas dengan kehidupannya ?
 Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau
kesenangan akhir-akhir ini ?
 Apakah bapak/ibu merasa hampa/kosong didalam hidup ini ?
 Apakah bapak/ibu sedang merasa bosan ?
 Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang baik setiap saat ?
 Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi
pada anda ?
 Apakah bapak/ibu merasa bahagia sebagian besar waktu ?
 Apakah anda merasa sering tidak berdaya ?
 Apakah bapak/ibu senang tinggal dirumah daripada keluar dan
mengerjakan sesuatu hal yang baru ?
 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya
ingat anda dibandingkan kebanyakan orang ?
 Apakah bapak/ibu pikir bahwa hidup bapak/ibu sekarang ini
menyenangkan?
 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini ?
 Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat?
 Apakah bapak/ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada harapan?
 Apakah bapak/ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya
daripada bapak/ibu?
Keterangan :
Membutuhkan jawaban “YA” atau “TIDAK”
Setiap jawaban yang “YA” mempunyai skor “1” ( SATU)
a) Skor 0-4 : Tidak Memprihatinkan
b) Skor 5-8 :Depresi ringan
c) Skor 9-11 : Depresi Sedang
d) Skor 12-15 : Depresi Berat

8. Askep pada lansia dengan defresi


a) Pengkajiana
 Identitas diri klien

 Struktur keluarga : 3 Genogram

 Riwayat Keluarga

 Riwayatt Penyakit Klien


Ka-ji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk mengkaji tanda dan kejala
karakteristik yang berkaitan dengan ganguan tertentu yang di diagnosis.
 Kaji adanya depresi
 Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat seperti
geriatric depresion scale .
 Anjukan pertanyan-pertanyan pengkajian keperawatan
 Wawancarai klien, pemberian asuhan atau keluarga
Lakukan observasi langsung tehadap :

Penerapan Asuhan Keperawatan Lansia

2.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan
yang terdiri dari 3 kegiatan yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data, dan
perumusan diagnosa keperawatan. (Arif Muttaqin, 2008).

1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan.

2. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri, nafsu makan menurun, resiko mencederai diri,
gangguan alam perasaan maladaptif.

3. Riwayat Keluarga
Pada pengkajian ini bisa ditemukan keluhan yang sama pada generasi
terdahulu apakah oleh faktor adaptif dan maladaptif.

4. Riwayat Penyakit Klien


Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
a. Kaji adanya depresi.
b. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat,
seperti geriatric depresion scale.
c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
d. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
5. Lakukan observasi langsung terhadap :
1. Perilaku.
a. Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan
aktivitas hidup sehari-hari?
b. Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima secara
sosial?
c. Apakah klien sering mengluyur dan mondar-mandir?
d. Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration
phenomena?
25
2. Afek
a. Apakah klien menunjukkan ansietas?
b. Labilitas emosi?
c. Depresi atau apatis?
d. lritabilitas?
e. Tidak berdaya?
f. Frustasi?
g. Curiga?
3. Respon kognitif
a. Bagaimana tingakat orientasi klien?
b. Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru
saja atau yang sudah lama terjadi?
c. Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau mengabstrakan?
d. Kurang mampu membuat penilaian?
e. Terbukti mengalami afasia, agnosia, atau, apraksia?
6. Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan
a. Pola pemenuhan nutrisi
Pasien mengatakan tidak teratur untuk pola makannya hanya setangah
porsi yang dihabiskan
b. Pola pemenuhan cairan
Pasien mengatakan untuk kebutuhan cairan setiap harinnya menghabiskan
± 3 gelas sehari
c. Pola kebiasaan tidur dan istirahat
Pasien mengatakan untuk kebiasaan tidur untuk malam hari terkadang
terbangun sendiri untuk tidur malam mulai jam 20.00 sampai 03.00 pagi
untuk tidur siang mulai jam 12.00 sampai 14.00, menggunakan waktu
tidur untuk beristirahat.
d. Pola eliminasi BAB
Pasien mengatakan tidak ada gangguan saat BAB, ± 2 kali sehari,
konsistensi lembek.
e. Pola eliminasi BAK
Pasien mengatakan BAK ± 1-3 kali sehari, kuning jernih, bau khas.
f. Pola aktivitas
Aktifitas pasien sering didalam kamar dan mengerjakan ketrampilan
tangan.
g. Pola pemenuhan kebersihan diri
Pasien mengatakan selama di panti mandi 2 kali sehari, memakai sabun
dan selalu gosok gigi.
h. Pola sensori dan kognitif
Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam panca indranya.

7. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak ada bekas lesi, warna rambut hitam dan
kering, mudah rontok.
b. Mata
Pasien mengatakan penglihatan sedikit kabur, tidak menggunakan alat
bantu kacamata, tidak ada riwayat katarak.
c. Hidung
Bentuk simetris, sedikit agak kotor dalam kebersihan, mukosa kering dan
tidak ada peradangan.
d. Mulut dan Tenggorokan
Bentuk simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada kesulitan menelan dan
mengunyah.
e. Telinga
Tidak ada bekas luka, kebersihan baik, pendegaran baik.
f. Leher
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan.
g. Dada
Bentuk dada normal, bunyi napas tambahan, adanya nyeri tekan
h. Abdomen
Bentuk Distend, tidak adanya benjolan/pembesaran hepar, kembung,
frekuensi bising usus 20 kali/menit.
i. Genetalia
Kebersihan, karakter mons pubis dan labia mayora serta kesimetrisan labia
mayora
j. Ekstremitas
Turgor kulit hangat, tidak menggunakan alat bantu, rentang regak
maksimal, deformitas tidak.
k. Integumen
Kebersihan baik, warna pucat, kelembaban kering, tidak ada gangguan
integumen.

