Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH

PADA Nn. L USIA 20 TAHUN DI DESA CILAYUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Kegiatan Internship I
Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

HILDA ISLAMIATI
NPM: 130104140029

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM DIPLOMA IV KEBIDANAN
SUMEDANG
2015

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Asuhan Kebidanan Pranikah pada Nn. L usia 20 tahun di Desa
Cilayung ” dengan lancar dan tepat waktu.

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas Internship I dan bertujuan


untuk dapat mengetahui dan memahami mengenai asuhan kebidanan pada
pranikah.

Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna
karena kurangnya pengalaman, pengetahuan, dan terbatasnya referensi yang saya
dapatkan. Oleh karena itu, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan
maupun kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Saya akan menerima
dengan senang hati masukan-masukan, kritik serta saran yang membangun untuk
penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini bermanfaat, menambah


wawasan, dan dapat digunakan sebagai pembelajaran bagi kita semua terutama
bagi saya.

Bandung, Januari 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULAN.....................................................................................1
1.1..............................................................................................Latar Belakang
....................................................................................................................1
1.2...........................................................................................................Tujuan
....................................................................................................................1
1.2.1. Tujuan Umum...................................................................................1
2.2.2. Tujuan Khusus..................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................3
2.1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014
Tentang kesehatan Reproduksi........................................................................3
2.2 Pendidikan Kesehatan dan Konseling.......................................................4
2.2.1 Pendidikan Kesehatan......................................................................4
2.2.2 Konseling............................................................................................5
2.3 Promosi Kesehatan Pranikah   .................................................................6
2.4 Tes Kesehatan bagi Pasangan yang akan Menikah...................................8
2.4.1 Program Pre-Marital Screening..........................................................8
2.4.2 Upaya-Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasangan Pranikah............16
BAB III TINJAUAN KASUS.........................................................................20
3.1 Pengkajian pertama ................................................................................20
3.2 Pengkajian kedua....................................................................................23
3.3 Pengkajian ketiga....................................................................................25
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................29
BAB V PENUTUP...........................................................................................31
5.1 Kesimpulan.............................................................................................31
5.2 Saran.......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................iii

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang
sudah menemukan belahan jiwa, setelah cukup lama saling mengenal satu sama
lain, berbagi cerita dan berusaha menyatukan ide-ide.  Hubungan akhirnya
mencapai titik tertinggi.  Tentulah persiapan yang matang untuk menjadikannya
sebagai saat-saat yang paling indah adalah layak untuk dilakukan. 
Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan kesehatan
merupakan proses yang menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek
kesehatan. Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum
dilakukan pernikahan tetapi tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun
selama pernikahan belum berlangsung. Upaya kesehatan terhadap pasangan
pranikah yaitu upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pemeriksaan kesehatan bagi pasangan pranikah sangat penting untuk
mengetahui tingat kesehatan dari pasangan, jika ditemukan masalah kesehatan
maka dapat langsung dilakukan intervensi untuk pengobatan.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari studi kasus ini adalah untuk memahami dan
memperoleh gambaran dalam melakukan asuhan kebidanan pranikah
secara komprehensif pada Nn.L.

2.2.2. Tujuan Khusus


1. Mengumpulkan data dasar pada Nn.L
2. Menginterpretasi data dasar pada Nn.L
3. Menentukan masalah potensial pada Nn.L
4. Menentukan tindakan segera pada Nn.L

1
2

5. Merencanakan asuhan yang akan dilakukan pada Nn.L


6. Melaksanakan asuhan yang akan diberikan pada Nn.L
7. Mengevaluasi
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014


Tentang kesehatan Reproduksi
Pada peraturan pemerinta pun di jelaskan bahwa pada Pasal 13 telah diatur
tentang kesehatan reproduksi khususnya untk pra nikah.
1) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil bertujuan untuk
mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan
yang sehat dan selamat, serta memperoleh bayi yang sehat.
2) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit:
a. pemeriksaan fisik;
b. imunisasi; dan
c. konsultasi kesehatan.
3) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil berupa pemeriksaan fisik dan
imunisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan.
4) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil berupa konsultasi kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan sesuai kompetensi dan kewenangannya dan/atau tenaga
nonkesehatan terlatih.

Melihat dari program atau peraturan pemerintah tentang kesehatan


reproduksi khususnya pra nikah, kita sebagai bidan atau tenaga kesehatan yang
terlatih mempunyai andil dalam melaksanakan program ini. Ada bebrapa program
atau kegiatan yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih khususnya
bidan yaitu:

