SOP Real Ante Mortem
SOP Real Ante Mortem
2. Pedoman
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
d. Kesepakatan bersama antara Menteri Kesehatan Republik Indonesia dengan Kapolri Nomor. :
1078/Menkes/SKB/VII/2003 DAN No.Pol.: B/3889/VII/2003 tanggal 29 Juli 2003 tentang
Identifikasi Korban Mati pada bencana Massal;
e. Surat Keputusan Kapusdokkes Polri Nomor. : Kep/06/II/2010 tanggal 1 Pebruari 2010 tentang
Rencana Strategis Kedokteran dan Kesehatan Polri tahun 2010-2014;
f. Pedoman Tentang Pelaksanaan Disaster Vitem Identification (DVI) Bagi Polri (edisi Revisi)
Nomor : PL/002/VI/2010/Pusdokkes tanggal 9 Juni 2010.
3. Kebijakan
Fase Ante Mortem dipegang oleh DVI Commander Prov. Sumsel (KABID DOKKES POLDA
SUMSEL).
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
FASE ANTE MORTEM
e. Empati
g. Meminta dokumen-dokumen yang mendukung identifikasi primer seperti : ijazah, ktp (sidik
jari), catatatn gigi geligi data dari dokter giginya, pengambilan sampel DNA, foto terbaru
semasa hidup,catatan medis dan property yang sering digunakan.
5. Unit Terkait :
a. TOGA
b. Ahli Psikologi
c. Ahli IT
d. Mahasiswa Kedokteran