Anda di halaman 1dari 12

SKENARIO ROLEPLAY: PROSES KONSELING

KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN PENYAKIT


DIABETES
Untuk memenuh i tugas mata ku liah Konseling Keperawatan
Dosen Pembimbing: Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh,

Rizkia Annora Pratiwi


22020122130060
A22.1

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPOENGORO
SEMARANG
2023
GAMBARAN KASUS:
Agung Suyatno merupakan seor ang berusia 65 tahun yang kin i
sedang dalam masa pengobatan penyakit diabetes melitus tipe 2
yang dimilikiny a. Ia mengalami peny akit d iabetes selama kurun
waktu kurang leb ih 10 tahun. Hal ini d ipeng aruhi akib at bap ak
Agung tidak memperhatian po la mak an sejak beliau masih mud a.
Selain itu, karen a faktor umur b apak Agung tidak mud ah diber i tahu
oleh anakny a. Sang anak ber cerita, hingg a sampai saat in i bapak
Agung masih sering meng abaik an pola mak an serta tidak mau
mengonsumsi obat y ang sdah diresepk an oleh dokter untuk
penyakitn d iabetesnya. Bapak Agung meras a bahwa percu ma saja
jika ia meminum ob at, kar ena pada akhrnya dia akan meningg al.
Namun, dalam lubuk hati pak Agung sendir i, beliau ingin terus
sehat dan selalu bersama kelu ar gnya dan mencari kembali semangat
nya untuk tetap sehat . Keluarga tetap memb ujuk pak Agung untuk
senantiasa memp erhatik an pola makan d an r utin untuk mengonsumsi
obat. Sesekali pak Agung menuru t, tetapi tidak jarang pu la ia marah
dan merasa dongko l kepada a nggota k eluarg anya karen a terus -
menerus untuk menyuruhnya meminu m obat. Oleh karena itu,
dengan persetu juan bapak Agung, keluargan ya mem b awa beliau
untuk menemui seorang p erawat konselor k arena semakin khawatir
terhadap a kondisi ay ahnya yang semakin su lit dibu juk untuk
meminu m obat.

SKENARIO:
Identifikasi Masalah
Bapak Agung mngalami k ehilangan mo tivas i setahun terakhir
setelah selama kurang leb ih 10 tahun mengidap diabetes dan
diharuskan untuk minum obat secara teratur setelah makan. Pak
Agung berfikir bahwa mengonsumsi obat ad alah hal yang sia -sia,
karena tidak akan menyembuhkan peny akitn ya. Pak Agung pernah
mencoba un tuk kemb ali ru tin mengonsumsi obat, tetapi h al itu
tidak ber tahan lama.
Intervensi
1. Membantu memah ami k lien un tuk menger ti tujuan dar i obat
yang dikonsumsi
2. Membantu klien memah ami d an merasak an dampak dar i
perilaku y ang klien lakukan
3. Melakukan ak tifitas samping an yang dapat meningkatkan
semangat h idup klien, seperti hobi.
4. Klien akan melakukan ter api rutin untuk membantunya
mandapatkan mo tivasi y ang baru untuk kembali mengonsumsi
obat setelah sekian lama. Melalui terapi ini, diharapkan k lien
mampu menemuk an motivasi yang b aru . Selain itu, adanya
proses evaluasi dih arapkan mampu digun ak an untuk melihat
perkemang an klien.
Tahap Rapport
Konselor : “Assalamualaiku m. Selamat pag i, apak ah bet ul saat
ini saya deng an pak Agung Suyatno?”
Klien : “Waalaikumusslam. Pag i mbak, iya betu l saya pak
Agung”
Konselor : “Baik, seb elumny a perkenalkan nama saya Ners
Rizkia Annora. B apak bisa p anggil saya r izkia saja
nggih”
Klien : “Nggih mbak R izkia”
Konselor : “Sebelu mnya, bap ak nyaman jika d ipanggil seperti
apa?”
Klien : “Panggil say a Agung saja mb ak”
Konselor : “Baik p ak Agung. Saya izin meng informas ikan terk ait
kontrak waktu sesi konseling hari ini, yaitu satu jam
kedepan sejak kita mulai nggih pak.. ” [Kontrak waktu]
“Dan saya men egaskan kemb ali, b ahwa kon seling ini
bersifat rah asia, jad i hanya b apak dan say a yang
mengetahui per cakapan k ita p ada saat sesi k onseling”.
“Apakah bapak sudah siap?”
Klien : “Sudah mbak.. ”