3
4

2.2 Pendidikan Kesehatan dan Konseling


2.2.2 Pendidikan Kesehatan
Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar  yang berarti  di  dalam
pendidikan itu sendiri terjadi proses pertumbuhan  perkembangan atau perubahan
kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada individu, kelompok
atau masyarakat dari tidak  tahu  tentang  nilai-nilai   kesehatan   menjadi   tahu, 
dari   tidak mampu   menjadi menjadi   mampu   mengatasi   masalah-masalah 
kesehatannya sendiri. Selanjutnya dalam kegiatan    belajar  terdapat tiga
persoalan pokok yang saling  berkaitan yaitu: (Natoatmodjo, 2003)
Persoalan   masukan  (input)  yang   menyangkut   sasaran   belajar  
itu sendiri dengan latar belakangnya.
1. Proses (process) yaitu mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan
kemampuan pada   diri   subyek   belajar, dalam   proses   ini   terjadi  
pengaruh timbal   balik   antar berbagai faktor antara lain subjek belajar,
pengajar, metode dan teknik belajar, alat  bantu belajar dan materi yang
dipelajari,
2. Keluaran (out put) adalah merupakan hasil belajar. Pendidikan kesehatan
pada dasarnya     ialah suatu proses mendidik  individu/masyarakat supaya
mereka dapat memecahkan   masalah-masalah  kesehatan yang dihadapi.
Seperti halnya proses pendidikan lainya,   pendidikan kesehatan
mempunyai unsure masukan-masukan yang setelah diolah dengan    
teknik-teknik tertentu akan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan
harapan atau tujuan kegiatan tersebut. Dengan demikian pendidikan
kesehatan merupakan suatu proses yang dinamis. Tidak dapat disangkal
pendidikan bukanlah satu-satunya cara mengubah perilaku,    tetapi
pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam
perubahan      pengetahuan setiap individu (Sarwono, 2004).

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan


merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas. Menurut Green
& Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses yang menghubungkan
5

informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Cara penyampaian informasi


dalam kegiatan pendidikan kesehatan dilakukan dengan melibatkan ilmu lain
termasuk psikologi social yang diperlukan ketika melakukan promosi (Kemm and
Close, 1995).

2.2.2 Konseling
Konseling adalah suatu hubungan professional antara seorang konselor
terlatih dan seorang klien. Hubungan ini biasanya dilakukan orang per orang.
Hubungan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas
pandangan hidupnya, belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri melalui
pilihan – pilihan yang bermakna dan penyelesaian masalah emosional atau antar
pribadi (Yulifah, 2009: 82).
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi
interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan
untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang
dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk mengatasi masalah tersebut
(Saifuddin, 2001: 39).
Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui
pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan klien (Saraswati,
2002: 15).

Tujuan Konseling 
Tujuan konseling dimaksudkan sebagai pemberian layanan untuk
membantu masalah klien, karena masalah klien yang benar – benar telah terjadi
akan merugikan diri sendiri dan orang lain, sehingga harus segera dicegah dan
jangan sampai timbul masalah baru (Yulifah, 2009: 84).
Tahapan Konseling 
Lima langkah/tahapan dalam konseling adalah sebagai berikut (YPKP,
Depkes RI & IBI, 2006).
6

1. Membina hubungan melalui membangun rapport-tahap awal.


a. Membina hubungan yang ramah, dapat dipercaya, dan menjamin
kerahasiaan.
b. Mengucapkan salam.
c. Mempersilakan klien duduk.
d. Menciptakan situasi yang membuat klien merasa nyaman.
2. Identifikasi masalah.
Beberapa klien mungkin akan menyampaikan secara langsung
permasalahannya saat konselor menanyakan maksud dan tujuan klien
mendatangi konselor. Namun tidak jarang, konselor harus menggunakan
keterampilannya untuk mampu menangkap permasalahan yang dihadapi
dari cerita/penjelasan klien. Selama identifikasi masalah konselor harus
menjadi pendengar yang baik dan mengamati tanda – tanda nonverbal.
3. Penyelesaian masalah.
Berikan informasi setepat dan sejelas mungkin sesuai dengan
persoalan yang diajukan, termasuk berbagai alternatif jalan keluar. Hindari
memberikan informasi yang tidak dibutuhkan klien.
4. Pengambilan keputusan.
Mendorong dan membantu klien untuk menentukan jalan keluar atas
persoalan yang dihadapinya.
5. Menutup/menunda konseling
Klien terlihat puas, ucapkan salam penutup. Bila diskusi dengan
klien belum selesai dan klien belum mampu mengambil keputusan,
tawarkan klien untuk mengaturr pertemuan selanjutnya.

2.3 Promosi Kesehatan Pranikah   


Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang
7

berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. Menikah merupakan


tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah menemukan belahan jiwa. 
Setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain, berbagi cerita dan berusaha
menyatukan ide-ide.  Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi.  Tentulah
persiapan yang matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang paling indah
adalah layak untuk dilakukan.  Waktu, tenaga dan dana yang besar diberikan
untuk melakukan persiapan pernikahan.  Kesibukan menjelang pernikahan tidak
hanya dirasakan oleh pasangan yang akan menikah namun pihak keluarga juga
dibuat pusing olehnya.
Namun seringkali ada yang luput dari list persiapan pra nikah. Selain
persiapan pesta pernikahan, sudah sewajarnya pasangan mempersiapkan diri
untuk menghadapi bahtera rumah tangga yang akan dijalaninya.  Pernikahan tidak
semudah apa yang diceritakan oleh cerita-cerita dongeng putri ketika masih kecil. 
Putri yang cantik dan baik hati yang bertemu dengan pangeran yang tampan 
akhirnya menikah dan bahagia selama hidupnya (“happily ever after”).
Jika dalam istilah menikah itu harus dipersiapkan lahir batin, yang juga
harus diperhatikan dan dimasukkan ke dalam list pra-nikah adalah persiapan
kesehatan pasangan.  Tidak hanya sehat secara fisik yang harus diperhatikan
namun juga sehat menurut definisi yang luas.  Berdasarkan definisi sehat menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan.  Jadi
kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk mendukung tercapainya
pernikahan yang langgeng sampai hari tua.  Pernikahan yang bisa saling mengisi
dan beradaptasi, bisa mengatasi masalah yang dihadapinya dengan bijaksana dan
dewasa.
Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan
pernikahan.  Tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama
pernikahan belum berlangsung.  Jika pada saat pengecekan ternyata ditemui ada
masalah maka pengobatan dapat dilakukan setelah menikah.
8