8. Pemeriksaan diagnostik
Pemerikaan darah lengkap, Vitamin B12 dan Folat, dan pemeriksaan Lainlainnya
yaitu Electro Cardio Graphy (ECG), Electro Encephalo Graphy
(EEG), CT-scanbila ditemukan gangguan metabolik akibat depresi.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan yang tidak adekuat akibat penurunan nafsu makan.
Penerbit Buku Kedokteran, Diagnosa Keperawatan Geriatrik, Nanda (2000)

2.3.3 Intervensi dan Implementasi Keperawatan


Pada tahap ini di lakukan pelaksanaan dan intervensi yang telah di
tentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.
Pelaksanaan adalah pengelolahan dan pelanjutan dari intervensi yang telah di
susun pada tahap perencanaan.(Nasrul Effendy,2005)
29
1) Diagnosa 1 : Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
Tujuan perawatan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan lansia tidak
mencederai diri.
Kriteria Hasil:
a) Lansia dapat mengungkapkan perasaanya.
b) Lansia tampak lebih bahagia.
c) Lansia sudah bisa tersenyum ikhlas.
Intervensi:
1. Bina hubungan saling percaya dengan lansia.
Rasional : hubungan saling percaya dapat mempermudah dalam mencari
data-data tentang lansia.
2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati
dan Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih
banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan,
anggukan.
Rasional : Dengan sikap sabar dan empati lansia akan merasa lebih
diperhatikan dan berguna.
3. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri. Jauhkan
dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai
dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
Rasional : Meminimalkan terjadinya perilaku mencederai diri.

2) Diagnosa 2 : Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping


maladaptif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan lansia merasa tidak stres dan
depresi.
Kriteria Hasil :
a) Klien dapat meningkatkan harga diri
b) Klien dapat menggunakan dukungan sosial
c) Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Intervensi :
1. Klien dapat meningkatkan harga diri.
Tindakan : Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
Rasional : Membangun motivasi pada lansia
2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
Rasional : Individu lebih percaya diri
3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
Rasional : Menumbuhkan semangat hidup lansia
4. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan: Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orangorang
terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama
yang dianut).
Rasional : Lansia tidak merasa sendiri
5. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama).
Rasional : Meningkatkan nilai spiritual lansia
6. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
Rasional : Untuk menangani klien secara cepat dan tepat
7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan: Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat).
Rasional : Untuk memberi pemahaman kepada lansia tentang obat
8. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat,
dosis, cara, waktu).
Rasional : Prinsip 5 benar dapat memaksimalkan fungsi obat secara efektif
9. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
Rasional : Menambah pengetahuan lansia tentang efek – efek samping
obat.
10. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.
Rasional : Lansia merasa dirinya lebih berharga
3) Diagnosa 3 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pemasukan yang tidak adekuat akibat penurunan nafsu makan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi
berkurang
Ktiteria hasil : pasien tidak mual, muntah
Nafsu makan bertambah
Intervensi :
1. Observasi porsi makanan yang telah di habiskan.
Rasional : mengkaji intake makanan yang telah di habiskan.
2. Anjurkan makanan sedikit-sedikit tapi sering
Rasional : menghindari mual dan muntah
3. Berikan diet lauk selagi hangat
Rasional : memberikan makanan hangat dan lunak tidak menyebabkan
mual dan muntah.
4. Hindari makanan pantangan bagi klien.
Rasional : menghindari komplikasi penyakit
5. Kolaborasi dengan dokter dengan pemberian terapi
Rasional : untuk proses penyembuhan

2.3.4 Pelaksanaan
Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan
yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya atau
hilangnya masalah. Pada tahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan
yaitu validasi rencana keperawatan, menuliskan atau mendokumentasikan rencana
keperawatan serta melanjutkan pengumpulan data. (Mitayani, 2011)

2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan pasien, perawat,
dan anggota tim kesehatan lain. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang
kesehatan lain, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk
menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak untuk
melakukan pengkajian ulang. (Lismidar, 2000)
Hasil akhir yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien depresi adalah
sebagai berikut:
1. Klien mampu berpartisipasi dalam resiko mencederai diri terhadap orang lain
2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya yang lebih bahagia dan ikhlas.
3. Klien dapat meningkatkan harga diri.
4. Klien mampu mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah yang
konstruktif.
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
9. Masalah keperawatan
a. Koping tidak efektif
b. Gangguan pola tidur
c. Gangguan proses pikir
d. Perubahan persepsi sensori
e. resiko mencederai diri

10. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia Depresi Dengan dengan Masalah Keperwatan
Koping Tidak Efektif

Anda mungkin juga menyukai