Tahap Eksploring
Konselor : (mengangguk) “Bagaimana k abar bap ak hari ini?
Perasaan apa yang b apak sedang r asakan saat ini”
Klien : “emm.. baik mbak.. perasaan saya ya b iasa -biasa saja”
Konselor : “Allhamdulillah. S eb elum k esini, bap ak sudah
makan?”
Klien : “Sudah mbak, tadi makan sama anak say a”
Konselor : “Allhamdulillah.. tadi makan ap a pak?”
Klien : “Tad i diajak anak say a mak an soto mbak ”
Konselor : “ wah masya allah en aknya.. obatny a sudah diminum
pak?”
Klien : “Belu m saya minum obatnya”
Konselor : “Kenapa b elum d iminu m pak?” [ Close question]
Klien : “Saya malas mb ak”
Konselor : “Alasan bap ak malas untuk meminum ob at apa?”
Klien : “Obat yang say a minu m banyak mb ak ”
Konselor : “Pasti yang d iminu m banyak y a pak. Kelu arga bapak
sendiri sering mengingatkan untuk minum o bat?”
Klien : “Sering sekali mb ak, sampai saya malas d engarnya.
Saya ngerti, istri dan anak saya beg itu pasti buat
kebaikan say a sendiri. Saya mengonsumsi o bat kurang
lebih sudah 10 tahun, saya sudah cap ek mbak”
Konselor : “Apa yang merekamengingatkannya sep erti apa?”
[reflecting meaning]
Klien : “Ya.. mer eka kaya ser ing ngomel-ngomel, obatnya
suruh diminum rutin. Pola makan nya juga harus dijaga,
yaa.. seperti itu lah mb ak”
Konselor : “Bapak masih sering mengonsumsi makan an manis?”
[closed question]
Klien : “Iya, soalny a saya suka mak anan manis”
Konselor : “Oh begitu y a pak.” [ teknik pen erimaan] “ kalau boleh
tahu sejak k apan bapak suka sek al i d engan makanan
manis?”[probing question]
Klien : “Sejak say a masih muda mb ak, saat sudah bisa cari
uang sendiri saya suka b eli makanan apapun yang saya
mau. Teru tama, ya mak anan manis”
Konselor : “Makanan manis seper ti apa y ang bapak s uka?”
[affective question]
Klien : “Saya suka sekali deng an martabak manis, saya juga
suka ngemil snack gitu ”
Konselor : “Apakah bap ak masih s ering ng emil hing ga saat in i?”
Klien : “Masih mbak, k alau say a lagi bosan d an tidak sedang
melakuk an apa-ap a, saya suka ngemil sambil liat tv”
Konselor : “Lalu bagaimana d engan reaksi kelu arga b apak?”
Klien : “Mereka suka marah -marah ke say a, bilan gnya jangan
banyak-banyak n anti gu lanya naik lag i. Pad ahal kan itu
hak saya, ini tubuh saya kok”
Konselor : “jad i bapak b eranggapan, b apak bisa b ebas makan apa
saja karen a itu h ak penuh bapak y a?” [summarizing]
[validasi]
Klien : (mengangguk) “Iya mba k, say a heran mereka itu
sering ngomel-ngo mel. Say a sudah capek d isuruh
minum obat terus , sudah sepuluh tahun lebih saya
mengonsumsi obat d an ya beg itu -beg itu saja”
Konselor : “Hmm Lalu..” [op en-ended promp t]
Klien : “Ya saya mas ih rutin minum ob at hingg a tahun lalu
mbak, tap i ya diabetes kan tidak b isa disembuhkan ya .
Jadi buat ap a minu m obat terus, nanti ujung -ujungnya
juga saya ak an men inggal”
Konselor : “Saya pah am ak an perasaan d an pemikiran bapak,
tetap i bapak mengerti kan b ahwa k eluarg a b apak selalu
ingin pak Agung untuk tetap seh at?” [Lead ing question]
Klien : “Iya, saya p aham sekali mb ak. Mereka suk a ngomel -
ngomel ke say a, pasti tujuanny a baik. Saya juga sadar
perilaku say a yang seperti ini sang at tidak b aik, tap i ya
mau gimana lagi mb ak..” (ekspresi sedih)
Konselor : “Apakah bap ak sudah pernah mencoba k embali un tuk
rutin mengonsumsi ob at?”
Klien : “Sudah mbak,du a hingga tiga bu lan saya akan
mengontrol po la makan dan ru tin minum ob at. Saya
sudah berusaha tetapi yaselalu b er akhir d en gan
anggapan seper ti tadi”
Konselor : “jad i bapak sudah b erusaha untuk kembali rutin
minum obat dan mengontrol po la makan ya pak? Dan
selalu kembali dengan pemik iran mer asa sia -sia untuk
melakuk an itu semua?”
Klien : “Iya mb ak”
Konselor : “Lan tas, Bapak k emari atas kemauan b apak sendiri
atau dar i kelaurga bapak?”
Klien : “Ya yang mau sih kelaurga saya mb ak, tap i saya
setuju-setuju saja.”
Konselor : “Oh begitu y a pak.. Lalu, apa y ang membu at bapak
setuju dibawa k emar i?”
Klien : “Ya saya sadar bahwa say a keras kep ala, mungkin
keluarga memb awa saya kemari ag ar mbak Rizki a d apat
membujuk say a untuk ruti n minu m obat lagi?”
Konselor : “Kalau b egitu, apakah bap ak mau un tuk b ekerja sama
dengan saya untuk memp erbaiki k embali kebiasaan
tersebut?”
Klein : (diam)
Konselor : “Apakah bap ak masih b imbang?” [close qu estion]
Klien : (mengangguk) “Iya mbak, say a bingung harus
memutuskan sep erti apa. Di satu sisi saya s udah lelah
untuk minum ob at secara terus -menerus setiap harinya
tanpa hen ti, saya sudah k ehilang an semang at tapi d i sisi
yang lain say a ingin selalu sehat dan bersama
keluarga. ”
Konselor : “Saya mengerti apa yang b apak rasak an. Jadi bapak
sudah lelah un tuk minu m obat, mejaga pola makan, tapi
sebenarnya bapak juga ing in untuk terus sehat agar b isa
bersama-sama dengan keluarga . B egitu y a p ak?”
Klien : “Iya mb ak”