2.4 Tes Kesehatan bagi Pasangan yang akan Menikah

2.4.1 Program Pre-Marital Screening

Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa


kelompok tes yang dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah kesehatan
saat ini atau masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian hari saat pasangan
hamil dan memiliki anak. Rangkaian pemeriksaan kesehatan tersebut adalah
sebagai berikut

 Pertama, pemeriksaan kesehatan secara umum

Pemeriksaan kesehatan umum ini terdiri dari :

1. Pemeriksaan fisik / klinis lengkap

Di antara manfaat pemeriksaan fisik lengkap adalah untuk mengetahui


status tekanan darah seseorang.  Tekanan darah yang normal adalah salah satu
kunci kesehatan. Tekanan darah tinggi atau hipertensi berbahaya saat
perempuan hamil, karena dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.

Pemeriksaan fisik juga bisa mendeteksi gejala obesitas, karena


obesitas dapat mempengaruhi tingkat kesuburan. Obesitas selama kehamilan
dapat menyebabkan munculnya beberapa resiko seperti diabetes, pre-
eklampsia, infeksi saluran kemih, sulit untuk melahirkan tepat waktu, juga
meningkatkan resiko keguguran dan kesulitan saat melahirkan.

2. Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan darah rutin ini meliputi kadar hemoglobin (hb),


hematokrit, sel darah putih (leukosit) dan faktor pembekuan darah
(trombosit). Para calon ibu perlu mengetahui kadar hb-nya untuk mendeteksi
gejala anemia, juga perlu mengetahui adanya ganguan faktor pembekuan
darah.  Dari hasil pemeriksaan darah dapat diketahui kondisi kadar kolesterol
9

tinggi yang meningkatkan resiko penyakit jantung koroner dan stroke.

Pemeriksaan gula darah yang dilakukan sewaktu puasa dan tidak


puasa, dapat mengetahui adanya diabetes mellitus, atau adanya kelainan yang
dapat berkembang menjadi diabetes mellitus, seperti intoleransi glukosa. Ibu
hamil yang menderita diabetes tidak terkontrol dapat mengalami beberapa
masalah seperti  janin yang tidak sempurna atau cacat, hipertensi,
hydramnions atau meningkatnya cairan ketuban, meningkatkan resiko
kelahiran prematur, serta macrosomia –yaitu bayi menerima kadar glukosa
yang tinggi dari Ibu saat kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar.

3. Golongan darah dan rhesus

Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tiadanya substansi


antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D dalam
darah dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-D. Kebanyakan warga
bangsa Asia memiliki rhesus positif (+), sedangkan kebanyakan warga bangsa
Eropa memiliki negatif (-). Banyak pasangan suami istri tidak mengetahui
rhesus darah pasangan masing-masing. Padahal, jika rhesus mereka
bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas keturunan. Jika seorang perempuan
(rhesus negatif) menikah dengan laki-laki (rhesus positif), bayi pertamanya
memiliki kemungkinan untuk memiliki rhesus negatif atau positif.

Jika bayi mempunyai rhesus negatif, tidak ada masalah. Tetapi, jika
bayi memiliki rhesus positif, masalah mungkin timbul pada kehamilan
berikutnya. Bila ternyata kehamilan yang kedua merupakan janin yang
memiliki rhesus positif, kehamilan ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus
dari ibu dapat memasuki sel darah merah janin. Sebaliknya, tidak masalah
jika perempuan memiliki rhesus positif dan lelaki rhesus negatif.

Apabila ibu bergolongan darah O sedangkan bayi bukan bergolongan


darah O adalah salah satu faktor resiko jaundice atau kuning pada bayi (ABO
Incompatibility). Bila diketahui janin memiliki rhesus positif (+) sedangkan
10

ibu memiliki rhesus negatif (-), akan menimbulkan inkompatibilitas rhesus


yang bisa mengakibatkan kematian pada janin. Dengan mengatahui rhesus
sebelum hamil, dokter dapat segera mengatasinya.

4. Urinalisis lengkap

Pemeriksaan urin penting dilakukan agar bisa diketahui adanya infeksi


saluran kemih (ISK) dan adanya kondisi darah, protein, dan lain-lain yang
menunjukkan adanya penyakit tententu. Penyakit ISK saat kehamilan
beresiko baik bagi ibu maupun bayi, seperti kelahiran prematur, berat janin
yang rendah, bahkan resiko kematian saat persalinan.

 Kedua, pemeriksaan penyakit hereditas

Yang dimaksud dengan penyakit hereditas adalah yang diturunkan dari


orangtua. Calon pengantin harus memiliki pemahaman bahwa bila orangtua atau
garis keturunannya mengidap penyakit genetik, maka anak yang akan lahir nanti
bisa beresiko mengidap penyakit yang sama. Pemeriksaan ini meliputi:

1. Thalasemia

Thalasemia adalah salah satu penyakit kelainan darah. Penderita penyakit


ini tidak mampu memproduksi hemoglobin yang normal. Thalasemia telah
menjadi salah satu isu kesehatan di Indonesia karena 3 – 10 % populasi di
Indonesia adalah carrier atau pembawa gen thalasemia beta, dan 2,6 - 11 % adalah
pembawa gen thalasemia alfa.

Jika diasumsikan terdapat 5% saja carrier dan angka kelahiran 23 per mil
dari total populasi 240 juta jiwa di Indonesia, maka diperkirakan terdapat 3.000
bayi penderita thalassemia setiap tahunnya. Saat ini paling tidak tercatat 5.000
pasien thalasemia di Indonesia dan diperkirakan angka ini jauh lebih rendah
dibandingkan dengan jumlah penderita thalasemia di Indonesia yang tidak terdata.

Talasemia mayor merupakan jenis talasemia yang disebabkan “sifat” darah


11

yang dibawa kedua orang tua. Penyakit ini membuat seseorang menjadi
tergantung pada transfusi darah dan kesempatan hidupnya terbatas. Di sisi lain,
talasemia minor tidak menyebabkan gejala berat dan penderitanya dapat hidup
normal, tapi ia tetap membawa “sifat” penyakit talasemia dalam tubuhnya. Jika
kedua orang tua mengidap talasemia minor, 25 % kemungkinan anaknya akan
mengidap talasemia mayor, 50 % akan mengidap talasemia minor, dan 25 % akan
normal.

Jika hanya salah satu orang tua mengidap talasemia minor, 50 %


kemungkinan si anak akan mengidap talasemia minor dan 50 % akan normal.
Rumus penurunan talasemia berlaku juga pada penyakit hemofilia dan albino.
Dengan pengecekan darah, kita dapat memprediksi kemungkinan yang akan
muncul dan mencegah hal yang tidak kita inginkan.

2. Hemofilia

Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan


sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita
hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Penderita hemofilia
lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.

3. Sickle Cell Disease

Sickle Cell Disease (SCD) disebut juga penyakit sel sabit, merupakan
penyakit kelainan sel darah merah yang mudah pecah sehingga menyebabkan
anemia. Secara statistik penyakit ini lebih banyak ditemukan pada ras Afrika,
Timur Tengah dan beberapa kasus di Asia, terutama India.

 Ketiga, pemeriksaan penyakit menular

Beberapa penyakit menular bisa terdeteksi melalui pemeriksaan pranikah, di


antaranya adalah:

1. HIV, Hepatitis B (HBV) dan Hepatitis C (HCV)


12

Menurut data WHO, saat ini terdapat 4,1 juta jiwa di dunia yang terinfeksi
HIV, dimana 95% diantaranya berada di negara berkembang seperti sub-sahara
Afrika dan Asia Tenggara. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI, pada
tahun 2012 ditemukan 21.511 penderita HIV, dan jumlah ini jauh lebih banyak
dibanding tahun sebelumnya. Untuk penderita Hepatitis B saat ini diperkirakan
sebanyak 1,8 milyar manusia di dunia, dengan 350 juta jiwa sudah mengalami
infeksi kronis; dan diperkirakan 170 juta jiwa di dunia terinfeksi virus Hepatitis C.

Penyakit HIV, Hepatitis B dan C adalah penyakit yang mengancam jiwa


manusia. Infeksi virus ini dapat ditularkan melalui darah, hubungan seksual dan
cairan tubuh. Penularan HIV juga bisa melalui transfusi darah dan transplantasi
organ tubuh. Sedangkan penularan virus Hepatitis B dan C rentan terjadi pada
pemakai obat-obatan terlarang melalui jarum suntik. Pemeriksaan tiga jenis
penyakit infeksi ini sangat penting karena virus-virus ini dapat ‘diam’ atau ‘tidur’
dalam jangka waktu yang lama tanpa menunjukkan gejala apapun. Menikah
dengan seseorang yang membawa virus ini beresiko membahayakan pasangan dan
juga calon bayi.

Jika seorang laki-laki mengidap hepatitis B dan akan menikah, calon


istrinya harus memiliki kekebalan terhadap penyakit ini. Caranya adalah dengan
mendapatkan imunisasi hepatitis B. Inilah manfaat pemeriksaan kesehatan
pranikah.

2. TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus)

Tes TORCH berfungsi untuk menguji adanya infeksi penyakit yang bisa
menyebabkan gangguan pada kesuburan laki-laki maupun perempuan. Tubuh
yang terinfeksi TORCH dapat mengakibatkan cacat atau gangguan janin dalam
kandungan. Infeksi TORCH saat kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi
lahir prematur, atau bahkan kelainan bawaan pada bayi.

3. Venereal Disease Screen (pemeriksaan untuk penyakit syphilis) dan IMS


13

Pemeriksaan untuk penyakit syphilis dan penyakit-penyakit lain yang


ditularkan melalui hubungan seksual —sexually transmitted infections (STI),
infeksi saluran reproduksi (ISR) atau infeksi menular seksual (IMS)— selain 
dapat mendeteksi adanya penyakit tersebut, juga sekaligus bisa melakukan
pengobatan sekaligus mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

Penyakit seperti chlamydia, gonorrhea, dan HPV atau Human


papillomavirus, herpes, penyakit ini semua dapat menimbulkan masalah
kesuburan dan masalah saat kehamilan. Jika salah satu calon pengantin atau
keduanya menderita ISR/IMS/STI, sebelum menikah ia harus berobat dulu sampai
sembuh.

Sebuah survei yang dilakukan Durex, mengungkapkan fakta bahwa 21 %


masyarakat Indonesia tidak mengetahui apakah pasangan mereka pernah
mengidap infeksi menular seksual (IMS) atau tidak. Sekitar 27 % laki-laki tidak
mengetahui bahwa pasangan mereka pernah menderita IMS dan hanya 13 %
perempuan yang tidak mengetahui bahwa pasangannya pernah mengidap IMS.