Tahap Understanding
Konselor : (mengangguk maklu m) “Lalu sebenarny a, dari ini
semua. Apa harapan y ang bapak inginkan?”
Klien : (mata berkaca-kaca) “Saya.. ingin terus bersama
keluarga say a mbak. Saya tahu ap a yang say a lakukan
itu salah d an memperburuk kondisi saya . Tapi saya
sudah muak akan semua hal, sa ya juga ingin kembali
seperti dulu. Tapi entah ken apa, saya sudah tidak
mempunyai semang at, mo tivasi, un tuk melakukan itu
semua”
Konselor : “Saya pah am pak, tidak ap a -apa memilik i perasaan
seperti itu. Kita ak an mencari semangat bar u ya pak ?”
Klien : (diam sejenak)
Konselor : “bagaiman a bapak?”
Klien : “iya mbak”

Tahap Acting
Konselor : “Baik. Tadi b erdasarkan cerita bapak, p ak Agung
berfikir bahwa mengon sumsi obat secara ru tin itu sia -
sia ya pak? Karena pada akhirnya tidak mer ubah
apapun”
Klien : "Iya mbak, betul”
Konselor : “Lalu, apak ah bapak sendir i meng etahu i tu juan dari
obat tersebu t?”
Klien : “Sepemahaman saya ya, obat itu cukup untuk
mengontrol gu la saya supay a stabil ”
Konselor : “Nah bapak sudah cukup menger ti yaa, bagus kalau
begitu. Lalu ap akah bapak merasak an perbedaan yang
dirasakan ketika b apak mengonsumsi ob at, dan
sebaliknya?”
Klien : “Saya terkadang merasa lemas mb ak, istri saya
terkadang juga mengeluh kalau mu lut saya
mengelu arkan bau tidak sedap ”
Konselor : “Dari keluhan yang bap a k sampaikan, ap akah bapak
merasa nyaman dengan kond isi yang seper ti itu?”
Klien : “Ya ten tu saya tidak nyaman mbak, k alau mau ngapa -
ngapain jadi susah”
Konselor : “Nah, ten tunya kita akan merasa tidak ny aman ya pak
jika tubuh d ipaksa untuk k egiatan dik ala ko ndisi yang
sedang tidak f it”
Klien : (mengangguk)
Konselor : “Lalu dengan b egitu, ap akah bap ak tid ak ingin
mengonsumsi obat?”
Klien : “Saya merasa lemas itu h anya satu du a har i mbak, jadi
gak perlu minum obat seperti itu ”
Konselor : “Tetapi apa dengan b e gitu d apat menjamin
keesokannya bad an bapak tidak ak an lemas kembali?”
Klien : “Ya tid ak si mbak.. ”
Konselor : “Lalu, apak ah bapak pern ah melakukan d an merasakan
dampaknya k etik a bapak lemas lalu memutu skan untuk
meminu m obat?”
Klien : “Pernah mb ak”
Konselor : “Apa yang bap ak rasakan ad a saat itu?”
Klien : “Saya merasa tubuh saya memb aik setelah beberapa
jam mengonsumsi obat setelah mak an. Tubu h saya
merasa lebih ring an”
Konselor : “Lalu, jik a bapak merasa demikian, apa tidak ada
niatan lebih lanju t untuk mengonsumsi obat kembali
secara rutin?”
Klien : “Saya masih belu m mempunyai motiv asi u ntuk itu
mbak”
Konselor : “Baik d ari sini k ita akan analisis bersama - sama untuk
menemuk an mot ivasi tersebut ya pak ”
Klien : (mengangguk)
Konselor : “Berdasark an keluhan y ang bapak ceritakan , bapak
bisa menan amkan p ikiran bahwa ob at terseb ut bertuju an
untuk mencegah tubuh b apak dari lemas, sehingga