 Keempat, pemeriksaan yang berhubungan dengan organ


reproduksi dan kesuburan

Pemeriksaan kesehatan yang berhubungan dengan organ reproduksi dan


kesuburan ini dilakukan baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.

1. Untuk perempuan

Pemeriksaan untuk perempuan meliputi USG, agar diketahui kondisi


rahim, saluran telur dan indung telur. Pemeriksaan lebih lanjut seperti HSG
(Hysterosalpingogram) untuk mengetahui kondisi tuba falopii dan adakah
sumbatan akibat kista, polip endometrium, tumor fibroid, dan lain-lain.

Pemeriksaan selanjutnya diperlukan untuk perempuan yang siklus


haidnya tidak teratur atau sebaliknya berlebihan. Hormon yang diperiksa
14

misalnya hormon FSH (follicle stimulating hormone), LH (lutenizing


hormone) dan Estradiol (hormone estrogen).

2. Untuk laki-laki

Selain dilakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan penis,


skrotum, prostat juga dilakukan pemeriksaan hormon FSH yang berperan
dalam proses pembentukan sperma serta kadar hormon testosteron. Dapat
dilakukan juga analisis semen dan sperma.

 Kelima, pemeriksaan tambahan

Selain berbagai jenis pemeriksaan di atas, diperlukan juga beberapa


pemeriksaan dan tindakan kesehatan lainnya, seperti :

1. Alergi

Salah satu yang sering terlewatkan adalah alergi.  Alergi adalah sistem
kekebalan tubuh yang bereaksi di luar normal terhadap beberapa substansi
(alergen) yang tidak berbahaya bagi sebagian besar manusia. Kecenderungan
seseorang memiliki alergi adalah karena faktor keturunan, walaupun tidak
selalu orang tua yang memiliki bakat alergi akan menurunkannya kepada
anak-anaknya. Penting untuk membuat daftar hal-hal yang memicu alergi dari
kedua pasangan terutama bila pasangan ada yang pernah mengalami reaksi
anafilaksis yang dapat menyebabkan kematian.

2. Vaksinasi Dewasa

Vaksin yang berkaitan langsung dengan kehamilan adalah vaksin


hepatitis B, tetanus, MMR (Measles, Mumps, Rubella), varisela (cacar air),
influenza, serta vaksin dewasa lainnya sesuai jadwal imunisasi yang
dikeluarkan oleh petugas Satgas Imunisasi Dewasa.

 Keenam, pemeriksaan kesehatan untuk ibu dan calon ibu


15

Selain pemeriksaan di atas, ada lima pemeriksaan yang juga


direkomendasikan untuk dilakukan oleh calon pengantin perempuan karena
mereka akan menjadi calon ibu, juga penting dilakukan oleh para ibu yang sudah
memiliki anak, yaitu:

1. Pemeriksaan periodontal

Pemeriksaan ini meliputi pembersihan rutin dan pemeriksaan gusi


untuk menjaga gigi dan gusi agar tetap sehat dan bebas dari infeksi serta
penyakit. Bagian yang diperiksa adalah sambungan antara gusi dan gigi serta
kemungkinan adanya peradangan di sekitar gusi.

Hal ini menjadi penting karena perempuan yang memiliki penyakit


gusi berisiko 7 kali lipat lebih tinggi melahirkan prematur. Selain itu pada ibu
hamil lebih rentan mengalami peradangan gusi akibat adanya perubahan
hormon. Karenanya ibu hamil harus lebih sering memeriksakan diri ke dokter
yaitu setiap 3-4 bulan sekali, terutama jika sering mengalami gusi berdarah.

2. Pemeriksaan thyroid stimulating hormone (TSH)

Pemeriksaan ini akan menunjukkan apakah kadar hormon tiroid


seseorang kurang aktif (hipotiroid) atau justru terlalu aktif (hipertiroid).
karena kadar hormon ini bisa mempengaruhi kesehatan perempuan.
Pemeriksaan ini penting karena gangguan tiroid dapat mengganggu
kesempatan seseorang untuk hamil, misalnya perempuan yang mengalami
hipotiroid akan terganggu proses ovulasinya sedangkan hipertiroid bisa
meningkatkan risiko keguguran atau kelahiran prematur.

3. Pemeriksaan hitung darah lengkap (complete blood count/CBC)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik sumsum


tulang belakang dan sistem kekebalan tubuh bekerja. Jika sel darah putihnya
tinggi, hal ini menunjukkan adanya infeksi. Jika kadar hemoglobin rendah,
16

menunjukkan adanya anemia, dan jika kadar platelet rendah menunjukkan


adanya masalah dalam pembekuan darah.

Setelah seseorang perempuan memiliki anak, cenderung memiliki


periode menstruasi yang berat sehingga membuat seseorang rentan terhadap
anemia. Selain itu untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam jumlah
komponen darahnya.

4. Pap smear

Pap smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan prakanker atau


kanker pada leher rahim. Biasanya dokter akan mengambil sedikit sampel
cairan di leher rahim dan memeriksakannya di laboratorium. Pemeriksaan ini
penting dilakukan oleh perempuan yang sudah menikah. Deteksi dini bisa
menjegah kondisi yang lebih serius seperti kanker leher rahim.

5. Pemeriksaan kepadatan mineral tulang

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kepadatan mineral


tulang yang dapat memicu osteoporosis. Kondisi ini terjadi saat tulang mulai
tipis dan lemah. Untuk memeriksanya biasanya digunakan mesin yang disebut
dengan dual energy photon absorptiometer (DEXA). Pemeriksaan ini lebih
penting lagi untuk dilakukan bagi perempuan yang memiliki riwayat
osteoporosis, atau mengkonsumsi obat tiroid dan steroid.

Masalah bisa bertambah parah saat seorang ibu menyusui. Jika ia tidak
mendapatkan kalsium yang cukup, maka tubuh akan mengambilnya dari
tulang dan diberikan pada bayi. Karenanya penting untuk mengetahui apakah
kepadatan mineral tulangnya masih baik atau sudah berkurang.

2.4.2 Upaya-Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasangan Pranikah


Menurut Pratiwi 2011, upaya-upaya promosi kesehatan pada pasangan pranikah
sebagai berikut:
17

A. Upaya promotif
1. Penyuluhan tentang gizi pada pranikah
Pasangan pranikah banyak mengesampingkan nutrisi nya dengan
alasan sibuk mempersiapkan pernikahannya yang sebenarnya tidak
perlu terlalu dipusingkan. Al ini sering tejadi pada wanita  yang sibuk
dengan program diet nya yang nanti akan berdampak pada
psikologisnya.u. untuk itu penyuluhan tentang gizi seimbang sanat
diperlukan agar tidak terjadi kekurangan nutrisi

2. Sex Education
Hal ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan pada pasangan
pranikah agar hubungan nya tetap harmonis. Karena fakta
membuktikan banyak pasangan yang bercerai karena kurangnya
pendidikan seks sebelum nikah. Pendidikan seks ini dapat kita lakukan
dengan cara penyuluhan seperti pendidikan tentang kesehatan
reproduksi, PMS (Penyakit Menular Seksual), cara dan waktu
berhubungan yang sehat, dan lain-lain.
3. Personal Hygiene
Merupakan salah satu yang menjadi prioritas utama bagi pasangan
pranikah. Dimana biasanya pasangan pranikah terutama wanita lebih
sering melakukan perawatan yang terdiri dari perawatan payudara,
kulit, rambut, kuku, genitalia dll. Tetapi hal ini terkadang tergantung
pada budaya masing-masing daerah.
4. Imunisasi CATIN
Imunisasi bertujuan untuk mencegah pasangan terutama pada
wanita agar tidak terserang oleh virus clostridium teteani, apabila nanti
wanita tersebut hamil dan terjadi perlukaan saat persalinan maka si ibu
tidak akan mudah mengalami infeksi dan perdarahan postpartum.

B. Upaya Preventif
1. Pemeriksaan papsmear
18

Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya


seseorang itu terjangkit kanker serviks. Dapat disarankan pada
pasangan melakukan pemeriksaan ke laboratorium atau ke rumah sakit.
2. Pemeriksaan Hematologi
Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidak nya
seseorang menderita kelainan darah. Seperti terjangkit HIV, TB, virus
rubella ,virus toxoplasma dan sebagainya. Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukakan 6 bulan sebelum pernikahan karna dalam jarak waktu
yang cukup akan keluar hasil pemeriksaan dan jika ada kelainan dapat
dilakukan penanggulangan permasalahannya.

C. Upaya kuratif
Pengobatan TORCH dan kanker seviks pada wanita yang akan menikah
dengan memberikan pengobatan secara intensif. Menyakinkan pada pasangan
kalau terjangkitnya penyakit tersebut bukan berarti tidak dapat menikah dan
menjalani hidup sebagai seorang istri Perbaikan nutrisi pada pasangan pra nikah
untuk memperbaiki tingkat kesuburan pasangan dan mencegah terjadinya
infertilitas.

D. Upaya Rehabilitatif
Di dalam upaya rehabilitatif promosi kesehatan pra nikah, dapat mengenai
perawatan kanker serviks tingkat lanjut. Memberikan perawatan pada wanita yang
akan menikah dan telah menjalani pengobatan lanjutan. Disini dilakukan
pemulihan fisik dan mental. Meyakinkan dan memulihkan kepercayaan diri pasien
sehingga dapat menjalani hidupnya sebagai seorang istri dan ibu nantinya.
19
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Pertama


Tanggal Pengkajian : 28/11/14
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Nn. Lilis

I. DATA SUBJEKTIF

IDENTITAS KLIEN
BIODATA ISTRI / KLIEN
NAMA Nn. Lilis
UMUR 20 tahun
SUKU Sunda
AGAMA Islam
PENDIDIKAN TERAKHIR SMP
GOLONGAN DARAH -
PEKERJAAN Pegawai Swasta
ALAMAT LENGKAP Dusun bojong 02/06 Desa
Cilayung
STATUS PERNIKAHAN Belum Menikah

ANAMNESA
Keluhan : Klien mengatakan tidak ada keluhan.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28-35 hari
Lama menstruasi: 4 hari

20
21

Banyaknya : 2-3x ganti pembalut


Dismenorea : tidak
Riwayat kesehatan termasuk riwayat ginekologi:
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
Riwayat kesehatan keluarga:
Ibu mengatakan dari keluarga memiliki penyakit keturunan darah tinggi.
Pola Sehari-hari (Nutrisi, Istirahat/tidur, eliminasi, pola hidup):
-Nutrisi : Makan: 2x/hari
Minum: 5-6 gelas/hari
-Istirahat : 8 jam/hari (tidur malam)
-Eliminasi : BAB: 1x/hari
-BAK: 4-5x/hari
-Pola Hidup : -Ibu mendapatkan nutrisi dengan baik
-Ibu menjaga kebersihan diri dengan mandi 2x/hari, keramas 2 hari
sekali
-Ibu tidak pernah merokok, minum alcohol, dan tidak berada pada
lingkungan perokok.