bapak bisa ber aktif itas tanp a mer asakan gan gguan
kenyaman an. Setid aknya untuk d iri bapak s endiri,
apakah bap ak bisa meny anggupi?”
Klien : “Insya Al lah mbak, say a akan mencobany a”
Konselor : “Percay a atas d iri bapak sedn iri, saya y akin bapak
bisa” [tekn ik mendukung r encana tindak an]
Klien : “Selain itu, ada hal lain yang bisa saya lak ukan mbak?
Untuk lebih memudahk an saya meng embalikan motiv asi
saya mengonsumsi obat?”
Konselor : “Mungkin bapak b isa melakuan ak tifitas sampingan
yang bisa dilakukan di ru mah pak. Apakah bapak
memiliki k egiatan favor it yang biasa bapak lakukan?”
Klien : “Saya suka sekali main catur dan sama anak bungsu
saya atau d engan tet angga- tetangga mb ak. Tapi anka
saya sudah tinggal ke lu ar kota dan say a sudah jarang
keluar rumah”
Konselor : “Mungkin bapak b isa bermain catur dengan para
tetangg a? Sekaligus bersosialisasi kembali, mengobrol
dan bertukar p endapat d engan beg itu dap at memban tu
meningkatkan emosi bahag ia bapak seh ingg a
berpengaruh terhadap perk embang an motivasi bapak”
Klien : “Oh begitu ngg ih mbak, say a juga sudah lama sekali
tidak keluar rumah dan bersapaan dengan tetangga ya
karena sudah tu a dan tetangga tahu kalau saya pu nya
penyakit, k adang saya malu mb ak”
Konselor : “Iya bap ak, bapak bisa mulai dari jalan -jalan sekitar
kampung sekedar un tuk men cari udar a segar . Bapak
juga bisa minta tolong kep ada istr i untuk meneman i”
Klien : “Oh begitu y a mbak, sudah mbak itu saja?”
Konselor : “Lalu saya menyarankan un tuk melakukan terapi
Kognitif Behav ioral Terapi p ak. Apakah bapak pernah
mendengar terap i tersebut ?”
Klien : “Belu m mbak, say a ga paham itu apa”
Konselor : “Baik, Kognitif Beh avioral Terap i merup akan salah
satu terap i untuk merubah pola p ikir, emosi, dan
perilaku seseor ang. Bagaimana b apak? Bersedia untuk
menjalankan r angkaian terap i bersama -sama?”
Klien : “Waduh apa itu mbak, saya masih belum p aham ”
Konselor : “Nantiny a ter api in i akan memban tu bapak untuk
merubah pola pikir b apak men jadi lebih b aik lagi dar i
sebelumnya. d engan terapi in i insya allah b apak akan
menemuk an kemb ali semangat y ang baru lagi, begitu
bapak. Apakah masih ada yang b elum jelas?”
Klie : “Oh begitu, jelas mbak insya a llahí”
Konselor : “baik, b apak bersed ia ya?”
Klien : “Iya bak, b ersedia”
Konselor : “Ter api in i membutuhkan kon tribusi dari anggota
keluarga b apak, mungk in istri atau an ak -anak bapak.
Jadi saya berharap, b apak bisa mengkomun ikasikan hal
ini kepad a kelu arga nggih pak ”
Klien : “Baik mbak, saya akan usahakan. Kir a -kir a kapan kita
bisa memu lai terap inya mbak?”
Konselor : “Secep atnya y a pak, nanti kita komunik asikan kembali
terkait kontrak wak tunya. Bapak b isa meng hubungi
saya kapanpun”
Klien : “Ter ima k asih mbak”