II. DATA OBJEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK
BB : 60 kg
Tinggi Badan : 152 cm, IMT: 26,8 (overweight)
Tanda-tanda vital : TD : 100/60 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR : 17x/menit
Suhu: 35,6ºC
Mata : Konjungtiva: Merah Muda
Sklera : Putih
22

Wajah : Tidak ada oedema


Mamae : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Inspeksi: Tidak ada bekas operasi
Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri
Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan tidak pucat
Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan, kuku jari kaki tidak pucat, refleks
patella +/+
Genitalia Luar : Tidak dilakukan pemeriksaan
Genitalia Dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan

DATA PENUNJANG/DIAGNOSTIK (HASIL LAB, RO,USG)


Tidak ada

ASSESMENT (DIAGNOSIS, KEBUTUHAN TERMASUK KEBUTUHAN


SEGERA)
Nn.Lilis usia 20 tahun dengan keadaan umum baik.

PLANNING
1. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaaan. Ibu mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Memberitahu klien mengenai pola nutrisi yang baik . Klien mengerti.
3. Memberitahu klien mengenai personal hygine yang baik. Klien mengerti
4. Memberitahu klien agar tidak menggunakan celana jeans yang ketat agar
daerah kewanitaan baik dan tidak lembab. Klien mengerti.
5. Memberitahu klien kunjungan ulang pemeriksaan, disesuaikan dengan waktu
yang klien bisa.
6. Melakukan pendokumentasian. Telah dilakukan.
23

3.2 Pengkajian Kedua

Tanggal Pengkajian : 09/12/14


Jam Pengkajian : 11.30 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Nn. Lilis

I. DATA SUBJEKTIF
ANAMNESA
Keluhan : Klien mengatakan tidak ada keluhan.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28-35 hari
Lama menstruasi: 4 hari
Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
Dismenorea : tidak
Riwayat kesehatan termasuk riwayat ginekologi:
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
Riwayat kesehatan keluarga:
Ibu mengatakan dari keluarga memiliki penyakit keturunan darah tinggi.
Pola Sehari-hari (Nutrisi, Istirahat/tidur, eliminasi, pola hidup):
-Nutrisi : Makan: 2x/hari
Minum: 5-6 gelas/hari
-Istirahat : 8 jam/hari (tidur malam)
-Eliminasi : BAB: 1x/hari
-BAK: 4-5x/hari
-Pola Hidup : -Ibu mendapatkan nutrisi dengan baik
-Ibu menjaga kebersihan diri dengan mandi 2x/hari, keramas 2 hari
sekali
24

-Ibu tidak pernah merokok, minum alcohol, dan tidak berada pada
lingkungan perokok.

II. DATA OBJEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK
BB : 60 kg
Tinggi Badan : 152 cm, IMT: 26
Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg
Nadi: 84x/menit
RR : 18x/menit
Suhu: 36 ºC
Mata : Konjungtiva: Merah Muda
Sklera : Putih
Wajah : Tidak ada oedema
Mamae : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Inspeksi: Tidak ada bekas operasi
Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri
Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan tidak pucat
Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan, kuku jari kaki tidak pucat, refleks
patella +/+
Genitalia Luar : Tidak dilakukan pemeriksaan
Genitalia Dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan

DATA PENUNJANG/DIAGNOSTIK (HASIL LAB, RO,USG)


Tidak ada
25

ASSESMENT (DIAGNOSIS, KEBUTUHAN TERMASUK KEBUTUHAN


SEGERA)
Nn. Lilis usia 20 tahun dengan keadaan baik.

PLANNING
1. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaaan. Klien mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Memberitahu ibu mengenai pola nutrisi yang baik. Klien mengerti
3. Memberitahu klien cara mengurangi sakit saat menstruasi (pain relief). Klien
mengerti.
4. Memberitahu klien kunjungan ulang pemeriksaan, disesuaikan dengan waktu
yang klien bisa.
5. Melakukan pendokumentasian. Telah dilakukan.

3.3 Pengkajian Ketiga


Tanggal Pengkajian : 27/12/14
Jam Pengkajian : 08.30 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Nn. Lilis

DATA SUBJEKTIF

ANAMNESA
Keluhan : Klien mengatakan tidak ada keluhan.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28-35 hari
Lama menstruasi: 4 hari
Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
26

Dismenorea : tidak
Riwayat kesehatan termasuk riwayat ginekologi:
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
Riwayat kesehatan keluarga:
Ibu mengatakan dari keluarga memiliki penyakit keturunan darah tinggi.
Pola Sehari-hari (Nutrisi, Istirahat/tidur, eliminasi, pola hidup):
-Nutrisi : Makan: 2x/hari
Minum: 5-6 gelas/hari
-Istirahat : 8 jam/hari (tidur malam)
-Eliminasi : BAB: 1x/hari
-BAK: 4-5x/hari
-Pola Hidup : -Ibu mendapatkan nutrisi dengan baik
-Ibu menjaga kebersihan diri dengan mandi 2x/hari, keramas 2 hari
sekali
-Ibu tidak pernah merokok, minum alcohol, dan tidak berada pada
lingkungan perokok.