Tahap Evaluasi
Konselor : “Ter ima k asih kembali pak. Sek arang ap a yang sedang
bapak rasakan?”
Klien : “Saya merasa lega, dan sedih. Ternyata saya seegois
itu terh adap kelaurga saya. Say a juga y akin, insya allah
saya akan menemukan motiv asi saya kembali untuk
mengonsumsi obat an mengon trol gula darah saya lagi”
Konselor : “Allhamdulillah say a turut sen ang. Insya Allah bap ak
pasti bisa. Bap ak tad i masih ingat langkah apa saja
yang bapak lakukan jika sudah smapai rumah?”
Klien : “emm.. waduh apa y a mbak, saya h anya in gat sur uh
main catur saja tad i”
Konselor : “Baik b apak saya u lang kemb ali ngg ih, bapak bisa
menanamkan pik iran bahwa setiap bap ak merasa malas
untuk minum ob at, bap ak bisa mengingat jika obat
tersebut ber tujuan un tuk mencegah tubuh b apak dari
lemas, sehingg a bapa k b isa beraktifitas tanp a
merasakan g angguan kenyamanan. Lalu b ap ak juga bisa
bermain catur atau melakuk an aktifitas favo rit lainnya
di rumah ya p ak.. Yang terakh it bap ak bisa melakuk an
terapi d engan saya un tuk memp ermudah pro ses bapak
dalam menemukan mo ti vasi k embali”
Klien : “Kalau say a lupa tujuan untuk minu m obat dan masih
merasa malas bagaiman a mbak. Say a sudah tua, jad i
suka pelupa”
Konselor : “Tid ak apa- apa bapak, tidak semuanya b er jalan
dengan lan car. Nanti akan dib antu deng an saya, dan
kelaurga b apak ya..”
Klien : “Baik mbak”
Konselor : “Baik, p eretemuan selanjutny a akan d ilaku kan dua
minggu kemud ian ya b apak”
Klien : “Iya mb ak, insya allah dua minggu lag i saya kesini”
Konselor : “Iya bap ak. Dan karena wak tunya sudah satu jam,
proses konselign pert ama kita sudah selesai. Saya harap
di pertemuan-per temuan selanju tnya ak an selalu ada
kabar baik d ari bapak y a”
Klien : “Iya mb ak. Kalau beg itu saya izin pu lang dulu.
Terima kasih ya mbak”
Konselor : “Ter ima k asih kembali bap ak. Hati -h ati d ijalan ”

Anda mungkin juga menyukai