DATA OBJEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK
BB : 62 kg
Tinggi Badan : 152 cm, IMT: 26,8 (over weight )
Tanda-tanda vital : TD : 110/60 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR : 17x/menit
Suhu: 36,1ºC
Mata : Konjungtiva: Merah Muda
Sklera : Putih
Wajah : Tidak ada oedema
27

Mamae : Tidak dilakukan pemeriksaan


Abdomen : Inspeksi: Tidak ada bekas operasi
Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri
Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan tidak pucat
Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan, kuku jari kaki tidak pucat, refleks
patella +/+
Genitalia Luar : Tidak dilakukan pemeriksaan
Genitalia Dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan

DATA PENUNJANG/DIAGNOSTIK (HASIL LAB, RO,USG)


Tidak ada

ASSESMENT (DIAGNOSIS, KEBUTUHAN TERMASUK KEBUTUHAN


SEGERA)
Nn. Lilis usia 20 tahun dengan keadaan baik.

PLANNING
1. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaaan. Klien mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Memberikan penyuluhan mengenai SADARI. Klien mengerti
3. Memberitahu klien cara melakukan diet yang baik dan benar. Klien mengerti.
4. Memberitahu mengenai pendidikan kesehatan reproduksi. Klien mengerti.
5. Memberitahu klien cara mengatasi kram pada kaki. Klien mengerti.
6. Memberitahu klien kunjungan ulang pemeriksaan, yaitu 2 minggu lagi. Klien
mengetahui jadwal kunjungan ulang.
7. Melakukan pendokumentasian. Telah dilakukan.
28
BAB IV
PEMBAHASAN

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan


merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas. Menurut Green &
Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses yang menghubungkan
informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Kasus pranikah ini yaitu Nn. L 20
tahun dimana usianya telah cukup bila akan menikah. Adapun upaya kesehatan bagi
pranikah yaitu upaya preventif penyuluhan gizi, sex education, personal hygine,dan
imunisasi catin.
Pasangan pranikah banyak mengesampingkan nutrisinya, hal ini sering tejadi
pada wanita  yang sibuk dengan program dietnya yang nanti akan berdampak pada
psikologisnya untuk itu penyuluhan tentang gizi seimbang sangat diperlukan
Pada pengkajian yang telah dilakukan pada Nn. L ternyata dilihat dari IMT
adalah overweight sehingga asuhan yang diberikan yaitu pola nutrisi diet yang baik
dan gizi seimbang agar tidak terjadi kelebihan berat badan yang mengakibatkan pada
kesehatan reproduksi, misalnya menstruasi tidak teratur atau jika menikah sulit untuk
mempunyai anak dikarenakan saluran telur tertekan dengan lemak jadi sulit
pertemuan sperma dengan sel telur.
Personal Hygiene merupakan salah satu yang menjadi prioritas utama bagi
pasangan pranikah, biasanya pasangan pranikah terutama wanita lebih sering
melakukan perawatan yang terdiri dari perawatan payudara, kulit, rambut, kuku,
genitalia dll. Pada Nn. L diberikan konseling mengenai personal hygine yang baik
dan untuk tidak sering memakai celana jeans yang ketat karena berakibat daerah
kewanitaan lembab dan memicu timbulnya bakteri.
Pada kunjungan kedua Nn. L diberikan cara mengurangi rasa sakit ketika
menstruasi, yaitu dengan dikompres air hangat diperut bagian bawah, bila berbaring
bantal disimpan antara kaki dan tidur miring.
Kunjungan ketiga Nn.L diberikan konseling mengenai SADARI (pemeriksaan

29
30

payudara sendiri) ini penting untuk mendeteksi adanya kanker payudara, karena
biasanya kanker payudara tidak meniimbulkan gejala, jadi bila ada benjolan yang
mengarah pada cirri-ciri kanker bisa langsung ke pelayanan kesehatan. Selain itu
juga, klien diberikan konseling apabila akan menikah sebaiknya dilakukan
pemeriksaan pasangan sebelum pranikah, agar bila terdapat masalah kesehatan bisa
langsung ditangani.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk mendukung tercapainya
pernikahan yang langgeng sampai hari tua.  Pernikahan yang bisa saling mengisi dan
beradaptasi, bisa mengatasi masalah yang dihadapinya dengan bijaksana dan dewasa.
Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan
pernikahan. 
Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa
kelompok tes yang dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah kesehatan saat
ini atau masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian hari saat pasangan hamil
dan memiliki anak.

5.2 Saran
Tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan serta konseling upaya
kesehatan bagi pasangan pranikah agar lebih mengerti kesehatan, dan bila ada
masalah kesehatan bisa dapat teratasi.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang


Kesehatan Reproduksi
2. Lawrence M.Brammer. The Helping Relationship Process and Skill.Prentice
Hall International Editions.
3. Natawidjaja, Rochman. 1987. Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan
Kelompok I. Penerbit : CV. Dipenogoro. Bandung
4. Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan,
Yogyakarta: Fitramaya.
5. Willis, Sofyan. 2004. Konseling Individual Konseling dan Praktek. Bandung:
Alfabeta. CV
6. Wingkel. Hastutu, sri, 2012. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Jakarta: Media Abadi

iii

Anda mungkin juga menyukai